Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN STUDI KASUS ROTASI KLINIK

PENATALAKSANAAN DIET
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI RUANG ANGSOKA 1 RSUP SANGLAH DENPASAR

Oleh:
TITIS DWI LARASATI
NIM : 1003000034

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2013

BAB I
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
Alamat

: Ny.WS
: Jln. Kampus UNUD Gg Saung Padak No 18

Tanggal Lahir
Umur
TB
BB
Jenis Kelamin
Bangsa / Suku
Agama
Status Perkawinan
Pekerjaan
Tempat di rawat
Tanggal MRS
Diit yang diberikan
Bentuk makanan
No Register
Diagnosa

Jimbaran Kuta Selatan


: 23 Juli 1971
: 41 tahun 9 bulan 18 hari
: 160 cm
: 91 kg
: Perempuan
: Indonesia/ Bali
: Hindu
: Sudah menikah
: Ibu Rumah Tangga
: Angsoka 1
: 12 Mei 2013
: Diet Jantung II
: Nasi
: 01.62.71.54
: CHF (Congestive Heart Failure) Gagal Jantung

Tanggal Pengamatan

Kongestif
: 13 Mei 2013 17 Mei 2013

B. Keadaan Umum Penderita


Pasien datang ke Ruang Angsoka pada tanggal 12 Mei 2013 setelah 1 hari di
rawat di Ruang Ratna dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sampai
ketulang belakang dan sesak nafas. Satu bulan yang lalu pasien juga
mengeluhkan hal yang sama yaitu nyeri dada sebelah kiri sampai ketulang
belakang dan sesak nafas dan sudah melakukan pemeriksaan ke praktek
dokter spesialist dan didiagnose sakit jantung. Keadaan umum pasien lemah
pada saat datang ke rumah sakit dan dengan kesadaran compos mentis.

BAB II
PENGKAJIAN GIZI PENDERITA
A. Skrining Gizi
Skrining gizi adalah kegiatan penilaian terhadap aspek yang berpengaruh
terhadap permasalahan gizi seseorang. Tujuan dilakukannya skrining gizi
adalah untuk mengetahui ada tidaknya masalah gizi yang dialami seseorang
sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. Metode yang dilakukan berupa
pengamatan langsung, wawancara dengan pasien, dan catatan dari rekam
medik pasien. Dari skrining yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Nama
Tanggal lahir
Umur
BB saat MRS
TB
Perubahan BB (+/-)

: Ny. WS
: 23 Juli 1971
: 41 tahun 9 bulan 18 hari
: 91 kg
: 160 cm
:-

IMT

Status Gizi

: Gizi Lebih

No. RM
Perubahan BB
Nafsu makan berkurang
Kesulitan menelan
Mual
Muntah
Alergi makanan
Diet Khusus

: 01.62.71.54
::::::: Diet Jantung 2

35,5 kg/m2

B. Data Subyektif
Data subyektif pasien diperoleh dari wawancara langsung dengan pasien, dan
dibantu oleh penunggu pasien, yang meliputi riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, keadaan sosial ekonomi, dan
kebiasaan hidup pasien.
1. Riwayat Penyakit Dahulu

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pasien dan penunggu


pasien sejak satu bulan lalu pasien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri
dan diperiksakan ke dokter spesialis (+) jantung
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk Ruang Angsoka 1 pada tanggal 12 Mei 2013. Pasien
mengeluh nyeri dada sebelah kiri sampai ketulang belakang dan sesak
nafas. Keadaan umum pasien lemah pada saat MRS dan sekarang sudah
membaik

dengan

kesadaran

compos

mentis.

Berdasarkan

hasil

pemeriksaan klinis pada awal pasien MRS, tekanan darah pasien yaitu
100/60 mmHG, nadi 72x/mnt, suhu badan 36,5 C serta respirasi 20x/mnt.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Berdasarkan wawancara langsung dengan pasien diketahui bahwa tidak
ada riwayat penyakit keluarga yang menderita penyakit jantung
4. Keadaan Sosial Ekonomi
Dalam kehidupan sehari-hari pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang
memiliki 3 orang anak. Suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta.
Biaya untuk pembayaran rumah sakit memakai biaya JKBM.
5. Obat-obatan yang biasa diminum dirumah
Setelah nyeri pertama dirasakan dan diperiksakan kedokter, pasien diberi
obat ISDN yang berfungsi sebagai penghilang nyeri.
6. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup pasien dirumah yaitu sebagai ibu rumah tangga yang
mengurus 3 oarang anak dan anak yang terakhir masih berumur 4 tahun.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa bali, tetapi pasien tetap
mengerti bahasa Indonesia. Pola makan pasien kadang teratur kadang
tidak, tergantung dari pasien sendiri berkeinginan makan atau tidak. Dalam
setiap kali makan pasien menghabiskan makanan pokok nasi 7-9 sendok
makan. Pasien menyukai masakan yang digoreng. Lauk hewani yang biasa
dikonsumsi adalah ayam dan telur sedangkan lauk nabati yang sering
dikonsumsi pasien adalah tempe dan tahu. Pasien tidak mempunyai alergi
terhadap makanan seperti telur maupun ikan. Pasien menyuk ai semua
jenis sayuran dan sayur yang biasa dikonsumsi pasien sehari-hari adalah

sayur soup yang berisikan wortel, buncis, kentang, dan kobis. Untuk buahbuahan yang sering dikonsumsi yaitu pisang.
C. Data Objektif
1. Hasil pemeriksaan antropometri
BB
= 91 kg
TB
= 160 cm
BBI = (TB-100) x 10%
= 54 kg
IMT =
35,5 kg/m2
St.Gz = Gizi Lebih
2. Hasil Pemeriksaan Klinis
Tabel 1. Pemeriksaan Klinis
Hasil Sesuai
Parameter
Tanggal
13
14
Respirasi
20
20
Nadi
Suhu
tubuh
Tensi

Normal

Satuan

12-20

x/menit

72
36,5

86
36

75-80
36-37

x/menit
0
C

100/
60

100/
60

120/80

MmHg

3. Hasil Pemeriksaan Fisik


KU

: lemah

Kesadaran

: cm (composmentis)

4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tabel 2. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal
12 Mei 2013

Pemeriksaan

Nilai normal

Satuan

SGOT

11 27

U/L

30,90

()

SGPT
Albumin
BUN
Creatinin
GDS
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT

11 34
3,4 4,8
8 23
0,5 0,9
70-140
4,10-11,00
4,00-5,20
12,00-16,00
36,00-46,0
80,00-100,0
26,00-34,0
31,00-36,00
11,60-14,80
140,00-440,00

U/L
g/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
x10-3/L
x10-6/L
g/dL
.
fL
Pg
g/dL
.
x10-3/L

21,40
3,909
10,62
0,86
101,80
10,33
5,024
13,72
43,54
86,66
27,31
31,5
13,97
306,1

N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N

5. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Tidak ada pemeriksaan penunjang (Rongent)
6. Hasil Anamnesa Gizi di Rumah dan 1 hari setelah MRS
Hasil anamnesa Gizi di rumah
Anamnesa dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan pasien selama di
rumah sebelum masuk di rumah sakit. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa :
Pasien memiliki kebiasaan makan utama 3x sehari dengan porsi sedang.
Sumber karbohidrat didapatkan dari nasi, dengan porsi 7-9 sendok makan.
Lauk hewani yang biasa dikonsumsi pasien adalah telur dan ayam. Pasien
sering mengonsumsi ayam. Ayam berukuran besar sekitar 80 gram sekali

makan. Pemasakan ayam lebih sering digoreng.


Lauk nabati yang biasa dikonsumsi pasien adalah tahu dan tempe.
Pasien menyukai semua jenis sayuran dan yang paling sering dikonsumsi

pasien adalah sayur sop


Pasien menyukai semua jenis buah-buahan dan yang biasa dikonsumsi adalah

buah pisang.
Pasien mengonsumsi air putih sekitar 6 8 gelas sehari atau sekitar 1,5 liter
Pasien tidak memiliki alergi maupun pantangan makan.
Pasien tidak mengkonsumsi suplemen vitamin/mineral tetapi mengkonsumsi
obat pereda nyeri setelah diperiksakan ke dokter (+) jantung.
Berdasarkan analisa konsumsi zat gizi makanan pasien dirumah dalam sehari

diketahui bahwa konsumsi energi dan lemak pasien tergolong dalam kategori
lebih. Penentuan tingkat konsumsi energi dan zat gizi didasarkan pada kriteria
Departemen Kesehatan RI (1996), yaitu sebagai berikut :
Diatas normal

: 120%

Normal

: 90-119%

Defisit tingkat ringan

: 80-89%

Defisit tingkat sedang

: 70-79%

Defisit tingkat berat

: < 70%

Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi sebelum Pasien MRS disajikan pada
tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi sebelum Pasien MRS
Energi
Protein
Lemak
Uraian
(Kkal)
(gram)
(gram)

KH
(gram)

Asupan sebelum MRS


Kebutuhan (AKG)
% asupan thdp kebutuhan
Kategori

1544
1223
126
Diatas
Normal
Hasil anamnesa Gizi di rumah sakit

69,90
44
158
Diatas
normal

48,5
37
131
Diatas
normal

Pada pengamatan tanggal 13 Mei 2013, pasien mengkonsumsi

221
186
118
Normal

makanan

dirumah melebihi kebutuhan yang seharusnya. Tingkat konsumsi tersebut


dikategorikan diatas normal menurut standar pelayanan minimal yang ditetapkan
oleh pihak rumah sakit yaitu:

80% standar RS

< 80% standar RS

: baik
: tidak baik
Sumber : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Tabel 4. Tingkat Penerimaan Energi dan Zat Gizi Pasien terhadap Menu RS
Energi
Protein
Lemak
KH
Uraian
(Kkal)
(gram)
(gram)
(gram)
Asupan saat di RS
1445,5
60,95
41,93
221
Standar RS*
1223
44
37
186
% asupan thdp standar RS
118
138
133
118
Kategori
Normal
Diatas
Diatas
Normal
normal
normal
*Standar RS menggunakan standar makanan biasa kelas III tahun 2005.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan asupan makan pasien
tergolong baik karena dari menu standart rumah sakit yang diberikan pada pasien
tanggal 12 Mei 2013 sesuai dengan siklus menu ke-2 pasien dapat menghabiskan
semua makanan yang disediakan oleh rumah sakit karena sesuai wawancara
langsung dengan pasien menurut pasien porsi menu yang disajikan rumah sakit
tergolong sedikit karena kebiasaan makan pasien yang melebihi porsi rumah sakit.
7. Obat-obatan yang diberikan di Rumah Sakit
No

Nama Obat

Dosis

Fungsi

.
1.
2.

Bisoprol
Captopril

5 mg
12,5 mg

Antihipertensi
Antihipertensi

3.
4.
5.

Furosemide
Antasida Cl
Clopidogel

40 mg
@ 8jam
75 mg

Diuretik
Menetralkan asam lambung
Antiplatelet (darah tidak kental)

BAB III
DIAGNOSA GIZI
Diagnosa gizi adalah suatu kegiatan melakukan identifikasi masalah gizi pasien, mengelompokkan masalah gizi pasien kedalam
area masalah gizi (domain intake,klinis, dan behavior) yang selanjutnya membuat pernyataan diagnosa gizi dalam bentuk Problem,
Etiologi, dan Sign/ Symtomp (PES).
Assasment

Hasil pemeriksaan
antropometri

Problem

Berat badan lebih


(NC.3.3)

BB = 91 kg
TB = 160 cm
BBI = (TB-100) x 10%
= 54 kg
IMT =
35,5 kg/m2
St.Gz= Gizi Lebih
Biokimia :
SGOT 11 27U/L
(normal 30,80)
BUN 8 23 mg/dl
(normal 10,62 )
Dietary:
Tingkat konsumsi tergolong
lebih

(NB.1.4)
Kurangnya
kemampuan

Diagnosa gizi
Etiologi

Sign/Symtom

Pola
makan IMT 35,5 kg/m2
pasien salah

Intervensi

Memberikan
makanan dengan
energi cukup sesuai
kebutuhan untuk
mencapai berat
badan normal

Memberikan
Tidak siap untuk Pasien senang
makanan sesuai
merubah pola
mengkonsumsi makanan
kebutuhan gizi
hidup/
yang digoreng
untuk mencegah

Monev

Penimbangan BB/
3 hari
Memantau
sisa
makanan
yang
dikonsumsi
pasien selama 3
hari

Intake / hari

Energi = 126 %
Protein = 158 %
Lemak = 131 %
KH
= 118 %

memonitor diri
sendiri

melakukan
hidup

Status gizi Lebih (IMT 35,5


kg.m2)

dan mengurangi
berat badan
sehingga
mencapai berat
badan normal
Memberikan
konseling untuk
memperbaiki
kemampuan
dalam memilih
makanan

Edukasi :
Kemampuan
memilih bahan
makanan dan
kepatuhan diet
pasien

BAB IV
INTERVENSI GIZI
A. Rencana Terapi Diit
1. Jenis Diet
Diet Jantung III dengan kalori 1503,24 Kalori
2. Tujuan Diet
Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung
Menurunkan berat badan pasien untuk mencapai berat badan normal
Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air
3. Prinsip Diet
Energi sesuai kebutuhan
Cukup protein
Lemak sedang
4. Syarat Diet
Energi untuk mencapai berat badan normal sesuai dengan kebutuhan yaitu

1503,24 Kalori
Protein cukup yaitu 0,8 BB/kg
Lemak sedang yaitu 25 % dari kebutuhan energi total
Karbohidrat cukup
Vitamin dan mineral cukup
Tinggi serat
Cairan cukup

5. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi (menurut Harrist Benedict)


BB

= 91 kg

TB

= 160 cm

Status Gizi = Gizi lebih


BBI

= 54

BEE

= 655+ (9,6 x BBI) + (1,7 x TB) (4,7 x U)


= 655 + (9,6 x 54) + (1,7 x 160) (4,7 x 41)
= 1252,7 kalori

TEE

= BEE x FA x FS

= 1252,7 x 1,2 x 1
= 1503,24 Kkal
Protein

= 0,8 x kg BBI
= 43,2 gram

Lemak

= 25% x1503,24 Kkal


= 372,81 gram : 9
= 41,75 gram

Karbohidrat = 57% x e. total


= 856,84 gram : 4
= 214, 2 gram
6. Penyuluhan/Konsultasi Gizi
Pokok Bahasan

: Diet jantung

Sasaran

: Pasien

Waktu Pelaksanaan

: 15 menit

Tempat

: Ruang Rawat Inap Angsoka 1

Tujuan :
Tujuan Instruksional Umum :
Pasien mengetahui dan memahami tentang diet yang diberikan
Tujuan Instruksional Khusus :
1.
2.
3.
4.

Pasien mengetahui tentang diet jantung


Pasien mengetahui tentang tujuan serta prinsip diet
Pasien mengetahui tentang makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dilarang
Pasien mengetahui makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan

Materi :
1. Diet jantung
2. Tujuan dan prinsip diet
3. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan Makanan
Sumber

Dianjurkan
Tidak Dianjurkan
Beras ditim/ disaring, roti, Makanan

yang

karbohidrat

mie, biskuit, madu , sirup

mengandung gas/ alkohol


seperti

Sumber

tape

singkong, dan tape ketan


protein Daging sapi, ayam rendah Daging sapi dan ayam

hewani

lemak, ikan , telur, susu yang


rendah

Sumber

singkong,

lemak

berlemak,

dalam sosis, otak, kepiting, dan

jumlah yang ditentukan


kerang-kerangan
protein Kacang-kacangan kerijng, Kacang-kacangan

nabati

kering

seperti kacang kedelai, yang mengandung lemak


dan

hasil

olahannya cukup

seperti tahu dan tempe


Sayuran

gajih,

Sayuran

yang

tinggi

seperti

kacang tanah dan kecang

mente
tidak Sayuran yang mengandung

mengandung gas seperti gas seperti sawi, kol


bayam,

kangkung,

kacang, buncis, kacang


panjang,
Buah-buahan

wortel,tomat,

labu siam, touge


Semua buah-buahan segar Buah-buahan segra yang
seperti pisang, pepaya, mengandung banyak gas
jeruk,apel,

Lemak

melon, seperti durian dan nagka

semangka
matang
Minyak jagung, minyak Minyak
kedelai,margarine

kelapa

dan

, minyak kelapa sawit serta

mentega

dalam jumlah santan kental

terbatas

tidak

untuk

menggoreng tetapi untuk


menumis,
santan
Minuman

kelapa
encer

jumlah terbatas
Teh encer, coklat

atau
dalam
Teh, kopi kental, minuman
yang mengandung sodadan

Bumbu

Semua

bumbu

alkohol seperti wisky


selain Lombok, cabe rawit, dan

bumbu tajam yang dalam bumbu lain yang tajam


jumlah terbatas

4. Makanan seimbang
Metode :
Diskusi / Tanya jawab
Media :
Leaflet
Menu standart rumah sakit
Evaluasi :
Bagaimana prinsip diet yang diberikan untuk pasien?
Makanan apa saja yang dianjurkan, dibatasi dan dilarang?
B. Implementasi
Memberikan diet jantung 3 dengan energi sebesar 1503,24 kalori, protein 43,2
gram, lemak 41,75 gram, dan karbohidrat 214,2 gram. Bentuk makanan yang
diberikan kepada pasien adalah makanan biasa berupa nasi dengan frekuensi
3 x makan utama dan 2x snack. Pemberian makan dilakukan sebanyak 5 kali
yaitu 3 kali makan utama dan 2 kali snack. Makanan diberikan tidak
merangsang saluran cerna.

Jadwal makan pasien disesuaiakan dengan distribusi makanan di Instalasi


Gizi Rumah Sakit Sanglah yang terdiri atas : tiga kali makan utama dan dua
kali makan selingan atau snack dengan waktu sebagai berikut :
Makan Pagi : 07.00-08.00 WITA
Snack Pagi : 09.00-10.00 WITA
Makan Siang :11.00-12.00 WITA
Snack siang : 14.00-15.00 WITA
Makan Sore : 17.00-18.00 WITA

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
1. Antropometri
Tabel 5. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Antropometri
Tanggal
Pemeriksaan
13/05/13
BB
91 kg
TB
160 cm
IMT
35,5 kg/m2
Status Gizi
Gizi lebih

16/05/13
91 kg
160 cm
35,5 kg/m2
Gizi lebih

Berdasarkan IMT diketahui bahwa pasien tergolong status gizi lebih35,5


kg/m2. . Status gizi masih tetap dikarenakan pasien hanya dimonitoring selama 3
hari.
2. Fisik
Tabel 6. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Fisik
Tanggal
Hasil pemeriksaan Fisik
13/05/13
KU : lemah
Kesadaran : cm
Skala nyeri 2
Resiko jatuh skor 7
14/05/13
KU : lemah
Kesadaran : cm
Skala nyeri 2
Resiko jatuh skor 7
15/05/13
KU : lemah
Kesadaran : cm
Skala nyeri 2
Resiko jatuh skor 7
16/05/13
KU : lemah
Kesadaran : cm
Skala nyeri 2
Resiko jatuh skor 7
Pada tanggal 17 Mei 2013 kondisi umum pasien sudah membaik dan sudah
diperbolehkan pulang oleh dokter.

3. Klinis
Tabel 7. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Klinis
Hasil Sesuai Tanggal
Parameter
13
14
15
16
17
Respirasi
20
20
20
20
20
Nadi
Suhu
tubuh
Tensi

72
36,5

86
36

86
36

72
36,5

86
36

Normal

Satuan

12-20

x/menit

75-80
36-37

x/menit
0
C

100/ 100/ 100/ 110/ 110/


120/80
MmHg
60
60
60
70
60
Dari tabel 7 dikatehui bahwa tidak ada perbedaan kondisi klinis selama
pengamatan. Kondisi klinis pasien dalam kondisi stabil (normal)

4. Biokimia
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksa
an
SGOT

Nilai normal

Satuan

11 27

U/L

Sebelum
Terapi
30,90

SGPT

11 34

U/L

21,40

Albumin

3,4 4,8

g/dl

3,909

BUN

8 23

mg/dl

10,62

Creatinin

0,5 0,9

mg/dl

0,86

GDS

70-140

mg/dl

101,80

WBC

4,10-11,00

x10-3/L

10,33

RBC

4,00-5,20

x10-6/L

5,024

HGB

12,00-16,00

g/dL

13,72

HCT

36,00-46,0

43,54

MCV

80,00-100,0

fL

86,66

MCH

26,00-34,0

Pg

27,31

MCHC

31,00-36,00

g/dL

31,5

RDW

11,60-14,80

13,97

PLT

140,00440,00

x10-3/L

306,1

Sesudah Terapi
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang
Tidak ada pemerikasaan
ulang

Selama pengamatan tidak terdapat pemeriksaan laboratorium lanjut, sehingga


tidak ada perkembangan pada hasil laboratorium
5. Dietary makanan
Tabel 9. Tingkat Konsumsi Pasien Selama di RS
Tanggal
15 Mei
2013
16 Mei

Analisa Zat Gizi


Asupan RS
Kebutuhan
% tingkat konsumsi
Kategori
Asupan RS

Energi
(Kkal)
1498
1503,24
99,6
Baik
1312

Analisa zat gizi


Protein
Lemak
(gr)
(gr)
42,5
30
43,2
41,75
98,3
71,8
Baik
Kurang
41,9
41

KH
(gr)
209
214,2
97,6
Baik
180

2013
17 Mei
2013

Kebutuhan
% tingkat konsumsi
Kategori
Asupan RS
Kebutuhan
% tingkat konsumsi
Kategori

1503,24
87,3
Baik
1306
1503,24
86,8
Baik

43,2
96,9
Baik
41,2
43,2
95,3
Baik

41,75
98,2
Baik
38
41,75
91
Baik

214,2
84
Baik
187
214,2
87,3
Baik

Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pasien tergolong baik.


Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien yang baik dan berkeinginan untuk
lekas sembuh dan segera pulang kerumah bersama keluarga.

B. Evaluasi
1. Antropometri
Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari setelah terapi diketahui bahwa
tidak ada perubahan antropometri antara sebelum dan setelah terapi. Hal ini
dikarenakan terapi hanya dilakukan selama 3 hari. Hal tersebut tidak dapat untuk
mengetahui perubahan status gizi pasien.
2. Fisik
Tabel 10. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Fisik Sebelum dan Setelah Terapi
Tanggal
Hasil pemeriksaan Fisik
Sebelum
KU : lemah
Kesadaran : cm
Skala nyeri 2
Resiko jatuh skor 7
Setelah
KU : lemah
Kesadaran : cm
Skala nyeri 2
Resiko jatuh skor 7
Tabel 10. menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan
terhadap kondisi pasien dikarenakan terapi dan monitoring evaluasi yang
diberikan hanya berlangsung selama 3 hari sehingga tidak bisa dilihat perubahan
yang signifikan. Keadaan umum pasien masih sedikit lemah dan terdapat rasa
nyeri sudah berkurang dan berangsur membaik. Hal ini disebabkan karena
penyakit yang diderita pasien.
3. Klinis
Tabel 11. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Klinis Sebelum dan Setelah Terapi
Tanggal
Pemeriksaan
Satuan
Normal
Sebelum
Setelah

Tekanan Darah
mmHg
120/80
100/60
110/60
Nadi
x/mnt
75-80
72
86
RR
x/mnt
20
20
20
o
Suhu
C
36-37
36,5
36
Tabel 11 menunjukkan bahwa kondisi pasien sebelum dan setelah terapi dalam
keadaan normal. Kondisi klinis pasien tidak mengalami perubahan yang
signifikan baik sebelum terapi maupun setelah dilakukan terapi dikarenakan terapi
dan monitoring evaluasi yang diberikan hanya berlangsung selama 3 hari sehingga
tidak bisa dilihat perubahan yang signifikan.
4. Biokimia
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 12 Mei 2012 pada saat
pasien masuk rumah sakit dan tidak ada pemeriksaan lanjut sampai pasien
diperbolehkan pulang kerumah.
5. Dietary makanan
Tabel 12.. Tingkat Konsumsi Pasien Sebelum dan Setelah Terapi
Analisa Zat Gizi
Sebelum
Sesudah
Energi (%)
118
86,8
Protein (%)
138
95,3
Lemak (%)
133
91
Karbohidrat (%)
118
87,3

Tabel 12. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsumsi makanan


sebelum dan setelah terapi. Diketahui bahwa asupan pasien dalam kategori baik
karena asupan dari porsi menu yang diberikan pada pasien bisa menghabiskan
lebih dari 80% . Pasien diberikan makanan biasa sesuai dengan kebutuhan energi
pasien. Pembeian motivasi diberikan kepada pasien untuk menghindari bahan
makanan yang menyebabkan pasien memberatkan kerja jantung.

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah kondisi
dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya
oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. Gagal
jantung kongestif dapat disebabkan oleh:
1. penyakit-penyakit yang melemahkan otot-otot jantung,
2. penyakit-penyakit yang menyebabkan kekakuan otot-otot jantung, atau
3. penyakit-penyakit yang meningkatkan permintaan oksigen oleh jaringan
tubuh diluar kemampuan jantung untuk memberikannya.
Jantung mempunyai dua atria atau serambi-serambi (atrium kanan dan atrium
kiri) yang membentuk kamar-kamar jantung bagian atas, dan dua ventricles atau
bilik-bilik (ventricle kiri dan ventricle kanan) yang membentuk kamar-kamar
jantung bagian bawah. Ventricle-ventricle adalah kamar-kamar yang berotot yang
memompa darah ketika otot-otot berkontraksi (kontraksi dari otot-otot ventricle
disebut systole).
Banyak penyakit-penyakit dapat mengganggu aksi memompa dari ventricles.
Contohnya, otot-otot dari ventricles dapat diperlemah oleh serangan-serangan
jantung atau infeksi-infeksi (myocarditis). Kemampuan memompa yang
berkurang dari ventricles yang disebabkan oleh pelemahan otot disebut disfungsi
sistolik. Setelah setiap kontraksi ventricle (systole) otot-otot ventricle perlu untuk
mengendur untuk mengizinkan darah dari atria untuk mengisi ventricles.
Pengenduran dari ventricles disebut diastole.
Penyakit-penyakit seperti hemochromatosis atau amyloidosis dapat
menyebabkan pengkakuan dari otot jantung dan mengganggu kemampuan
ventricle-ventricle untuk mengendur dan mengisi; ini dirujuk sebagai disfungsi
diastolik. Penyebab paling umum dari ini adalah tekanan darah tinggi yang
berkepanjangan yang berakibat pada penebalan jantung (hypertrophied). Sebagai
tambahan, pada beberapa pasien-pasien, meskipun aksi memompa dan
kemampuan mengisi dari jantung mungkin adalah normal, permintaan oksigen
yang tingginya abnormal oleh jaringan-jaringan tubuh (contohnya, dengan
hyperthyroidism) mungkin membuatnya sulit jantung untuk mensuplai aliran
darah yang cukup (disebut high output heart failure).
Pada beberapa pasien-pasien satu atau lebih dari faktor-faktor ini dapat
hadir untuk menyebabkan gagal jantung kongestif. Sisa dari artikel ini akan fokus
terutama pada gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh kelemahan otot
jantung, disfungsi sistolik.
Gagal jantung kongestif dapat mempengaruhi banyak organ-organ tubuh.
Contohnya, otot-otot jantung yang melemah mungkin tidak mampu untuk
mensuplai darah yang cukup ke ginjal-ginjal, yang kemudian mulai kehilangan
kemampuan normalnya untuk mengekskresi garam (sodium) dan air. Fungsi ginjal
yang berkurang ini dapat menyebabkan tubuh menahan lebih banyak cairan. Paru-

paru mungkin menjadi padat dengan cairan (pulmonary edema) dan kemampuan
seseorang untuk berolahraga berkurang. Cairan mungkin juga berakumulasi dalam
hati, dengan demikian mengganggu kemampuannya untuk menghilangkan racunracun dari tubuh dan menghasilkan protein-protein penting. Usus-usus mungkin
menjadi kurang efisien dalam menyerap nutrisi-nutrisi dan obat-obat. Melalui
waktu, tidak dirawat, gagal jantung kongestif yang memburuk akan hampir
mempengaruhi setiap organ dalam tubuh. Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat
umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan
dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai.
Defenisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi
jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus
vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi
bendungan sirkulasi akibat gagal jantung mekanisme kompenstoriknya. Gagal
jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal
sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya
volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi
yang
berlebihan
atau
anuria.
B.Etiologi dan Faktor Resiko
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaankeadaan yang meningkatkan beban awal meliputi: regurgitasi aorta dan cacat
septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi
stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun
pada imfark miokardium dan kardiomiopi
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa: aritmia, infeksi sistemik dan
infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal
jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme
fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang
memicu
terjadinya
gagal
jantung.
C. Faktor Fisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan
terjadi kongesti sistemik dan edema.
a. Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau

mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari


annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang
b. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat
dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal
akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung
pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan
istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung
biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung
maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif
D. Penanganan
Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban
kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi
miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari: beban awal,
kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala
timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif
ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut
dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat
menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih
agresif.
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang
sederhana namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus
diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk
menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan
otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring
dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian
antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk
mengendalikan gejala. .
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung
pada etiologinya.
Namun dapat digambarkan sebagai berikut:
-Meningkatnyavolumeintravaskuler.
-Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat.
- Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmolalis sehingga cairan
mengalir dari kapiler paru ke alveoli, yang dimanifestasikan dengan batuk dan
napas
pendek.
- Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat tekan sistemik.
- Turunnya curah jantung akibat darah tidak dapat mencapai jaringa dan organ.
- Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal, yang
pada gilirannya akan menyebabkan sekresi aldostoron, retensi natrium dan cairan
serta peningkatan volume intravaskuler.
-Tempat kongestif tergantung dari ventrikal yang terlibat:

*Disfungsi ventrikel kiri atau gagal


jantung kiri
-Tanda dan gejala:
a. Dispnea: akibat penimbuan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran
gas, dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau
sedang.
b.Ortopnea:kesulitan bernapas saat berbaring
c.Paroximal: nokturna dispnea (terjadi bila pasien sebelumnya duduk lama dengan
posisi kaki dan tangan dibawah, pergi berbaring ke tempat tidur)
d. Batuk: biasa batuk kering dan basah yang menghasulkan sputum berbusa dalam
jumlah banyak kadang disertai banyak darah.
e. Mudah lelah: akibat cairan jantung yang kurang, yang menghambat cairan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuanggan sisa hasil
kataboliame.
f. Kegelisahan: akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
* Disfungsi ventrikel kanan dan gagal jantung kanan
Tanda dan gejala:
a. Edema ekstremitas bawah atau edema dependen.
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen.
c. Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan status vena didalam
rongga abdomen.
d. Nokturna: rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal
didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
e. Lemah: akibat menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan
produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1) Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan
berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada
syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya
40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh
ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen
miokardium.

2) Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam
tubuh. Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari
batas negative menjadi batas positif.
Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah:
a. Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat peningkatan
tekanan kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan alveoli.
b. Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas klorin atau
gas sulfur dioksida. Masing-masing menyebabkan kebocoran protein plasma dan
cairan secara cepat keluar dari kapiler
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG: Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya: takhikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2 . Sonogram: Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung: Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
4. Kateterisasi jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.
H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dan gagal jantung adalah:
a. Dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan
farmakologis.
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic,
diet dan istirahat.
* Terapi Farmakologis
- Glukosida jantung, diuretic dan vasodilator merupakan dasar terapi farmakologis
gagal jantung.
- Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi
jantung.

* Terapi Diuretik
- Diberikan untuk memacu ekresi natrium dan air melalui ginjal, obat ini tidak
diperlukan bila pasien bersedia merespon. Pembatasan aktivitas digitalis dan diet
rendah natrium, jadwal pemberian obat ditentukan oleh berat badan, furosemid
(Lasix) terutama sangat penting dalam terapi gagal jantung karena dapat
mendilatasi renula, sehingga meningkatkan kapasitas urea yang pada gilirannya
mengurangi preload (darah vena yang kembali ke jantung).
- Terapi diuretic jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia yang
mengakibatkan lemah, letih, malaise, kram otot dan denyut nadi yang kecil dan
cepat.
- Pemberian diuretic dalam dosis besar dan berulang juga bisa mengakibatkan
hipokalemia ditandai dengan denyut nadi lemah, suara jantung menjauh,
hipertensi, otot kendor, penurunan refleks tendon dan kelemahan umum.
* Terapi Vasodilator
- Obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal
jantung.
- Natrium nitraprosida secara intravena melalui infuse yang dipantau tepat
dosisnya harus dibatasi agar tekanan systole arteriole tetap dalam batas yang
diinginkan.
- Nitrogliserin.
d. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
e. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi
jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan
vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada
saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea,
berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai
dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan
terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut
normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal.
f. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui
ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak
mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus
dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian
diuretic, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk
menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
g. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati
depresi pernapasan.
h. Pemberian oksigen.
i. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi
impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

I.

Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan
terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang
dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban
awal akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung.
Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung
pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan
istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung
biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung
maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
J. Gambaran Klinis
Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah
dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan
jumlah darah yang cukup. Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala.
Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga
dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan.
Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang
mengalir ke bagian kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki,
pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut.

Gagal jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru


(edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya
sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan
memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak
melakukan aktivitas.

K. Penatalaksanaan Diet
Jenis Diet
Diet Jantung III dengan kalori sesuai dengan kebutuhan

Tujuan Diet
Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung
Menurunkan berat badan pasien untuk mencapai berat badan normal
Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air

Prinsip Diet
Energi sesuai kebutuhan
Cukup protein
Lemak sedang

Syarat Di
Energi cukup untuk mencapai berat badan normal
Protein cukup yaitu 0,8 BB/kg
Lemak sedang yaitu 25 % dari kebutuhan energi total
Karbohidrat cukup
Vitamin dan mineral cukup
Tinggi serat
Cairan cukup

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Jenis diet yang diberikan adalah Diet Jantung III dengan energi sebesar
1503,24 dan protein sebesar 43,2 gram
Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan/ Dibatasi
Bahan Makanan
Sumber

Dianjurkan
Tidak Dianjurkan
Beras ditim/ disaring, roti, Makanan

karbohidrat

mie, biskuit, madu , sirup

mengandung gas/ alkohol


seperti

Sumber

singkong,

tape

singkong, dan tape ketan


protein Daging sapi, ayam rendah Daging sapi dan ayam

hewani

lemak, ikan , telur, susu yang


rendah

Sumber

yang

lemak

berlemak,

dalam sosis, otak, kepiting, dan

jumlah yang ditentukan


kerang-kerangan
protein Kacang-kacangan kerijng, Kacang-kacangan

nabati

kering

seperti kacang kedelai, yang mengandung lemak


dan

hasil

olahannya cukup

seperti tahu dan tempe


Sayuran

gajih,

Sayuran

yang

tinggi

seperti

kacang tanah dan kecang

mente
tidak Sayuran yang mengandung

mengandung gas seperti gas seperti sawi, kol


bayam,

kangkung,

kacang, buncis, kacang


panjang,
Buah-buahan

wortel,tomat,

labu siam, touge


Semua buah-buahan segar Buah-buahan segra yang
seperti pisang, pepaya, mengandung banyak gas
jeruk,apel,

Lemak

melon, seperti durian dan nagka

semangka
matang
Minyak jagung, minyak Minyak
kedelai,margarine

kelapa

, minyak kelapa sawit serta

mentega

dalam jumlah santan kental

terbatas

tidak

untuk

menggoreng tetapi untuk


menumis,
santan

kelapa
encer

dan

atau
dalam

Minuman

jumlah terbatas
Teh encer, coklat

Teh, kopi kental, minuman


yang mengandung sodadan

Bumbu

Semua

bumbu

alkohol seperti wisky


selain Lombok, cabe rawit, dan

bumbu tajam yang dalam bumbu lain yang tajam


jumlah terbatas

BAB VII
PEMBAHASAN
Pasien datang ke Ruang Angsoka 1 pada tanggal 12 Mei 2013 dengan
keluhan sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri sampai ke tulang belakang yang
sebelumnya menginap 1 hari di Ruang Ratna. Sekitar kurang lebih 1 bulan yang
lalu pasien mengeluhkan sakit yang sama seperti sekarang dan dibawa ke praktek
dokter spesialist Jantung dan didiagnose sakit jantung. Pada satu minggu yang lalu
kondisi tersebut kambuh lagi dan pasien mengeluh sesak. Akhirnya pihak
keluarga membawa pasien ke RSUP Sanglah. Pada hari pertama MRS, saat
dilakukan skrining, diketahui bahwa status gizi pasien adalah overweight dengan
IMT 35,5 kg/m2. Berdasarkan anamnese kebiasaan makan pasien dirumah yang
menyukai gorengan tanpa mengontrol diri dalam pemilhan dan pengolahan bahan
makanan. Kebiasaan hidup pasien dirumah yaitu sebagai ibu rumah tangga
mengasuh 3 oarang anak dan anak yang terakhir masih berumur 4 tahun dan

suami bekerja sebagai pegawai swasta. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Bali, tetapi pasien tetap mengerti bahasa Indonesia. Pola makan pasien
kadang teratur kadang tidak, tergantung dari pasien sendiri berkeinginan makan
atau tidak. Dalam setiap kali makan pasien menghabiskan makanan pokok nasi
7-9 sendok makan. Pasien menyukai masakan yang digoreng. Lauk hewani yang
biasa dikonsumsi adalah ayam dan telur sedangkan lauk nabati yang sering
dikonsumsi pasien adalah tempe dan tahu. Pasien tidak mempunyai alergi
terhadap makanan seperti telur maupun ikan. Pasien menyukai semua jenis
sayuran dan sayur yang biasa dikonsumsi pasien sehari-hari adalah sayur soup
yang berisikan wortel, buncis, kentang, dan kobis. Untuk buah-buahan yang
sering dikonsumsi yaitu pisang.
Pemeriksaan Fisik klinis pada saat awal masuk tanggal 12 Mei 2013 sampai
pasien diperbolehkan pulang pada tanggal 17 Mei 2013 semua pemeriksaan
normal akan tetapi keadaan umum masih sedikit lemah yang ditandai denagn
skala nyeri 2.
Pengamatan yang dllakukan mulai pada tanggal 13-16 Mei 2013 diketahui
bahwa tingkat penerimaan makanan pasien terhadap makanan rumah sakit
termasuk dalam kategori baik yaitu >80%. Pasien selalu rutin dalam
mengkonsumsi makanan dari rumah sakit dan nafsu makan pasien tergolong baik.
Akan tetapi pasien tidak dapat mengkonsumsi 100% terapi diet yang diberikan
karena tingkat penerimaan makan pasien selalu berubah-ubah.. Akan tetapi pasien
sudah dapat mengkonsumsi lebih dari 80% makanan dari rumah sakit yang
tergolong baik.
Pada hari pertama terapi tingkat konsumsi pasien terhadap terapi diat yang
dilakukan dapat dikatakan baik yaitu sebesar 99,6 % dari total kebutuhan pasien.
Pada hari kedua terapi tingkat konsumsi pasien terhadap terapi diat yang
dilakukan dapat dikatakan baik yaitu sebesar 87,3 % dari total kebutuhan pasien
Pada hari ketiga terapi tingkat konsumsi pasien terhadap terapi diat yang
dilakukan dapat dikatakan baik yaitu sebesar 86,8 % dari total kebutuhan pasien

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pasien menderita penyakit jantung
2. Status gizi pasien pada saat awal dan akhir pengamatan termasuk dalam
kategori overweight
3. Anamnesa zat gizi pasien sebelum masuk rumah sakit yaitu lebih dari
kebutuhan. Pasien sering mengkonsumsi bahan bahan makanan yang
diolah dengan cara digoreng.
4. Makanan yang diberikan selama di rumah sakit adalah makanan dalam
bentuk biasa sesuai dengan kebutuhan pasien menurut berat badan ideal
pasien dengan 100% pemberian, hal ini dikarenakan pada pengamatan hari
pertama pasien dapat mengkonsumsi 100% makanan yang disajikan.
5. Rata-rata prosentase tingkat konsumsi energi dan zat gizi pasien selama
dirumah sakit termasuk dalam kategori baik.
B. Saran
1. Pasien diharapkan dapat melanjutkan pengaturan makanan di rumah sesuai
dengan yang dianjurkan
2. Keluarga dapat memberikan motivasi kepada pasien agar dapat mentaati
pengaturan makanan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
Rosnelly,dkk. 2008 . Buku Pedoman Praktis Diagnosa Gizi Dalam Proses Asuhan
Gizi Terstandart. Malang : Instalasi Gizi RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Nawangsasi, dkk. 2011. Perhitungan Kebutuhan Gizi Rumah Sakit Dr. Saiful
Anwar Malang : Instalasi Gizi RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai