teachers to use PBL and LCM in teaching and learning process in their
effort to developing students formal thinking ability.
Key words : formal thinking, PBL, LCM.
1. Pendahuluan
Pesatnya perkembangan IPTEKS dan tekanan globalisasi dewasa ini
telah menyebabkan terjadinya akselerasi perubahan nilai-nilai sosial, yang
membawa dampak positif dan negatif terhadap pertumbuhan bangsa kita,
termasuk sistem pendidikan kita. Dampak positifnya adalah terjadinya
percepatan dan peningkatan pola berpikir dalam berbagai bidang dan
perubahan pola hidup yang lebih efisien dan pragmatis. Sedangkan dampak
negatifnya adalah adanya kesulitan masyarakat dalam memahami dan
mencerna perkembangan yang demikian pesatnya di berbagai bidang dan
terbenturnya berbagai kecenderungan dengan nilai-nilai luhur bangsa kita.
Konsekuensinya adalah bahwa dalam pengembangan SDM kita harus
bersifat realistik, karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan
daya saing dan prakarsa. Kehidupan dalam era globalisasi dipenuhi oleh
kompetisi-kompetisi yang sangat ketat. Keunggulan dalam berkompetisi
terletak pada kemampuan dalam mencari dan menggunakan informasi,
keakuratan dalam pengambilan keputusan, dan tindakan yang proaktif
dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Dalam hubungan dengan
permasalahan pengembangan SDM, maka kemampuan berpikir formal
siswa yang mencakup kemampuan berpikir hipotetik-deduktif, kemampuan
berpikir proporsional, kemampuan berpikir kombinatorial, dan kemampuan
berpikir reflektif perlu dijadikan sebagai substansi yang harus digarap
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
Nama Sekolah
Kelompok
Kelas
Eksperimen I
Eksperimen II
Kontrol
X2
X4
X3
Eksperimen I
Eksperimen II
Kontrol
X5
X4
X3
Jumlah
Jumlah
Siswa
35
35
35
36
38
38
217
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
10
Interval Skor
> Mi + si
(Mi 0,5 si) ----- (Mi + 1,5 si)
< Mi 0,5 si
Kualifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah
11
Model-Level
1
2
3
4
5
6
A1B1 (n = 35)
A1B2 (n = 36)
A1 ( n = 71)
A2B1 (n = 35)
A2B2 (n = 38)
A2 (n = 73)
7
8
9
A3B1 ( n = 35)
A3B2 (n = 38)
A3 (n = 73)
Keterangan:
A1 = Kelompok PBL
A1B1 = Kelompok PBL, sekolah level 1
A1B2 = Kelompok PBL, sekolah level 2
A2
= Kelompok LCM
88,58
89,47
89,04
5,71
10,53
8,22
12
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
13
Mean
Simpangan Baku
21,0286
20,5556
20,7887
20,1429
2,1759
2,1573
2,1641
2,5798
35
36
71
35
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
PMK
Total
2
Total
1
2
Total
1
2
Total
14
19,1053
19,6027
18,2857
17,8421
18,0548
19,8190
19,1429
19,4700
3,0738
2,6759
2,7070
3,5832
3,1793
2,7273
3,1818
2,9830
38
73
35
38
73
105
112
217
df
5
1
2
1
2
211
217
216
Mean
Square
59,627
82346,239
134,928
22,989
2,034
7,696
Sig.
7,747
10699,450
17,531
2,987
0,264
0,000
0,000
0,000
0,085
0,768
15
16
yang telah berusia 11 tahun ke atas sudah mencapai operasi formal kurang
sesuai dengan kondisi anak di Kabupaten Buleleng.
Gambaran tentang profil kemampuan berpikir formal seperti yang
disajikan pada tabel 03 menunjukkan bahwa PBL lebih efektif daripada
LCM dan jauh lebih efktif daripada MPK serta model LCM lebih efektif
daripada MPK dalam mengembangkan kemampuan berpikir formal siswa.
Proses pembelajaran Fisika yang diawali dengan penyajian masalah dan
dilanjutkan dengan analisis masalah oleh siswa dalam kelompok-kelompok
kecil sampai pada penemuan konsep, ataupun prinsip Fisika untuk
memecahkan masalah merupakan wahana yang sangat baik dalam
mengasah dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi, termasuk
kemampuan berpikir formal. Di sisi lain, pembelajaran Fisika dengan
model LCM yang kegiatan utamanya adalah melakukan eksperimen
memberi peluang yang banyak kepada siswa untuk merancang eksperimen,
mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, menganalisis data, dan
mengambil kesimpulan melalui proses induktif. Peluang-peluang tersebut
juga ada pada model PBL. Jika proses pembelajaran berlangsung melalui
model konvensional (ekspositori), kesempatan siswa untuk mengasah dan
melatih kemampuan penalaran formalnya sangat rendah. Kondisi itulah
yang menyebabkan adanya perbedaan yang tajam antara model PBL dan
LCM dengan model konvensional (MPK) dalam pengembangan
kemampuan berpikir formal siswa.
Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
antara model pembelajaran dan level sekolah dalam peningkatan
kemampuan berpikir formal siswa. Artinya, efektivitas model pembelajaran
PBL maupun LCM dalam peningkatan kemampuan berpikir formal tidak
dipengaruhi oleh level sekolah. PBL dapat diterapkan pada semua level
sekolah baik itu sekolah yang berstatus SNBI, maupun SSN.
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
17
4. Penutup
Berdasarkan perasalahan, tujuan penelitian, dan hasil analisis data,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, secara umum
dengan tidak memandang perlakuan (treatment) dan level sekolah, ternyata
sebagian besar (83,82%) siswa SMA kelas I di Kabupaten Buleleng
kemampuan berpikir formalnya berkualifikasi sedang, 13,44%
berkualifikasi tinggi, dan 2,74% berkualifikasi rendah. Kedua, model
pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan model siklus belajar (LCM)
ternyata cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir formal
siswa. Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan antara model
pembelajaran berbasis masalah (PBL), model siklus belajar (LCM) dan
model pembelajaran konvensional (MPK) dalam mengembangkan
kemampuan berpikir formal siswa. Model PBL lebih baik daripada LCM
dan MPK, dan model LCM lebih baik dari pada MPK. Hal ini terbukti dari
hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis varian dimana F =
17,531 (p < 0,05). Keempat, tidak terjadi interaksi antara model
pembelajaran dan level sekolah dalam pengembangan kemampuan berpikir
formal, dalam arti bahwa efektivitas PBL maupun LCM dalam
pengembangan berpikir formal tidak dipengaruhi oleh level sekolah, apakah
SMA berstatus SNBI maupun SSN.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini maka dikemukan saransaran berikut. Pertama, bertolak dari temuan penelitian tentang profil
kemampuan berpikir formal siswa SMA kelas I di Kabupaten Buleleng,
yang menunjukkan bahwa sebagian besar (83,82%) siswa kemampuan
berpikir formalnya masih berada pada kualifikasi sedang dan hanya 13,44%
siswa yang berkualifikasi tinggi, dan bahkan masih terdapat 2,74% siswa
yang kemampuan berpikir formalnya berkualifikasi rendah, maka
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
18
DAFTAR PUSTAKA
Barrows, Howard S. 1996. Problem-Based Learning in Medicine and
Beyond. New Direction for Teaching and Learning. Jossey-Bass
Publishers.
Bodner, George M. 1986. Constructivism: A Theory of Knowledge.
Journal of Chemical Education, Vol.63.
Brooks J.G & Martin G.B. 1993. In Search of Anderstanding; The Case for
Contructivist Classroom. Alexandria Virginia.
Dantes, dkk. 1994. Pengaruh Bakat Diferensial Matematika, Kemampuan
Awal dan Intelgensi Terhadap Kesanggupan Berpikir Formal dalam
Kaitannya dengan Prestasi Belajar Matematika. Laporan Penelitian
STKIP Singaraja.
Driver, Rosalind. 1988. Changing Conceptions. Centre for Studies in
Science and Mathematics Education, University of Leeds.
Eka Wilantara, I Putu. 2003. Implementasi Model Belajar Konstruktivis
dalam Pembelajaran Fisika untuk Mengubah Miskonsepsi Ditinjau
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007
19
____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007