Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KOTA MALANG

DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 3 MALANG
Jl. Sultan Agung Utara No.7 Telp (0341)324768, Fax (0341)341530
Website : www.sman3malang.sch.id E - mail : snbi@sman3malang.sch.id

Lampiran 4 Materi Ajar


1.

Kingdom Animalia
(Porifera dan Coelenterata)
Organisme yang dikelompokkan dalam dunia hewan adalah organisme yang memilliki ciri
eukariotik, multiseluler, tidak memiliki dinding sel dan klorofil, dan hidup heterotrof.

2.

Umumnya hewan dapat bergerak untuk memperoleh makanan dan mempertahankan hidup.
Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan dibedakkan menjadi invertebrata (hewan

3.

tidak bertulang belakang) dan vertebrata.


Anggota filum invertebrata yang tubuhnya tidak memiliki jaringan (parazoa). Contoh
parazoa adalah Porifera. Invertebrata lainnya yang sudah membentuk jaringan disebut

4.

eumetazoa.
Tubuh eumetazoa ada yang simetri radial, simetri bilateral. Hewan dengan tubuh simetri
radial memiliki tubuh dorsal (bagian atas) dan ventral (bagian bawah). Tetapi tidak memiliki

5.
6.

tubuh anterior (bagian depan) dan posterior (bagian belakang).


Invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak bertulang belakang.
Invertebrata memiliki delapan filum yakni Porifera, Coelenterata, Platyhelmintes,
Nemathelmintes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, dan Echinodermata.

Klasifikasi Kingdom Animalia


1.

Filum Porifera

Filum Porifera adalah hewan multiseluler (metazoan) yang paling sederhana. Ciri
tubuhnya berpori seperti spons sehingga disebut hewan spons.

Ukuran tubuh porifera beragam, ada yang sebesar butiran beras, dan yang lain memiliki
tinggi dan diameter 2m.
.

Tubuh porifera asimetris (tidak beraturan) meskipun ada yang simetri radial
Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil yang disebut (ostium)

Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5
km. Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas
Demospongia.

Permukaan tubuh porifera tersusun atas sel-sel berbentuk pipih dan berdinding tebal yang
disebut pinakosit. Fungsi pinakosit sebagai pelindung.

Spongosol (rongga tubuh) dilapisi sel berleher yang memiliki flagellum, yang disebut
koanosit. Flagelum bergerak pada koansit berfungsi membentuk aliran air satu arah
sehingga air yang mengandung makanan dan oksigen masuk melalui pori ke spongosol.
Pada Spongosol makanan ditelan secara fagositosis dan oksigen diserap secara difusi oleh
koanosit.

Habitat porifera umumnya di laut, mulai tepi pantai hingga laut dalam. Porifera juga ada
yang hidup di air tawar. Porifera dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil).

Hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang
bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan.

Nutrisi dan Sistem Pencernaan


Porifera hidup secara heterotof
Makananya adalah bakteri dan plankton, makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk
cairan (bersifat holozoik maupun saprozoik)
Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam khoanosit dan amoebosit (terjadi secara
difusi maupun osmosis)
Partikel makanan yang masuk difagosit oleh khoanosit dan dimasukkan dalam vakuola
makanan dan dicerna oleh enzim karbohidrase, protease, dan lipase. Vakuola makanan
melakukan siklosis dalam sel leher, dari sel leher ditransfer ke dalam amoebosit yang
selanjutnya partikel makanan tersebut diedarkan keseluruh tubuh.
Partikel yang tidak tercerna akan ikut aliran air dan dikeluarkan melalui oskulum

Sistem Respirasi

Spons tidak memiliki alat atau organ pernafasan khusus. Respirasi bersifat aerobik.
Yang berfungsi menangkap/mendifusikan O2 yang terlarut dalam air adalah sel-sel epidermis
(sel-sel pinakosit) dan sel-sel leher (khoanosit), kemudian berdifusi ke dalam sel tersebut
dan didistribusikan oleh sel amoebosit.

Sistem Sirkulasi dan Aliran air


Porifera tidak memiliki sistem sirkulasi khusus
Sirkulasi dari luar oleh aliran air, sirkulasi dari dalam dilakukan oleh sel-sel amoebosit
Fungsi utama dari aliran air adalah sebagai sarana dalam penyelenggaraan pertukaran zat dari
lingkungan eksternal ke lingkungan internal maupun sebaliknya, selain itu juga sebagai sarana
dalam pengeluaran benda-benda reproduktif (sperma dan ovum)
Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi
Porifera tidak memiliki alat ekskresi khusus
Zat-zat sampah dikeluarkan dari tubuh oleh sel-sel amoebosit
Pengaturan kadar air dalam sel dilakukan oleh vakuola denyut (Porifera tawar lebih banyak
memiliki vakuola denyut dibandingkan Porifera laut)
Sistem Koordinasi (Sistem Saraf)
Porifera belum memiliki alat khusus seperti sistem saraf yang lengkap seperti pada hewan
tingkat tinggi, namun memiliki sel saraf primitive yang disebut kholesit dan lofosit (tersebar
dalam mesoglea)
Masing-masing sel penyusun tubuh Porifera sanggup mengadakan reaksi terhadap
rangsangan yang mengenainya
Sifat reaksi tersebut independen/difus yang artinya belum adanya kerjasama serta koordinasi
antara sel satu dengan sel yang lain, sehingga dalam menanggapi rangsang sifatnya local dan
lambat

Sistem Reproduksi
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule
disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam
tubuh porifera yang hidup di air tawar. Gemmule dibentuk dari kumpulan arkheosit yang
dilengkapi dengan zat makanan yang dibungkus dengan bahan yang tahan kondisi buruk
Porifera juga dapat membentuk individu baru dengan regenerasi.

Reproduksi seksual belum ditunjang oleh alat reproduksi khusus, reproduksi seksual
dilakukan dengan pembentukan gamet (sperma dan ovum). Ovum dan sperma dihasilkan
oleh sel amoebosit khusus yang disebut arkheosit (di mesoglea).
Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama
sehingga porifera bersifat hemafrodit, namun ada pula yang monosius.
Setelah fertilisasi dan terbentuk zigot, zigot melakukan pembelahan berulang kali yang
kemudian membentuk larva berambut getar disebut amphiblastula (Porifera Calcareus) atau
parenchimula (Porifera non-Calcareus). Larva tersebut keluar melalui oskulum.
Larva berenang mencari tempat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya, kemudian larva
melekatkan diri pada substrat dan tumbuh menjadi Porifera baru.
Klasifikasi dalam filum Porifera
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas,
yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae).
1. Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa
yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia = spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika.
Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan
bentuk vas bunga atau mangkuk.Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe
sikonoid. Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200-1.000 m.
Contoh Hexactinellida adalah Euplectella aspergillum.

2.

Demospongiae
Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki rangka

yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen
yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar
matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang
mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid.
Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di
air tawar. Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang
hidup di air tawar. Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh
jenis porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates digitalis.

3.

Calcarea (Calcisspongiae)
Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur,

spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan
berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh
kurang dari 10 cm. Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau
leukonoid. Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya Sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer.
Berikut bentuk tipe saluran air dari porifera : askonoid, sikonoid, dan leukonoid

Sycon gelatinosum
Peranan Porifera bagi kehidupan
Terutama dari kelas Demospongia.yang hidup dipantai yang dangkal digunakan untuk membuat
spons untuk mandi dan pembersih kaca.
2.

Filum Coelenterata (Cnidaria)


Hewan invertebrata yang mempunyai rongga tubuh yang berfungsi sebagai alat pencernaan
(gastrovaskuler).
Coelenterata memiliki dinding tubuh diploblastik yang memiliki sel jelatang/sel penyengat
sehingga disebut juga Cnidarian.
Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam dari millimeter misalnya Hydra, dan mencapai
diameter 2 m, misalnya Cyanea.
Tubuh Coelenterata simetri radial dengan bentuk medusa atau polip. Medusa berbentuk
seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh lengan-lengan (tentakel). Polip
berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang..

Coelentera berasal dari kata coelos berarti rongga, enteron berarti usus,tubuh berongga
disebut rongga gastrovaskuler yang didalamnya terdapat usus yang berfungsi sebagai alat
pencernaan makanan
Tubuh tidak beranus tetapi bermulut yang dilengkapi dengan tentakel disekelilingnya
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di
air
Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagaian
besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau
benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan
bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.

Hydra sp.
Cara makan dan Pencernaan
Coelenterata merupakan hewan diploblastik, ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang
endoderm berfungsi untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron
atau gastrosol. Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk kantong.
Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa dan memasukan makanan ke dalam mulut. Pada
permukaan tentakel terdapat sel-sel yang disebut knidosit (knidosista) atau knidoblas. Setiap
knidosit mengandung kapsul penyengat yang disebut nematokis (nematosista).
Mulut dikelilingi oleh tentakel, nematokis yang ada pada tentakel dapat mengeluarkan racun
untuk melemahkan mangsa. Tentakel kemudian memasukkan makanan ke dalam mulut.
Makanan yang masuk dari mulut akan masuk ke dalam gastrosol dan dicerna dengan bantuan
enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel gastrodermis.
Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai pencernaan ekstraseluler. Hasil pencernaan
dalam gastrosol akan ditelan oleh sel-sel gastrodermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut
dalam vakuola makanan. Pencernaan di dalam sel gastrodermis disebut pencernaan
intraseluler.
Sari makanan kemudian diedarkan ke bagian tubuh lainnya secara difusi.
Sistem Saraf

Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks. Sel-sel Coelenterata sudah
terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana.
Coelenterata memiliki sistem saraf sederhana yang tersebar benrbentuk jala yang berfungsi
mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan.
Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat
diantara lapisan epidermis dan gastrodermis.
Pada medusa, disamping memiliki system saraf juga memiliki alat indera/sense organs yang
berupa kantong-kantong kecil yang disebut statokist atau marginal vesikal. Didalam statokist
tersebut ditemukan cairan dan sebuah kepingan CaCO3 kecil yang dapat pindah dengan
menggelinding yang disebut statolith. Alat indra tersebut berfungsi sebagai alat keseimbangan
dan alat koordinasi bagi sistem kerja muskular
Respirasi, Sirkulasi, dan Ekskresi
Pertukaran gas terjadi secara langsung pada permukaan tubuh, karena tidak memiliki organ
khusus untuk respirasi, ekskresi, dan sistem peredaran darah
Pertukaran gas tersebut berlangsung secara difusi dan osmosis melalui membran pada masingmasing sel
Reproduksi
Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan
dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang
berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh
induknya sehingga membentuk koloni.

Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Gamet
dihasilakan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip.
Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah Hydra.
Reproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan membentuk kuncup, sedang seksualnya
(generatif ) ovum yang dibuahi spermatozoid membentuk zigot dan membentuk medusa
Klasifikasi dalam filum Coelenterata
Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus
hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.
1.

Hydrozoa

Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki
pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup soliter.Contoh
Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang
hidupnya berkoloni di laut. Obelia memili ki bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.

Siklus hidup pada filum Coelenterata (Obelia sp.)


Polip Obelia yang bersifat diploid (2n) bereproduksi secara aseksual dengan tunas yang tetap
melekat pada induknya sehingga membentuk koloni
Di dalam koloni, terdapat 2 macam polip, yaitu polip yang memiliki tentakel dan polip yang
tidak memiliki tentakel. (polip yang memiliki tentakel berfungsi untuk makan, sedangkan
yang tidak bertentakel untuk reproduksi dengan membentuk medusa dengan pertunasan.
Medusa yang bersifat diploid kemudian lepas dari polip dan tumbuh dewasa
Medusa dewasa menghasilkan sperma (n) dan ovum (n) yang dilepaskan ke air
Fertilisasi terjadi di air dan menghasilkan zigot (2n)
Zigot berkembang menjadi larva bersilia yang disebut planula
Planula kemudian menempel pada dasar laut dan tumbuh menjadi polip Obelia dewasa
2.

Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk

dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur.
Medusa umumnya berukuran 2 40 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual.
Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh Scyphozoa adalah
Cyanea dan Chrysaora fruttescens.

Daur hidup Scypozoa


Sususnan saraf ubur-ubur lebih kompleks bila dibandingkan dengan Hydra,susunannya
terdiri dari jaringan saraf utama, jaringan saraf difus, dan ganglia rhopalial. Serta telah
memiliki alat indera, yaitu tentakulokist/rhopalia, oselli, dan celah olfaktori.
3. Anthozoa
Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthus = bunga, zoa = hewan) memiliki banyak tentakel
yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa,hanya bentuk
polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di
laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan
fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet.
Contoh Anthozoa adalah Tubastrea (koral atau karang), Acropora, Urticina (Anemon laut),
dan Turbinaria. Koral hidup di air jernih dan dangkal karena koral bersimbiosis dengan
ganggang. Ganggang memberikan makanan dan membantu pembentukan rangka pada koral.
Sedangkan koral memberikan buangan yang merupakan makanan bagi ganggang serta
perlindungan bagi ganggang dari herbivora. Rangka koral tersusun dari zat kapur.Rangka koloni
dari polip koral inilah yang membentuk karang pantai (terumbu karang) atau atol (pulau karang).

Metridium senile

Stylophora mordax

Manfaat Coelenterata bagi kehidupan

Di Jepang ubur-ubur digunakan untuk bahan makanan dan kosmetik, di Indonesia digunakan
untuk membuat tepung, batu karang dilaut sebagai pelindung pantai, tempat reproduksi ikan,
sebagai taman laut atau wisata bahari misalnya: Taman laut Bunaken.

Anda mungkin juga menyukai