Anda di halaman 1dari 16

Makalah PBL Blok 11

Metabolisme Energi dan Mekanisme Kompensasi Lapar

Oleh:
Raymond Edwin Lubis
10.2010.142
Kelompok: B3
24 Oktober 2011

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat


e-mail: epyon6@yahoo.co.id

Pendahuluan
Setiap sel di tubuh memerlukan energi untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang esensial bagi
kelangsungan hidup sel itu sendiri (misalnya transportasi aktif dan perbaikan sel) serta untuk
menjalankan peranan khusus terhadap keseimbangan homeostatik (misalnya sekresi kelenjar dan
kontraksi otot). Semua energi yang digunakan oleh sel pada akhirnya berasal dari pemasukan
makanan. Energi kimia yang tersimpan di dalam ikatan-ikatan yang menyatukan atom-atom
dalam molekul nutrien akan dibebaskan jika molekul-molekul tersebut diuraikan di dalam tubuh.
Energi yang dipanen dari proses biokimiawi nutrien tersebut dapat digunakan langsung untuk
menjalankan proses biologis atau disimpan sementara di dalam tubuh untuk pemakaian kemudian
sesuai kebutuhan selama periode ketika tidak terjadi pencernaan dan penyerapan makanan.
Tujuan Umum Metabolisme
Metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan interkonvensi senyawa kimia
di dalam tubuh, jalur yang diambil oelh tiap molekul, hubugan antarmolekul, dan mekanisme
yang mengatur aliran metabolit melalui jalur-jalur metabolisme. Jalur metabolik digolongkan
menjadi tiga kategori: (1) Jalur anabolik, yaitu jalur yang berperan membentuk senyawa yang
besar dari senyawa-senyawa kecil. (2) Jalur katabolik, yaitu jalur yang berperan menguraikan
menjadi senyawa-senyawa kecil, jalur ini umumnya menghasilkan energi,

menghasilkan

ekuivalen pereduksi, dan ATP terutama melalui rantai respiratorik. (3) Jalur amfibolik, yang
berlangsung di persimpangan metabolisme, bekerja sebagai penghubung antara jalur katabolik
dan anabolik, misalnya siklus asam sitrat.1
Pengetahuan tentang metabolisme normal sangat penting untuk memahami kelainan yang
mendasari penyakit. Metabolisme normal mencakup adaptasi terhadap masa kelaparan, aktivitas
fisik, kehamilan, dan menyusui. Kelainan metabolisme dapat terjadi karena defisiensi gizi, enzim,
sekresi abnormal hormon, atau efek obat dan toksin. Orang dewasa dengan berat badan 70 kg
memerlukan sekitar 10-12 MJ (2400-2900 kkal) dari bahan bakar metabolik setiap hari. Bagi
manusia kebutuhan ini terpenuhi dari karbohidrat (40-60%), lipid (terutama triasilgliserol, 3040%), dan protein (10-15%), serta alkohol. Campuran karbohidrat, lipid, dan protein yang
dioksidasi bergantung pada apakah subjek berada dalam keadaan puasa atau kenyang, dan
bergantung pada intensitas kerja fisik.1
2

Jika asupan bahan bakar metabolik selalu lebih besar daripada pengeluaran energi, kelebihan
bakar ini disimpan, umumnya sebagai triasilgliserol di jaringan adiposa sehingga timbul obesitas
dan berbagai masalah kesehatan yang menyertainya. Sebaliknya, jika asupan bahan bakar
metabolik terus menerus lebih sedikit daripada pengeluaran energi, cadangan lemak dan
karbohidrat nihil, asam amino yang berasal dari pergantian protein digunakan utuk sintesis
protein sehingga terjadi emaciation (kurus kering), pengecilan otot (wasting), dan akhirnya
kematian.1
Metabolisme energi juga dipengaruhi oleh fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif
merupakan proses yang menghasilkan ATP dengan melalui proses oksidasi. Dan merupakan
suatu deretan reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi di mitokondria (rantai pernapasan), enzim
yang berperan adalah oksidoreduktase, dan menghasilkan energi berupa panas dan ATP. Proses
fosforilasi oksidatif yaitu: metabolisme lemak, glukosa, dan asam amino menghasilkan protonproton (H+) yang mengalami translokasi melintasi membran mitokondria dalam. Difusi protonproton ini mengikuti penurunan gradien konsentrasinya mendorong ATP sintase mengubah ADP
menjadi ATP. 2
Karbohidrat
Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan; senyawa ini memiliki peran struktural
dan metabolik yang penting. Pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon dioksida dan air
melalui fotosintesis. Glukosa adalah karbohidrat terpenting; kebanyakan karbohidrat dalam
makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain diubah menjadi glukosa di
hati. Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia dan bahan bakar universal bagi
janin. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, termausk
glikogen untuk penyimpanan ribosa dan deoksiribosa dalam asam nukleat; galaktosa dalam
laktosa susu, dan dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan
proteoglikan. Penyakit terkait metabolisme karbohidrat antara lain diabetes melitus,
galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen dan intoleransi laktosa.1
Produk akhir pencernaan karbohidrat dalam saluran pencernaan hmpir seluruhnya dalam
bentuk glukosa, fruktosa, dan galaktosa, yang mewakili rata-rata sekitar 80% dari produk-produk
akhir tersebut. Setelah absorbsi dari saluran pencernaan, banyak fruktosa dan hampir semua
galaktosa diubah secara cepat menjadi glukosa di dalam hati. Oleh karena itu, hanya sejumlah
3

kecil fruktosa dan galaktosa yang terdapat dalam sirkulasi darah. Glukosa kemudian menjadi
jalur umum akhir untuk mentranspor hampir semua karbohidrat ke sel jaringan. Kemudian di
dalam sel hati tersedia enzim yang sesuai untuk meningkatkan interkonversi antar monosakarida,
karena di dalam sel hati mengandung sejumlah besar glukosa fosfatase. Lalu dipecah menjadi
glukosa dan fosfat, dan glukosa selanjuntnya dapat ditranspor kembali melalui membran sel hati
ke dalam darah.3
Segera setelah masuk ke dalam sel, glukosa bergabung dengan satu radikal fosfat
(fosforilasi). Reaksi ini ditingkatkan oleh enzim glukokinase di dalam hati dan heksokinase di
dalam sebagian besar sel yang lain. Fosforilasi glukosa hampir seluruhnya ireversibel kecuali di
sel hati; sel epitel tubulus ginjal, dan sel epitel usus; di dalam sel-sel tersebut, suatu enzim yang
lain; glukosa fosfatase, juga tersedia, dan bila ezim ini diaktifkan maka akan terjadi reaksi yang
berbalik. Ketika gluko sa berikatan dengan fosfat, glukosa tidak akan berdifusi keluar, kecuali
dari sel-sel khusus, terutama sel-sel hati, yang memiliki enzim fosfatase. Kemudian setelah
diabsorbsi ke dalam sel, glukosa dapat segera dipakai untuk melepaskan energi ke sel atau dapat
disimpan dalam bentuk glikogen, yang merupakan polimer besar glukosa. Konversi menjadi
senyawa presipitat dengan berat molekul tinggi (glikogen) memungkinkan tersimpannya
karbohidrat dalam jumlah besar tanpa mengubah tekanan osmotik cairan intrasel secara
bermakna. Konsentrasi yang tinggi dari monosakarida yang mudah larut dengan berat molekul
rendah akan sangat mengganggu hubungan osmotik antara cairan intrasel dan ekstrasel.3
Pembentukan glikogen disebut sebagai glikogenesis, secara singkat glukosa-6-fosfat dapat
diubah menjadi glukosa-1-fosfat kemudian diubah menjadi uridin difosfat glukosa, yang akhirnya
menjadi glikogen. Beberapa enzim khusus dibutuhkan untuk menyebabkan perubahan-perubahan
ini, dan setiap monosakarida yang dapat diubah menjadi glukosa dapat masuk ke dalam reaksi
tersebut.3
Glikolisis untuk Pembentukan Energi
Karena oksidasi lengkap dari 1 gram molekul glukosa melepaskan energi sebesar 680.000
kalori dan hanya 12.000 kalori yang dibutuhkan untuk membentuk 1 gram molekul ATP, banyak
energi yang akan terbuang percuma apabila glukosa hendak di dekomposisi sekaligus menjadi air
dan karbon dioksida sewaktu membentuk hanya satu molekul ATP. Untungnya, semua sel tubuh
mempunyai enzim protein khusus, yang menyebabkan molekul glukosa dipecahkan sedikit demi
4

sedikit dalam banyak langkah yang berurutan, yaitu energinya dilepaskan dalam paket-paket kecil
untuk membentuk satu molekul ATP dalam suatu waktu, yang membentuk total 38 mol ATP
untuk setiap molekul glukosa yang dimetabolisme oleh sel.3
Glikolisis berarti memecahkan molekul glukosa untuk membentuk dua molekul asam
piruvat. Glikolisis terjadi melalui 10 reaksi kimia yang berurutan. Masing-masing langkah
dikatalisis paling sedikit oelh satu enzim protein yang spesifik. Perhatikan bahawa glukosa mulamula diubah menjadi fruktosa 1,6-difosfat dan kemudian dipecahkan menjadi dua molekul
dengan tiga atom karbon, gliseraldehid 3-fosfat yang masing-masing kemudian diubah menjadi
asam piruvat melalui lima langkah tambahan.3
Secara lengkapnya proses glikolisi Embden Meyerhof (EM) adalah sebagai berikut:3
1.

Glukosa melalui fosforilasi diubah menjadi glukosa-6 fosfat dengan


dikatalisir oleh enzim glukokinase (pada hati) atau heksokinase (pada jaringan lain).
Glukosa + ATP glukosa 6-fosfat + ADP

2.

Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim


fosfoheksosa isomerase.
glukosa 6-fosfat fruktosa 6-fosfat

3.

Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan


enzim fosfofruktokinase. Merupakan enzim yang bersifat alosterik atau regulator atau
juga

enzim

kunci

sehingga

berperan

penting

dalam

laju

glikolisis.

Fruktosa 6-fosfat + ATP fruktosa 1,6-bifosfat


4.

Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu


gliserahdehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat (DHAP). Reaksi ini dikatalisir oleh
enzim aldolase.
fruktosa 1,6-bifosfat gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat

5.

Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat. Gliseraldehid 3-fosfat +


NAD+ + Pi 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+. Enzim yang berperan adalah
gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase.

6.

1,3 bifosfogliserat diubah menjadi 3-fosfogliserat dikatalisir oleh enzim


fosfogliserat kinase.
1,3-bifosfogliserat + ADP 3-fosfogliserat + ATP

7.

3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh enzim


fosfogliserat mutase.
3-fosfogliserat 2-fosfogliserat

8.

2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan


enzim enolase. Enolase dihambat oleh fluorida.
2-fosfogliserat fosfoenol piruvat + H2O

9.

PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat kinase sehingga


menghasilkan ATP. Enol piruvat yang terbentuk dalam reaksi ini mengalami konversi
spontan menjadi keto piruvat.
Fosfoenol piruvat + ADP piruvat + ATP

10.

Piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir
oleh enzim laktat dehidrogenase.
Piruvat + NADH + H+ L(+)-Laktat + NAD+

Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah konversi menjadi asetilKoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (Siklus Krebs). Pada glikolisis
aerob, ATP yang dihasilkan: 8 ATPdan pada glikolisis anaerob, ATP yang dihasilkan: 2 ATP.
Walaupun terdapat banyak reaksi kimia dalam rangkaian proses glikolisis, hanya sebagian kecil
energi bebas dalam molekul glukosa yang dibebaskan di sebagian besar langkah. Akan tetapi, di
antara tahap 1,3 asam difosfogliserat dan 3-asam fosfogliserat dan sekali lagi di antara tahapa
asam fosfoenolpiruvat dan asam piruvat, jumlah energi yang dibebaskan lebih dari 12.000 kalori
per mol, yaitu jumlah yang dibutuhkan untuk membentuk ATP, dan reaksi digandakan sedemikian
rupa hingga terbentuk ATP. Jadi, terdapat total 4 molekul ATP yang sudah dibentuk dari setiap
molekul fruktosa 1,6-difosfat yang diuraikan menjadi asam piruvat.3

Namun 2 molekul ATP dibutuhkan untuk fosforilasi glukosa asal untuk membentuk fruktosa
1,6-difosfat sebelum glikolisis dapat dimulai. Oleh karena itu, perolehan akhir molekul ATP dari
keseluruhan proses glikolisis hanya 2 molekul untuk setiap molekul glukosa yang dipakai.
Jumlah ebergi mencapai 24.000 kalori ini dihantarkan ke ATP. Tetapi selam selama glikolisis,
total energi sebanyak 56.000 kalori dilepaskan dari glukosa asal, yang memberikan keseluruhan
efisiensi untuk pembentukan ATP hanya sebesar 43%. Sisa energi sebesar 57% hilang dalam
bentuk panas.3
Konversi Asam Piruvat dan Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)
Pertama-tama asam piruvat dikonversi ke asetil KoA dengan 2 molekul CO2 dan 4 atom H
dilepaskan, sedangkan bagian lain dari 2 molekul asam piruvat bergabung dengan koenzim A,
suatu derivat vitamin asam pantoneat, untuk membentuk 2 molekul asetil KoA. Dalam konversi
ini, ATP tidak dibentuk namun 6 molekul ATP akan dibentuk ketika 4 atom hidrogen yang
dilepaskan tersebut dioksidasi.3
Tahap berikutnya dalam degradasi molekul glukosa disebut siklus asam sitrat (juga disebut
siklus asam trikarboksilat atau siklus Krebs). Siklus ini merupakan suatu lanjutan reaksi kimia
saat gugus asetil dari Asetil KoA dipecah menjadi karbon dioksida dan atom hidrogen. Semua
reaksi ini terjadi di dalam matriks mitokondria. Atom hidrogen yang dilepaskan kemudian akan
menambah jumlah atom hidrogen yang dioksidasi kemudian, yang akan melepaskan sejumlah
besar energi untuk membentuk ATP. Siklus ini dapat dilakukan berulang kali karena asam
oksaloasetat dibentuk kembali pada akhir reaksi.1
Pada tahap awal siklus asam sitrat, asetil KoA bergabung dengan asam oksaloasetat untuk
membentuk asam sitrat. Gugus koenzim A dari asetil KoA dilepaskan dan dapat dipakai berulang
kali untuk pembentukan lebih banyak lagi asetil KoA dari asam piruvat. Akan tetapi, gugus asetil
menjadi suatu bagian yang utuh dari molekul asam sitrat. Selama tahapan siklus asam sitrat yang
berurutan berlangsung, beberapa molekul air ditambahkan, dan CO2 + O2 dilepaskan. Hasil akhir
keseluruhan siklus asam sitrat adalah 4 molekul CO2, 16 hidrogen, 2 gugus KoA, dan 2 ATP.3
Beberapa atom hidrogen dari proses metabolisme karbohidrat yaitu 4 dari glikolisis, 4 dari
pembentukan Asetil KoA, dan 16 dari SAS akan dikatalisis oleh protein khusus yang disebut
dehidrogenase. 20 dari 24 atom H segera bergabung dengan dinukleotida adenin nikotinamid
(NAD+), suatu derivat vitamin niasin. Kemudian sisa empat atom hidrogen dilepaskan selama
7

pemecahan glukosa, ke-empat atom yang dilepaskan selama siklus asam sitrat di antara tahap
asam suksinat dan asam fumarat, bergabung dengan suatu dehidrogenase yang spesisfik tetapi
tidak langsung dibebaskan ke NAD+. Sebagai gantinya, atom hidrogen langsung lewat dari
dehidrogenase masuk ke dalam proses oksidatif.3
Glikogenolisis
Glikogenolisis berarti pemecahan glikogen yang disimpan sel untuk membentuk kembali
glukosa di dalam sel. Glukosa kemudian dapat digunakan untuk menyediakan energi.
Glikogenolisis tidak dapat terjadi melalui pembalikan reaksi kimia yang sama yang dipakai untuk
membentuk glikogen; sebagai gantinya, setiap molekul glukosa yang berurutan pada masingmasing cabang polimer glikogen dilepaskan melalui proses fosforilasi, yang dikatalisis oleh
enzim fosforilase. Pada keadaan istirahat, fosforilase terdapat dalam bentuk tidak aktif, sehingga
glikogen tetap dapat disimpan. Bila pembentukan glukosa dari glikogen dari glikogen diperlukan
kembali, fosforilase harus diaktifkan terlebih dahulu. Hal ini dapat dicapai dalam beberapa cara,
emliputi dua cara berikut:3
a. Aktivasi fosforilase oleh epinefrin atau oleh glukagon, kerjanya dapat mengaktifkan
fosforilase dan menimbulkan glikogenolisis secara cepat. Pengaruh pertama dari masingmasing hormon ini adalah meningkatkan pembentukan siklik AMP di dalam sel, yang
kemudian memicu suatu rangkaian reaksi kimia yang mengaktifkan fosforilase.
b. Epinefrin dilepaskan oleh medula adrenal ketika sistem saraf simpatis dirangsang. Oleh
karena itu, salah satu fungsi sistem saraf simpatis adalah meningkatkan penyediaan
glukosa untuk metabolisme energi yang cepat. Fungsi epinefrin ini secara nyata baik di
dalam sel hati maupun otot, sehingga turut berperan bersama pengaruh lain dari
rangsangan simpatis, guna menyiapkan tubuh untuk bekerja. Glukagon adalah hormon
yang disekresi oleh sel alfa pankreas apabila kadar gula darah turun sangat rendah.
Glukagon merangsang pembentukan AMP siklik terutama di sel hati, dan hal ini
selanjutnya

meningkatkan

perngubahan

glikogen

hati

menjadi

glukosa

dan

melepaskannya ke dalam darah, sehingga meningkatkan kadar gula darah.

Glikogenesis
8

Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen. Terutama terjadi di otot dan hati. Fungsi
glikogen di otot adalah sebagai sumber glukosa untuk glikolisis si otot (energi). Sedangkan
fungsi glikogen hati adalah sebagai simpanan glukosa dan untuk penyediaan darah. Tahap
pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses di atas terjadi jika kita
membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan
sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa
yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:1,3
1.

Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat. Di otot reaksi ini dikatalisir
oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.

2.

Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus
fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa
1,6-bifosfat.
Enz-P+Glukosa6-fosfatEnz+Glukosa1,6-bifosfatEnz-P+Glukosa1-fosfat

3.

Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk
uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat UDPGlc + PPi

4.

Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan


menarik reaksi ke arah kanan persamaan reaksi

5.

Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik
dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin
difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada
sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1
Glikogen

Glikogen

6.

Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut
hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan
bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan
untuk membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut.
Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1glukosil dan
pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif
bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan
mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis. Setiap penambahan 1 glukosa pada
glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian
linier dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang.
Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

Glukoneogenesis
Bila simpanan karbohidrat tubuh berkurang di bawah normal, glukosa dalam jumlah sedang
dapat dibentuk dari asam amino dan dari gugus gliserol lemak. Proses ini disebut
glukoneogenesis. Proses ini sangat penting untuk menghambat penurunan yang berlebihan kadar
glukosa darah selama puasa. Glukosa merupakan substrat utama untuk menghasilkan energi di
jaringan seperti otak dan sel darah merah, serta jumlah glukosa yang adekuat harus tersedia
selama beberapa jam di antara wakut-waktu makan. Hati berperan utama dalam mempertahankan
kadar glukosa darah selama puasa dengan mengubah simpanan glikogennya menjadi glukosa
(glikogenolisis) dan dengan mensintesis glukosa, terutama dari asam laktat dan asam amino
(glukoneogenesis). Sekitar 25% glukosa yang diproduksi hati selama puasa berasal dari
glukoneogenesis, yang membantu mempertahankan suplai glukosa ke otak. Pada puasa yang
berkepanjangan, ginjal juga mensintesis sejumlah glukosa dari asam amino dan prekursor
lainnya.1
Sekitar 60% asam amino dalam protein tubuh dapat diubah dengan mudah menjadi
karbohidrat; sedangkan 40% sisanya mempunyai konfigurasi kimia yang menyulitkan atau tidak
memungkinkan pengubahan tersebut. Setiap asam amino diubah menjadi glukosa melalui proses
kimia yang sedikit berbeda. Misalnya, alanin dapat diubah secara langsung menjadi asam piruvat
hanya melalui deaminasi; asam piruvat disimpan. Beberapa asam amino yang lebih rumit dapat
diubah menjadi berbagai gula yang mengandung tiga, empat, lima, atau tujuh karbon; gula-gula
10

ini kemudian dapat memasuki jalur fosfoglukonat dan akhirnya membentuk glukosa. Jadi,
melalui deaminasi ditambah beberapa konversi sederhana, banyak asam amino yang dapat
berubah menjadi glukosa. Interkonversi yang berupa dapat mengubah gliserol menjadi glukosa
atau glikogen.1
Berkurangnya karbohidrat di dalam sel dan berkurangnya gula darah merupakan rangsangan
dasar untuk meningkatkan kecepatan glukoneogenesis. Berkurangnya karbohidrat dapat langsung
membalikkan banyak reaksi glikolisis dan reaksi fosfoglukonat, sehingga memungkinkan
perubahan asam amino yang terdeaminasi dan gliserol menjadi karbohidrat. Selain itu, hormon
kortisol sangat penting dalam pengaturan ini, sebagai berikut:1,3
Karbohidrat menurun di intrasel, sel adenohipofisis mensekresi hormon kortikotropin dan
hormon ini merangsang korteks adrenal untuk mensekresi sejumlah besar hormon glukokortikoid
terutama kortisol. Kemudia kortisol membuat semua protein tersedia dalam bentuk asam amino,
lalu dideaminasi di hati dan menghasilkan substrat ideal untuk diubah menjadi glukosa.
Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani, proteios, yang berarti bahan penyokong yang pertama.
Protein dibuat dari banyak asam amino yang dirangkai menjadi rantai-rantai oleh ikatan peptide
yang enghubungkan gugus aino pada satu asam amino. Jalur metabolik utama dari asam-asam
amino terdiri atas pertama, produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti
protein diet serta sintesis asam amino di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino.
Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus
urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah
sintesis protein dari asam-asam amino. Proses metabolisme protein terjadi di hati.4
Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan
atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan
asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan
pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.
Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus asam sitrat
melalui jalur yang beraneka ragam.4
Sintesis Asam Amino

11

Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non esensial,
melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino menjadi
asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati merupakan tempat utama
metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino
dikeluarkan melalui transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya
diubah menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui
jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan ketogenik.4
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi
piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti -ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam
amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam amino
kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah asam amino yang
semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA.4
Lemak
Lemak atau lipid terdapat pada semua bagian tubuh manusia terutama pada bagian otak,
mempunyai peran yang sangat penting dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian lipid
jaringan tersebar sebagai komponen utama membran sel dan berperan mengatur jalannya
metabolisme di dalam sel.
Beberapa peranan biologi yang penting dari lipid adalah sebagi berikut:1,5
a. Komponen struktur membran
b. Lapisan pelindung paad beberapa jasad
c. Bentuk energi cadangan
d. Komponen permukaan sel yang berperan dalam proses interaksi antara sel dengan senyawa
kimia di luar sel, seperti dalam proses kekebalan jaringan
e. Sebagai komponen dalam proses pengangkutan melalui membran.
Peran hati dalam metabolisme lemak adalah:
a. Menghasilkan empedu: Ekskresi kolesterol dan menunjang/mempermudah pencernaan
dan absorpsi lemak dari usus.
b. Memiliki sistem enzim yang aktif untuk: Lipogenesis (sintesis asam lemak, triasilgliserol,
kolesterol, fosfolipid), ketogenesis, sintesis lipoprotein plasma, dan oksidasi asam lemak.
12

Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi Beta)


Sebagian besar asam lemak bebas yang mengalami katabolisme berasal dari proses hidrolisis
trigliserida oleh enzim lipase yang terdapat di dalam sel jaringan lemak. Asam lemak ini
dikeluarkan dari sel, berikatan dengan serum albumin yang kemudian bersama aliran darah
dibawa ke jaringan lainnya di dalam tubuh untuk selanjutnya mengalami oksidasi. Dalam hal ini
asam lemak yang masuk ke jaringan lebih dulu dipergiat dengan perantaraan enzim di dalam
sitoplasma, baru kemudian dapat dimasukkan ke dalam mitokondrion untuk selanjutnya
mengalami proses oksidasi menghasilkan energi yang dipakai untuk segala kegiatan dalam tubuh
yang memerlukan energi.3
Oksidasi sempurna asam lemak berantai panjang di dalam semua sel jaringan hewan

mamalia, kecuali di dalam sel otak, menghasilkan CO

dan H O sebagai hasil akhir. Dalam

keadaan tertentu oksidasi asam lemak dalam sel otak menghasilkan asam -hidroksibutirat.
Kelincahan gerak, penyebaran, dan oksidasi asam lemak yang terjadi di dalam tubuh berlangsung
secara terpadu dengan proses metabolisme karbohidrat dan diatur oleh sistem hormon endokrin
yang rumit.1,3
Oksidasi Asam Lemak: Ketogenesis
Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari asetil
KoA, namun oksidai asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari biosintesis asam
lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung di kompartemen sel
yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari biosintesis di sitosol
memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual dan diintegerasikan sesuai kebutuhan
jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil KoA yang dikatalisis
oleh enzim-enzim berbeda, menggunakaan NAD+ dan FAD sebagai koenzim, dan menghasilkan
ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang memerlukan keberadaan oksigen.3
Meningkatnya oksidasi asam lemak merupakan karakteristik kelaparan dan diabetes melitus,
yang menyebabkan pembentukan badan keton oleh hati (ketosis). Badan keton bersifat asam, dan
jika diproduksi secara berlebihan dalam jangka panjang, seperti pada diabetes, menyebabkan
13

ketoasidosis yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Karena glukoneogenesis


bergantung pada oksidasi asam lemak, setiap gangguan pada oksidasi asam lemak mengakibatkan
hipoglikemia. Hal ini terjadi pada berbagai keadaa defisiensi karnitin atau defisiensi enzim-enzim
esensial pada oksidasi asam lemak, misalnya karnitin palmitoltransferase, atau inhibisi oksidasi
asam lemak oleh racun, misalnya hipoglisin.3
Ketogenesis diatur di tiga tahap penting, yaitu:3 (1) Ketosis tidak terjadi in vivo, kecuali jika
terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah yang berasal dari lipolisis triasilgliserol
di jaringan adiposa. Asam lemak bebas adalah prekursor badan keton di hati. Hati, baik dalam
keadaan kenyang maupun puasa, mengekstraksi sekitar 30% asam lemak bebas yang
melewatinya sehingga pada konsentrasi tinggi, aliran asam lemak yang melewati hati cukup
banyak. Karena itu, faktor-faktor yang mengatur mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa
penting untuk mengontrol ketogenesis.
(2) Setelah diserap oleh hati, asam lemak bebas mengalami oksidasi beta menjadi CO2 atau
badan keton atau teresterifikasi menjadi triasilgliserol dan fosfolipid. Masuknya asam lemak ke
dalam jalur oksidatif diatur oleh karnitin palmitoiltransferase-I (CPT-I), dan asam lemak lainnya
yang terserap diesterifikasi.
(3) pada gilirannya, asetil KoA yang dibentuk dalam oksidasi beta dioksidasi dalam siklus
asam sitrat, atau memasuki jalur ketogenesis untuk membentuk badan keton. Seiring dengan
meningkatnya asam lemak bebas serum, semakin banyak asam lemak yang diubah menjadi badan
keton dan semakin sedikit yang dioksidasi melalui siklus asam sitrat menjadi CO2. Pemisahan
asetil KoA diatur sedemikian rupa agar energi bebas total yang terserap dalam ATP yang
terbentuk dari oksidasi asam lemak bebas akan konstan sewaktu konsentrasinya dalam serum
berubah.
Hormon dalam Proses Metabolisme
Hormon yang bekerja dalam tubuh, antara lain:5
1. Hormon insulin yang diproduksi sel beta pada pankreas meningkatkan pengambilan
glukosa oleh sel jaringan (otot, jantung, adiposa, diafragma).
2. Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada zona
glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan
meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya
14

membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid (penyakit Addisons) mengarah pada hipotensi, hiperkalemia,
penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok. Kelebihan mineralokortikoid
mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
3. Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid
utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam:
metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah,
metabolisme protein, keseimbangan cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan
terhadap stresor.
4. Hormon tiroid, memiliki efek pada metabolisme lemak: meningkatkan metabolisme
lemak dan mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.
5. STH (Somatotrof Hormone)/GH (Growth Hormon)/Somatotropin, hormon ini berasal dari
hipofisis pars anterior. Hormon ini berfungsi untuk memacu pertumbuhan terutama pada
peristiwa osifikasi dan mengatur metabolisme lipid dan karbohidrat.
6. Hormon Adrenalin/Epinefrin, hormon ini berada di kelenjar adrenal/suprarenalis bagian
medula. Hormon ini secara umum berfungsi untuk memicu reaksi terhadap tekanan dan
kecepatan gerak tubuh dan memicu reaksi terhadap efek lingkungan, seperti suara yang
tinggi, dan intensitas cahaya.
Secara khusus hormon ini berfungsi :
a. Memacu aktivitas cor/jantung.
b. Menaikkan tekanan darah.
c. Mengerutkan otot polos pada arteri.
d. Mengendurkan otot polos bronchiolus
e. Mempercepat glikolisis.
Bila terjadi kekurangan penghasilan hormon adrenalin/epinefrin akan menyebabkan
penyakit Adison.
7. Hormon Kortisol, memiliki fungsi untuk memacu metabolisme karbohidrat dan

meningkatkan respon imunitas tubuh dan bila terjadi kenaikan dalam penghasilan hormon
ini akan dapat menyebabkan sindrome cushing.
8. Hormon Glukagon, hormon ini berada di pulau langerhans pankreas. Hormon ini
mempunyai sifat kerja yang sinergis dengan hormon adrenalin dan memiliki fungsi untuk
meningkatkan kadar gula dalam darah serta mengubah glikogen menjadi glukosa dalam
peristiwa glikolisis.
Kesimpulan
15

Berdasarkan berbagai daftar pustaka yang telah ditelaah untuk mengetahui lebih lanjut
tentang metabolisme energi dan kompensasi tubuh saat keadaan lapar, maka dapat disimpulkan
bahwa tubuh dalam keadaan normal memiliki kemampuan katabolisme dan anabolisme yang baik
sehingga dalam keadaan kenyang maupun lapar sekalipun tubuh selalu tersedia energi yang
cukup.
Daftar Pustaka
1. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell V. Biokimia Harper. Edisi XXV. Jakarta:
EGC. 2003
2. Ganong W.F. buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. 2002. P 269-381.
3. Guyton, Hall. Buku ajar : fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC ; 2007
4. Musrinsalila. Metabolisme protein. Diunduh dari:
http://www.scribd.com/doc/24511733/Metabolisme-Protein-Mus, 23 Oktober 2011
5. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: EGC; 2001

16

Anda mungkin juga menyukai