Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum ke-3

m.k. Manajemen Kesehatan Akuakultur

Hari/Tanggal : Kamis, 11 Maret 2010


Asisten
: Khaefah

PENCEGAHAN PENYAKIT DENGAN VAKSIN

Arief Aditya Hutama


C14070027
Kelompok 3

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan komoditas perikanan yang sangat potensial untuk
memenuhi kebutuhan protein. Salah satu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
ikan antara lain melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya banyak mengalami
kendala antara lain penyakit ikan, kualitas air, ketersediaan pakan, serta sistem
dan teknologi budidaya. Penyakit ikan merupakan suatu kendala yang sangat
berpengaruh terhadap produktivitas budidaya.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada
ikan adalah dengan memberikan vaksinasi pada ikan. Pengunaan vaksin dapat
menginduksi terbentuknya respon antibodi sehingga kekebalan tubuh ikan
tersebut meningkat.
Vaksin berperan dalam peningkatan daya tahan ikan, pencegahan efek
samping kemoterapeutika, proteksi terhadap serangan penyakit, keamanan
lingkungan budidaya dari pencemaran bahan kemoterapeutik dan keamanan
konsumen dari residu antibiotic. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan
perendaman, penyuntikkan (injeksi) dan penyemprotan pada pakan.

1.2 Tujuan
Praktikan dapat membuat vaksin dari bakteri dan mengaplikasikannya
untuk meningkatkan siustem ketahanan humoral pada ikan

II. METODE KERJA


2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 2 Maret 2010 pukul 15.00
sampai dengan 18.00 WIB dan pengamatan dilaksanakan pada hari Selasa, 3
Maret 2010 dan Sabtu, 6 Maret 2010 di Laboratorium Kesehatan Ikan,
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Instiut
Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah erlenmeyer, waterbath,
mikropipet, tube, centrifuge dan lemari es. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah bakteri Aeromonas hydrophila, PBS, formalin, dan media TSB.
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1

Metode Heat Killed Vaccine (HKV)


Bakteri Aeromonas hydrophila ditumbuhkan dalam erlenmeyer dengan

media TSB dan diambil sebanyak 1ml. Setelah itu disentrifuse 3000 rpm selama 5
menit, supernatan dibuang dan natan dicuci bersih dengan PBS. Natan
ditambahkan lagi PBS dan di vortex selama 1 menit.
Setelah itu dipanaskan suspensi bakteri tersebut dalam waterbath dengan
suhu 650C, 950C dan 1210C. Suspensi tersebut kemudian diuji viabilitasnya
dengan penggoresan pada media TSB.
2.3.2

Metode Formalin Killed Vaccine (FKV)


Bakteri Aeromonas hydrophila ditumbuhkan dalam erlenmeyer dengan

media TSB dan diambil sebanyak 1ml. Setelah itu disentrifuse 3000 rpm selama 5
menit, supernatan dibuang dan natan dicuci bersih dengan PBS. Natan
ditambahkan lagi PBS dan di vortex selama 1 menit.
Suspensi bakteri tersebut kemudian diberi formalin, divorex selama satu
menit dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu, bakteri dicuci dengan PBS dan
dibuang supernatannya. Suspensi bakteri tersebut ditambahkan PBS dan divortex
selama 1 menit, kemudian diuji viabilitasnya.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan viabilitas vaksin Aeromonas hydrophilla ulangan pertama
Perlakuan

Heat Killed
Vaccine (HKV)
60C

Formalin Killed
Vaccine (FKV)

Kelompok

Kontaminan

1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7

++++
+
++++
++++
+
+
++
-

Tumbuh
Aeromonas hydrophilla
+++
+++
+++
++
+
+
++++
+
++++
+
++++
++

Tabl 1. Pengamatan viabilitas vaksin Aeromonas hydrophilla ulangan kedua


Perlakuan

Tabung

Kontaminan

Tumbuh
A. hydrophilla

Gambar

1
2
3

+++
++++
++

++

Heat Killed Vaccine


(HKV) 95C

Heat Killed Vaccine


(HKV) 121C

Formalin Killed
Vaccine (FKV)

Keterangan : ++++: Banyak sekali adanya Aeromonas hydrophilla/kontaminan


+++ : Banyak adanya Aeromonas hydrophilla/kontaminan
++

: Sedikit adanya Aeromonas hydrophilla/kontaminan

: Sedikit sekali adanya Aeromonas hydrophilla/kontaminan

: Tidak ada Aeromonas hydrophilla/kontaminan

3.2 Pembahasan
Imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan ketahanan ikan dengan
jalan memasukkan antigen ke dalam tubuh, imunisasi yang dikenal secara umum
adalah vaksinasi . Vaksinasi adalah suatu cara untuk memberikan antigen ke
dalam tubuh organisme inang dengan harapan akan terjadi rangsangan kekebalan
pada tubuh organisme, sehingga organisme tersebut tahan terhadap jasad
penginfeksi yang dimasukkan tersebut (Tizard, 1988 dalam Winarsih, 1996).
Sedangkan vaksin adalah sediaan antigen yang diperoleh dari organisme patogen
yang dibuat lemah, yang dimasukkan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh
(Ellis, 1988 dalam Winarsih, 1996).

Vaksin yang dibuat pada praktikum kali ini adalah Formaline Killed
Vaccine (FKV) dan Heat Killed Vaccine (HKV). Formaline Killed Vaccine adalah
vaksin yang dibuat dengan penambahan formalin sedangkan Heat Killed Vaccine
adalah vaksin yang dibuat dengan pemanasan pada proses pembuatannya. Bakteri
yang digunakan dalam praktikum pembuatan vaksin kali ini adalah Aeromonas
hydrophila.
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit

yang

dikenal

dengan

Motile

Aeromonas

Septicemia

(MAS),

Hemorrhagic Septicemia dan penyakit ulcer atau Red-Sore Disease. Sinonim dari
penyakit ini berhubungan dengan gejala serangan penyakit yang disebabkan
bakteri atau racun yang ditimbulkan bakteri yaitu septicemia pada permukaan
tubuh ikan dan organ tubuh ikan lainnya. Bakteri ini adalah bakteri gram negatif
berbentuk batang yang biasanya diisolasi dari kolam air tawar. Aeromonas
hydrophila biasanya ditemui pada saluran pencernaan ikan. Penyakit yang
diakibatkan bakteri ini umumnya menyerang berbagai jenis spesies ikan air tawar
(Anonim, 2010).
Vaksin Aeromonas hydrophila telah dicoba oleh beberapa instansi terkait
untuk menanggulangi penyakit pada ikan. Namun, pemakaian vaksin tersebut
masih belum memasyarakat dikalangan pembenih ikan (Mariyono dan Sundana,
2008). Song et al. (1984) dalam Mariyono dan Sundana (2008) telah berhasil
mengebalkan ikan Japanese eel (Anguilla japonica) dengan vaksin monovalen
Aeromonas hydrophila dengan daya kandung vaksin sekitar 87 % pada ikan.
Berdasarkan tabel, uji viabilitas vaksin ulangan pertama bakteri
Aeromonas hydrophila dengan Formalin killed vaccines (FKV) didapatkan bakteri
tersebut tumbuh pada setiap perlakuan. Pada ulangan kedua juga didapatkan
tumbuhnya bakteri Aeromonas hydrophila. Namun, pada pembuatan dengan FKV
tidak terdapat kontaminan pada kedua ulangan tersebut karena formalin mampu
membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri mengalami dehidrasi
(kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di
permukaan (Iskandar, 2007). Berdasarkan hasil tersebut, pembuatan vaksin
dengan cara FKV tidak efektif untuk pembuatan vaksin Aeromonas hydrophila.
Menurut Robert (1933), vaksin yang dibuat dengan cara FHV yang diinjeksikan

ke dalam inang tidak efektif, karena hasilnya sama dengan inang yang tidak
diinjeksikan vaksin dan dipaparkan dengan bakteri tersebut.
Berdasarkan hasil dari tabel, uji viabilitas vaksin bakteri Aeromonas
hydrophila dengan Heat killed vaccines (HKV) pada ulangan pertama didapatkan
kontaminan serta tumbuhnya bakteri pada media. Hal tersebut dapat disebabkan
karena pengerjaan yang tidak dilakukan secara aseptik oleh praktikan atau suhu
yang digunakan terlalu rendah, sehimgga dapat disimpulkan bahwa pembuatan
vaksin tidak berhasil. Namun pada uji viabilitas ulangan kedua tidak didapatkan
kontaminan serta bakteri yang tumbuh pada media. Hal ini menunjukkan
berhasilnya pembuatan vaksin dengan metode HKV. Menurut Robert (1933),
pembuatan vaksin dengan HKV memberikan kekebalan terhadap organisme inang
tersebut sehingga resisten terhadap serangan bakteri tersebut.

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Vaksin merupakan antigen dari organisme patogen yang dibuat lemah,
sehingga dapat merangsang kekebalan tubuh pada organisme ikan. Pembuatan
vaksin dapat dilakukan dengan dua cara, dengan penambahan formalin untuk
Formaline Killed Vaccine (FKV) dan dengan pemanasan untuk Heat Killed
Vaccine (HKV). Pembuatan vaksin dengan pemakaian formalin kurang efektif
karena bakteri pada media masih tumbuh. Sedangkan pembuatan vaksin dengan
pemanasan lebih efektif karena dapat membunuh semua bakteri.
4.2 Saran
. Praktikum pembuatan vaksin selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan bakteri patogen pada ikan dengan jenis yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Aeromonas hydrophila.http://akuatika.net/2008/01/12/ aeromonashydrophila/. [10 Maret 2010].
Iskandar S. 2007. Formalin. http://www.chem-is-try.org/?sect=fokus.htm. [10
Maret 2010]
Mariyono dan Sundana. 2008. Teknik Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Bercak Merah pada Ikan Air Tawar yang Disebabkan oleh Bakteri
Aeromonas hydrophila. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt07
102k.pdf [10 Maret 2010].
Robert M. 1933. Vaccination with Heat Killed and Normal Formalinized Tubercle
Bacilli in Experimental. http://www.jem.org. [10 Maret 2010]
Winarsih. 1996. Pengaruh Pemberian Vaksin (Aeromonas hydrophila) dan Vitamin
C terhadap Ketahanan Tubuh Benih Lele Dumbo (Clarias sp.) yang
diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.

Anda mungkin juga menyukai