Anda di halaman 1dari 5

Pentingnya Integrasi Desain Arsitektur dan Building Engineering Untuk

Menciptakan Lingkungan Yang Sehat Dalam Ruangan


Seberapa tahukah Anda tentang tempat tinggal Anda? Apakah tempat tinggal
Anda sudah dikategorikan layak untuk dihuni? Apakah Anda sudah menciptakan
lingkungan yang sehat untuk tempat tinggal Anda? Berikut adalah sekilas
penggambaran mengenai desain bangunan dengan menciptakan lingkungan yang
lebih sehat. Bangunan yang layak huni yaitu bangunan yang memberikan rasa
nyaman

bagi penghuninya. Nyaman yang dimaksud disini yaitu


kenyamanan

udara

(temperature,

kelembaban,

sirkulasi udara, kadar polusi), kenyamanan indra


mata

dan

telinga

kenyamanan

(lighting,

gerak

acoustics)

(ergonomis,

dan

sirkulasi).

Kenapa hal diatas penting? Karena jika hal diatas


tidak

tercukupi,

selain

tidak

menciptakan

kenyamanan bagi penghuni juga akan menciptakan


lingkungan yang tidak sehat.

WHO mengatakan di Determinants of Health' nya: "Apakah orang itu sehat atau
tidak, ditentukan oleh keadaan dan lingkungan mereka. Untuk sebagian besar,
faktor-faktor seperti di mana kita hidup, keadaan lingkungan kita, genetika, tingkat
pendapatan dan pendidikan, dan hubungan kita dengan teman-teman dan keluarga
semua memiliki dampak yang cukup besar pada kesehatan, sedangkan faktor-faktor
yang lebih umum dipertimbangkan, seperti akses dan penggunaan layanan
kesehatan, memiliki dampak yang kurang.".
Beberapa aspek yang berkaitan dengan rumah sehat dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. PENCAHAYAAN
Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat dunianya. Tanpa
cahaya,

maka

dunia

akan

gelap,

hitam

dan

mengerikan.

Manusia

membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengan sehat, nyaman dan


menyenangkan. (Prasasto Satwiko, 2009).

Cahaya
diakui

matahari

secara

luas

telah
sebagai

elemen desain penting dalam


arsitektur dan sebagai sumber
utama dari pencahayaan pada
bangunan. (Philips. D, 2000).
Di

Indonesia,

pencahayaan

alami diatur pada SNI 03-23962001 dan untuk pencahayaan


buatan diatur pada SNI 03-6575-2001.
Diperkirakan bahwa orang-orang yang berada di Negara berkembang
menghabiskan sekitar 90% dari waktu mereka di dalam ruangan, di mana
pencahayaan utama yang disediakan yaitu penerangan menggunakan listrik.
(Gentile.Niko, 2014). Aktifitas yang terlalu banyak di dalam ruangan dengan
pencahayaan yang kurang akan menimbulkan masalah pada penglihatan kita,
seperti di negara-negara Asia 60 tahun lalu, 10 dari 20% keseluruhan orang
Cina menderita miopi, hari ini, 90% dari keseluruhan pemuda dan orang
dewasa disana telah memiliki masalah ini.(Dolgin E, 2015). Cahaya matahari
dapat membunuh
cacar, influenza,

beberapa
penyakit

penyakit
kulit

menular

atau

mata,

misalnya
terutama

TBC,
matahari

langsung. Selain itu sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet


baik untuk pertumbuhan tulang anak - anak (Suyono, 1985).
2. KENYAMANAN TERMAL
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan
kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu
udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan
pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan
ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban
tinggi dalam ruangan.
Untuk pengukuran

suhu

Phsycrometer, yang terbagi atas :


1. Suhu Kering, merupakan

udara
suhu

dengan
udara

mempergunakan
yang

ditunjukkan

alat
oleh

thermometer basah dengan pembacaan suhu setelah diukur selama 15


menit dan umumnya berkisar antara 29C-34C.
2. Suhu Basah, merupakan suhu yang menunjukkan bahwa udara telah
jenuh yaitu antara 25C - 28C.

Rumah yang sehat harus


mempunyai suhu yang diatur
sedemikian rupa agar

suhu

badan dapat dipertahankan


sehingga tubuh tidak terlalu
banyak
atau

kehilangan

tubuh

tidak

kepanasan. Agar
suhu
memenuhi syarat kesehatan (18C 30C)

ruangan

dapat

panas
sampai

diperoleh

yang

dilakukan

yang

dengan

melakukan pertukaran udara setempat (kipas angin) atau dengan udara baru
(AC/Exhauser). Banyak orang dalam ruangan juga akan berpengaruh
terhadap luas yang dibutuhkan, selain luas bangunan, luas bukaan seperti
ventilasi juga dibutuhkan desain khusus agar ruangan tersebut memiliki
sirkulasi udara yang cukup untuk memenuhi kebutuhan udara segar kita dan
menjaga kelembaban ruangan yang cukup.
Kelembaban merupakan kandungan uap air udara dalam ruang yang
diukur dengan phsycrometer dan dinyatakan dengan satuan persen (%).
Kelembaban ini sangat erat hubungannya dengan ventilasi. Apabila ventilasi
kurang baik maka akan meningkatkan kelembaban yang disebabkan oleh
penguapan cairan tubuh dan uap pernafasan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelembaban dalam rumah
antara lain :
a. Rising Dump (Kelembaban yang naik dari tanah).
Kelembaban yang disebabkan oleh proses kerja osmosis atau tenaga
tarik kapiler dari bahan dinding yang mengadakan kontak dengan
tanah yang lembab yang dapat naik kedalam dinding (mencapai
ketinggian 3 4 meter).
b. Percolation Dump (merembes melalui dinding).
Disebabkan oleh infiltrasi hujan yang masuk kedalam dinding.
c. Root Leaks (bocor melalui atap).
Disebabkan karena atap atau genting yang tidak dapat menahan air
(air hujan dapat merembes melalui celah-celahnya)
Udara yang kurang mengandung uap air maka udara terasa kurang
nyaman dan berbau (pengab), sebaliknya jika udara mengandung banyak uap
air maka udara basah yang dihirup akan berlebihan sehingga mengganggu

fungsi paru-paru. Rumah yang lembab akan mudah ditumbuhi oleh kumankuman yang dapat menyebabkan penyakit infeksi, khususnya
infeksi

saluran

pernafasan.

Sesuai

penyakit

Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban udara berkisar antara 40%


-70%.
3. VENTILASI
Ventilasi
pengeluaran

adalah

proses

udara kotor

penyediaan

dari

suatu

udara

ruangan

segar

ke

tertutup

dalam dan

secara alamiah

maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan


amat

dibutuhkan

mempunyai

manusia,

sistem

ventilasi

sehingga apabila
yang

baik

suatu ruangan

tidak

dan over crowded maka akan

menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan.(Gunawan et al.,


1982)
Rumah yang memenuhi syarat ventilasi baik akan mempertahankan
kelembaban

yang

sesuai

dengan

kelembaban

temperatur

udara

1990). Standart

(Azwar,

luas

ventilasi

rumah, menurut Kepmenkes RI


No. 829 tahun 1999, adalah
minimal

10% luas

lantai.

Menurut Frinck (1993) setiap


ruang yang dipakai sebagai
ruang
kurangnya

terdapat

satu

jendela

kediaman

lubang ventilasi

sekurang-

yang

langsung

berhubungan dengan udara luar bebas rintangan dengan luas 10% luas
lantai. Ruangan yang ventilasinya kurang baik akan membahayakan
kesehatan khususnya saluran pernapasan. Terdapatnya bakteri di udara
disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah
bertambah

jika

penghuni

ada

yang menderita

bakteri

udara akan

penyakit

saluran

pernapasan, seperti TBC, Influenza, dan ISPA.


Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela
ini sebagai berikut :
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%

luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langitlangit.


2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai
dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
3. Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan
lubang hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini
diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding,
sekat-sekat, dan lain-lain.
5. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.
Untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah,
dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau
lubang angin yang sengaja dibuat.
2. Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan menggunakan :
a. AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara dalam
ruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan.
b. Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan ke
depan.
c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan
luar ruangan untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai.
Dengan uraian diatas, dalam proses awal pembangunan kita harus mengetahui
desain rumah seperti apa yang kita inginkan, dengan desain tersebut, berapa luas
masing-masing ruangan yang dibutuhkan, berapa luasan ventilasi yang dibutuhkan,
desain interior harus seperti apa, material apa yang dibutuhkan agar syarat mutlak
untuk kriteria rumah sehat dapat terpenuhi. Dengan demikian, dibutuhkanlah
integrasi yang baik antara desain arsitektur dan building engineering meliputi:
acoustics, lighting, thermal, and ventilation engineering.

Anda mungkin juga menyukai