Anda di halaman 1dari 3

1.

Ada atau tidak hubungan antara penyakit infeksi pernafasan bawah


dengan OMSK?
Tidak ada satupun yang menyatakan infeksi saluran pernafasan bawah
dapat

memberikan

efek

langsung

ke

dalam

telinga

tengah

dan

menyebabkan infeksi pada telinga tengah. Dikarenakan perbedaan letak


anatomi yang terlalu jauh untuk mencapai telinga tengah. Adapun yang
dapat terjadi adalah infeksi pernapasan bawah menyebabkan infeksi pada
sistem pernapasan atas yang kemudian menyebar ke dalam telinga
tengah. Hal ini tetap disebut bahwa infeksi pernafasan atas yang
menyebabkan infeksi telinga tengah. Infeksi yang biasa terjadi di telinga
tengah akibat infeksi pernapasan atas adalah otitis media akut. Pada
OMSK,

infeksi

yang

menjalar

dari

infeksi

pernapasan

atas

dapat

memberikan gejala telinga berair. Adapun patofisiologi terjadinya OMA


dari infeksi pernapasan atas adalah sebagai berikut :

OMA memiliki 5 stadium : 1. Stadium oklusi. Pada stadium ini yang terjadi
adalah penyumbatan pada tuba Eustachius. Tanda adanya oklusi tuba
Eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timoani akibat

terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya


absorbsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau
berwana keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi ; 2. Stadium hiperemis. Pada stadium
hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani
atau seluruh membran timoani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar terlihat ; 3. Stadium supurasi. Edem yang hebat oada mukosa
telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya
eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat
sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah
hebat ; 4. Stadium perforasi, karena beberapa sebab seperti terlambatnya
pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat
terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar. Anak uang tadinya gelisah sekarang menjadi
tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini
disebut dengan otitis media akut stadium perforasi; 5. Stadium resolusi.
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh naik
atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa Otitis
Media Serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.
2. Korelasi pada anamnesa menanyakan riwayat DM dengan rencana
pemberian obat yang akan diberikan (dexametason dengan riwayat DM)
Dexametasone merupakan obat glukokortikoid yang dapat memicu
glikogenesis. Hal ini dapat menyebabkan hiperglikemi pada pasien
diabetes melitus.
3. Perbedaan antara rinitis akut dengan rinitis kronis? (dimulai dari keluhan
yang dialami pasien,pemeriksaan,tanda dan gejala)
Perbadaan antara rinitis akut dengan rinitis kronis dimulai dari keluhan
yang dialami pasien, pada rinitis akut pasien mengeluh rinore, terasa
mampet, demam, dan nyeri kepala. Pada rinitis kronis keluhan pasien

berupa hidung terasa kering dan iritasi yang kadang disertai epitaksis,
gangguan penghidu. Pada pemeriksaan didapatkan perbedaan pada rinitis
akut mukosa hidung hiperemis, konka hipertrofi, terdapat sekret, cavum
nasi sempit akibat hipertrofi konka. Pada rinitis kronis ditemukan kavum
nasi lapang, sekret sedikit, konka bisa eutrofi maupun atrofi.
4. Menjelaskan anatomi koana
Hidung dalam dibagi menjadi kavum nasi (rongga hidung) kanan dan kiri
oleh septum nasi. Setiap kavum nasi tersebut dihubungkan dengan dunia
luar melalui nares anterior dan dihubungkan dengan nasofaring melalui
nares posterior (koana).

Konka dapat dilihat melalui rinoskopi posterior. Bagian-bagian hidung yang


dilihat

melalui

rinoskopi

posterior

permukaan

posterior

uvula,

permukaan superior palatum mole; koana; tepi posterior septum nasi;


ujung posterior konka media dan inferior; osteum tuba Esutachii; fosa
Rossenmulleri ; torus tubarius; atap nasofaring.

Anda mungkin juga menyukai