Saluran
Transmisi
Gardu Induk
Saluran
Transmisi
Industri Besar
Trafo Distribusi
Industri
Menengah
Jaringan Tegangan
Menengah
Jalan Umum
Jaringan
Tegangan
Rendah
MALL
Industri Kecil
Konsumen Rumah
Tangga
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit dengan tegangan 10-24 kV yang
kemudian akan disalurkan melalui jaringan transmisi. Panjangnya saluran transmisi
hingga ratusan kilometer, akan menyebabkan rugi-rugi daya yang besar. Oleh karena
itu sebelum disalurkan melalui saluran transmisi, tegangannya dinaikkan terlebih
dahulu dengan transformator penaik tegangan yang ada menjadi 70 kV, 150 kV, atau
500 kV. Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir akan semakin kecil. Kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus
LOW VOLTAGE
LINE
yang mengalir (PLosses=I2.R), dengan demikian semakin kecil arus yang mengalir
rugi-rugi daya (PLosses) juga akan semakin kecil. Dari saluran transmisi ini, tenaga
listrik dapat langsung disalurkan untuk pelanggan industri besar dengan daya diatas
30.000 kVA.
Untuk pelanggan menengah dan kecil, tegangan transmisi sebesar 70 kV, 150 kV, atau
500 kV masuk ke Gardu Induk dan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator tenaga penurun tegangan, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran daya listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Jaringan distribusi
primer digunakan untuk pelanggan-pelanggan menengah dengan daya diatas 200
kVA. Sedangkan bagi pelanggan-pelanggan kecil dengan daya dibawah 200 kVA, dari
saluran distribusi primer (Jaringan Tegangan Menengah) 20 kV tersebut akan
disalurkan lagi melalui saluran distribusi sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)
220/380 V dengan menurunkan tegangannya lewat gardu-gardu distribusi.
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
2.2.1 Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi
tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik yang
dimulai dari PMT incoming di gardu induk sampai dengan alat penghitung dan
pembatas di instalasi konsumen . Jadi fungsi distribusi tenaga listrik yaitu:
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Dengan demikian sistem distribusi ini menjadi suatu sistem tersendiri karena unit
distribusi ini memiliki komponen peralatan yang saling berkaitan dalam operasinya
untuk menyalurkan tenaga listrik sehingga mutu harus memadai sesuai stndar
pelayanan yang berlaku.
Ditinjau dari tegangannya sistem distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Distribusi Primer
pelayanan yang lebih tinggi 20 kV menjadi tegangan pelayanan yang lebih rendah
220/380 kV.
Penempatan/letak gardu distribusi dilokasi yang mudah dijangkau secara operasional,
biasa dipasang dekat dengan pelanggan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
persentase rugi-rugi akibat panjangnya penghantar. Pemasangan gardu distribusi
dipasang sesuai dengan permintaan pelanggan, baik itu pelanggan dengan daya kecil
seperti rumah tangga, pertokoan, dll maupun pelanggan dengan daya menengah
seperti pabrik, hotel , mall, dll.
Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
a. Jenis pemasangannya :
a) Gardu pasangan luar :
1. Gardu Portal,
Gardu
portal,
yaitu
gardu
distribusi
yang
bangunan
Keterangan Gambar
1. Isolator tumpu 20 kV
2. Parallel groove (Live
Line Connector)
3. Lightning Arrester
4. Cut Out 20 kV + Fuse
Link
5. Dudukan Cut Out dan
LA lengkap
6. Trafo cantol 3 Ph 20 kV
B2 25-50 kVA
7. Papan tanda bahaya
8. Pertanahan
lengkap
(BC 50 mm2)
9. PHB-TR
10. Tiang beton 11m, 500
daN
11. Pondasi gardu
12. Rangka duduk trafo
lengkap
13. Ranjau panjat
Keterangan:
Parallel Groove/ Live Line
Connector
Bimetal Terminal Lug
Lightning Arrester
Penghantar Fasa 1
Penghantar Fasa 2
Penghantar Netral TM-TR
Terminal Pembumian Trafo
Terminal Pembumian Tiang
Terminal Pembumian LA
Pada Tangki Trafo
Gardu beton yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari
beton (campuran pasir, batu dan semen). Umumnya gardu beton dibangun
untuk konsumen khusus atau daerah perkotaan. Seluruh komponen utama
instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi, terangkai
didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan
konstruksi pasangan batu dan beton.
Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi
keselamatan ketenagalistrikan.
Keterangan:
1. Kabel masuk-pemisah atau
sakelar beban (load break)
Bimetal Terminal Lug
2. Kabel keluar-sakelar beban
(load break)
3. Pengaman transformatorsakelar beban+pengaman
lebur.
4. Sakelar beban sisi TR.
5. Rak TR dengan 4 sirkit
bekan.
6. Pengaman lebur TM (HRCFuse)
(a)
(b)
Gambar 2.10 (a) Gardu Kios (b) Gardu Kios Bertingkat
Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan
membangun Gardu Beton. Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas
transformator distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas maksimum
adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Tegangan Rendah.
Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu sudah
dirangkai secara lengkap di pabrik, sehingga dapat langsung di angkut
kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada untuk
difungsikan sesuai tujuannya.
b. Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c) Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umum
Gambar 2.11 Singe Line Diagram Konfigurasi section Gardu Pelanggan Umum
Umumnya konfigurasi peralatan Gardu Pelanggan Umum adalah section,
sama halnya seperti dengan Gardu Tiang yang dicatu dari SKTM.
Trafo Distribusi
Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan daya dari satu
belitan ke belitan yang lain (belitan primer ke belitan sekunder) melalui sebuah
gandengan magnet dengan adanya perubahan tegangan. Transformator digunakan
secara luas dalam bidang tenaga listrik. Misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi
dalam pengiriman daya listrik jarak jauh .
Untuk menyalurkan tegangan ke konsumen, maka perlu adanya transformator
distribusi. Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk menurunkan
tegangan menengah 20 kV dari sistem distribusi listrik menjadi tegangan rendah 220
V/380 V agar dapat digunakan oleh konsumen tegangan rendah. Transformator
distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down 20kV/400V.
Gambar( 2.13
b. Tipe Completely self-protecting
CSPTipe
) Konvensional
Trafo ini memiliki peralatan proteksi terhadap petir, beban lebih, dan hubung
singkat. Lightning arrester terpasang langsung pada tangki trafo sebagai
proteksi terhadap petir. Untuk proteksi terhadap beban lebih, digunakan fuse
yang dipasang di dalam tangki. Proteksi trafo terhadap gangguan internal
menggunakan hubungan proteksi internal yang dipasang antara beliran primer
dengan bushing primer.
(LV network).
Berdasarkan
pendinginya,
trafo
distribusi
ini
Trafo tiga fasa adalah trafo yang sering digunakan, hal ini dikarenakan :
a. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar
b. Mempunyai nilai ekonomis
c. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan lebih mudah
a. Konstruksi Trafo Tiga Fasa
Inti besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang diberi
semacam lapisan isolasi yang tahan
ditekan(press) untuk menghilangkan adanya celah udara antara plat satu dengan yang
lain yang dapat menimbulkan suara keras ketika transformator beroperasi. Tujuan inti
besi dibuat berlapis-lapis untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang
ditimbulkan oleh eddy current.
Kumparan
Bushing
Bushing adalah sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator yang sekaligus
berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki transformator.
Bushing digunakan untuk mengubungkan sisi tegangan tinggi ke transformator dan
memiliki syarat titik tembus tertentu. Bahan utama bushing biasanya dibuat dari
bahan keramik atau arching horn.
Tangki Transformator
Minyak Trafo
Kumparan-kumparan trafo dan intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama trafotrafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai
media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti
transformator direndam di dalam minyak transformator, minyak juga berfungsi
sebagai isolasi. Oleh karena itu minyak transformator harus memenuhi persyaratan,
sebagai berikut :
a) Mempunyai kekuatan isolasi yang tinggi (Dielectric Strength);
b) Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil, sehingga partikel- partikel
kecil dapat mengendap dengan cepat;
c) Viskositas (kekentalan) yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik;
d) Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap, sifat kimia yang stabil.
Media Pendingin
Minyak isolasi transformator selain merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai
pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan
dibawa oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan di dinginkan pada sirip-sirip
radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa
sirkulasi guna meningkatkan efisiensi pendinginan.
Sistem pendinginan trafo dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. ONAN ( Oil Natural Air Natural )
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan sirkulasi udara secara
alamiah. Sirkulasi minyak yang terjadi disebabkan oleh perbedaan berat jenis
antara minyak yang dingin dengan minyak yang panas.
2. ONAF ( Oil Natural Air Force )
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami sedangkan
sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan hembusan kipas
angin yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya operasi trafo dimulai
dengan ONAN atau dengan ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin yang
berputar. Apabila suhu trafo sudah semakin meningkat, maka kipas angin yang
lainnya akan berputar secara bertahap.
3. OFAF ( Oil Force Air Force )
Pada sistem ini, sirkulasi minyak digerakkan dengan menggunakan kekuatan
pompa, sedangkan sirkulasi udara mengunakan kipas angin.
Tap Changer/Sadapan
Dalam proses penyaluran tenaga listrik, hal utama yang perlu diperhatikan adalah
kestabilan frekuensi dan tegangan ke konsumen. Kestabilan frekuensi diatur oleh
pusat pengatur beban, sedangkan kestabilan tegangan dapat diatur dengan merubah
tap canger pada transformator.
b. Peralatan Proteksi Internal
a . Relai Bucholzt
Penggunaan relai deteksi gas (Bucholtz) pada transformator untuk mengamankan
transformator yang didasarkan pada gangguan transformator seperti : arcing,
partial discharge dan over heating yang umumnya menghasilkan gas. Gas-gas
tersebut dikumpulkan pada ruangan relai dan akan mengerjakan kontak-kontak
alarm.
Relai deteksi gas juga terdiri dari suatu peralatan yang tanggap terhadap
ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang timbul pada waktu transformator
mengalami gangguan serius. Peralatan ini akan menggerakkan kontak trip yang
terhubung dengan rangkaian trip pemutus arus dari instalasi transformator tersebut.
Ada beberapa jenis relai bucholtz yang terpasang pada transformator, terdapat relai
sejenis yang digunakan untuk mengamankan ruang On Load Tap Changer (OLTC)
dengan prinsip kerja sama seperti relai bucholtz yang sering disebut dengan Relai
Jansen.
b. Jansen membran
Alat ini berfungsi untuk pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane) / Bursting
Plate. Relai ini bekerja karena tekanan lebih akibat gangguan didalam
transformator, karena tekanan melebihi kemampuan membran/selaput yang
terpasang, maka membran akan pecah dan minyak akan keluar dari dalam
transformator yang disebabkan oleh tekanan minyak
c . Relai tekanan lebih (Sudden Pressure Relay)
Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada minyak trafo umumnya
akan meningkatkan tekanan lebih didalam tangki, karena gas yang dibentuk oleh
dekomposisi dan evaporasi minyak. Dengan menempatkan sebuah relai pelepasan
tekanan lebih pada trafo, maka tekanan lebih yang membahayakan tangki trafo
dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini tidak dapat dieliminasi dalam
waktu beberapa millidetik, maka terjadi panas lebih pada cairan tangki dan trafo
akan meledak. Peralatan pengaman harus cepat bekerja mengevakuasi tekanan
tersebut.
d. Relai pengaman tangki
Relai ini bekerja sebagai pengaman jika terjadi arus mengalir pada tangki, akibat
gangguan fasa ke tangki atau dari instalasi bantu seperti motor kipas, sirkulasi dan
motor-motor bantu yang lain, pemanas dll.
Relai ini sebagai pengganti relai diferensial, sebab sistim relai pengaman tangki
biasanya dipasang pada trafo yang tidak dilengkapi trafo arus disisi primer dan
biasanya pada trafo dengan kapasitas kecil.
e. Neutral Grounding Resistance / NGR atau Resistance Pentanahan Trafo
Merupakan tahanan yang dipasang antara titik netral trafo dengan pentanahan,
dimana berfungsi untuk memperkecil arus gangguan. Resistance dipasang pada
titik netral trafo yang dihubungkan Y ( bintang/wye ).
NGR biasanya dipasang pada titik netral trafo 70 kV atau 20 kV, sedangkan pada
titik netral trafo 150 kV dan 500 kV digrounding langsung (solid)
Nilai NGR:
Tegangan 70 kV = 40 Ohm
Tegangan 20 kV = 12 Ohm,40 Ohm, 200 Ohm dan 500 Ohm
Jenis Netral Grounding Resistance:
1. Resistance Liquid (Air), yaitu bahan resistance-nya adalah air murni. Untuk
memperoleh nilai Resistance yang diinginkan ditambahkan garam KOH .
2. Resistance Logam, yaitu bahannya terbuat dari logam nekelin dan dibuat dalam
panel dengan nilai resistance yang sudah ditentukan.
2.3 Gangguan pada Sistem Distribusi
2.3.1 Gangguan Internal
Gangguan internal yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Gangguan
tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Komponen
Yang dimaksud dengan komponen JTM dapat menyebabkan gangguan antara lain
seperti putusnya penghantar, penghantar rantas, isolator pecah, dan lainnya.
Jika penghantar salah satu fasa putus kemudian mengenai cross arm maka dapat
mengakibatkan hubung singkat fasa ke tanah. Sedangkan jika mengenai
penghantar yang lain maka dapat mengakibatkan gangguan hubung singkat antar
fasa.
Isolator pecah juga berpotensi menimbulkan gangguan. Karena isolator yang
pecah akan mengurangi sifat isolasinya. Pada suatu saat terjadi hujan deras, karena
keadaan isolator yang sudah tidak baik lagi, isolator pecah dan lembab karena
hujan, maka akan mudah sekali menimbulkan flashover. Flashover ini akan
merembet melalui isolator lalu ke crossarm sehingga menyebabkan hubung
singkat satu fasa ke tanah.
Jumper Rantas
Flashover
Gambar 2.19 Gangguan yang Disebabkan Oleh Komponen
2. Peralatan
Yang dimaksud dengan peralatan JTM dapat menyebabkan gangguan pada
jaringan adalah rusaknya peralatan JTM seperti FCO, arrester, dan peralatan lain
yang kerusakannya dapat menyebabkan PMT atau Recloser trip. Jenis-jenis
kerusakan yang terjadi pada peralatan JTM yaitu :
a. FCO, gangguan pada peralatan ini biasanya disebabkan oleh usia FCO atau
kondisi fisik dari FCO itu sendiri.
b. Arrester, gangguan pada peralatan ini adalah arrester rusak karena dimakan
usia, atau arrester rusak akibat sambaran petir.
Oleh karena itu, sangat perlu mengetahui pohon-pohon yang tumbuh dijalur
jaringan. Dengan mengetahui pohon-pohon yang tumbuh di sekitar jaringan, maka
dapat dilakukan yang langkah lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gangguan
akibat potensi dari pohon tersebut. Untuk mengetahui jenis pohon apa saja yang
tumbuh di sekitar jarngan, maka perlu dilakukan pemetaan pohon.
2. Binatang
Binatang juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan.Gangguan yang
disebabkan oleh binatang ini biasanya dialami oleh jaringan di lingkungan hutan
atau perkebunan dimana terdapat banyak hewan yang berkeliaran. Apalagi belum
adanya pengaman binatang pada jaringan, masih ada jumper yang tidak berisolasi
dekat cross arm.
Misal, terdapat monyet di sekitar jaringan. Jika monyet yang berhasil naik menuju
ke jaringan dan salah satu bagian monyet menyentuh penghantar fasa sementara
satu bagian yang lain menempel pada crossarm, maka pada suatu hal tertentu
sangat dimungkinkan monet ini bersifat konduktif sehingga akan mengalirkan arus
listrik dari penghantar fasa ke crossarm. Akibatnya, terjadi hubung singkat fasa ke
tanah. Sementara jika monyet menempel di dua penghantar fasanya, maka sangat
berpotensi terjadi hubung singkat antar fasa. Tentu saja tidak hanya monyet,
melainkan hewan-hewan lain pun juga berpotensi menjadi penyebab gangguan
pada jaringan distribusi.
3. Layang-layang
Layang-layang yang menyangkut pada jaringan sangat berpotensi menimbulkan
gangguan. Hal ini terjadi karena benang layang-layangnya dapat menempel di
kedua atau ketiga penghantarnya. Jika terjadi hujan, dan benang layang-layangnya
basah, maka benang layang-layang tersebut akan bersifat konduktif dan
menyebabkan ganggguan.
2. Lightning Strike yaitu pelepasan muatan antara awan bermuatan dengan tanah.
3.
3.4.1 Jenis-jenis Sambaran Petir
Gangguan petir pada saluran tegangan menengah dibedakan menjadi dua macam
gangguan menurut cara terjadinya sambaran, yaitu sambaran langsung dan sambaran
tidak langsung (induksi).
a. Sambaran Langsung
Yang dimaksud sambaran petir langsung adalah petir yang menyambar langsung
pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) ataupun pada kawat tanah
(untuk saluran dengan kawat tanah). Pada waktu petir menyambar kawat tanah
atau kawat fasa akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan
(gelombang tegangan dan arus) yang merambat pada kawat dan dapat
membahayakan peralatan-peralatan yang terhubung dengan saluran tersebut.
Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besar arus petir,
waktu sambaran, dan jenis tiang saluran. Oleh karena saluran tegangan menegah
tidak begitu tinggi diatas tanah, maka jumlah sambaran langsung-pun rendah.
Makin tinggi tegangan sistem akan makin tinggi tiangnya dan makin besar jumlah
sambaran ke saluran itu.
Perhitungan gangguan petir akibat sambaran langsung
1 Saluran Tanpa Kawat Tanah
Pada saluran tanpa kawat tanah, hampir semua sambaran petir mengenai kawat
dan sangat jarang mengenai tiang. Parameter sambaran petir yang berpengaruh
jika terjadi sambaran petir pada saluran tanpa kawat tanah adalah arus
puncaknya. Selama terjadi sambaran pada kawat, suatu impedansi yang sama
dengan setengah dari impedansi surja kawat Zp/2 dihubungkan pada tempat
sambaran.
Besar arus kilat pada tempat sambaran, Gambar .... adalah,
Zk
I =I 0
Z
Z k + p ............................................................................................(2....
2
( )
V 50
)
8,5 Z p
.........................................................................................(2...
e
Jumlah sambaran petir pada saluran telah diberikan pada persamaan (2...
1,09
N L =0,015 IKL(b+ 4 h
Jumlah lompatan api (flashover) adalah jumlah sambaran dikali probabilitas arus
sama atau melebihi arus I0 yang dapat menimbulkan lompatan api,
N FL =N L P FL
atau
N FL =0,015 IKL(b+h
1,09
V 50
)
8,5 Z p
Selanjutnya bila probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api (power arc
atau power follow) , maka jumlah gangguan adalah
N t =N FL =N L PFL atau
N t =0,015 IKL ( b+ 4 h
1,09
)e
V 50
)
8,5 Z p
Untuk tiang kayu, lompatan api yang terjadi lebih mungkin dari fasa yang
disambar petir ke fasa yang berasa di dekatnya atau disebut lompatan api samping
(side flashover). Sedangkan untuk tiang beton akan menambah tahanan isolasi
beberapa puluh kV, dan ini dapat ditambahkan pada V50% isolator saluran. Dari
hasil-hasil pengujian diperoleh tegangan tembus beton kira 23 kV/cm untuk beton
kering dan 20 kV/cm untuk beton basah. Dalam perhitungan-perhitungan diambil
tegangan tembus beton 20 kV/cm.
b. Sambaran Induksi
Bila terjadi sambaran petir ke tanah didekat saluran maka akan terjadi fenomena
transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat pada
saluran atau kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih dan
gelombang berjalan yang merambat pada kawat di tempat sambaran berlangsung .
Sambaran induksi merupakan fungsi jarak dimana petir tersebut menyambar di
dekat saluran. Sambaran tidak langsung, terjadi karena induksi elektromagnetik
akibat sambaran petir di dekat saluran udara atau induksi elektrostatis akibat awan
bermuatan di atas saluran udara. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih
dan gelombang berjalan yang merambat pada kawat di tempat sambaran
berlangsung .
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 80% gangguan tegangan lebih karena petir
disebabkan oleh sambaran tidak langsung pada saluran-saluran distribusi (Pabla,
1994:234). Tegangan lebih akibat sambaran ini masih memiliki nilai yang cukup
besar hingga dapat melampaui tingkat isolasi dasar (TID) trafo terhadap tegangan
surja/ impuls atau biasa disebut dengan BIL (Basic Impuls Insulation Level). Untuk
menanggulangi gangguan tersebut maka digunakan arrester sebagai pengaman utama.
Perhitungan gangguan petir akibat sambaran induksi
V i=
30 I 0 h
y
Keterangan :
Vi
I0
bila saluran itu dilengkapi dengan kawat tanah, maka besar tegangan induksi pada
kawat fasa telah diberikan oleh persamaan (..)
V ' 1=(1
Z 12 h 2
)V
2 R+ Z 22 h 1 i
Keterangan :
Vi
Vi
Z22
Z12
= impedansi surja bersama antara kawat tanah 2 dan kawat fasa 1, ohm
h1
h2
N= 0,015 IKL y
Menurut persamaan
3.4.2
Pada proses terjadinya petir, awan ada yang bermuatan negatif dan ada yang
bermuatan positif. Sedangkan pada permukaan bumi bermuatan netral. Karena ada
perbedaan potensial antara bumi dan awan maka akan terjadi petir. Karena awan
bergerak terus dengan bantuan angin, awan yang bermuatan positif akan mengumpul
dengan awan muatan positif lainnya. Muatan positif di awan bisa berada di bagian
atas atau bagian bawah awan. Begitu sebaliknya jika muatan positif posisinya berada
di atas, maka muatan negatif berada di bagian bawah awan.
Pada saat terjadi beda potensial yang tinggi antara awan dengan bumi, maka awan
akan melepaskan muatan negatifnya agar terjadi kesetimbangan muatan. Elektron
atau muatan negatif yang mengalir ke bumi itulah yang sebut dengan petir. Proses
loncatan elekron tersebut melalui media udara. Suara petir berasal dari loncatan
elekron yang menembus batas isolasi udara. Loncatan elektron yang berupa bunga api
tersebut sangat besar dan sangat panas. Pada saat bunga api itu melewati udara, udara
tersebut akan memuai. Pemuaian yang secara tiba-tiba atau dalam waktu yang singkat
itulah yang menyebabkan suara petir.
Bagian utama dari sambaran petir adalah sambaran balik, dimana muatan sel dalam
awan petir dilepaskan ke bumi. Bila terjadi aktifitas pengumpulan atau pembentukan
muatan pada awan, maka induksi muatan dengan polaritas yang berlawanan terjadi di
permukaan bumi. Akibat peristiwa tersebut timbullah medan listrik yang kuat diantara
awan dan bumi. Medan listrik yang amat kuat itu membuat obyek yang terdapat di
permukaan bumi dan biasanya di tempat yang tinggi, misalnya menara, gedunggedung, pohon-pohon dan lain-lain melepaskan muatan ion positif yang berasal dari
bumi. Ion positif ini membuat semacam pita di udara yang bergerak ke arah pita yang
dibentuk oleh ion negatif awan. Apabila kedua pita ini bertemu di satu titik di udara,
maka terjadilah sambaran balik (return strike). Pada saat inilah mengalir arus petir
dari udara ke bumi melalui saluran yang dibentuk oleh kedua ujung pita tersebut.
Arus pada kebanyakan sambaran berasal dari sel yang bermuatan negatif dalam awan
petir, sehingga arus sambaran merupakan aliran negatif dari awan ke tanah. Jarang
ditemukan sambaran yang berasal dari sel positif. Kedua polaritas mempunyai aliran
arus yang seragam.
2h
9
x10 henry / cm
r
L 2 ln
................................................................................(1)
dan
C
10 11
farad / cm
2h
18 ln
......................................................................................(2)
Kecepatan rambat gelombang pada kawat udara dapat dirumuskan sebagai berikut
(Hutauruk, 1988:3):
v
1
LC
................................................................................................................(3)
L 2( ln ) x10 9 henry / cm
r 2
..............................................................(4)
dan
10 11
farad / cm
R
18 ln
r
.......................................................................................(5)
Kemudian menurut Hutauruk (1988:4) impedansi surja (z) untuk hantaran udara
dapat dicari dengan perhitungan :
L
z
C
............................................................................................................(6)
maka
9
In2h
) 10
r
10 11
2h
18In ( )
r
2(
4.
60 ln
2h
ohm
r
...................................................................................................(7)
yang mengenai kawat tanah akan ditanahkan (ground) secara langsung atau tidak
langsung melalui sela pendek.
Cross arm
LA
Dari gambar di atas, misalkan kawat tanah diletakkan setinggi h meter dari
tanah. Dengan menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut, titik b
dapat ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi kawat tanah terletak di
dalam daerah yang diarsir. Di dalam zona tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran
petir langsung sehingga di daerah tersebut pula kawat phasa dibentangkan.
Apabila hx merupakan tinggi kawat phasa yang harus dilindungi,
maka lebar bx dapat ditentukan dalam 2 kondisi, yaitu :
1. Untuk hx > 2/3 h , bx = 0,6 h (1 hx/h)
2. Untuk hx < 2/3 h , bx = 1,2 h (1 hx/0,8h)
2.5.2 Sela Batang
Sela batang merupakan alat pelindung yang paling sederhana tetapi paling kuat dan
kokoh. Sela batang jarang digunakan pada rangkaian yang penting karena tidak dapat
memenuhi persyaratan dasar dari suatu alat pelindung yang sebenarnya. Sela batang
dapat digambarkan seperti gambar dibawah,
Untuk mencegah gelombang petir tembus melalui permukaan isolator, maka tegangan
tembus dari sela batang harus diset 20% lebih rendah dari tegangan tembus impuls
(Impuls Spark Over) dari isolator. Jarak antara sela dengan isolator tidak boleh
kurang dari 1/3 jarak sela untuk mencegah bunga api bergerak kearah isolator.
Berikut ini tabel tegangan sistem dengan jarak sela barang :
Tabel 2.1 Jarak sela batang dengan tegangan sistem
Tegangan sistem (kV)
Sela (cm)
20
21
33
33
66
35
132
65
275
123
2.5.3 Arrester
Arrester atau biasa juga disebut Lightning Arrester adalah suatu alat pelindung
bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir (Surge). Alat pelindung
terhadap gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan sistem tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke
tanah. Dipasang pada atau dekat peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke
tanah.
Sesuai dengan fungsinya itu maka arrester harus dapat menahan tegangan sistem
pada frekuaensi 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan
surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan pada arrester itu sendiri.
Arrester berlaku sebagai jalan pintas di sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang
mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih
pada peralatan.
2.6 Lightning Arrester
Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem khususnya pada transformator
pasangan terhadap surja petir dan tegangan abnormal frekuensi jala-jala. Arrester
berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang
mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang
tinggi pada peralatan. Jalan
mengganggu aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai
isolator dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang
tinggi. Setelah surja hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi
isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.
(a) Pemasangan
Arrester yang
Salah
(b) Pemasangan
Arrester yang
Gambar
2..
Benar
(c) Pemasangan
Arrester Outgoing
Feeder dari PLTD
Lightning Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung ini pada prinsipnya terdiri
dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik yang berada diluar
udara atau disebut juga sela seri, lihat gambar 2....
Bila ada tegangan surja yang tinggi sampai pada jepitan arrester kedua sela percik,
yang diluar dan yang berada didalam tabung serat, tembus seketika dan membentuk
jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi arrester menjadi konduktor dengan
impedansi rendah dan melalukan surja arus dan arus daya system bersama sama.
Panas yang timbul karena mengalirnya arus petir menguapkan sedikit bahan tabung
serat, sehingga gas yang timbul akan menyembur pada api dan mematikannya pada
waktu arus arus susulan melewati titik nolnya.
Arus susulan dalam arrester jenis ini dapat mencapai harga yang tinggi sekali tetapi
lamanya tidak lebih dari 1 (satu) atau 2 (dua) gelombang, dan biasannya kurang dari
setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan gangguan.
Arrester jenis ekspulasi ini mempunyai karakteristik volt waktu yang lebih baik
dari sela batang dan dapat memutuskan arus susulan. Tetapi tegangan percik
impulsnya lebih tinggi dari arrester jenis katup. Tambahan lagi kemampuan untuk
memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat arus hubung singkat dari system
pada titik di mana arrester itu dipasang. Dengan demikian perlindungan dengan
arrester jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator daya,
kecuali untuk system distribusi. Arrester jenis ini banyak juga digunakan pada
saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang memasuki gardu induk. Dalam
penggunaan yang terakhir ini arrester jenis ini sering disebut sebagai tabung
pelindung.
Arrester jenis ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela seri yang terhubung dengan
elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linear, lihar Gambar 2...
Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila
sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut menjadi
penghantar. Sela seri itu tidak dapat memutuskan arus susulan. Dalam hal ini dia
dibantu oleh tahanan tak-linear yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk
arus besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar, lihat Gambar
2 ...
Arrester jenis katup ini dibagi dalam empat jenis yaitu :
a. Arrester katup jenis gardu (station)
b. Arrester katup jenis saluran (intermediate)
c. Arrester katup jenis gardu untuk mesin mesin
d. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin mesin (distribution)
2. Mendapatkan keandalan penyaluran pada sistem baik dari segi kualitas, keandalan
ataupun kontinuitas penyaluran tenaga listrik
3. Membatasi kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terhubung tanah dan nilai
tegangan kerja minimal.
2.7.1 Pembumian Pada Jaring Distribusi Tegangan Rendah
1. Pembumian proteksi pada jaringan Tegangan Rendah memakai pola TNC
penghantar netral jaringan dibumikan setiap 5 tiang (+/ 200 meter) dengan titik
pembumian pertama pada tiang kedua dari tiang awal dan 1 (satu) tiang sebelum
tiang akhir.
2. Besar nilai pembumian satu elektroda maksimal 10 Ohm. Tahanan total pada
gardu dan JTR maksimal 5 Ohm
3. Pada sistem multi grounded common netral, penghantar netral sistem Tegangan
Rendah juga menjadi penghantar netral sistem Tegangan Menengahnya.
Ketentuan pada standar konstruksi di PLN Distribusi Jawa Tengah pada setiap
tiang, penghantar tersebut dihubungkan dengan terminal pembumian tiang,
namun hubungan dengan elektroda pembumian dilakukan pada tiap 5(lima)
tiang.
10.5 PEMBUMIAN PADA GARDU
2.7.2 Pembumian Pada Gardu Distribusi
Bagianbagian yang dibumikan pada gardu distribusi adalah :
1. Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE)
misalnya pintu gardu, panel kubikel.
2. Terminal netral sisi Tegangan Rendah transformator distribusi
3. Lapisan pelindung elektris kabel tegangan menengah pada kubikel
4. Lightning Arrester pada Gardu Portal
Tidak boleh membumikan bagianbagian tersebut sendirisendiri, kecuali pembumian
lightning arrester. Penghantar pembumian bagianbagian tersebut dihubungkan pada
suatu ikatan ekipotensial, selanjutnya ikatan ekipotensial tersebut dibumikan,
sehingga gradien kenaikan tegangan terhadap bumi akibat gangguan ke tanah pada
semua bagian instalasi sama besarnya. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1
Ohm (1,7 Ohm pada buku standar konstruksi DJBB).
Lightning Arrester (LA) dibumikan dengan elektroda tersendiri. Pada gardu distribusi
tipe portal, elektroda pembumian titik netral transformator terpisah dengan elektroda
pembumian Lightning Arrester.
Untuk mendapatkan gradien tegangan yang sama terhadap bumi, penghantar
pembumian lightning arrester dengan titik netral sisi Tegangan Rendah transformator
distribusi dihubungkan secara mekanis (di bonding) di bawah tanah. Pada pada gardu
portal dan gardu cantol, penghantar pembumian lightning arrester disatukan dengan
badan transformator dan selanjutnya dibumikan.