Anda di halaman 1dari 40

BAB II

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem Tenaga Listrik adalah rangkaian
atau gabungan
Pembangkit
Listrik yang terdiri dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,
saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan
sehingga membentuk suatu system yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik
dari pembangkit ke konsumen.

Saluran
Transmisi

Gardu Induk

Saluran
Transmisi

Industri Besar

Trafo Distribusi
Industri
Menengah

Jaringan Tegangan
Menengah
Jalan Umum

Jaringan
Tegangan
Rendah
MALL

Industri Kecil
Konsumen Rumah
Tangga

Gambar 2.1 Sistem Tenaga listrik

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit dengan tegangan 10-24 kV yang
kemudian akan disalurkan melalui jaringan transmisi. Panjangnya saluran transmisi
hingga ratusan kilometer, akan menyebabkan rugi-rugi daya yang besar. Oleh karena
itu sebelum disalurkan melalui saluran transmisi, tegangannya dinaikkan terlebih
dahulu dengan transformator penaik tegangan yang ada menjadi 70 kV, 150 kV, atau
500 kV. Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir akan semakin kecil. Kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus
LOW VOLTAGE
LINE

yang mengalir (PLosses=I2.R), dengan demikian semakin kecil arus yang mengalir
rugi-rugi daya (PLosses) juga akan semakin kecil. Dari saluran transmisi ini, tenaga
listrik dapat langsung disalurkan untuk pelanggan industri besar dengan daya diatas
30.000 kVA.
Untuk pelanggan menengah dan kecil, tegangan transmisi sebesar 70 kV, 150 kV, atau
500 kV masuk ke Gardu Induk dan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator tenaga penurun tegangan, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran daya listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Jaringan distribusi
primer digunakan untuk pelanggan-pelanggan menengah dengan daya diatas 200
kVA. Sedangkan bagi pelanggan-pelanggan kecil dengan daya dibawah 200 kVA, dari
saluran distribusi primer (Jaringan Tegangan Menengah) 20 kV tersebut akan
disalurkan lagi melalui saluran distribusi sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)
220/380 V dengan menurunkan tegangannya lewat gardu-gardu distribusi.
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
2.2.1 Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik yang
dimulai dari PMT incoming di gardu induk sampai dengan alat penghitung dan
pembatas di instalasi konsumen . Jadi fungsi distribusi tenaga listrik yaitu:
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Dengan demikian sistem distribusi ini menjadi suatu sistem tersendiri karena unit
distribusi ini memiliki komponen peralatan yang saling berkaitan dalam operasinya
untuk menyalurkan tenaga listrik sehingga mutu harus memadai sesuai stndar
pelayanan yang berlaku.
Ditinjau dari tegangannya sistem distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Distribusi Primer

Yaitu suatu saluran distribusi dengan tegangan operasi nominal 20 kV atau


dikenal juga sebagai Jaringan Tegangan Menengah (JTM). Saluran Distribusi
Primer dapat berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), Saluran
Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) dan Saluran Kabel Tegangan
Menengah (SKTM). Hal ini bertujuan untuk menyesuiakan dengan tingkat
keandalan yang diinginkan untuk kondisi beban serta situasi lingkungan.

Gambar 2.2 Sistem Distribusi Primer


b. Distribusi Sekunder
Yaitu suatu saluran distribusi dengan tegangan operasi nominal 380/220 V
atau dikenal juga sebagai Jaringan Tegangan Rendah (JTR).

Gambar 2.3 Sistem Distribusi Sekunder


2.2.2 Gardu distribusi
Gardu distribusi atau gardu tiang trafo (GTT) merupakan suatu bangunan dalam
sistem distribusi tenaga listrik yang di dalamnya terdapat instalasi transformator,
instalasi perlengkapan hubung bagi (PHB) tegangan menengah ataupun tegangan
rendah dan instalasi pembumian. Fungsi gardu distribusi menurunkan tegangan

pelayanan yang lebih tinggi 20 kV menjadi tegangan pelayanan yang lebih rendah
220/380 kV.
Penempatan/letak gardu distribusi dilokasi yang mudah dijangkau secara operasional,
biasa dipasang dekat dengan pelanggan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
persentase rugi-rugi akibat panjangnya penghantar. Pemasangan gardu distribusi
dipasang sesuai dengan permintaan pelanggan, baik itu pelanggan dengan daya kecil
seperti rumah tangga, pertokoan, dll maupun pelanggan dengan daya menengah
seperti pabrik, hotel , mall, dll.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
a. Jenis pemasangannya :
a) Gardu pasangan luar :
1. Gardu Portal,
Gardu
portal,
yaitu

gardu

distribusi

yang

bangunan

pelindungnya/penyangganya terbuat dari dua buah tiang atau lebih. Dalam


hal ini trafo distribusi terletak di bagian atas tiang. Karena trafo distribusi
terletak pada bagian atas tiang, maka gardu ini hanya dapat melayani daya
listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif tinggi, sehingga tidak
mungkin menempatkan trafo berkapasitas besar di bagian atas tiang ( 5
meter di atas tanah). Gambar 2.4 memperlihatkan sebuah gardu distribusi
portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan panel distribusi
tegangan rendah yang terletak di bagian bawah tiang (tengah).

Gambar 2.4 Gardu Portal dan Single Line Diagram

Keterangan Gambar
1. Isolator tumpu 20 kV
2. Parallel groove (Live
Line Connector)
3. Lightning Arrester
4. Cut Out 20 kV + Fuse
Link
5. Dudukan Cut Out dan
LA lengkap
6. Trafo cantol 3 Ph 20 kV
B2 25-50 kVA
7. Papan tanda bahaya
8. Pertanahan
lengkap
(BC 50 mm2)
9. PHB-TR
10. Tiang beton 11m, 500
daN
11. Pondasi gardu
12. Rangka duduk trafo
lengkap
13. Ranjau panjat

Gambar 2.5 Konstruksi Gardu Portal


2. Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah
transformator dengan daya 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator
terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu
peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki
transformator.

Gambar 2.6 Gardu Cantol

Keterangan:
Parallel Groove/ Live Line
Connector
Bimetal Terminal Lug
Lightning Arrester
Penghantar Fasa 1
Penghantar Fasa 2
Penghantar Netral TM-TR
Terminal Pembumian Trafo
Terminal Pembumian Tiang
Terminal Pembumian LA
Pada Tangki Trafo

(a) Tampak Belakang

(b) Tampak Samping

Gambar 2.7 Konstruksi Gardu Cantol

b) Gardu pasangan dalam :


1. Gardu Beton

Gambar 2.8 Gardu Beton

Gardu beton yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari
beton (campuran pasir, batu dan semen). Umumnya gardu beton dibangun
untuk konsumen khusus atau daerah perkotaan. Seluruh komponen utama
instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi, terangkai
didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan
konstruksi pasangan batu dan beton.
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.

Keterangan:
1. Kabel masuk-pemisah atau
sakelar beban (load break)
Bimetal Terminal Lug
2. Kabel keluar-sakelar beban
(load break)
3. Pengaman transformatorsakelar beban+pengaman
lebur.
4. Sakelar beban sisi TR.
5. Rak TR dengan 4 sirkit
bekan.
6. Pengaman lebur TM (HRCFuse)

Gambar 2.9 Single Line Diagram Gardu Beton


2. Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan yang terbuat dari konstruksi baja, fiberglass
atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan
gardu distribusi. Pada mulanya gardu kios ini dibuat dengan cara menutup
semua peralatan gardu seperti trafo, alat pemisah, pemutus dan perlengkapan
TM/TR lainnya dalam kios metal sehingga gardu ini juga dinamai dengan
gardu metal enclosed. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios
Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat.

(a)
(b)
Gambar 2.10 (a) Gardu Kios (b) Gardu Kios Bertingkat
Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
membangun Gardu Beton. Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas
transformator distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas maksimum
adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Tegangan Rendah.
Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu sudah
dirangkai secara lengkap di pabrik, sehingga dapat langsung di angkut
kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada untuk
difungsikan sesuai tujuannya.
b. Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c) Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umum

Gambar 2.11 Singe Line Diagram Konfigurasi section Gardu Pelanggan Umum
Umumnya konfigurasi peralatan Gardu Pelanggan Umum adalah section,
sama halnya seperti dengan Gardu Tiang yang dicatu dari SKTM.

Karena keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan,


dapat saja konfigurasi gardu berupa T section dengan catu daya disuplai PHBTM gardu terdekat yang sering disebut dengan Gardu Antena.
Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih dari Gardu Pelanggan Umum
biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu penyulang sehingga
jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakan secara Otomatis
(ACOS : Automatic Change Over Switch) atau secara remote control.
b) Gardu Pelanggan Khusus
Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan tenaga listrik bagi
pelanggan berdaya besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan
proteksi, gardu ini di lengkapi dengan alat-alat ukur yang dipersyaratkan.
Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197 kVA, komponen utama gardu
distribusi adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran tegangan
menengah. Transformator penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau
diluar area kepemilikan dan tanggung jawab PT PLN (Persero).
Pada umumnya, Gardu Pelanggan Khusus ini dapat juga dilengkapi dengan
transformator untuk melayani pelanggan umum.

Gambar 2.12 Bagan satu garis Gardu Pelanggan Khusus


Keterangan :
TP = Pengaman Transformator
PMB = Pemutus Beban LBS
PT = Trafo Tegangan
PMT = Pembatas Beban Pelanggan
SP = Sambungan Pelanggan
2.2.3

Trafo Distribusi

Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan daya dari satu
belitan ke belitan yang lain (belitan primer ke belitan sekunder) melalui sebuah
gandengan magnet dengan adanya perubahan tegangan. Transformator digunakan
secara luas dalam bidang tenaga listrik. Misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi
dalam pengiriman daya listrik jarak jauh .
Untuk menyalurkan tegangan ke konsumen, maka perlu adanya transformator
distribusi. Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk menurunkan
tegangan menengah 20 kV dari sistem distribusi listrik menjadi tegangan rendah 220
V/380 V agar dapat digunakan oleh konsumen tegangan rendah. Transformator
distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down 20kV/400V.

2.3.3.1 Macam-macam trafo distibusi


1. Jenis Overhead
Overhead Transformator adalah transformator yang terletak atau terpasang di
atas tiang.
Jenis ini bisa dibedakan menjadi :
a. Tipe Konvensional
Trafo ini tidak memiliki peralatan proteksi terhadap petir dan gangguan beban
lebih sebagai bagian dari trafo. Oleh karena itu dibutuhkan fuse cutout dan
lightning arrester sebagai proteksi pada trafo ini.

Gambar( 2.13
b. Tipe Completely self-protecting
CSPTipe
) Konvensional

Trafo ini memiliki peralatan proteksi terhadap petir, beban lebih, dan hubung
singkat. Lightning arrester terpasang langsung pada tangki trafo sebagai
proteksi terhadap petir. Untuk proteksi terhadap beban lebih, digunakan fuse
yang dipasang di dalam tangki. Proteksi trafo terhadap gangguan internal
menggunakan hubungan proteksi internal yang dipasang antara beliran primer
dengan bushing primer.

Gambar 2.14 Tipe Completely self-protecting


c. Tipe Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB )
Transformers mirip dengan CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini
terdapat sebuah circuit breaker pada sisi sekunder, circuit breaker ini akan
membuka sebelum fuse melebur.

Gambar 2.15 Tipe CSPB


2. Jenis Underground

Underground Transformator adalah transformator yang terletak di bawah tanah.


Jenis ini bisa dibedakan menjadi :
a. Tipe Subway :
Trafo distribusi tipe ini dipasang pada ruangan bawah tanah untuk sistem
distribusi bawah tanah. Tipe ini bisa berbentuk trafo konvensional, maupun
trafo berproteksi arus. Trafo berproteksi arus mempunyai perlengkapan
pengaman yang sama seperti trafo CSP hanya saja tidak memiliki pengaman
gangguan surja petir yang memang tidak diperlukan untuk sistem distribusi
bawah tanah.
b. Tipe network
Trafo network dirancang untuk melayani sistem distribusi jaringan tegangan
rendah

(LV network).

Berdasarkan

pendinginya,

trafo

distribusi

ini

didiklasifasikan menjadi 3, yaitu:


1) Berisi minyak, minyak yang digunakan sebagai pengisi pada umumnya
adalah askatrel yang mempunyai sifat tidak bisa terbakar (non flamcable).
2) Tipe kering berventilasi, digunakan bila ada tempat kering dan udara cukup
bersih. Adanya lubang-lubang pada rumah trafo yang terbuat dari metal
memungkinkan udara mengalir ke koil dan inti trafo. Tipe ini memberikan
keamanan maksimum dengan biaya pemasangan dan perawatan minimum.
3) Tipe kering tertutup, pada tipe ini trafo ditempatkan pada tangki yang
tertutup rapat dengan sedikit tekanan dari gas nitrogen. Trafo tipe ini
menghilangkan kemungkinan terbakar ataupun meledak dan juga tidak ada
biaya pemeliharaan minyak karena isolasi utamanya adalah udara. Tipe
kering tertutup ini ukurannya lebih lebih besar dari trafo network yang
berisi minyak.
3. Jenis padmounted
Trafo ini pada mulanya digunakan untuk distribusi daerah rumah tinggal
dengan sisitem jaringan bawah tanah. Dengan diadakannya pengambangan,
trafo ini dapat dipakai untuk beban-beban yang besar sampai 2500KVA per
unitnya. Trafo ini merupakan satu kesatuan dengan rumah trafo yang terbuat
dari metal dan dilengkapi dengan pengaman-pengaman untuk tegangan rendah
yang terdiri dari sekering, pemutusan switch.

Gambar 2.16 Konstruksi Tranformator Jenis Padmounted

Gambar 2.17 Pemasangan Transformator Padmounted

2.2.3.2 Transformator Distribusi Tiga Fasa


Trafo tiga fasa bekerja pada tegangan yang memiliki tiga buah fasa. Sebuah
transformator tiga fasa secara prinsip sama dengan sebuah transformator satu fasa.
Transformator tiga fasa banyak sekali mengurangi berat dan lebar kerangka, sehingga
harganya dapat dikurangi bila dibandingkan dengan penggabungan tiga buah
transformator satu fasa dengan rating daya yang sama.

Trafo tiga fasa adalah trafo yang sering digunakan, hal ini dikarenakan :
a. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar
b. Mempunyai nilai ekonomis
c. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan lebih mudah
a. Konstruksi Trafo Tiga Fasa

Gambar 2.18 Konstruksi Trafo Tiga Fasa

Inti besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang diberi
semacam lapisan isolasi yang tahan

terhadap suhu tinggi. Lapisan ini harus

ditekan(press) untuk menghilangkan adanya celah udara antara plat satu dengan yang
lain yang dapat menimbulkan suara keras ketika transformator beroperasi. Tujuan inti
besi dibuat berlapis-lapis untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang
ditimbulkan oleh eddy current.

Kumparan

Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk


suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan
kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar
kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan
tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

Bushing

Bushing adalah sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator yang sekaligus
berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator.
Bushing digunakan untuk mengubungkan sisi tegangan tinggi ke transformator dan
memiliki syarat titik tembus tertentu. Bahan utama bushing biasanya dibuat dari
bahan keramik atau arching horn.

Tangki Transformator

Tangki transformator merupakan bagian untuk menempatkan perlengkapan


transformator distribusi, seperti : bushing, inti besi, kumparan (primer dan sekunder),
minyak transformator, tap changer, dan sebagainya. Bentuk tangki transformator
bermacam-macam sesuai produk mereknya, misalnya : berbentuk kotak (segi empat)
dan oval.

Minyak Trafo

Kumparan-kumparan trafo dan intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama trafotrafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai
media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak transformator, minyak juga berfungsi
sebagai isolasi. Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan,
sebagai berikut :
a) Mempunyai kekuatan isolasi yang tinggi (Dielectric Strength);
b) Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel- partikel
kecil dapat mengendap dengan cepat;
c) Viskositas (kekentalan) yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik;
d) Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap, sifat kimia yang stabil.
Media Pendingin
Minyak isolasi transformator selain merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai
pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan

dibawa oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan di dinginkan pada sirip-sirip
radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa
sirkulasi guna meningkatkan efisiensi pendinginan.
Sistem pendinginan trafo dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. ONAN ( Oil Natural Air Natural )
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan sirkulasi udara secara
alamiah. Sirkulasi minyak yang terjadi disebabkan oleh perbedaan berat jenis
antara minyak yang dingin dengan minyak yang panas.
2. ONAF ( Oil Natural Air Force )
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami sedangkan
sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan hembusan kipas
angin yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya operasi trafo dimulai
dengan ONAN atau dengan ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin yang
berputar. Apabila suhu trafo sudah semakin meningkat, maka kipas angin yang
lainnya akan berputar secara bertahap.
3. OFAF ( Oil Force Air Force )
Pada sistem ini, sirkulasi minyak digerakkan dengan menggunakan kekuatan
pompa, sedangkan sirkulasi udara mengunakan kipas angin.

Tap Changer/Sadapan

Dalam proses penyaluran tenaga listrik, hal utama yang perlu diperhatikan adalah
kestabilan frekuensi dan tegangan ke konsumen. Kestabilan frekuensi diatur oleh
pusat pengatur beban, sedangkan kestabilan tegangan dapat diatur dengan merubah
tap canger pada transformator.
b. Peralatan Proteksi Internal
a . Relai Bucholzt
Penggunaan relai deteksi gas (Bucholtz) pada transformator untuk mengamankan
transformator yang didasarkan pada gangguan transformator seperti : arcing,
partial discharge dan over heating yang umumnya menghasilkan gas. Gas-gas
tersebut dikumpulkan pada ruangan relai dan akan mengerjakan kontak-kontak
alarm.
Relai deteksi gas juga terdiri dari suatu peralatan yang tanggap terhadap
ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang timbul pada waktu transformator

mengalami gangguan serius. Peralatan ini akan menggerakkan kontak trip yang
terhubung dengan rangkaian trip pemutus arus dari instalasi transformator tersebut.
Ada beberapa jenis relai bucholtz yang terpasang pada transformator, terdapat relai
sejenis yang digunakan untuk mengamankan ruang On Load Tap Changer (OLTC)
dengan prinsip kerja sama seperti relai bucholtz yang sering disebut dengan Relai
Jansen.
b. Jansen membran
Alat ini berfungsi untuk pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane) / Bursting
Plate. Relai ini bekerja karena tekanan lebih akibat gangguan didalam
transformator, karena tekanan melebihi kemampuan membran/selaput yang
terpasang, maka membran akan pecah dan minyak akan keluar dari dalam
transformator yang disebabkan oleh tekanan minyak
c . Relai tekanan lebih (Sudden Pressure Relay)
Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada minyak trafo umumnya
akan meningkatkan tekanan lebih didalam tangki, karena gas yang dibentuk oleh
dekomposisi dan evaporasi minyak. Dengan menempatkan sebuah relai pelepasan
tekanan lebih pada trafo, maka tekanan lebih yang membahayakan tangki trafo
dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini tidak dapat dieliminasi dalam
waktu beberapa millidetik, maka terjadi panas lebih pada cairan tangki dan trafo
akan meledak. Peralatan pengaman harus cepat bekerja mengevakuasi tekanan
tersebut.
d. Relai pengaman tangki
Relai ini bekerja sebagai pengaman jika terjadi arus mengalir pada tangki, akibat
gangguan fasa ke tangki atau dari instalasi bantu seperti motor kipas, sirkulasi dan
motor-motor bantu yang lain, pemanas dll.
Relai ini sebagai pengganti relai diferensial, sebab sistim relai pengaman tangki
biasanya dipasang pada trafo yang tidak dilengkapi trafo arus disisi primer dan
biasanya pada trafo dengan kapasitas kecil.
e. Neutral Grounding Resistance / NGR atau Resistance Pentanahan Trafo
Merupakan tahanan yang dipasang antara titik netral trafo dengan pentanahan,
dimana berfungsi untuk memperkecil arus gangguan. Resistance dipasang pada
titik netral trafo yang dihubungkan Y ( bintang/wye ).

NGR biasanya dipasang pada titik netral trafo 70 kV atau 20 kV, sedangkan pada
titik netral trafo 150 kV dan 500 kV digrounding langsung (solid)
Nilai NGR:
Tegangan 70 kV = 40 Ohm
Tegangan 20 kV = 12 Ohm,40 Ohm, 200 Ohm dan 500 Ohm
Jenis Netral Grounding Resistance:
1. Resistance Liquid (Air), yaitu bahan resistance-nya adalah air murni. Untuk
memperoleh nilai Resistance yang diinginkan ditambahkan garam KOH .
2. Resistance Logam, yaitu bahannya terbuat dari logam nekelin dan dibuat dalam
panel dengan nilai resistance yang sudah ditentukan.
2.3 Gangguan pada Sistem Distribusi
2.3.1 Gangguan Internal
Gangguan internal yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Gangguan
tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Komponen
Yang dimaksud dengan komponen JTM dapat menyebabkan gangguan antara lain
seperti putusnya penghantar, penghantar rantas, isolator pecah, dan lainnya.
Jika penghantar salah satu fasa putus kemudian mengenai cross arm maka dapat
mengakibatkan hubung singkat fasa ke tanah. Sedangkan jika mengenai
penghantar yang lain maka dapat mengakibatkan gangguan hubung singkat antar
fasa.
Isolator pecah juga berpotensi menimbulkan gangguan. Karena isolator yang
pecah akan mengurangi sifat isolasinya. Pada suatu saat terjadi hujan deras, karena
keadaan isolator yang sudah tidak baik lagi, isolator pecah dan lembab karena
hujan, maka akan mudah sekali menimbulkan flashover. Flashover ini akan
merembet melalui isolator lalu ke crossarm sehingga menyebabkan hubung
singkat satu fasa ke tanah.

Isolator retak dan Noda Hitam Bekas

Jumper Rantas

Flashover
Gambar 2.19 Gangguan yang Disebabkan Oleh Komponen

2. Peralatan
Yang dimaksud dengan peralatan JTM dapat menyebabkan gangguan pada
jaringan adalah rusaknya peralatan JTM seperti FCO, arrester, dan peralatan lain
yang kerusakannya dapat menyebabkan PMT atau Recloser trip. Jenis-jenis
kerusakan yang terjadi pada peralatan JTM yaitu :
a. FCO, gangguan pada peralatan ini biasanya disebabkan oleh usia FCO atau
kondisi fisik dari FCO itu sendiri.
b. Arrester, gangguan pada peralatan ini adalah arrester rusak karena dimakan
usia, atau arrester rusak akibat sambaran petir.

Gambar 2.20 Arrester yang Terkena Flashover


c. Trafo, trafo rusak pada jaringan distribusi dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor, antara lain belum ada pemeliharaan terencana, usia trafo sudah tidak
berkualitas, overload, dan lainnnya.

2.3.2 Gangguan Eksternal


Gangguan eksternal yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem.
Misalnya :
1. Pohon
Pohon juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan. Gangguan yang
disebabkan oleh pohon terjadi karena pohon yang tumbang dan menimpa jaring
sehingga pohon menempel pada bagian yang bertegangan (penghantar) dan satu
bagian lagi menempel di tanah (ground). Hal yang demikian lah yang
menyebabkan gangguan hubung singkat fasa ke tanah. Karena masih banyak
pohon yang dekat dengan jaringan sehingga tidak memenuhi ROW (Right Of
Way) standar konstruksi.

Oleh karena itu, sangat perlu mengetahui pohon-pohon yang tumbuh dijalur
jaringan. Dengan mengetahui pohon-pohon yang tumbuh di sekitar jaringan, maka
dapat dilakukan yang langkah lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gangguan
akibat potensi dari pohon tersebut. Untuk mengetahui jenis pohon apa saja yang
tumbuh di sekitar jarngan, maka perlu dilakukan pemetaan pohon.
2. Binatang
Binatang juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan.Gangguan yang
disebabkan oleh binatang ini biasanya dialami oleh jaringan di lingkungan hutan
atau perkebunan dimana terdapat banyak hewan yang berkeliaran. Apalagi belum
adanya pengaman binatang pada jaringan, masih ada jumper yang tidak berisolasi
dekat cross arm.
Misal, terdapat monyet di sekitar jaringan. Jika monyet yang berhasil naik menuju
ke jaringan dan salah satu bagian monyet menyentuh penghantar fasa sementara
satu bagian yang lain menempel pada crossarm, maka pada suatu hal tertentu
sangat dimungkinkan monet ini bersifat konduktif sehingga akan mengalirkan arus
listrik dari penghantar fasa ke crossarm. Akibatnya, terjadi hubung singkat fasa ke
tanah. Sementara jika monyet menempel di dua penghantar fasanya, maka sangat
berpotensi terjadi hubung singkat antar fasa. Tentu saja tidak hanya monyet,
melainkan hewan-hewan lain pun juga berpotensi menjadi penyebab gangguan
pada jaringan distribusi.

3. Layang-layang
Layang-layang yang menyangkut pada jaringan sangat berpotensi menimbulkan
gangguan. Hal ini terjadi karena benang layang-layangnya dapat menempel di
kedua atau ketiga penghantarnya. Jika terjadi hujan, dan benang layang-layangnya
basah, maka benang layang-layang tersebut akan bersifat konduktif dan
menyebabkan ganggguan.

Gambar 2.23 Layang-layang yang tersangkut pada penghantar


4. Petir
Adanya sambaran petir dapat membahayakan jaringan distribusi jika tidak ada
pengaman untuk mengamankan jaringan tersebut.
2.4 Surja Petir
Surja merupakan sumber gelombang berjalan yang dapat menimbulkan gangguan
pada sistem tenaga listrik. Dari sudut energi, surja pada kawat adalah penyuntikan
energi secara tiba-tiba pada kawat. Surja petir disebabkan oleh sambaran petir dan
memiliki impuls standard 1.2/50 s. Gelombang surja petir yang terjadi karena
adanya petir yang menyambar saluran distribusi atau saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan merambat hingga gardu transformator tiang (GTT)
merupakan persoalan yang tidak dapat dihindari dan membahayakan isolasi dari
transformator pada gardu tersebut.

Gambar 2.24 Terjadinya Petir


Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik di udara yang dibangkitkan dalam
bagian awan petir . Pelepasan muatan ini dapat terjadi dalam 2 (dua) kemungkinan,
yaitu :
1. Lightning Flash yaitu pelepasan muatan diantara awan-awan ataupun antara
pusat-pusat muatan di dalam awan tersebut.

2. Lightning Strike yaitu pelepasan muatan antara awan bermuatan dengan tanah.
3.
3.4.1 Jenis-jenis Sambaran Petir
Gangguan petir pada saluran tegangan menengah dibedakan menjadi dua macam
gangguan menurut cara terjadinya sambaran, yaitu sambaran langsung dan sambaran
tidak langsung (induksi).
a. Sambaran Langsung
Yang dimaksud sambaran petir langsung adalah petir yang menyambar langsung
pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) ataupun pada kawat tanah
(untuk saluran dengan kawat tanah). Pada waktu petir menyambar kawat tanah
atau kawat fasa akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan
(gelombang tegangan dan arus) yang merambat pada kawat dan dapat
membahayakan peralatan-peralatan yang terhubung dengan saluran tersebut.
Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besar arus petir,
waktu sambaran, dan jenis tiang saluran. Oleh karena saluran tegangan menegah
tidak begitu tinggi diatas tanah, maka jumlah sambaran langsung-pun rendah.
Makin tinggi tegangan sistem akan makin tinggi tiangnya dan makin besar jumlah
sambaran ke saluran itu.
Perhitungan gangguan petir akibat sambaran langsung
1 Saluran Tanpa Kawat Tanah
Pada saluran tanpa kawat tanah, hampir semua sambaran petir mengenai kawat
dan sangat jarang mengenai tiang. Parameter sambaran petir yang berpengaruh
jika terjadi sambaran petir pada saluran tanpa kawat tanah adalah arus
puncaknya. Selama terjadi sambaran pada kawat, suatu impedansi yang sama
dengan setengah dari impedansi surja kawat Zp/2 dihubungkan pada tempat
sambaran.
Besar arus kilat pada tempat sambaran, Gambar .... adalah,
Zk
I =I 0
Z
Z k + p ............................................................................................(2....
2

Gambar 2... Distribusi arus bila petir menyambar kawat


(Sumber: Buku Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, hal 183)
Keterangan:
I = besar arus petir pada tempat saluran
Io = besar arus petir bila petir menyambar sesuatu obyek dengan tahanan nol
Zk = impedansi surja kanal petir
Zp = impedansi surja kawat
Sebagai pendekatan, umumnya diambil Zk = Zp / 2, jadi persamaan 2.. menjadi
I
I = 0 ...........................................................................................................(2..
2
Karena pada tiap sisi dari titik sambaran, besar arus adalah I0 / 4 dan besar
tegangan yang timbul pada kawat
I
V p= 0 Z p ....................................................................(2..
4
Untuk menentukan probabilitas lompatan api, tegangan pada persamaan (2..) di
atas akan dibandingkan dengan kekuatan isolasi dari semua jalan yang mungkin
dari lompatan api isolasi satuan,
I0
Z V 50 .........................................................................................(2...
4 p
Probabilitas arus sama atau melebihi I0, atau probabilitas terjadinya lompatan api,
I
0
34
P FL=e

( )

V 50
)
8,5 Z p
.........................................................................................(2...
e

Jumlah sambaran petir pada saluran telah diberikan pada persamaan (2...
1,09

N L =0,015 IKL(b+ 4 h

sambaran petir per 100 km per tahun

Jumlah lompatan api (flashover) adalah jumlah sambaran dikali probabilitas arus
sama atau melebihi arus I0 yang dapat menimbulkan lompatan api,
N FL =N L P FL

atau

N FL =0,015 IKL(b+h

1,09

V 50
)
8,5 Z p

Selanjutnya bila probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api (power arc
atau power follow) , maka jumlah gangguan adalah
N t =N FL =N L PFL atau
N t =0,015 IKL ( b+ 4 h

1,09

)e

V 50
)
8,5 Z p

Untuk tiang kayu, lompatan api yang terjadi lebih mungkin dari fasa yang
disambar petir ke fasa yang berasa di dekatnya atau disebut lompatan api samping
(side flashover). Sedangkan untuk tiang beton akan menambah tahanan isolasi
beberapa puluh kV, dan ini dapat ditambahkan pada V50% isolator saluran. Dari
hasil-hasil pengujian diperoleh tegangan tembus beton kira 23 kV/cm untuk beton
kering dan 20 kV/cm untuk beton basah. Dalam perhitungan-perhitungan diambil
tegangan tembus beton 20 kV/cm.
b. Sambaran Induksi
Bila terjadi sambaran petir ke tanah didekat saluran maka akan terjadi fenomena
transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat pada
saluran atau kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih dan
gelombang berjalan yang merambat pada kawat di tempat sambaran berlangsung .
Sambaran induksi merupakan fungsi jarak dimana petir tersebut menyambar di
dekat saluran. Sambaran tidak langsung, terjadi karena induksi elektromagnetik
akibat sambaran petir di dekat saluran udara atau induksi elektrostatis akibat awan

bermuatan di atas saluran udara. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih
dan gelombang berjalan yang merambat pada kawat di tempat sambaran
berlangsung .
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 80% gangguan tegangan lebih karena petir
disebabkan oleh sambaran tidak langsung pada saluran-saluran distribusi (Pabla,
1994:234). Tegangan lebih akibat sambaran ini masih memiliki nilai yang cukup
besar hingga dapat melampaui tingkat isolasi dasar (TID) trafo terhadap tegangan
surja/ impuls atau biasa disebut dengan BIL (Basic Impuls Insulation Level). Untuk
menanggulangi gangguan tersebut maka digunakan arrester sebagai pengaman utama.
Perhitungan gangguan petir akibat sambaran induksi
V i=

30 I 0 h
y

Keterangan :
Vi

= tegangan induksi pada kawat, kV

I0

= besar arus kilat, kA

= tinggi rata-rata kawat di atas tanah, v

= jarak horisontal antara sambaran kilat dengan kawat, v

bila saluran itu dilengkapi dengan kawat tanah, maka besar tegangan induksi pada
kawat fasa telah diberikan oleh persamaan (..)
V ' 1=(1

Z 12 h 2
)V
2 R+ Z 22 h 1 i

Keterangan :
Vi

= tegangan induksi pada kawat fasa dengan kawat tanah, kV

Vi

= tegangan induksi pada kawat fasa tanpa kawat tanah, kV

Z22

= impedansi surja sendiri kawat tanah 2, ohm

Z12

= impedansi surja bersama antara kawat tanah 2 dan kawat fasa 1, ohm

h1

= tinggi rata-rata kawat fasa 1 di atas tanah, meter

h2

= tinggi rata-rata kawat tanah 2 di atas tanah, meter

= tahanan kontak tiang, ohm

Jumlah sambaran pada daerah

y untuk panjang 100 km saluran,

N= 0,015 IKL y
Menurut persamaan

3.4.2

Proses Terjadinya Petir

Pada proses terjadinya petir, awan ada yang bermuatan negatif dan ada yang
bermuatan positif. Sedangkan pada permukaan bumi bermuatan netral. Karena ada
perbedaan potensial antara bumi dan awan maka akan terjadi petir. Karena awan
bergerak terus dengan bantuan angin, awan yang bermuatan positif akan mengumpul
dengan awan muatan positif lainnya. Muatan positif di awan bisa berada di bagian
atas atau bagian bawah awan. Begitu sebaliknya jika muatan positif posisinya berada
di atas, maka muatan negatif berada di bagian bawah awan.
Pada saat terjadi beda potensial yang tinggi antara awan dengan bumi, maka awan
akan melepaskan muatan negatifnya agar terjadi kesetimbangan muatan. Elektron
atau muatan negatif yang mengalir ke bumi itulah yang sebut dengan petir. Proses
loncatan elekron tersebut melalui media udara. Suara petir berasal dari loncatan
elekron yang menembus batas isolasi udara. Loncatan elektron yang berupa bunga api
tersebut sangat besar dan sangat panas. Pada saat bunga api itu melewati udara, udara
tersebut akan memuai. Pemuaian yang secara tiba-tiba atau dalam waktu yang singkat
itulah yang menyebabkan suara petir.

Gambar 2.26 Proses Terjadinya Petir


3.4.3

Bentuk Arus Petir

Bagian utama dari sambaran petir adalah sambaran balik, dimana muatan sel dalam
awan petir dilepaskan ke bumi. Bila terjadi aktifitas pengumpulan atau pembentukan
muatan pada awan, maka induksi muatan dengan polaritas yang berlawanan terjadi di
permukaan bumi. Akibat peristiwa tersebut timbullah medan listrik yang kuat diantara
awan dan bumi. Medan listrik yang amat kuat itu membuat obyek yang terdapat di
permukaan bumi dan biasanya di tempat yang tinggi, misalnya menara, gedunggedung, pohon-pohon dan lain-lain melepaskan muatan ion positif yang berasal dari
bumi. Ion positif ini membuat semacam pita di udara yang bergerak ke arah pita yang
dibentuk oleh ion negatif awan. Apabila kedua pita ini bertemu di satu titik di udara,
maka terjadilah sambaran balik (return strike). Pada saat inilah mengalir arus petir
dari udara ke bumi melalui saluran yang dibentuk oleh kedua ujung pita tersebut.
Arus pada kebanyakan sambaran berasal dari sel yang bermuatan negatif dalam awan
petir, sehingga arus sambaran merupakan aliran negatif dari awan ke tanah. Jarang
ditemukan sambaran yang berasal dari sel positif. Kedua polaritas mempunyai aliran
arus yang seragam.

Bentuk-bentuk pelepasan muatan awan :


1. Negative lightning strike
Pelepasan ini berasal dari awan petir bermuatan negatif. Pada Gambar 2.17 di
bawah dapat dilihat bahwa waktu muka gelombang adalah 10 15 s. Waktu
mencapai nilai separuh diperkirakan sekitar 100 s. Arus petir sekitar 30 40 kA.

Gambar 2.17 Negative Lightning Strike


2. Positive lightning strike
Pelepasan berasal dari awan petir bermuatan positif. Pada Gambar 2.18 berikut
dapat dilihat bahwa waktu gelombang sekitar 50 200 s. waktu gelombang
mencapai nilai separuh jenis pelepasan ini sangat panjang sekitar 1000 2000 s.

Gambar 2.18 Positive Lightning Strike

3.4.4 Kecepatan Gelombang Surja


Kecepatan merambat gelombang berjalan tergantung dari konstantan-konstanta
kawat. Pada kawat di udara, kecepatan merambat ini kira-kira 300 meter per mikro
detik jadi sama dengan kecepatan cahaya (Hutauruk, 1988:2).
Apabila suatu gelombang energi listrik merambat sepanjang kawat dengan konstantakonstanta L dan C, maka gelombang tegangan dan arus merambat dengan kecepatan
yang sama (Hutauruk, 1988:2 ).
Berdasarkan Hutauruk (1988:3) Nilai-nilai konstanta L dan C dari kawat udara
dipengaruhi oleh jari-jari (r) dan tinggi (h) kawat di atas tanah, sehingga:

2h
9
x10 henry / cm
r

L 2 ln

................................................................................(1)

dan
C

10 11
farad / cm
2h
18 ln

......................................................................................(2)

Kecepatan rambat gelombang pada kawat udara dapat dirumuskan sebagai berikut
(Hutauruk, 1988:3):
v

1
LC
................................................................................................................(3)

Sedangkan konstanta L dan C untuk penghantar berisolasi dipengaruhi oleh jari-jari


isolasi pembungkus (R) dan jari-jari penghantar dari inti konduktor (r), sehingga:
R 1

L 2( ln ) x10 9 henry / cm
r 2

..............................................................(4)

dan

10 11
farad / cm
R
18 ln
r

.......................................................................................(5)

Kemudian menurut Hutauruk (1988:4) impedansi surja (z) untuk hantaran udara
dapat dicari dengan perhitungan :
L
z
C
............................................................................................................(6)
maka

9
In2h
) 10
r
10 11
2h
18In ( )
r

2(

4.
60 ln

2h
ohm
r

...................................................................................................(7)

Sedangkan besarnya impedansi untuk kawat berisolasi adalah :


60 R
z
ln ohm
r
...................................................................................................(8)
Keterangan : z = impedansi kabel
e = permetivitas (2,5 - 4)
R = jari-jari isolasi pembungkus
r = jari-jari inti konduktor

2.5 Sistem Pengaman Terhadap Sambaran Petir


2.5.1 Kawat Tanah
Kawat tanah (overhead groundwire) adalah salah satu pengaman sistem tenaga listrik
dari ancaman surja petir, dalam hal ini lebih mengkhususkan pada pendistribusian
tenaga listrik (penyulang). Jika surja petir mengenai sistem tenaga listrik dalam hal
ini pendistribusian, maka akan menimbulkan kerusakan peralatan listrik pada media
distribusi terutama pada yang memang merupakan sasaran sambaran petir.
Untuk menghidari kerusakan peralatan listrik akibat surja petir, dibuatlah sistemsistem untuk menangkal surja petir, salah satunya adalah kawat tanah (overhead
groundwire). Kawat tanah adalah kawat yang dipasang didekat ataupun sejajar
dengan kawat fasa pada sistem distribusi listrik sehingga jika terjadi sambaran petir
yang terkena adalah kawat tanah bukan kawat fasanya sehingga penyulang atau
peralatan lisrik pada sistem distribusi tidak mengalami kerusakan. Sambaran petir

yang mengenai kawat tanah akan ditanahkan (ground) secara langsung atau tidak
langsung melalui sela pendek.

Cross arm

LA

Gambar 2.27 Pemasangan Kawat Tanah (Groundwire)


Pada umumnya ground wire terbuat dari kawat baja (steel wire) dengan
kekuatan St 35 atau St 50, tergantung dari spesifikasiyang ditentukan oleh PLN.
Dalam melindungi kawat phasa tersebut, daerah proteksi groundwire dapat
digambarkan seperti pada Gambar 2.20.

Gambar 2.28 Daerah proteksi dengan menggunakan 1 buah kawat tanah

Dari gambar di atas, misalkan kawat tanah diletakkan setinggi h meter dari
tanah. Dengan menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut, titik b
dapat ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi kawat tanah terletak di
dalam daerah yang diarsir. Di dalam zona tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran
petir langsung sehingga di daerah tersebut pula kawat phasa dibentangkan.
Apabila hx merupakan tinggi kawat phasa yang harus dilindungi,
maka lebar bx dapat ditentukan dalam 2 kondisi, yaitu :
1. Untuk hx > 2/3 h , bx = 0,6 h (1 hx/h)
2. Untuk hx < 2/3 h , bx = 1,2 h (1 hx/0,8h)
2.5.2 Sela Batang
Sela batang merupakan alat pelindung yang paling sederhana tetapi paling kuat dan
kokoh. Sela batang jarang digunakan pada rangkaian yang penting karena tidak dapat
memenuhi persyaratan dasar dari suatu alat pelindung yang sebenarnya. Sela batang
dapat digambarkan seperti gambar dibawah,

Gambar 2.29 Sela batang yang dipasang pada saluran


Sela batang dapat digunakan untuk :
1. Bushing isolator dari trafo tenaga.
2. Pada isolator hantaran udara, berupa tanduk api (Arching Horn) atau ring api.
3. Pemutus daya (Circuit Breaker).

Untuk mencegah gelombang petir tembus melalui permukaan isolator, maka tegangan
tembus dari sela batang harus diset 20% lebih rendah dari tegangan tembus impuls
(Impuls Spark Over) dari isolator. Jarak antara sela dengan isolator tidak boleh
kurang dari 1/3 jarak sela untuk mencegah bunga api bergerak kearah isolator.
Berikut ini tabel tegangan sistem dengan jarak sela barang :
Tabel 2.1 Jarak sela batang dengan tegangan sistem
Tegangan sistem (kV)

Sela (cm)

20

21

33

33

66

35

132

65

275

123

2.5.3 Arrester
Arrester atau biasa juga disebut Lightning Arrester adalah suatu alat pelindung
bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir (Surge). Alat pelindung
terhadap gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan sistem tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke
tanah. Dipasang pada atau dekat peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke
tanah.
Sesuai dengan fungsinya itu maka arrester harus dapat menahan tegangan sistem
pada frekuaensi 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan
surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan pada arrester itu sendiri.
Arrester berlaku sebagai jalan pintas di sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang
mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih
pada peralatan.
2.6 Lightning Arrester

Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem khususnya pada transformator
pasangan terhadap surja petir dan tegangan abnormal frekuensi jala-jala. Arrester
berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang
mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang
tinggi pada peralatan. Jalan

pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang
tinggi. Setelah surja hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi
isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.

(a) Pemasangan
Arrester yang
Salah

(b) Pemasangan
Arrester yang
Gambar
2..
Benar

(c) Pemasangan
Arrester Outgoing
Feeder dari PLTD

2.30 Pemasangan Arrester Pada Gardu Distribusi


Pemasangan arrester yang dipergunakan untuk mengamankan transformator
distribusi:
a. Pemasangannya seperti gambar 2.23 (a) diatas adalah salah karena jika terjadi
gelombang berjalan karena petir di penghantar SUTM, akan mengakibatkan
pantulan antara penghantar yang masuk ke transformator tenaga dan arrester.
b. Pemasangan seperti terlihat pada gambar 2.23 (b) adalah betul, jika terjadi
gelombang berjalan dari petir di penghantar SUTM, maka ada choping dari
arrester sehingga tegangan petir menjadi kecil yang masuk ke trafo, choping
arrester dapat dilihat pada gambar 2.24 dibawah ini.

c. Pemasangan arrester yang dipergunakan untuk mengamankan transformator


tenaga atau pusat listrik seperti terlihat pada gambar 2.23 (c), sebaiknya kawat
tanah dari kabel di sambung dengan kawat pentanahan dari arrester, kalau terjadi
gelombang petir hasil choping dari arrester yang masih masuk kesistem masih
dibawah BIL trafo maupun generator, dan pengaman generator terutama AVR
tidak sempat bekerja.

Gambar 2.31 Tegangan Impuls Petir di-Choping oleh Arrester


Arrester terdiri dari dua jenis yaitu jenis ekspulsi (expulsion type) atau tabung
pelindung (protector tube) yang digunakan pada saluran transmisi untuk mengurangi
besar tegangan surja petir yang masuk ke gardu induk dan jenis katup (valve type)
yang digunakan gardu maupun saluran distribusi.
2.6.1

Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung

Lightning Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung ini pada prinsipnya terdiri
dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik yang berada diluar
udara atau disebut juga sela seri, lihat gambar 2....
Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan arrester kedua sela percik,
yang diluar dan yang berada didalam tabung serat, tembus seketika dan membentuk
jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi arrester menjadi konduktor dengan
impedansi rendah dan melalukan surja arus dan arus daya system bersama sama.

Panas yang timbul karena mengalirnya arus petir menguapkan sedikit bahan tabung
serat, sehingga gas yang timbul akan menyembur pada api dan mematikannya pada
waktu arus arus susulan melewati titik nolnya.
Arus susulan dalam arrester jenis ini dapat mencapai harga yang tinggi sekali tetapi
lamanya tidak lebih dari 1 (satu) atau 2 (dua) gelombang, dan biasannya kurang dari
setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan gangguan.
Arrester jenis ekspulasi ini mempunyai karakteristik volt waktu yang lebih baik
dari sela batang dan dapat memutuskan arus susulan. Tetapi tegangan percik
impulsnya lebih tinggi dari arrester jenis katup. Tambahan lagi kemampuan untuk
memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari system
pada titik di mana arrester itu dipasang. Dengan demikian perlindungan dengan
arrester jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator daya,
kecuali untuk system distribusi. Arrester jenis ini banyak juga digunakan pada
saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang memasuki gardu induk. Dalam
penggunaan yang terakhir ini arrester jenis ini sering disebut sebagai tabung
pelindung.

Gambar 2.32 Arrester Jenis Ekspulsi


2.6.2

Arrester jenis katup

Arrester jenis ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela seri yang terhubung dengan
elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linear, lihar Gambar 2...
Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila
sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut menjadi
penghantar. Sela seri itu tidak dapat memutuskan arus susulan. Dalam hal ini dia
dibantu oleh tahanan tak-linear yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk
arus besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar, lihat Gambar
2 ...
Arrester jenis katup ini dibagi dalam empat jenis yaitu :
a. Arrester katup jenis gardu (station)
b. Arrester katup jenis saluran (intermediate)
c. Arrester katup jenis gardu untuk mesin mesin
d. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin mesin (distribution)

2.7 Pembumian Pada Distribusi Tenaga Listrik


Sistem pentanahan atau pembumian pada jaringan distribusi digunakan sebagai
pengaman langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah
atau kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan
jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih
dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem
pentanahan.
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan distribusi yang
langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan badan peralatan
instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi, terhambatlah atau
bertahannya tegangan sistem karena terputusnya arus oleh alat-alat pengaman
tersebut.
Tujuan pembumian pada suatu sistem tenaga listrik secara umum adalah :
1. Memberikan perlindungan terhadap bahaya listrik bagi pemanfaat listrik dan
lingkungannya

2. Mendapatkan keandalan penyaluran pada sistem baik dari segi kualitas, keandalan
ataupun kontinuitas penyaluran tenaga listrik
3. Membatasi kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terhubung tanah dan nilai
tegangan kerja minimal.
2.7.1 Pembumian Pada Jaring Distribusi Tegangan Rendah
1. Pembumian proteksi pada jaringan Tegangan Rendah memakai pola TNC
penghantar netral jaringan dibumikan setiap 5 tiang (+/ 200 meter) dengan titik
pembumian pertama pada tiang kedua dari tiang awal dan 1 (satu) tiang sebelum
tiang akhir.
2. Besar nilai pembumian satu elektroda maksimal 10 Ohm. Tahanan total pada
gardu dan JTR maksimal 5 Ohm
3. Pada sistem multi grounded common netral, penghantar netral sistem Tegangan
Rendah juga menjadi penghantar netral sistem Tegangan Menengahnya.
Ketentuan pada standar konstruksi di PLN Distribusi Jawa Tengah pada setiap
tiang, penghantar tersebut dihubungkan dengan terminal pembumian tiang,
namun hubungan dengan elektroda pembumian dilakukan pada tiap 5(lima)
tiang.
10.5 PEMBUMIAN PADA GARDU
2.7.2 Pembumian Pada Gardu Distribusi
Bagianbagian yang dibumikan pada gardu distribusi adalah :
1. Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE)
misalnya pintu gardu, panel kubikel.
2. Terminal netral sisi Tegangan Rendah transformator distribusi
3. Lapisan pelindung elektris kabel tegangan menengah pada kubikel
4. Lightning Arrester pada Gardu Portal
Tidak boleh membumikan bagianbagian tersebut sendirisendiri, kecuali pembumian
lightning arrester. Penghantar pembumian bagianbagian tersebut dihubungkan pada
suatu ikatan ekipotensial, selanjutnya ikatan ekipotensial tersebut dibumikan,
sehingga gradien kenaikan tegangan terhadap bumi akibat gangguan ke tanah pada
semua bagian instalasi sama besarnya. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1
Ohm (1,7 Ohm pada buku standar konstruksi DJBB).

2.7.3 Pembumian Penghantar Tanah (Shield Wire/Earth Wire)


Secara umum penghantar tanah atau earth wire/shield wire tidak dipergunakan.
Penghantar ini dipasang diatas jaringan SUTM pada daerah padat petir yang terbuka
dan dihubungkan langsung dengan tiang dan dibumikan. Penggunaan penghantar
tanah ini hendaknya di kaji secara baik antara lain tingkat Ik yang ada.l Pemasangan
pada daerahdaerah yang terdapat bangunan/pohon yang lebih tinggi dari tinggi dari
jaringan dinilai kurang efektif.
2.7.4

Pembumian Lightning Arrester

Lightning Arrester (LA) dibumikan dengan elektroda tersendiri. Pada gardu distribusi
tipe portal, elektroda pembumian titik netral transformator terpisah dengan elektroda
pembumian Lightning Arrester.
Untuk mendapatkan gradien tegangan yang sama terhadap bumi, penghantar
pembumian lightning arrester dengan titik netral sisi Tegangan Rendah transformator
distribusi dihubungkan secara mekanis (di bonding) di bawah tanah. Pada pada gardu
portal dan gardu cantol, penghantar pembumian lightning arrester disatukan dengan
badan transformator dan selanjutnya dibumikan.

Anda mungkin juga menyukai