Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) butir 14, tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan diduga sebagai pelaku tindak pidana. Selanjutnya pada KUHAP butir 15 menyebutkan terdakwa adalah yaitu seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di sidang pengadilan. Penetapan tersangka dapat dilakukan apabila bukti-bukti yang dikumpulkan sudah cukup kuat, yang merupakan tugas penyidik. Penangkapan terhadap seorang tersangka dilakukan berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya salah penangkapan yang dapat merugikan hak dan nama baik tercemar (Bawono, 2011). Pasal 17 KUHAP menegaskan dengan menyatakan ; Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup Menurut pasal 66 ayat 1 dan 2 Peraturan Kapolri No 12 Th 2009 menyebutkan bahwa (1) status sebagai tersangka hanya dapat ditetapkan oleh penyidik kepada seseorang setelah hasil peyidikan yang dilaksanakan memperoleh bukti permulaan yang cukup, yaitu paling sedikit 2 (dua) jenis alat bukti (2) untu menentukan memperoleh bukti permulaan yang cukup, yaitu paling sedikit 2 (dua) jenis alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan melalui gelar perkara Pengertian tersangka atau terdakwa sering disalahartikan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa seolaholah tersangka atau terdakwa itu sudah pasti bersalah. Padahal yang berhak menentukan bersalah atau tidaknya adalah pengadilan, dengan adanya putusan dari pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap. Dalam persamaan kedudukan di hadapan hukum seseorang harus dianggap tidak bersalah sebelum dibuktikan kesalahannya itu, atau disebut juga asas praduga tidak bersalah (Hakim, 1996; Wati, 2013), yang berbunyi ; Setiap orang yang disangka, ditangkap, dituntut, dan atau dihadapkan di muka pengadilan wajib dianggap tidak bersalah
sebelum diadakan putusan yang menyatakan kesalahannya dan
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Bersumber pada asas praduga tak bersalah maka jelas dan sewajarnya bahwa tersangka atau terdakwah dalam proses peradilan pidana wajib mendapatkan hak-haknya Di dalam KUHAP ditegaskan bahwa seseorang yang diduga atau disangka terlibat dalam suatu tindak pidana, tetap mempunyai hak-hak yang wajib di junjung tinggi dan dilindungi. KUHAP telah memberikan perlindungan hak-hak tersangka dengan menempatkan seseorang yang telah disangka melakukan tindak pidana, kedudukanya dianggap sama dengan orang lain menurut hukum (Wati, 2013). DAFTAR PUSTAKA Hakim G.N.,Abdul. KUHAP dan Peraturan Pelaksanaannya.Jakarta: Djambatan, 1996 Wati, Yunia Eka (2013) Hak-Hak Tersangka Pada Proses Penyidikan Menurut KUHAP dan Fiqih Murafaah (Study Komparatif). Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Bawono, BambangT. 2013. Tinjauan Yuridis Hak-Hak Tersangka dalam Pemeriksaan Pendahuluan. Jurnal Hukum Vol XXVI, No. 2, Agustus 2011