1693 6628 1 SM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Kinerja Katalis Zeolit Sintetik ZSM-5 Al2O3 dalam Reaksi Perengkahan

Minyak Sawit Menjadi Hidrokarbon Fraksi Gasoline


Setiadi dan Benny A. W.
Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, Depok 16424. Telp. 021-77880401
E-mail: setiadi@che.ui.edu
ABSTRAK
Kebutuhan akan bahan bakar yang terus meningkat dan tidak diimbangi dengan produksi
menyebabkan sumber bahan bakar dari minyak bumi akan segera habis. Oleh karena itu,
minyak sawit sebagai sumber yang terbarukan dipilih untuk menghasilkan bahan bakar
khususnya bensin. Proses perengkahan katalitik dengan menggunakan katalis ZSM-5/Alumina
digunakan dalam penelitian ini. Reaksi dilangsungkan pada sebuah fixed bed reactor
-1
-1
sederhana dengan tekanan 1,5 atm selama setengah jam serta WHSV 1,8 h dan 2,4 h .
Produk hasil reaksi kemudian dianalisa dengan menggunakan GC-FID, untuk menentukan
fraksi bensin yang didapat, dan FT-IR, untuk mengetahui jenis ikatan dalam sampel. Umpan
yang digunakan adalah umpan minyak sawit murni, minyak yang telah dioksidasi, POME
(Palm Oil Methyl Esther), dan minyak dengan ditambah metanol. Variabel penelitian adalah
temperatur (350 500 C), komposisi katalis (5 20 %), dan jenis umpan. Hasil yang didapat
setelah reaski dilakukan menunjukkan bahwa komposisi katalis 5% pada temperatur reaksi
400 C dengan menggunakan umpan POME menghasilkan bensin yang paling tinggi yaitu
sebesar 63,1%.
Kata kunci: ZSM-5 Al2O3, minyak sawit, reaksi perengkahan, fraksi gasoline
ABSTRACT
CATALIST PERFORMANCE OF SYNTETIC ZEOLITE ZSM-5 Al2O3 IN CRACKING
REACTION OF PALM OIL TO BECOME GASOLINE FRACTION OF HYDROCARBON. The
requirement of fuel increases without balancing with its production causing the oil resources
from fuel will immediately finished. Therefore, palm oil as renewable energy resources is
selected for fuel production especially gasoline. Catalitic cracking process by using ZSM5/Alumina catalys is selected in this research. The reaction was conducted in a simple fixed
-1
-1
bed reactor with the pressure of 1.5 atm during half hour and WHSV 1,8 h dan 2,4 h . The
reaction result product then analyzed by using GC-FID for identify the gasoline fraction
obtained, and FT-IR for identify the bonding kind of the samples. The baits used were pure
palm oil, oxydized oil,POME (Palm Oil Methyl Esther), and oil with methanol. The parameters
of the research were temperature (350 500 C), catalist composition (5 20 %), and kinds of
baits. The results showed that the composition of catalist 5% at reaction temperature of 400 C
with the bait of POME resulting the highest gasoline yield of 63,1%.
Keywords: ZSM-5 Al2O3, palm oil, cracking reaction, Gasoline fraction

PENDAHULUAN
Konsumsi bahan bakar minyak (BBM)
mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Di sisi lain, produksi minyak bumi
menunjukkan
tren
yang
cenderung
menurun. Di Indonesia sendiri, konsumsi
BBM pada tahun 2004 mencapai 61,7 juta

kilo liter dengan kemampuan produksi 44,8


juta kilo liter [1]. Ini mengakibatkan
Indonesia membuang devisa mencapai 15
triliun rupiah setiap tahunnya. Oleh karena
itu, sumber lain untuk dapat menghasilkan
hidrokarbon setara fraksi bensin sangat
diperlukan.

89

JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 5 No.2. November 2006


Journal of Indonesian Zeolites

Katikaneni dan Subash Bhatia telah


melakukan penelitian yang memberikan
hasil bahwa minyak berbasis tumbuhtumbuhan dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan bahan bakar [2-3]. Oleh
karena itu penggunaan minyak sawit
sebagai salah satu sumber bahan baku
pembuatan hidrokarbon fraksi bensin
sangat mungkin untuk dilakukan. Pemilihan
minyak sawit ini sendiri dikarenakan
Indonesia diperkirakan akan menjadi
produsen minyak sawit terbesar di dunia
[4]. Selain itu, hasil pembakaran bahan
bakar berbasis minyak sawit juga lebih
ramah lingkungan dan tidak menimbulkan
polusi yang berlebihan. Proses yang dapat
diadopsi untuk pembuatan hidrokarbon
setaraf fraksi bensin ini adalah proses
perengkahan katalitik (catalytic cracking).
Proses perengkahan katalitik ini telah
digunakan oleh para peneliti lain untuk
penelitian serupa. Reaksi perengkahan
katalitik adalah suatu reaksi dimana terjadi
pemutusan suatu molekul hidrokarbon
yang besar menjadi molekul hidrokarbon
yang lebih kecil dengan menggunakan
katalis. Perengkahan ini dilakukan pada
temperatur yang realtif lebih rendah jika
dibandingkan dengan reaksi thermal
cracking [5]. Katalis yang telah digunakan
untuk melangsungkan reaksi ini adalah
katalis sintetik H-ZSM-5 murni yang
menghasilkan yield sebesar 49,3% [6].
Reaksi perengkahan ini biasanya dilakukan
pada suhu yang tinggi, yaitu antara 300
500C. Pada suhu yang lebih rendah,
katalis asam yang digunakan belum aktif,
namun pada suhu yang lebih tinggi, katalis
juga sudah tidak aktif. Suhu yang tinggi
menyebabkan reaksi yang terjadi adalah
perengkahan termal. Oleh sebab itu, pada
penelitian ini digunakan temperatur reaksi
sebesar 350500C, sehingga umpan
minyak sawit sudah berada dalam fasa
uapnya.
Optimasi
hasil
perengkahan
dapat
dilakukan dengan memodifikasi katalis
yang
digunakan.
Katikaneni
telah
melaporkan bahwa penggunaan katalis
hibrida (hybrid catalyst) akan menghasilkan

90

ISSN:1411-6723

produk dengan yield yang lebih tinggi [7].


Katalis H-ZSM-5 murni akan menghasilkan
produk
gas
yang
besar
karena
keasamannya yang sangat tinggi. Hal ini
disebabkan karena katalis ini mengandung
asam Bronsted yang tinggi [8]. Maka dari
itu, pada penelitian ini akan digunakan
katalis hibrida H-ZSM-5/Alumina agar yield
yang dihasilkan meningkat. Katalis Alumina
berperan sebagai katalis perengkah utama
karena katalis ini memiliki luas permukaan
yang tinggi dan juga katalis ini merupakan
katalis asam. Katalis untuk melakukan
reaksi perengkahan haruslah katalis asam.
Sedangkan katalis H-ZSM-5 digunakan
untuk
menambah
keasaman
dan
menghasilkan yield hidrokarbon fraksi
bensin yang lebih tinggi.
Kereaktifan minyak sawit terdapat pada
gugus karbonil dan ikatan rangkapnya.
Minyak ini akan mengalami reaksi
polimerisasi pada ikatan rangkap dan
reaksi polikondensasi pada gugus karbonil
jika dilakukan pemanasan pada suhu
tinggi. Maka pada penelitian ini, minyak
sawit terlebih dahulu dipreparasi dengan
dilakukan reaksi oksidasi, transesterifiksai,
dan penambahan metanol sehingga kerja
katalis untuk merengkah molekul minyak
menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui temperatur, komposisi
katalis, dan jenis umpan yang optimum
untuk mendapatkan hidrokarbon setaraf
fraksi bensin.

BAHAN DAN METODE


Preparasi Katalis
Katalis hibrida H-ZSM-5/Alumina adalah
suatu kombinasi komponen katalis yang
kinerja katalitiknya saling mendukung,
dimana keduanya hanya dicampur secara
fisik saja. Komposisi H-ZSM-5 dalam
katalis ini dibuat bervariasi dengan
persentase beratnya dalam katalis sebesar
5%, 10%, 15%, dan 20%. H-ZSM-5 dan
Alumina ditimbang dengan berat tertentu,
sesuai dengan komposisi yang akan diuji.
Masing-masing katalis tersebut ditimbang

Kinerja Katalis Zeolit Sintetik ZSM-5 Al2O3 dalam Reaksi Perengkahan Minyak Sawit .............(Setiadi dan Benny A.W)

agar memiliki total berat 3 gram. Maka


untuk membuat katalis dengan kompsisi
ZSM-5/Alumina sebesar 5%, dilakukan
penimbangan terhadap Alumina seberat
2,85 gram dan katalis H-ZSM-5 seberat
0,15 gram. Begitu selanjutnya untuk
komposisi katalis H-ZSM-5/Al2O3 10%,
15%, dan 20%. Setelah masing-masing
katalis ditimbang sesuai dengan beratnya
masing-masing, maka keduanya dicampur
menggunakan cawan petri, dan kemudian
diaduk-aduk
sampai
merata.
Untuk
selanjutnya penulisan katalis H-ZSM5/Alumina akan disingkat menjadi Z/A.

Reaksi Perengkahan Katalitik

Persiapan Umpan Minyak Sawit


Transesterifikasi. Proses transesterifikasi
dilakukan untuk mendapatkan metil ester
POME (Palm Oil Methyl Esther). Tujuan
dari reaksi transesterifikasi ini adalah untuk
memisahkan metil ester dari gliserin yang
terdapat di dalam minyak berbahan dasar
kelapa sawit (palm oil). Proses ini
merupakan proses penggantian gugus
alkoksi dari ester dengan alkohol lain,
dalam
hal
ini
adalah
metanol.
Perbandingan mol metanol dan mol minyak
yang digunakan adalah 6:1. Katalis basa
NaOH sebesar 0,8 % berat minyak
digunakan untuk mempercepat reaksi.
NaOH dicampur terlebih dahulu dengan
metanol sebelum ditambahkan ke dalam
minyak. Suhu reaksi pembuatan POME ini
adalah 65 C dan dilakukan selama 1 jam.
Produk POME dan gliserin yang terbentuk
kemudian dipisahkan.

Minyak sawit yang digunakan adalah


minyak goreng dengan merek Sania.
Reaksi perengkahan dilakukan pada
temperatur 350 500 C dengan tekanan
1,5 atm dan WHSV 1,8 h-1 untuk umpan
POME dan 2,4 h-1 untuk umpan minyak
yang ditambah metanol. Katalis hibrida
seberat 3 gram disangga dengan
menggunakan quartz wool pada dasar
reaktor berbahan stainless steel SS-316
yang tahan terhadap bahan kimia dengan
panjang 30 cm dan diameter dalam 1,9 cm.
Gas nitrogen dengan laju alir 10 ml/min
dialirkan
ke
dalam
reaktor
untuk
mengeluarkan
umpan
yang
telah
dimasukkan ke reaktor dengan menggunakan syringe. Produk hasil reaksi ditampung
dan didinginkan pada temperatur ruang
sebab temperatur penampungan yang
lebih
rendah
akan
mengakibatkan
memadatnya produk hasil reaksi.

Penambahan Metanol.

Analisa Produk

Penambahan metanol ini dilakukan untuk


menyingkat jalur reaksi perengkahan.
Metanol ditambahkan pada umpan dengan
rasio mol metanol : mol minyak sebesar 5 :
1. Metanol langsung ditambahkan ke
dalam reaktor setelah umpan minyak
kelapa sawit diinjeksikan ke reaktor.

Produk hasil reaksi kemudian dianalisa


menggunakan kromatografi gas (Shimazu
9A dengan kromatogram Shimazu RC26A) yang dilengkapi detektor FID dengan
kolom yang digunakan adalah SE-30
dengan panjang 3 m. Temperatur kolom
diprogram dari 40-130 C dengan laju
pemanasan 8 C/min. Kromatogram yang
dihasilkan kemudian dibandingkan dengan
kromatogram dari bensin komersial untuk
mengetahui fraksi bensin yang didapat.
Selain itu juga digunakan FT-IR untuk
mengetahui jenis ikatan yang terdapat di
dalam produk.

Gambar 1. Fixed bed reactor

91

JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 5 No.2. November 2006


Journal of Indonesian Zeolites

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISSN:1411-6723

Pengaruh Penambahan H-ZSM-5

Pengaruh Temperatur

70

Yield(%)

60
60

Yield(%)

50
40

50
40
30
20

30

bensin

20

10

gas

0
Z/A (5)

10

400

450

Z/A (15)

Z/A (20)
bensin

gas

500

Temperatur (OC)

Gambar 2. Pengaruh temperatur terhadap yield


hidrokarbon setaraf fraksi bensin

Pada reaksi peregkahan, temperatur reaksi


memiliki pengaruh yang cukup signifikan.
Temperatur 350C menghasilkan yield
bensin sebesar 18,9% dan temperatur
optimum dicapai pada 400C yang
menghasilkan yield sebesar 51,3%. Yield
bensin menunjukkan jumlah hidrokarbon
setaraf fraksi bensin dalam produk hasil
reaksi. Temperatur yang lebih tinggi
mengahsilkan yield yang lebih kecil karena
produk cair yang terbentuk lebih sedikit,
dan menghasilkan produk gas yang lebih
besar.
Reaksi perengkahan merupakan reaksi
endotermis, sehingga jika temperatur yang
digunakan terus dinaikkan, maka reaksi
perengkahan akan terus terjadi. Hal ini
mengakibatkan molekul yang terengkah
menjadi sangat kecil, dan sangat
memungkinkan produk yang didapatkan
adalah produk gas. Pada temperatur tinggi,
kinetika reaksi juga akan meningkat karena
kinetika molekul juga tinggi. Difusi molekul
dengan katalis juga akan meningkat pada
temperatur yang tinggi. Namun, pada
temperatur tinggi, kokas juga akan lebih
cepat terbentuk. Kokas yang menutupi inti
aktif
katalis,
akan
mengakibatkan
penurunan kereaktifan katalis, sehingga
fungsi katalis tidak optimum. Maka dari itu
temperatur
reaksi
optimum
yang
didapatkan dalam penelitian ini sebesar
400 C, sebanding dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Katikaneni [9].

Gambar 3. Pengaruh penambahan H-ZSM-5


terhadap yield hidrokarbon setaraf
fraksi bensin pada umpan POME

Yield (%)

350

92

Z/A (10)

Jenis Katalis

40
35
30
25
20
15
10
5
0
Z/A (5)

Z/A (10)

Z/A (15)

Jenis Katalis

Z/A (20)
bensin

gas

Gambar 4. Pengaruh penambahan H-ZSM-5


terhadap yield hidrokarbon setaraf
fraksi bensin pada umpan minyak
+metanol

Penambahan H-ZSM-5 pada komposisi


katalis akan menyebabkan berkurangnya
yield
hidrokarbon
fraksi
bensin.
Penambahan 5% katalis H-ZSM-5 pada
Alumina menghasilkan yield bensin dari
umpan POME yang paling tinggi yaitu
sebesar 63,1% dan yield akan terus
mengalami penurunan seiring dengan
penambahan H-ZSM-5. Begitu pula
dengan umpan minyak yang ditambah
dengan metanol, komposisi katalis H-ZSM5/Alumina 5% juga menghasilkan yield
yang paling besar yaitu 26,8%. Untuk
umpan POME, penambahan katalis HZSM-5
sebesar 5% menyebabkan
penurunan yield yang sangat signifikan,
sedangkan untuk umpan minyak +
metanol, penambahan 5 % H-ZSM-5 tidak
menurunkan
yield
dengan
sangat
signifikan.

Kinerja Katalis Zeolit Sintetik ZSM-5 Al2O3 dalam Reaksi Perengkahan Minyak Sawit .............(Setiadi dan Benny A.W)

Katalis sintetik H-ZSM-5 mengandung sisi


asam Bronsted yang besar sehingga
keasamannya
tinggi.
Meningkatnya
keasaman dalam katalis ini menyebabkan
kemampuan katalis untuk merengkah
molekul minyak menjadi semakin tinggi.
Katalis dengan keasaman yang tinggi lebih
banyak menghasilkan produk gas. Grafik
dalam Gambar 3 dan Gambar 4 juga
membuktikan bahwa yield produk gas yang
dihasilkan akan meningkat seiring dengan
meningkatnya komposisi katalis H-ZSM-5.
Penambahan
H-ZSM-5
berarti
juga
mengurangi
jumlah
dari
Alumina.
Berkurangnya Alumina ini menyebabkan
pengurangan yang signifikan terhadap luas
permukaan katalis. Dengan berkurangnya
luas permukaan katalis maka inti aktif yang
terdapat dalam katalis juga berkurang
sehingga umpan yang terengkah oleh
katalis Alumina, yang keasamannya di
bawah H-ZSM-5, juga menjadi lebih sedikit.
Pengaruh Umpan
Dari Gambar 3 dan Gambar 4 dapat
disimpulkan
bahwa
umpan
POME
menghasilkan produk hidrokarbon setaraf
fraksi bensin yang lebih tinggi daripada
umpan minyak + metanol. Umpan POME
memiliki rantai molekul yang lebih pendek,
yaitu sekitar 1/3 dari umpan minyak sawit
murni. Oleh sebab itu, kerja katalis akan
menjadi lebih ringan jika dibandingkan
dengan
umpan
minyak.
Hal
ini
menyebabkan umur katalis juga akan
bertambah lama. Namun penambahan
metanol yang langsung dilakukan di dalam
reaktor ini lebih mempermudah jalur reaksi
karena tidak perlu melakukan reaksi
transesterifikasi secara terpisah. Maka
dengan perbedaan yield sekitar 35%,
penyingkatan jalur reaksi ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk memilih
metode ini. Yield dari umpan minyak yang

lebih sedikit disebabkan karena metanol


tidak berperan secara optimal sebagai
sumber alkil yang baik. Tidak adanya
katalis NaOH juga dapat menyebabkan
terjadinya hal ini.
Sedangkan untuk umpan minyak yang
telah dioksidasi, didapatkan produk yang
sangat kental dan berwarna hitam.
Kemungkinan
yang
menyebabkan
terjadinya hal ini adalah karena ikatan
rangkap
pada
asam
lemak
yang
terkandung dalam minyak sawit sedikit.
Kandungan asam lemak yang terbanyak
dalam minyak sawit adalah asam palmitat,
asam stearat, serta asam linoleat dimana
kandungan ikatan rangkapnya sedikit,
sehingga oksigen menyerang gugus ester
dari minyak yang adalah gugus polar. Pada
suhu reaksi yang tinggi, ester dengan
hidrogen alfa dapat bereaksi kondensasi
diri. Produk intermediet yang dihasilkan
adalah suatu ion enolat yang diikuti dengan
eliminasi ROH. Jadi keseluruhannya
merupakan reaksi substitusi nukleofilik.
Kondensasi ini mirip dengan kondensasi
aldol, namun kondensasi ester merupakan
reaksi substitusi, sedangkan kondensasi
aldol adalah reaksi adisi [10].
Kemungkinan lain yang menyebabkan hal
ini terjadi ialah bahwa terjadi pembentukan
gugus baru. Produk hasil reaksi mungkin
adalah asam lemak dengan rantai yang
lebih
pendek
(telah terjadi reaksi
perengkahan), namun karena memiliki
gugus yang asam yang baru, maka properti
yang dimiliki juga berubah. Salah satu sifat
yang berubah tersebut adalah titik beku
yang tinggi, sehingga pada suhu ruang
produk hasil reaksi memiliki fasa padat
(seperti pada asam miristat, asam azealat,
dll).

93

JURNAL ZEOLIT INDONESIA Vol 5 No.2. November 2006


Journal of Indonesian Zeolites

ISSN:1411-6723

Analisa FT-IR
Tabel 1. Absorbansi berbagai ikatan pada POME dan produk hasil reaksi perengkahan
Bilangan
-1
Gelombang (cm )

C-H pada CH3

2843-2863

0,25

0,74

0,55

C=O pada
ester

1735-1750

1,0

0,52

RCH3

1450-1475

0,12

0,38

0,4

RC(CH3)3

1235-1255

0,07

0,26

~1170

0.114

0,3

RCH (CH3)2

Perbedaan absorbansi antara POME dan


produk
setelah
reaksi
perengkahan
menunjukkan
bahwa
POME
yang
digunakan
sebagai
umpan
reaksi
perengkahan telah mengalami perubahan.
Gugus ester yang terdapat dalam POME
telah mengalami pemutusan, yang ditandai
dengan berkurangnya absorbansi pada
gugus ester tersebut. Terjadinya reaksi
perengkahan
juga
ditandai
dengan
meningkatnya absorbansi pada ikatan
RC(CH3)3 dan
RCH(CH3)2.
Dengan
semakin banyaknya rantai karbon yang
putus, maka jumlah ikatan C(CH3)3 dan
CH(CH3)2 akan semakin banyak dan
ditandai dengan naiknya absorbansi.

KESIMPULAN
1. Konversi katalitik minyak sawit dengan
menggunakan katalis H-ZSM-5/Alumina
telah berhasil menghasilkan produk
senyawa hidrokarbon setaraf bensin.
2. Pada hasil uji aktivitas katalis diperoleh
temperatur optimum untuk reaksi
perengkahan katalitik minyak kelapa
sawit adalah 400 C.
3. Katalis yang optimum adalah Z/A 5 %,
dimana yield yang diperoleh untuk
umpan POME adalah 63,1 % dan
umpan minyak metanol adalah 26,8 %.
4. Jenis umpan yang menghasilkan yield
bensin yang tingi adalah POME (Palm
Oil
Methyl
Ester).
Penambahan
metanol secara langsung ke dalam
reaktor
terbukti
tetap
dapat

94

Absorbansi
Produk Bensin

Jenis ikatan

POME

menghasilkan hodrokarbon setaraf


fraksi bensin, sehingga jalur reaksi ini
juga dapat dipertimbangkan sebagai
alternatif
pembuatan
hidrokarbon
setaraf fraksi bensin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andi, N. A. S. 2006. Mengenal Lebih
Dekat Biodiesel Jarak Pagar. PT.
Agromedia Pustaka, Depok.
2. Katikaneni, S. P. R., Adjaya, J. D.,
Bakhshi N. N. 1995. Performance of
Aluminophosphate Molecular Sieve
Catalysts
for
Production
of
Hydrocarbons from Wood-Derived and
Vegetable Oils. Energy Fuels. 9: 10651078.
3. Bhatia, S., Noor A.M., Zabidi and Twaiq
F. 1999. Catalytic Conversion of Palm
Oil to Hydrocarbon Performance of
Various Zeolit Catalyst. Industrial and
Engineering Chemichal Research. 38:
3230-3237.
4. Syarief,
E.
2004.
Melawan
Ketergantungan pada Minyak Bumi.
Insist Press, Yogyakarta.
5. Yuriagada, Prasad S, Hu Y. L., Bakhshi
N. N. 1986. Effect of Hydrothermal
Treatment of HZSM-5 Catalyst on Its
Performance for Conversion of Canola
and Mustard Oils to Hydrocarbons. Ind.
and Eng. Che. Production Research.
25: 251-257.

Kinerja Katalis Zeolit Sintetik ZSM-5 Al2O3 dalam Reaksi Perengkahan Minyak Sawit .............(Setiadi dan Benny A.W)

6. Setiadi. 2005. Oksidatif Dehidrogenasi


Etana menjadi Etilen Menggunakan
B2O3 : Pengaruh Kandungan Boron
Oksida. Prosiding Simposium dan
Kongres Masyarakat Katalis Indonesia.
Jakarta.

Potassium-Impregnated
HZSM-5
Catalysts: C2-C4 Olefin Production and
Model Reaction Studies. Industrial and
Engineering Chemichal Research. 35:
3332-3346.

7. Katikaneni, S. P. R., Adjaye, J. D.,


Bakhshi N. R. 1995. Studies on the
Catalytic Conversion of Canola Oil to
Hydrocarbons: Influence of Hybrid
Catalyst and Steam. Energy Fuels. 9:
599-609.

9. Katikaneni, S. P. R., Idem O. R.,


Narendra N. B. 1997. Catalytic
Conversion of Canola Oil to Fuels and
Chemical: Roles of Catalyst Acidity,
Basicity and Shape Selectivity on
Product Distribution. Fuel Processing
Technology. Elsevier. 51: 101-125.

8. Katikaneni, S. P. R., Adjaye, J. D.,


Idem, R. O., Bakhshi N. R. 1996.
Catalytic Conversion of Canola Oil over

10. Fesseden, R. J. and Joan S. F. 1981.


Organic Chemistry. USA: Wadsworth
Asian Student Edition.

95

Anda mungkin juga menyukai