Anda di halaman 1dari 10

Tumor Parotis

Go Yohana Gunawan
102012219
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
go.gunawan@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Kelenjar liur atau kelenjar saliva adalah kelenjar yang mensekresikan
cairansaliva, terbagi menjadi dua golongan, yaitu mayor dan minor. Kelenjar saliva
mayor terdapat tiga pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan
kelenjar sublingual. Kelenjar saliva minor di mukosa traktus aerodigestif atas termasuk rongga
mulut, terutama selaput lendir palatum.1 Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan
saliva yang berbeda-beda.

Kelenjar

parotis

mensekresikan

liur

serosa,

s e d a n g k a n k e l e n j a r s u b m a n d i b u l a mensekresikan liur mukosa. P e m b a h a s a n d a l a m


m a k a l a h i n i a k a n l e b i h f o k u s k e p a d a t u m o r y a n g terjadi di parotis, baik tumor
jinak maupun ganas. Neoplasma kelenjar liur jarangterjadi, hanya 3-6% dari tumor
kepala leher, tumor kelenjar liur mengenai parotis 85%, submandibula 3-15%,
kelenjar liur minor 5-8% dan sublingual <1%. Makin kecil kelenjar liur yang terkena,
makin besar kemungkinan keganasan. Secara klinis, jika didapatkan benjolan kelenjar
parotis, maka cuping telingaakan terangkat ke atas. Tumor pleiomorf tidak nyeri,
tumbuh berangsur dan dapat menjadi besar sekali bila dibiarkan.1

Pada skenario seorang laki laki 60 tahun dengan keluhan benjolan


pada bawah telinga kanannya sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan semakin
membesar hingga membuat telinganya kanannya terangkat. Pasien juga
mengeluh mata kanannya tidak dapat menutup sempurna. Pasien di duga
mengalami tumor parotis. Untuk lebih menegakkan diagnosis dilakukan anamesis.

Anamesis
Menanyakan identitas pasien meliputi nama, usia, tempat tinggal, pekerjaan. Lalu
menanyakan keluhan utamanya pada scenario adanya benjolan di bawah telinga kanan. Riwayat
penyakit sekarang nya ditanyakan sudah berapa lama, lalu apakah ada rasa nyeri, apakah merah
dan panas, apakah benjolannya semakin membesar, benjolan bisa digerakkan tidak. Riwayat
penyakit dahulu ditanyakan apakah ada riwayat operasi sebelumnya?lalu pernah terpapar sinar
radioaktif? Apakah ada paralisis nervus facialis, Riwayat penyakit keluarga ditanyakan di
keluarga ada yang terkena hal yang sama tidak? Riwayat pribadi ditanyakan hygiene, apakah
merokok, dan kebiasaan makan sirih.
Pemeriksaan fisik
Menilai keadaan umumnya secara menyeluruh serta bagaimana tingkat kesadarannya.
Inspeksi : keadaan istirahat dan pada pergerakan untuk lihat pergerakan adakah pembengkakan
abnormal, lalu dilihat besarnya benjolan dan apakah ada kemerahan. Lihat keadaan nervus fungsi
nervus facialis. Terkadang tampak adanya trismus, dan juga bisa dilakukan sampai intraoral
adakah desakan tonsil atau uvula. Palpasi : dilakukan untuk lebih dapat mengarah ke penilaian
lakalisasi tumor dengan tepat,, ukurannya, bentuknya, konsistensinya. Pada scenario teraba
benjolan berdiameter kurang lebih 7cm dengan nyeri tekan positif, konsistensi keras, melekat
pada jaringan sekitar juga teraba pembesaran kelenjar getah bening.2

Gambar 1. Paralisis nervus facialis.2


Pemeriksaan penunjang
1) Biopsy aspirasi jarum halus
Merupakan cara yang aman dan cepat untuk mendiagnosa adenoma pleomorfik
parotis, walaupun keakuratannya tergantung pada keterampilan yang memeriksa.2
Helmus C.MD mendapatkan ketepatan 94% dengan menggunkan biopsy aspirai
jarum halus pada tumor parotis.2
2) Radiologi
a) Sialografy
Sialografy dapat dgunakan untuk mendiagnosis tumor parotis, namun saat ini
sudah di tinggalkan dengan adanya CT Scan dan MRI. Dengan pemeriksaan ini
masssa tumor terlihat mendorong jaringan parotis dan duktus duktusnya.2
b) Tomografi (CT Scan) dan MRI
Dengan CT Scan adenoma pleomorfik memberi gmabaran berupa massa berbatas
tegas dengan densitas yang homogen atau heterogen. Densitasnya lebih tinggi dari
cairan serous normal dan jaringan lemak parotis. Gambaran heterogen degan daerah
nekrosis, kistik sering di dapatkan karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat
cairan, lemak darah dan kalsifikasi.2
MRI akan membantu untuk mrlihat perluasan ke jaringan sekitar. Namun MRI tidak
terlalu penting bila massa tumor secara histopatologi itu jinak dan mudah di palpasi.
c) USG
Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa lembut
hipoekoik dan sering terlihat massa berlobul. Tumor yang luas memberikan gambaran
yang lebih heterogen. Meskipun dengan USG dapat memperkirakan diagnosis
pleomorfik namun CT Scan MRI dibutuhkan untuk menilai lebih lengkap.2
3) Biopsy terbuka
Biopsy ini jarang dilakukan unruk mendiagnosis tumor parotis bahkan merupakan
kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa tanda keganasan.2
Working diagnose
Diagnose pada kasus ini tumor parotis. Kelenjar saliva terbagi menjadi dua bagian yaitu
mayor dan minor. Kelenjar mayor terdiri dari : kelenjar parotis, kelenjar submandibular, kelenjar
sublingual. Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar hanya memberikan 25% dari total
volume saliva. Duktus yang berhubungan dengan kelenjar parotid adalah ductus
3

parotid, atau duktus Stensons. Kelenjar submandibula adalah yang kedua terbesar,
tapi hanya memberikan 60-65% dari total volume saliva. Letaknya dibawah
mandibula di fosa submandibula, posterior dari kelenjar sublingual. 3 Duktus yang
berhubungan dengan kelenjar submandibula adalah duktus submandibula, atau
duktus Whartons.

Kelenjar sublingual yang paling kecil, terlebar, memproduksi

hanya 10% dari total volume saliva. Letaknya difosa sublingual, anterior dari
kelenjar submandibula, dari dasar mulut. Duktus pendek yang berhubungan dengan
kelenjar sublingual terkadang berkombinasi membentuk duktus sublingual, atau
duktus Bartholins.3

Gambar 2. Anatomi kelenjar parotis. 3

Kelenjar saliva minor merupakan kelenjar saliva minor lebih kecil dari kelenjar saliva
mayor, namun jumlahnya lebih banyak. Kelenjar saliva minor termasuk kelenjar eksokrin,
namun duktus mereka lebih pendek daripada duktus kelenjar saliva mayor. Ada juga kelenjar
saliva minor yang bernama von ebners salivary glands, terhubung dengan papilla lingual
circumvallate, dibagian posterior permukaan dorsal lidah. Kebanyakan kelenjar saliva minor
memiliki sel mucus yang banyak, kecuali kelenjar von ebner yang hanya terdiri dari sel serous.
Kelenjar parotis adalah merupakan kelenjar terbesar pada mayor dibanding
keduannya. Kelenjar parotis terletak tepat di depan dan bawah telinga.bersama
kelenjar submandibular dan sublingual yang merupakan dua kelenjar lain yang
berpasangan yang memproduksi saliva. Nervus facialis sangat penting karena keberhasilan
tehnik operasi pada semua jenis operasi tiroidektomi tergantung pada pemeliharaan saraf ini.
Nervus facialis membagi kelenjar parotis menjadi dua lobus yaitu lobus profunda dan
4

superfisial. L o b u s

superficial akan mempercabangkan ramus temporalis, ramus

zygomastikus, ramus buccinator superior. Lobus superfisial terletak di superficial


dari bagian posterior otot masseter, ke atas hingga ke arkus zygomaticus , k e b a w a h
m e n c a p a i m a r g o i n f e r i o r o s m a n d i b u l a r . L o b u s profunda mempercabangkan
ramus servikal, ramus submandibular, dan ramus biccinator inferior. Kelenjar paratiroid dapat
membengkak bisa dikarenakan beberapa factor diantaranya yang paling umum adalah karena
virus ataupun infeksi bakteri. Kelenjar paratiroid juga dapat mengakibatkan tumor. Tumor ini
biasanya muncul seperti benjolan biasa yang berada di sekitar sudut rahang atau tepat dibawah
daun telinga.klasifikasi tumor WHO : tumor epithelial, tumor non epithelial, tumor yang tidak
dapat di klasifikasikan. Tumor epithelial : a) adenoma (adenoma pleomorfik, adenoma
monomorfik). b) tumor berpotensi ganas (mukoepidermoid) c) karsinoma(karsinoma adenoid
kistik). Dari semua tumor pada kelenjar saliva hampir 70% adalah tumor parotis. Dari tumor
parotis tersebut hampi 70% adalah tumor benigna, dan kebanyakan dari tumor benigna adalah
adenoma pleomorfik. Adenoma pleomorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus
disertai peningkatan komponen stroma. Tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan
gejala- gejala nervus facialis. Adenoma pleomorfik biasa muncul sebagai massa tunggal yang
tidak nyeri pada permukaan lobus parotis. Tumor kelenjar terbanyak kedua yaitu tumor wharthin.
Pada tumor maligna kelenjar saliva selalu muncul sebagai massa tersendiri. Apabila adanya nyeri
bisa dihubungkan dengan adanya keganasan pada 20% kasus. Gejala gejala lain yang bisa
timbul kesemutan, disfungsi nervus facialis atau paralisis nervus lengkap. Dengan adanya
kelumpuhan nervus facialis hampir tidak pernah di jumpai bahwa itu penyakit jinak. 3
Table 1. Perbedaan tumor parotis ganas dan jinak.3
Tumor jinak
Tidak terasa nyeri

Tumor ganas
Tumor keras dan berbatas tidak tegas

Tumbuh lambat

Paralisis nervus facialis

Benjolan

konsistensi

padat,

batas Tumor tumbuh cepat

tegas,gangguan nervus facialis tidak ada

Tumor dengan pembesran kelenjar getah

Patologi : tumor tidak berkapsul asli, seperti bening regional


campuran
miksomatosa

adenoma
dan

dengan

gambaran

ini

jaringan Tumor parotis dengan gambaran metastase ke


disebut paru

pleomorphic adenoma.
5

Gambar 3. Vaskularisasi kelenjar parotis. 3

Diagnose differential

Parotitis epidemika
Enyakit virus menyeluruh, akut,

Adenoma submandibular
- Merupakan bentuk tumor

kelenjar ludah membesar dan

dengan adanya pembengkakan

nyeri. Virus ini terdapat pada

tanpa rasa nyeri yang bertahan

kelompok paramixovirus yang

lama di daerah depan telinga

juga mencakup campak.4


85% terjadi pada anak yang

atau caudal kelenjar parotis.

lebih muda dari 15 tahun.

Tumor ini paling sering pada


palatum dekat garis tengah
pada pertemuan palatum mole
dan durum.1

Etiologi
a) Idiopatik
Merupakan yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang
sangat nyeri dan penyembuhan spontan beberapa kali di dalam 1
tahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, stress emosional.5
b) Genetik
Resiko tumor/ kanker yang paling besar di ketahui ketika ada
kerabat utama dari pasien dengan tumor / kanker yang diturunkan
secara dominan autosom. Onkogen merupakan segmen DNA yang
menyebabkan sel meningkatkan atau menurunnya produk produk
penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel yang
akibatnya sel memperlihatkan penyebaran dan pertumbuhan yang
tidak terkendali semua sifat sifat kanker fragmen fragmen genetic
ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.5
c) Bahan bahan kimia
Obat

obatan
perkembangan

kanker

hormonal
tertentu

tertentu

telah

berkaitan

terbukti.

dengan

Hormone

bukan

karsinogen tetapi dapat mempengaruhi karsinogenesis. Hormone


dapat mengendalikan atau menambah petumbuhan tumor.5
d) Factor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat
mempredisposisikan
seseorang

untuk

mendapatkan

kanker

tertentu.

Sel

sel

yang

mempengaruhi perubahan (bermutasi) secara antigenis dari sel sel


yang normal dan harus di kenali sistem tubuh yang kemudian akan
dimusnahkan. Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuhnya tumor
pada masa kanak kanak dan usia lanjut yaitu dua periode ketika
sistem imun lemah.5
Epidemiologi
Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh
keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenjar liur berkaitan dengan paparan
7

radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada.Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi
pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari
tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas). Prevalensi tumor
ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor
parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor
kelenjar liur minor adalah ganas. Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik,
tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien
dengan keganasan pada kelenjar parotisnya.
Patofisiologi
Teori sel cadangan merupakan teori yang paling banyak digunakan. Teori ini menyatakan
bahwa pertumbuhan sel sel tumor dipicu oleh sel sel cadangan (stem cell) yang berasal dari
sistem duktus kelenjar parotis. Tipe tumor bergantung pada stem cell dan differensiasi stem cell
pada tahap transformasi sel normal menjadi sel tumor. Stem cell dari duktus interkalaris menjadi
karsinoma kistik dan karsinoma sel asinik. Stem cell dari duktus ekskretoris akan berkembang
menjadi karsinoma mukoepidermoid, karsiinoma sel skuamosa, karsinoma duktus salivaorius.
Manifestasi klinis
Neoplasma kelenjar ludah biasanya merupakan massa yang tumbuh lambat dan berbatas
tegas. Jika ditemukan rasa nyeri, pertumbuhan cepat kelemahan saraf atau parestesia, tanda
tanda limfodenopati servikal, perlekatan pada kulit ataua otot dibawahnya itu merupakan tanda
tanda keganasan.
Neoplasma parotis : pembengkakan di depan telinga dan kesulitan untuk mengerakan
salah satu sisi wajah. Paralisis nervus facialis sering didapat pada pasien neoplasma parotis
maligna. Adanya bengkak biasanya mengurangi kepekaan daerah tersebut terhadap rangsang dan
kesulitan untuk menelan. Keluhan pasien biasanya benjolan yang soliter, tidak nyeri, jika ada
nyeri berarti terdapat keganasan, bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening bila ada
metastase.
Komplikasi

Komplikasi akibat pengangkatan tumor parotis dapat timbul terutama bila dilakukan
parotidektomi. Komplikasi yang dapat timbul :
a) Sindrom Frey
Reinervasi yang bersilang dari jalur otonom kelenjar parotis ke kelenjar keringat,
sehingga serabut parasimpatis yang dirangsang oleh penciuman, pengecapan, akan
mempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh darah. Hal ini berakibat timbulnya keringat
dan kemerahan di sekitar kulit pada region parotis pada waktu mengunyah.3
b) Kelumpuhan saraf fasialis
Kelumpuhan ini lebih sering terjadi pada indakan parotidektomi total dari pada
paratidektomi superfisial dan akan semakin berkurang jika hanya melakukan
paratidektomi subtotal. Kelumpuhan ini gterjadi akibat tarikan yang dilakukan saat
operasi atau trauma operasi. Kelumpuhan ini bisa bersifat sementara atau menetap.
Paralisis ini dapat mengakibatkan keratitis karena mata sulit menutup dengan baik.
Pemotongan cabang saraf mengakibatkan paralisis otot bersangkutan.3
c) Fistula kelenjar liur
Merupakan komplikasi yang sering muncul setelah dilakukan parotidektomi
dimana air liur akan berkumpul di daerah bekas operasi, sehingga cairan yang terkumpul
ini akan keluar melalui celah sehingga terbentuk fistula. Kondisi ini biasanya akan
berhenti sendiri karena air liur yang terkumpul dapat di serap kembali atau dapat dihisap
dengan spuit.3
Prognosis
Tumor yang diangkat secara komplit dapat sembuh secara total. Pada pengangkatan yang
tidak komplit akan mengalami kekambuhan atau bahkan bermetastase. Kekambuhan tumor ini
dapat diprediksi dengan imunohistokimia. Ekspresi mucin khususnya MUC1 pada adenoma
pleomorfik merupakan marker untuk prediksi kekambuhan.3
Tatalaksana
Dilakukan tindakan bedah. Tindakan bedah yang dilakukan adalah pengangkatan tumor
secara komplit. Sisa tumor dapat terjadi kekambuhan dan menjadi ganas. Tehnik
pengangkatannya :
9

1) Parotidektomi Total
Pengangkatan secara total dengan mengangkat saraf facialis atau merawat saraf
facialis. Tindakan ini di indikasikan untuk tumor jinak yang mengenai kedua lobus
parotis / tumor ganas parotis.6
2) Paroditektomi Superfisial
Pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat lobus superfisial baik dengan
sekalian saraf facialis atau merawat saraf facialis. Di indikasikan untuk tumor jinakyang
hanya mengenai lobus superfisial.6
3) Paraditektomi medial
Pengangkatan lobus profunda baik dengan pengangkatan saraf facialis atau
tidak.diindikasikan untuk tumor yang mengenai lobus profunda.6
Kesimpulan
Kelenjar paratos merupakan kelenjar saliva terbesar. Kelenjar ini bisa mengalami
gangguan dengan sebab yang belum secara pasti diketahuinya. Adanya tumor pada kelenjar ini
juga merupakan salah satu kelianan yang dapat terjadi. Apabila adanya tumor pada kelenjar ini
maka bisa timbul gejala yaitu sulitnya untuk menutup mata dengan sempurna. Penatalaksanaan
pada kasus ini dapat dilakukan dengan pembedahan secara komplit tanpa meninggalkan sisa
untuk mengurangi kemungkinan relaps kembali.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.

De Jong W. Buku ajar ilmu bedah.ed 3. Jakarta : Penerbit EGC;2007.h.469-70


Swart MH. Buku ajar diagnostic fisik. Jakarta : Penerbit EGC; 2004.h.315.
Togar. Tumor kelenjar ludah. Jakarta : Binarupa Aksara Publishing;2010.h.359-62.
Maldonado Y. Ilmu kesehatan anak Nelson.ed15. Jakarta : Penerbit EGC;2000.h.1074-7.
Mulholland.Greenfield Surgery : Scientific principle and practice.ed4. Lippincott
Williams & Wilkins;2006.

6. Schartwz SI. Intisari prinsip prinsip ilmu bedah. Jakarta : Penerbit EGC;2000.h.256-7.

10

Anda mungkin juga menyukai