Fauna Indonesia
100log,
ke
a
e .
“38409
yosyara
MZI
Vol 8(2) Desember 2008 : 25-28
Fauna
Indonesia
DANAU MESANGAT : HABITAT TERAKHIR BUAYA BADAS HITAM,
Crocodylus siamensis DI INDONESIA
Hellen Kurniati
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi - LIP
Summary
Distribution of Siamese Crocodile (Crocodylus siamensis) in Indonesia is only known in lower Mahakam River,
East Kalimantan. Survey results in 1995 found thar three lakes in lower Mahakam River were suitable habitats
for the crocodile i.e. Tanah Liat, Belibis and Mesangat Lakes. However, based on survey resule in 2005, habitat
condition of Tanah Liat and Belibis Lakes had been changing drastically, bur Mesangat Lake was found relatively
stable. Due to its stability, Mesangat Lake was becoming the only remaining habitat of Siamese Crocodile in
Mahakam River and also in Indonesia. Generally, most of people around Mesangat Lake and in East Kalimantan
Province do not know that Siamese Crocodile is protected animal in Indonesia and Mesangat Lake is its lase
habitat. Due to the unknown, human pressures on the existence of Siamese Crocodile and Mesangat Lake
are very high. Fishing activities and habitat conversions are che main threats to the crocodile and its habitat.
Pendahuluan
Buaya Badas Hicam atau Crocodylus siamensis
adalah jenis yang dilindungi dan masuk dalam daftar
apendiks I CITES (Gambar 1). Jenis buaya ini
menurut Kategori IUCN termasuk dalam daftar
merah dengan status kritis (Critically Endangered)
(IUCN, 2007). Secara historis, Buaya Badas Hitam
terdapardi’Thailand, Vietnam, Laos PDR,Cambodia,
Malaysia (Sabah dan Sarawak) dan Indonesia (Ross,
1998); namun pada saae ini keberadaannya di
Malaysia, Thailand dan Vieenam telah punah dialam;
sedangkan di Cambodia, Lao PDR dan Indonesia
hanyadijumpaibeberapaindividu dialam padahabitat
yang terfeagmentasi (Kurniati, 2007; Poler, 200.
Simpson & Han, 2004; Temsiripong et al., 2004).
Buaya Badas Hitam hanya dijumpai di
Propinsi Kalimantan Timur, teparnya daerah bagian
tengah Sungai Mahakam (Kurniati, 2007). Hasil
survai habitat tahun 1995, habicat buaya ini di Sungai
Mahakam meliputi Danau Tanah Liat, Belibis dan
Mesangat (Kurniati, 20072); akan cetapi hasil survai
tahun 2005 memperlihatkan kondisi Danau Tanah
Liat dan Belibis celah berubah jauh. Danau Belibis
telah mengering dan seluruh danau telah dicucupi
25
tanaman bakung (Hanguana malayana), sedangkan
di Danau Tanah Liat sekicar 75% telah dicacupi
tanaman bakung; cetapi habitat Danau Mesangat
tidak banyak berubah, kecuali jumlah_ nelayan
yang mencati penghidupan di danau ini (Kurniati,
20076). Danau Belibis sudah tidak mungkin dapat
dihuni buaya badas hitam, sedangkan Danau Tanah
Liat beberapa tahun ke depan akan mengikuti
kondisi Danau Belibis, karena proses sedimentasi
menyebabkan air berangsur-angsur berkurang.
Habitat cerakhic yang menjadi harapan
berlangsungnya kehidupan Buaya Badas Hicam di
alam adalah Danau Mesangat. Ironisnya keberadaan,
Danau Mesangar sebagai habicar cerakhie hewan
ini tidak banyak diketahui oleh banyak orang,
termasuk pemerintah daerah Kalimantan Timur.
Karena ketidakeahuan tersebur, Danau Mesangat
nyaris dikonversi menjadi
perkebunan sawit.
Danau Mesangat
Danau Mesangat terlerak pada _posisi
koordinar 00°31'06"LU dan 116°41'47°BT; masuk
dalam wilayah Kecamacan Muara Aacalong,
Kabupaten Kurai Kercanegara, Propinsi KalimancanFAUNA INDONESIA Vol 8(2) Desember 2008 ; 25 - 28
Gambar 1uaya Badas Hitam (Crocodylus siamensis) di
Penangkaran buaya di Balikpapan, Kalimantan
Timur foto: H. Kurniat.
‘Timur (Gambar 2A). Danau Mesangat berbencuk
kurva yang melengkung, diapie oleh dua anak Sungai
Mahakam, yaitu Sungai Kedangkelapa di sebelah
barat dan Sungai Telen di sebelah cimur (Gambar
2B), Luas Danau tersebur sekirar 8000 ha, dengan
zona utama berupa habicar rawa berumput seluas
5000 ha dan perairan cerbuka seluas 3000 ha
Tanaman air di cumbuh
membentuk huran rawa campuran yang meliputi
Bakung (Hanguana malayana), rumput-
(Leersia hexandra, Thoracostachyuum
wm dan Scleria spp.), paku-pakuan dan
enceng gondok (Eichornia crassipes) (Gambar 3).
canaman bakung dan enceng gondok di Danau
Me tidak berkemb:
danau ini
1g cepat seperti yang
ucama
terjadi di Danau Tanah Liac, karena aliran air dari
Sungai Mahakam tidak langsung masuk ke Dana
Mesangat, sehingga proses sedimentasi lumpur tidak
terjadi (Kurniati, 2007b); kondisi ini yang membuat
kondisi habicar di Danau Mesangat recap stabil.
Tanaman rumput-rumpueen dan paku
pakuan sangat penting bagi kehidupan Buaya Badas
Hicam, yaicu sebagai bahan baku sarang; sedangkan
bakung yang tumbuh mengapung di atas ait biasanya
digunakan sebagai tempat menaruh sacang, sehingga
sarang cidak cerendam air wakeu banji. Enceng
gondok merupakan tanaman pengganggu bagi
kehidupan buaya ini dan jenis-jenis satwa penghuni
perairan Danau Mesangae lainnya, seperei Buaya
Sinyulong dan berbagai jenis ikan yang menjadi
makanan utama buaya, Hasil survai tahun 2005,
pertumbuhan enceng gondok di Danau Mesangat
tidak sebanyak seperti yang terdapac di Danau Tanah
Liat (Kurniati, 20076)
Ancaman yang dihadapi Buaya Badas Hitam dan
Danau Mesangat
Banyak ancaman yang dihadapi Buaya Badas
Hicam dan Danau Mesangat yang merupakan habitat
cerakhirnya. Hampir semua ancaman cersebut datang
dari manusia, baik dari penduduk lokal penghuni
danau maupun penduduk di luar kecamatan Muara
Ancalong. Paparan berbagai ancaman yang dihadapi
kasi Danau Mesangat di Propinsi Kalimantan Timur (bulatan merah) dan (B) Posisis zona
Danau Mesangat (dalam kotak putih) di ancara dua anak Sungai Mahakam (gambar
diambil dari ketinggian 14 km) (Sumber peta: Google Earth).KURNIATI.- DANAU MESANGAT : HABITAT TERAKHIR BUAYA BADAS HITAM,
Crocodpassiamensis DI INDONESIA
Gambar 3.Tanaman alr yang terdapat di dalam Danau
Mesangat. terlinat menutupi permukaan ar
(foto: Jack Con.
Buaya Badas Hicam dan Danau Mesangae adalah
sebagai berikeur:
A. Buaya Badas Hitam
Ancaman utama yang berlangsung bertahun
tahun cethadap populasi Buaya Badas Hicam di
Danau Mesangat berasal dari manusia. Di Danaa
Mesangat buaya tersebut bersaing dengan manusia
dalam sumber pakan. Pakan utama buaya adalah
ikan, begitu juga penduduk lokal sekitar Danau
Mesangae mencari ikan uneuk kebutuhan gizi sehari-
hari dan juga sebagai sumber mata pencaharian dan
ekonomi keluarga
Selain dati persaingan sumber pakan dengan
menusia, alat yang digunakan oleh penduduk Lokal
seperti bubu (perangkap ikan yang cerbuat dari
bambu), mata pancing, jaring ikan dan penangkap
ikan dengan alar liserik merupakan ancaman yang
sangat serius bagi kelangsungan hidup buaya,
terucama yang masih taraf pra-dewasa. Hampir
semua penduduk di sekitar Danau Mesangac tidak
tahu bahwa buaya badas hitam adalah satwa liar
yang dilindungi undang-undang. Anakan buaya
badas hicam yang terjerat mata pancing acau masuk
dalam bubu biasanya dicangkap oleh penduduk lokal.
Buaya ini disimpan oleh mereka untuk selanjuenya
menunggu pembeli untuk dijual (Gambar 4), acau
daging buaya tersebue dimakan oleh mereka yang
dipercaya sebagai obar penyakit radang kulit (bork
keuli
B. Danau Mesangat
Keberadaan Danau Mesangac sebagai rawa
berair cawar dan tidak dilindungi memang sangat
lemah posisinya untuk dipertahankan kelestarian
‘Gambar 4, Anakan Buaya Badas Hitam yang berasal dari Danau
‘Mesangat disimpan di dalam kotak kay
(foto: H.Kuriati).
habitacnya, walaupun jenis Buaya Badas Hitam
dengan status kricis berdasarkan kategori IUCN
terdapat di danau ini. Karena posisi yang lemah ini,
maka pada pertengahan tahun 2008 investor bidang,
perkebunan dengan dukungan dari Pemerintah,
Daerah (Pemda) Kalimantan Timur melakukan
aktiviras untuk mengkonversi danau ini menjadi
areal perkebunan sawit. Alac-alar berar penggali
tanh sudah digunakan uncuk membuac kanal-kanal
‘guna mengeringkan Danau Mesangat (Gambar 5).
Aktivitas: mengkonversi Danau Mesangat
ini percama kali divencang oleh inscansi Departmen
Perikanan dan Kelautan (DKP) Propinsi Kalimantan
Timur, karena danau ini merupakan sumber ueama
penghasil ikan di Kabupaten Kutai Kertanegara.
Protes dari DKP Kalimantan Timur tidak mendapat
tanggapan dari perusahaan perkebunan sawit dan
Pemda secempat; aktivicas pengeringan air danau
terus berlanjut. Setelah salah seorang pengusaha
buaya di Balikpapan (Bapak Tarto Sugiarto)
memberitahukan permasalahan ini ke Lembaga Ilmu,
os
Gambar 5, Kanal-kanal yang dibuat perusahaan perkebunan
sawit urituk mengeringkan air Danau Mesangat
pada akhir Oktober 2008 (foto: Tarto Sugiarto}.
27FAUNA INDONESIA Vol 8(2) Desember 2008 : 25 - 28
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Departemen
Kehuranan (PHKA) di Jakarca; upaya penghentian
aktivitas uncuk mengkonversi Danau Mesangat
menjadi perkebunan sawit oleh LIPI dan PHKA
dan juga dukungan kuae dari IUCN/Crocodile
Specialist Group berjalan sangar efektif. Akhirnya
pada bulan Okeober 2008, perusahaan perkebunan
sawic menghencikan kegiatannya dan membawa
keluar semua alat-alac berat dari kawasan Danau
Mesangat. Sejak saat itu, perusahaan perkebunan
sawic berjanji untuk membancu upaya pelestarian
Buaya Badas Hicam dan habitat eerakhienya, Danau
Mesangat.
Daftar Pustaka
IUCN. 2007. IUCN red list of threatened species
hetp://wwwaredlistorg/ (diakses 7 Oktober
2008).
Kurniaci, H.2007a, Habitat buaya air cawar potensial
di luar kawasan lindungan daerah Kalimantan.
Fauna Indonesia, 7 (2): 26-32.
Kurniati, H. 2007b. Surveys of Siamese Crocodile
(Crocodylus siamensis) habitat in the Mahakam
28
River, East Kalimantan. Zoo Indonesia, 16 (2):
51-62.
Polet, G. 2004. Re-establishment of Crocodylus
siamensis in Cat Tien National Park, Vietnam.
Crocodile Specialist Group Newsletter, 23 (4): 12-
16.
Ross, J.P. 1998. Crocodiles. Status survey and
conservation action plan. 2nd Edition. [UCN/
SSC Crocodile Specialist Group. UCN, Gland,
Switzecland and Cambridge, UK.
Simpson, BK, & S, Han, 2004, Siamese crocodile
(Crocodylus siamensis) surveys in Cambodia,
Pp 110-120. in Crocodiles. Proceeding of the
I7th Working Meeting Crocodile of the IUCN-
SSC Crocodile Specialist Group. Darwin. IUCN:
Gland.
‘Temsiripong, Y., P. Ratanakorn and B. Kullavanijaya.
2004. Management of the Siamese crocodile in
Thailand. Pp 141-142. in Crocodiles. Proceeding of
the 17th Working Meeting Crocodile of the IUCN-
SSC Crocodile Specialist Group. Daewin. IUCN:
Gland.