Anda di halaman 1dari 10

Bab 3

Metodologi Penelitian

3.1

Variabel Penelitian dan Hipotesis


3.1.1

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Berikut ini merupakan variabel-variabel dari penelitian:

Motorik

kasar

adalah

keterampilan-keterampilan

yang

melibatkan

koordinasi otot-otot besar (Lerner, 2000; McDevitt & Ormrod, 2002; Turner
& Helm, 1991).

Aktivitas

adalah

Indonesia, 2008).

kegiatan,

keaktifan,

kesibukan

(Kamus

Bahasa

Aktivitas dibagi menjadi dua, yaitu aktivitas yang

terstruktur dan tidak terstruktur. Struktur dalam Kamus Bahasa Indonesia


(2008) merupakan yang disusun dengan pola tertentu. Aktivitas yang
terstruktur yang diteliti dalam penelitian ini adalah balet. Sedangkan
aktivitas tidak terstruktur adalah kegiatan yang dilakukan tanpa aturan
atau pola tertentu.
1. Balet adalah tarian yang sangat spesifik dan semacam
menari yang ditentukan (Rinaldi, 2010).
2. Bermain
dilakukan

bebas

adalah

kapanpun,

merupakan
bagaimanapun

kegiatan
anak

yang
ingin

melakukannya. Bermain bebas adalah aktivitas fisik bebas


dan aktif tanpa aktivitas terstruktur apapun (Eqlima, 2011).
3.1.2

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian adalah sebagai berikut:


H0 = Tidak ada perbedaan skor kemampuan motorik kasar antara anak
pra-sekolah yang mengikuti balet dan bermain bebas.
H1 = Ada perbedaan skor kemampuan motorik kasar antara anak prasekolah yang mengikuti balet dan bermain bebas.

3.2

Subjek Penelitian dan Teknik Sampling


3.2.1

Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah anak pra-sekolah, yaitu usia 36 tahun. Penulis akan mengambil sampel sebanyak 60 orang. Yaitu 30 anak prasekolah yang mengikuti kursus balet dan 30 anak pra-sekolah yang tidak
mengikuti kursus balet, yang kesehariannya hanya bermain bebas dan tidak
mengikuti kegiatan latihan fisik apapun.
3.2.2

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah quota sample atau


sampel kuota. Teknik ini dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau
tertentu, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam
pengumpulan data, peneliti menghubungi dimana subjek yang memenuhi
persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal daerah subjek

tersebut, yang penting masih dalam populasi. Subjek yang dihubungi biasanya
adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan data mudah untuk
dilakukan. Yang penting untuk diperhatikan dalam menggunakan sampel ini
adalah terpenuhinya jumlah yang telah ditetapkan. (Arikunto, 2010).
Berikut ini adalah populasi subjek yang penulis ambil sebagai sampel:
1. Anak-anak pra-sekolah dari sekolah swasta di daerah Jakarta Timur,
dengan batasan usia 3-6 tahun.

2. Anak-anak pra-sekolah yang mengikuti kursus balet di Mainstream


School of Art beginner level di cabang Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan
Jakarta Timur.

3.3 Desain Penelitian


Penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Data yang diperoleh dalam
penelitian kuantitatif berupa angka, yang akan dianalisis secara statistik (Seniati;
Yulianto; dan Setiadi, 2009). Penulis ingin melihat dalam bentuk angka
perbandingan kemampuan motorik kasar antara anak pra-sekolah yang
mengikuti balet dan anak pra-sekolah yang tidak mengikuti balet, yang hanya
bermain bebas. Sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasi karena
menggunakan patokan angka. Hasil data dari skor tes motorik kasar yang
diperlukan untuk mendapatkan hasil dari hipotesis dalam penelitian ini dalam
bentuk skor angka, sehingga yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
perhitungan statistik.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ex
post facto, dimana penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental,

dimana variabel bebas sudah terjadi sebelum penelitian dilakukan. Dalam


penelitian ex post facto, pengukuran terhadap variabel terikat dan variabel bebas
dilakukan secara bersamaan (Seniati; Yulianto; dan Setiadi, 2009).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis
penelitian komparatif. Metode deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti
masalah-masalah dan tata cara dalam masyarakat, termasuk di dalamnya
mengenai hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan,
serta proses-proses dan pengaruh-pengaruh dari peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diteliti. Penelitian komparatif adalah penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab-akibat,
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya
suatu fenomena tertentu (Nasir, 2005). Metode ini dipilih untuk membandingkan
kemampuan motorik kasar antara anak pra-sekolah yang mengikuti balet dan
anak pra-sekolah yang tidak mengikuti balet, yang hanya bermain bebas.

3.4

Alat Ukur Penelitian


3.4.1

Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat oleh
penulis berdasarkan teori motorik kasar dalam buku yang ditulis oleh Bracken
(2004). Alat ukur ini juga merupakan adaptasi dari tesis mahasiswa strata 2 yang
bermana Vitriani Sumarlis, tahun 2005. Lerner (2000) dalam Sumarlis (2005)
menyebutkan beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

motorik,

yaitu

Bruininks-Osretsky

Test

of

Motor

Proficiency,

Peabody

Development Motor Scale, Purdue Perceptual-Motor Survey, Southern California


Test Battery for Assesment of Dysfunction, dan Test of Gross Motor
Development. Menurut Sumarlis (2005) tes-tes yang disebutkan merupakan tes
formal yang dikembangkan menurut norma popuasi sampel yang berlaku di luar
negeri, sehingga kurang cocok jika dipergunakan untuk populasi sampel di
Indonesia.
Alat ukur motorik kasar terdiri dari 10 item. Setiap subjek penelitian diminta
melakukan

gerakan-gerakan

dari

item-item

soal.

Anak-anak

memiliki

keterbatasan untuk membaca dan memahami isi item-item yang disediakan, oleh
karena itu peneliti memberikan contoh dari setiap gerakan dan kemudian subjek
menirukan gerakan yang dilakukan.
Untuk skoring disediakan 3 pilihan penilaian (+, , -). Penilaian positif (+)
yaitu bila anak dapat menyelesaikan tugas secara langsung dan adekuat/sesuai.
Penilaian ragu-ragu () akan diberikan bila anak ragu-ragu dalam melakukan
tugas yang diberikan. Selain itu kondisi yang juga akan diberikan penilaian raguragu bila anak diperkirakan memiliki kemampuan yang dinilai tetapi pada saat
penilaian berlangsung kemampuan tersebut tidak muncul atau dimunculkan
secara tidak spontan. Penilaian negatif (-) akan diberikan bila anak tidak dapat
menyelesaikan tugas secara langsung dan adekuat/sesuai (Sumarlis, 2005).
Untuk penilaian positif (+) skor yang diberikan adalah 2, untuk penilaian raguragu () skor yang diberikan adalah adalah 1, dan untuk penilaian negatif (-) skor
yang diberikan adalah 0. Jumlah item tes yang dipergunakan sebanyak 10 item.
Dan rentang skor total yang mungkin untuk diberikan kepada subjek adalah 0
sampai 10.

Tugas motorik kasar dilakukan tanpa adanya dokumentasi selama


penilaian atau observasi dilakukan. Oleh karena itu penilaian atau observasi
akan dilakukan oleh dua orang penilai atau observer (inter rater reliability), agar
dapat meningkatkan objektivitas penilaian. Sebagai observer pertama yaitu
penulis sendiri dan sebagai observer kedua adalah ibu dari penulis yaitu Hedyati
Purnomo, BSc. Sebelum penilaian atau observasi dilakukan, observer dua
diberikan penjelasan dan pengarahan mengenai cara-cara penilaian untuk
menyamakan pandangan.
3.4.2

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas adalah kecocokan antara skor tes dan kualitas yang dipercayai
untuk mengukur. Validitas terkadang didefinisikan sebagai jawaban untuk
pertanyaan, Apakah tes mengukur apa yang seharusnya diukur? Untuk
menjawab pertanyaan ini, maka digunakan studi yang sistematis untuk
menentukan apakah kesimpulan dari hasil tes dapat dibenarkan oleh bukti-bukti
(Kaplan, 2009).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan content related evidence for
validity untuk merepresentasikan materi (domain behaviour). Sejauh mana
penulis yakin bahwa item-item sudah merepresentasikan sampel tingkah laku
yang perlu batasan tingkah laku dan definisi operasional domain. Di dalamnya
terdapat

expert

judgement.

Singkatnya

terkait

apakah

tes

ini

sudah

merepresentasikan secara cukup domain konseptual dari tes yang sudah


didisain. Biasanya cara ini dipakai dalam setting pendidikan. Content yang benar
adalah item-item dalam tes sudah merepresentasikan domain konseptual dari tes
atau kualitas yang ingin diukur. Faktor-faktor yang bisa membatasi content
validity adalah karakteristik item dan sampling item. Pada content related for
validity harus melakukan expert judgement dan menggunakan metode

statistik/faktor analisis (Kaplan & Saccuzzo, 2009). Sebagai expert judgement


dari alat ukur, penulis meminta bantuan dari Putri Lenggo Geni, M. Psi seorang
dosen matakuliah psikologi perkembangan dan seorang psikolog klinis anak
sehingga jelas beliau patut menjadi expert. Expert judgement dilakukan sebelum
proses try out atau pilot.
Selanjutnya penulis menggunakan criterion related evidence for validity
untuk memprediksi dan mendiagnosa dimana dihubungkan dengan evidence
lain. Melihat bagaimana atau sejauh mana suatu tes berhubungan dengan 1
kriteria tertentu. Criterion-related melihat validitas tes dalam memprediksi suatu
tingkah laku. Jenis validitas ini dibagi menjadi dua yaitu predictive dan
concurrent.

Predictive

berguna

untuk

memprediksi

suatu

tingkah

laku,

memvalidasi tes-tes seleksi dan penempatan, yang kriterianya diambil setelah


interval waktu tertentu. Predictive berfungsi sebagai peramal atau memprediksi
hal yang terjadi di masa depan. Concurrent digunakan untuk mendiagnosa suatu
tingkah laku terutama kepribadian yang kriterianya diambil bersamaan dengan
saat pengetesan (Kaplan & Saccuzzo, 2009). Dalam hal ini evidence lain yang
akan digunakan adalah nilai olahraga dari anak-anak pra-sekolah tersebut. Nilai
olahraga penulis gunakan sebagai nilai pembanding karena dalam kegiatan
olahraga yang dinilai adalah kegiatan-kegiatan motorik kasar dari anak-anak
tersebut.
Hasil Pearson Correlation two-tail antara skor total dan nilai olahraga
adalah 0.627 dengan skor signifikan 0.000 < 0.050, yang artinya hasil ini
signifikan. Menurut Kaplan (2009), untuk criterion related evidence for validity
hasil 0.3 sudah dikatakan baik. Maka dikatakan alat ukur yang digunakan benarbenar mengukur keterampilan motorik anak pada saat ini. Artinya validitas
kriterion dari tes ini adalah sangat baik.

Realibilitas menurut Anastasi dan Urbina (1997) adalah konsistensi skor


yang dicapai atau diperoleh oleh seseorang, ketika dilakukan pengukuran
kembali dengan: tes yang sama di saat yang berbeda, tes yang berbeda tetapi
memiliki item-item setara, dan atau dalam variabel lain yang diteliti. Singkatnya
Realibilitas merupakan konsistensi dari: tes pada waktu yang berbeda, tes
dengan versi yang berbeda dalam mengukur hal yang sama, dan sebuah tes
pada suatu waktu.
Reliabilitas yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah inter-rater
reliability. Inter-rater reliability bertujuan ketika ada satu atau dua perilaku yang
terlewat

oleh

salah

satu

observer,

maka

observer

lain

yang

merekam/menangkap perilaku yang dimunculkan. Selain itu tujuan dari interrater reliability ini adalah untuk melihat kekonsistenan dari hasil pengamatan
perilaku (Kaplan & Saccuzzo, 2009).
Hasil dari piloting dengan menghitung dengan Pearson Correlation twotail dari skor total dengan hasilnya adalah 0,929 dengan signifikansi 0.000 <
0.050 yang berarti hasilnya signifikan. Dan setelah melakukan diskusi ulang
antara penulis dan observer dua mengenai penilaian, hasil Pearson Correlation
two-tail dari skor total ketika field meningkat menjadi 0.991 dengan hasil yang
signifikan yaitu 0.000 < 0.050. Menurut Kaplan (2009) reliabilitas dikatakan baik
jika mencapai hasil 0.7. Artinya item-item dalam panduan observasi konsisten
mengukur satu hal. Maka dikatakan bahwa hasil Inter-rater reliability dari
penelitian ini sangat baik.

3.5

Prosedur
3.5.1

Persiapan Penelitian

Hal pertama yang akan penulis lakukan sebelum melakukan penelitian


adalah membuat permintaan ijin kepada tempat kursus balet dan beberapa
taman kanak-kanak untuk mengambil sampel penelitian dari tempat mereka.
Setelah mendapat ijin, penulis melakukan penelitian. Dalam persiapan penelitian
juga ada tahap membaca literatur, memilih teori yang akan dipakai, observasi
fakta lapangan, dan mencari alat ukur yang tepat.
3.5.2

Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis memerlukan alat ukur sebagai


alat untuk mengukur skor kemampuan motorik kasar anak-anak pra-sekolah. Alat
ukur penelitian ini diadaptasi dari tesis seorang mahasiswa strata 2 yang juga
membahas mengenai motorik kasar dalam tesisnya. Setelah alat ukur siap dan
sudah melalui tahap expert judgement, maka dilakukan try out untuk menguji
coba alat tes untuk melihat apakah tes ini reliable atau tidak. Setelah try out dan
pengukuran reliabilitas selesai dan tes sudah memenuhi standar reliabilitas,
maka field sudah dapat dilaksanakan.
Penelitian dilakukan dengan memberikan beberapa tes motorik dengan
menggunakan alat ukur mengenai kemampuan motorik kasar anak pra-sekolah.
Setelah mendapatkan hasil dari anak-anak pra-sekolah yang mengikuti balet,
maka penulis akan mengambil sampel secara acak dari anak-anak pra-sekolah
yang tidak mengikuti balet, yang hanya bermain bebas. Setelah mendapatkan
data-data dari hasil tes, maka penulis akan menghitung data-data tersebut

10

dengan metode deskriptif. Dimana metode ini digunakan untuk menemukan fakta
dengan interpretasi yang tepat (Nazir, 2005).Pengumpulan data akan dilakukan
dengan menggunakan alat ukur untuk mengukur kemampuan motorik kasar anak
pra-sekolah.
3.5.3

Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS.


Setelah melakukan piloting, data skor total dihitung dengan Pearson Correlation
two-tail. Ketika sudah mendapatkan hasilnya, lalu penulis melakukan diskusi
dengan observer 2 untuk kembali menyamakan pandangan yang masih berbeda.
Kemudian setelah field dilakukan, penghitungan Pearson Correlation two-tail
kembali dilakukan untuk melihat apakah ada peningkatan signifikansi dari
korelasi skor total antara kedua observer.
Dalam penelitian ini pengukuran yang akan digunakan adalah t-test for
independent sample atau uji-t sampel bebas. Uji-t sampel bebas dilakukan untuk
membandingkan kemampuan motorik kasar antara anak-anak pra-sekolah yang
mengikuti balet dan yang hanya bermain bebas. T-test atau uji-t dengan sampel
bebas digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan antara dua kelompok
sampel yang bebas (Priyatno, 2011). Uji-t sampel bebas adalah desain penelitian
dengan sampel terpisah untuk masing-masing populasi untuk membuat
perbandiangan. Desain ini biasa disebut dengan between-subjects design
(Gravetter & Wallnau, 2008). Sebelum melakukan uji-t, dilakukan terlebih dahulu
uji asumsi sebagai prasyarat untuk melakukan uji-t.

Anda mungkin juga menyukai