Anda di halaman 1dari 61

PERANCANGAN DAN PEMASANGAN SISTEM SPRINKLER

PADA GEDUNG PERKANTORAN

NAMA ANGGOTA:
1. Rika Sri Amalia

(16309863)

2. Yogi Oktopianto

(16309875)

3. Yurista Vipriyanti

(16309876)

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Universitas Gunadarma
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Kebakaran merupakan bencana yang disebabkan oleh api yang tidak dikehendaki

yang dapat menimbulkan kerugian yang besar baik berupa harta benda maupun jiwa manusia.
Saat ini kebakaran sudah menjadi masalah nasional, karena bukan saja merugikan individual,
melainkan meliputi instalasi atau sarana vital yang menguasai hajat hidup orang banyak
seperti pabrik, pembangkit tenaga listrik, pelabuhan, dan instalasi-instalasi lainnya. Faktor
terbesar yang menyebabkan kebakaran adalah adanya nyala api dan listrik.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 yaitu tentang tujuan umum K3
yang termasuk penanggulangan kebakaran yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan
orang lain, aset perusahaan dan lingkungan masyarakat. Dan yang tertera pada ketentuan
pasal 3 ayat (1) huruf b,d,q bahwa penanggulangan kebakaran meliputi pencegahan,
pengurangan

dan

pemadaman

kebakaran,

memberikan

kesempatan

jalan

untuk

menyelamatkan diri pada waktu kebakaran serta pengendalian penyebaran panas, asap dan
gas. Selain itu pada Kepmenaker 186/Men/1999 yang menjelaskan bahwa perusahaan wajib
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja.

1.2

PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam perancangan sistem sprinkler adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik gedung
perkantoran.
2. Bagaimana cara pemasangan sistem sprinkler pada gedung perkantoran.

3. Bagaimana menentukan jumlah volume air yang dibutuhkan untuk perancangan


sistem sprinkler.
4. Bagaimana menentukan kebutuhan pipa dan daya pompa pada sistem Sprinkler.

1.3

TUJUAN PENULISAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menetukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik Gedung
Perkantoran.
2. Untuk menentukan pemasangan sistem sprinkler pada gedung Perkantoran.
3. Untuk menentukan jumlah volume air yang dibutuhkan untuk perancangan sistem
sprinkler.
4. Untuk menentukan kebutuhan pipa dan daya pompa pada sistem Sprinkler.

1.4

BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:.
1. Perancangan sprinkler pada gedung perkantoran.
2. Tidak membahas masalah sistem kelistrikan dan estimasi biaya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.2

SISTEM SPRINKLER
Sistem sprinkler adalah suatu sistem yang bekerja secara otomatis dengan

memancarakan air bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidaktidaknya mencegah meluasnya kebakaran. Instalasi sprinkler ini dipasang secara
tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis
dengan menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaran.
1.2.1

Klasifikasi Sistem Sprinkler


Klasifikasi sprinkler dibagi menjadi dua macam berdasarkan Standar
Kontruksi Bangunan Indonesia (SKBI 3.4.53.1987), yaitu:
1. Berdasarkan arah pancaran :
-

pancaran ke atas

pancaran ke bawah

pancaran ke dinding

2. berdasarkan kepekaan terhadap suhu :


a. Warna segel:
-

Warna putih pada temperatur 93 C

Warna biru pada temperatur 141 C

Warna kuning pada temperatur 182 C

Warna merah pada temperatur 227 C

Tidak berwarna pada temperatur 68 C / 74 C

b. Warna cairan dalam tabung:


-

Warna jingga pada temperatur 53 C

Warna merah pada temperatur 68 C

Warna kuning pada temperatur 79 C

Warna hijau pada temperatur 93 C

Warna biru pada temperatur 141 C

Warna ungu pada temperatur 182 C

Warna hitam pada temperatur 201 C 260 C

1.2.2 Jenis Sistem Sprinkler


Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya
panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
1. Sistem Pipa Basah (Wet Pipe System).
Dalam sistem ini, sistem pipa mulai dari sumber suplai air sampai katup kontrol
(Control valves) yang menuju ke sprinkler sudah terisi air. Sistem pipa basah biasanya
dipasang pada gedung atau hunian dimana tidak ada kemungkinan terjadinya air
membeku dalam pipa.
Untuk sistem pipa ini banyaknya sprinkler yang dipasang dikontrol oleh satu set valve
dan tidak melebihi 500 buah untuk tingkat bahaya ringan atau 1000 buah untuk tingkat
bahaya kebakaran sedang dan tinggi.

2. Sistem Pipa Kering (Dry Pipe System).


Sistem ini biasanya digunakan dalam suatu bangunan dimana kondisi temperatur
berada pada keadaan yang bisa beku, seperti pada ruang pendingin atau temperatur yang
dapat dijaga diatas 70 C, seperti oven pengering. Pipa kering tersebut selalu terisi udara
dengan tekanan yang cukup untuk menahan air.

3.

Alternatif Sistem Pipa Basah dan Pipa Kering (Combined Dry Pipe-Preaction).
Sistem ini biasanya dipasang tanpa pemanas air, dimana dalam sistem basah ada
kemungkinan air membeku pada musim dingin. Sehingga sistem ini biasanya
dioperasikan pada musim panas untuk sistem basah dan sistem kering pada musim dingin.
Jika hendak mengoperasikan dengan sistem basah, maka dry valve harus diubah
fungsinya ke sistem basah dan ini biasanya dapat dilakukan dengan cepat.

4. Sistem Pipa Kering Pada Ujungnya (Deluge System).


Sprinkler untuk sistem ini harus dipasang menghadap kelangit-langit, kecuali jika
dijinkan untuk dipasang jenis pendent.
5. Tindakan Awal (Pre-Action System).
sistem ini merupakan gabungan antara standart sprinkler sistem dan pemasangan alat
pengindera kebakaran. Pada umumnya detctor panas atau asap akan bekerja lebih dahulu
dankatub yang bekerja lebih awal akan terbuka sehingga air mengalir ke pipa sprinkler
sebelum sprinkler pertama bekerja.

1.2.3 Peletakan Sistem Sprinkler


2.2.31 Letak Kepala Sprinkler
1. Dinding Dan Pemisah
Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal sistem bahaya
kebakaran ringan tidak boleh melebihi 2,3 m dan dalam hal sistem bahaya
kebakaran sedang atau system bahaya kebakaran berat tidak boleh melebihi dari 2
m. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-langit, maka jarak kepala springkler
dan dinding tidak boleh melebihi 1,5 m. Gedung yang mempunyai sisi terbuka,
jarak kepala sprinkler sampai sisi terbuka tidak boleh lebih dari 1,5 m.

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

Gambar 2.1 Penempatan kepala sprinkler tambahan


2. Kolom
Pada umumnya kepala springkler harus ditempatkan bebas dari kolom.
Apabila hal tersebut tidak dapat dihindari dan jarak kepala springkler terhadap
kolom kurang dari 0,6 m, maka harus ditempatkan sebuah kepala springkler
tambahan dalam jarak 2 m dari sisi kolom yang berlawanan.
3. Balok
Kepala springkler harus ditempatkan dengan jarak sekurang-kurangnya 1,2
m dari balok. Apabila balok mempunyai flens sebelah atas dengan lebar kurang
dari 200 mm, maka kepala springkler boleh dipasang di sebelah atas gelagar
dengan catatan bahwa deflektor kepala springkler harus berjarak lebih besar dari
150 mm di atas balok.

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

Gambar 2.2 Jarak kepala sprinkler terhadap balok


4. Kuda Kuda
Pada umumnya kepala springkler harus selalu dipasang pada jarak
mendatar sejauh minimum 0,3 m dari balok kuda-kuda yang lebarnya lebih kecil
atau sama dengan 100 mm, dan minimum 0,6 m apabila balok kudakuda yang
lebarnya lebih besar dari 100 mm. Apabila pipa cabang ditempatkan menyilang
terhadap balok kuda-kuda, maka kepala springkler boleh ditempatkan disebelah
atas sumbu balok kuda-kuda yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 200 mm
dengan ketentuan bahwa deflektor kepala springkler berjarak lebih besar dari 150
mm dari balok kuda-kuda.
Apabila pipa cabang dipasang sejajar dengan balok kuda-kuda, maka jarak
kepala springkler terhadap balok kuda-kuda ditentukan sesuai dengan tabel 2.3.

Tabel 2.1 Kuda-kuda

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

5. Penempatan kepala sprinkler dinding


Penempatan deflektor kepala sprinkler dinding tidak boleh lebih dari 150
mm atau kurang dari 100 mm dari langit-langit. Sumbu kepala sprinkler tidak
boleh lebih dari 150 mm atau kurang dari 50 mm dari dinding tempat kepala
sprinkler dipasang.
Sepanjang dinding. Sistem bahaya kebakaran ringan 4,6 m. Sistem bahaya
kebakaran sedang, 3,4 m (langitlangit tidak tahan api), 3,7 m (langit-langit tahan
api). Dari ujung dinding. Sistem bahaya kebakaran ringan 2,3 m, Sistem bahaya
kebakaran sedang 1,8 m.

6. Jumlah deretan kepala sprinkler


-

Untuk ruangan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 3,7 m, cukup
dilengkapi dengan sederet sprinkler sepanjang ruangan. Untuk ruangan yang
lebarnya antara 3,7 m sampai 7,4 m harus dilengkapi dengan deretan sprinkler.

Untuk ruangan yang panjangnya lebih dari 9,2 m (bahaya kebakaran ringan)
atau lebih dari 7,4 m (bahaya kebakaran sedang) deretan sprinkler harus
dipasang selang-seling, sehingga setiap kepala sprinkler terletak pada garis
tengah antara dua kepala sprinkler yang berhadapan.

Untuk ruangan yang lebarnya lebih dari 7,4 m deretan kepala sprinkler jenis
konvensional (dipasang pada langit-langit) harus dipasang pada langit-langit di
tengahtengah antara dua deret kepala sprinkler sebagai tambahan sepanjang
ruangan pada tiap sisinya.

Berdasarkan NFPA 15 jarak maksimum antar sprinkler 3,7 meter sehingga jari
jari jangkauannya adalah 1,85 meter. Kemudian dapat dihitung jumlah
kepala sprinkler tiap luas bangun, yaitu:

Gambar 2.3 Jari Jari jangkauan sprinkler

Luas Sprinkler/perlindungan

= R2

Luas Bangunan

= PxL ...........(2.1)

Jumlah Sprinkler

....(2.2)

Keterangan:
R = Jari-jari sprinkler (1,85 m)
P = Panjang conveyor (m2)
L = Lebar conveyor (m2)
Dalam perencanaan ini jarak antar sprinkler menurut model E Spray nozzles vk
810 vk 817 yang digunakan adalah 3 meter agar area perlindungan bisa

terjangkau seluruhnya.

Gambar 2.4 Jarak antar kepala sprinkler

2.2.3.2 Spesifikasi Kepala Sprinkler


Kepala sprinkler yang digunakan harus kepala sprinkler standar. Kepala sprinkler
yang boleh digunakan hanya kepala sprinkler yang terdaftar. Perubahan apapun tidak
dibolehkan pada kepala sprinkler setelah keluar dari pabrik. Sifat-sifat aliran kepala sprinkler
harus dibedakan dalam tiga hal:
-

Yang dibenarkan untuk penggunaan sebagai kepala sprinkler pancaran atas.

Yang dibenarkan untuk penggunaan sebagai kepala sprinkler pancaran bawah.

Yang dibenarkan untuk penggunaan sebagai kepala sprinkler dinding.


Kepala sprinkler terbuka boleh digunakan untuk melindungi bahaya kebakaran

khusus seperti tempat-tempat terbuka atau untuk tempat khusus lainnya. Kepala sprinkler
dengan ukuran lubang yang lebih kecil boleh digunakan untuk daerah atau keadaan yang
tidak membutuhkan air sebanyak yang dipancarkan oleh sebuah kepala sprinkler dengan
ukuran lubang nominal 10 mm. Kepala sprinkler dengan ukuran lubang nominal lebih besar

dari 10 mm boleh digunakan untuk daerah atau keadaan yang membutuhkan air lebih banyak
dari jumlah yang dipancarkan oleh sebuah kepala sprinkler dengan ukuran lubang nominal 10
mm. Kepala sprinkler dengan ukuran lubang nominal lebih besar dari 10 mm yang
mempunyai ulir pipa besi 10 mm tidak boleh dipasang pada sistem sprinkler terbaru.
1. Ukuran lubang kepala sprinkler
Ukuran nominal lubang kepala sprinkler yang dibenarkan untuk masing-masing
sistem bahaya kebakaran adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Ukuran lubang kepala sprinkler

(Sumber : SNI 03-3989- 2000)

2. Konstanta k
Konstanta k untuk ketiga ukuran lubang kepala sprinkler tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.3 Konstanta k

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

3. Tingkat suhu kepala sprinkler


Tingkat suhu kepala sprinkler otomatis ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.4 Tingkat suhu kepala sprinkler

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

Pemilihan tingkat suhu kepala sprinkler tidak boleh kurang dari 30C di atas suhu
ruangan.
-

Kepala sprinkler dalam ruangan tersembunyi atau pada ruang peragaan tanpa
dilengkapi ventilasi harus dari tingkat suhu antara 79C - 100C.

Kepala sprinkler yang digunakan untuk melindungi peralatan masak jenis komersial,
tutup mesin pembuat kertas atau yang dipasang dalam dapur pengering harus dari
tingkat suhu tinggi.

Apabila ada langit-langit atau atap yang dipasang di atas oven, maka pada langitlangit atau atap tersebut sampai radius 3 m harus dipasang kepala sprinkler dengan
tingkat suhu yang sama dengan 141C

4. Jumlah maksimum kepala sprinkler


Jumlah maksimum kepala sprinkler yang dapat dipasang pada satu katup kendali
bisa dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini.
Tabel 2.5Jumlah maksimum kepala sprinkler

(Sumber : SNI 03-3989- 2000)

5. Persediaan kepala sprinkler cadangan


Persediaan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler harus disimpan
dalam satu kotak khusus yang ditempatkan dalam ruangan yang setiap suhunya tidak
lebih dari 38C.
Persediaan kepala sprinkler cadangan tersebut paling sedikit adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.6 Persediaan kepala sprinkler cadangan

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

Catatan:
Perasediaanan kepala springkler cadangan harus meliputi semua jenis dan tingkat
suhu dari kepala springkler yang terpasang.
Apabila terdapat lebih dari 2 sistem, maka jumlah persediaan springkler cadangan
harus ditambah 50% dari ketentuan tersebut di atas.

1.2.4 Sistem Perpipaan


Pipa utama air pemadam kebakaran biasanya 8 inchi, sambungan cabangnya 6 inchi.
Katup-katup harus di dalam pada interval di jalur pipa utama, sehingga apabila ada perbaikan
sambungan baru dapat dilakukan tanpa membuat sistem berhenti. Katup-katup yang
disediakan tidak akan menghentikan perbaikan dibawah 1000 ft dari sistem.
Pipa utama pemadam air pemadam kebakaran harus dibuat loop (ring atau O).
Dimana untuk mendukung proses dan sistem kerja sprinkler, maka diperlukan sistem
distribusi pipa yang terhubung dengan sumber air hingga ke titik sprinkler. Sistem ini
memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:
-

Air tetap dapat didistribusikan ke titik sprinkler walaupun salah satu area pipa
mengalami kerusakan.

Semburan air sprinkler lebih stabil, meskipun seluruh titik sprinkler dibuka.

1.2.4.1 Jenis Sistem Pipa Sprinkler


1. Dry Pipe System
adalah suatu system yang menggunakan sprinkler otomatis yang bisa
disambungkan dengan system perpipaannya yang mengandung udara atau
nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan
api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian air akan mengalir ke
dalam system perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka.
2. Wet Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera
keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.

3. Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka
disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air melalui
suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang
dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan
mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang
ada.
4. Preaction System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang
bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada
area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan system deteksi akan membuka
suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan
sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.
5. Combined Dry Pipe-Preaction
Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran,
peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada
akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti wet pipe
system. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.

1.2.4.2 Klasifikasi Sistem Pipa Tegak


Berdasarkan NFPA 14 - 2000 tentang Standart for the installation of standpipe,
private hydrant and hose system menjelaskan mengenai kelas sistem pipa tegak diantaranya:
1. Sistem kelas I

Sistem harus menyediakan sambungan slang ukuran 63,5 m (2 inci) untuk


pasokan air yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan mereka yang
terlatih
2. Sistem kelas II
Sistem harus menyediakan kotak slang ukuran 38,1 mm (1 inci) untuk
memasok air yang digunakan terutama oleh penghuni bangunan atau oleh petugas
pemadam kebakaran selama tindakan awal.
Pengecualian
Slang dengan ukuran minimum 25.4 mm (1 inci) diizinkan digunakan untuk
kotak slang pada tingkat kebakaran ringan dengan persetujuan dari instansi yang
berwenang.
3. Sistem kelas III.
Sistem harus menyediakan kotak slang ukuran 38,1 mm (1 inci) untuk
memasok air yang digunakan oleh penghuni bangunan dan sambungan slang ukuran
63,5 mm (2 inci) untuk memasok air dengan volume lebih besar untuk digunakan
oleh petugas pemadam kebakaran atau mereka yang terlatih.
Ukuran pipa tegak untuk sistem kelas I dan kelas III harus berukuran sekurangkurangnya 100 mm (4 inci). Pipa tegak yang merupakan bagian dari sistem kombinasi
harus berukuran sekurang-kurangnya 150 mm (6 inci).
Pengecualian.
Untuk bangunan yang seluruhnya dilengkapi dengan springkler, dan mempunyai
kombinasi sistem pipa tegak yang dihitung secara hidraulik, ukuran minimum pipa
tegaknya adalah 100 mm (4 inci ).
Ukuran pipa dengan laju aliran yang disyaratkan pada tekanan sisa 6,9 bar (100
psi) pada ujung slang terjauh dengan ukuran 65 mm (2 inci) dan tekanan 4,5 bar (65 psi)

pada ujung slang terjauh dengan ukuran 40 mm (1 inci), dirancang sesuai seperti tertera
pada tabel 2.3 perancangan yang menggunakan cara.

1.2.4.3 Susunan Pipa Instalasi Sprinkler


1. Susunan cabang ganda
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke dua sisi pipa
pembagi.
2. Susunan cabang tunggal
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke satu sisi dari pipa
pembagi.
3. Susunan pemasukan di tengah
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran air dari tengah.
4. Susunan pemasukan di ujung
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran dari ujung.

2.2.5 Sistem Persedian Air Sprinkler


2.2.5.1 Persyaratan umum
Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu
jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup,
serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan pemilik
gedung. Apabila pemilik tidak dapat mengendalikannya harus ditunjuk badan lain yang
diberikan kuasa penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan tidak boleh mengandung
serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya springkler. Pemakaian air asin tidak
diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain pada waktu terjadinya kebakaran dengan
syarat harus segera dibilas dengan air bersih.

2.2.5.2 Syarat penyambungan


Pipa penyalur untuk sistem springkler tidak boleh dihubungkan pada sistem lain
kecuali seperti yang diatur dalam
bagian ini.
-

Tangki gravitasi
Tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik
dapat diterima sebagai system penyediaan air. Kapasitas dan letak ketinggian tangki harus
memberikan aliran dan tekanan yang cukup.

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

Gambar 2.5 Tangki gravitasi

Tangki bertekanan
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem
penyediaan air. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan suatu cara yang dibenarkan
agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis. Apabila tangki bertekanan merupakan
satu-satunya system penyediaan air, sistem tersebut harus juga dilengkapi dengan alat

tanda bahaya yang memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi muka air
dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tanda bahaya harus dihubungkan
dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik yang melayani kompresor
udara. Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem sprinkler dan
sistem slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan sprinkler. Tangki bertekanan
harus selalu terisi air 2/3 penuh, dan diberi tekanan udara ditambah dengan 3 X tekanan
yang disebabkan oleh berat air pada perpipaan sistem sprinkler di atas tangki kecuali
ditetapkan lain oleh pejabat yang berwenang.

(Sumber: SNI 03-3989- 2000)

Gambar 2.6 Tangki bertekanan

2.2.5.3 Sumber Penyediaan Air


-

Sumber air untuk kebutuhan hidran dapat berasal dari PDAM, sumur artesis,
sumur gali dengan system penampungan, tangki gravitasi, tangki bertekanan
reservoir air dengan sistem pemompaan.

Berdasarkan SNI 03-3989-2000 tentang Tata cara perencanaan dan pemasangan


sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung

Berdasarkan NFPA 13-1999 tentang Standard for the Installation of Sprinkler


Systems

2.3.6 Sistem Pompa Sprinkler


Pompa adalah salah satu alat angkut yang berfungsi untuk memindahkan fluida
melalui saluran tertutup dengan mengubah energy mekanis dari pengerak menjadi energi
tekan (pressure) terhadap fluida sehingga akan terjadi perpindahan, contohnya seperti
menggerakkan / mengalirkan cairan dari suatu tempat ke tempat lainnya baik melalui sarana
pembantu seperti pipa, maupun secara langsung. Pompa digunakan untuk memindahkan
cairan, seperti cairan, gas atau slurries.
2.2.6.1 Spesifikasi Pompa
1. Head
Head di dalam perpompaan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
energi tiap satuan berat. Head dari instalasi pompa dapat dibedakan menjadi head
statis dan head dinamis. Ada tiga bagian dari head yaitu:
-

Head total pompa


Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat ditulis sebagai berikut:
H = ha + hp + h1 +

.....(2.3)

Keterangan:
H

: Head total pompa (m)

h1

: Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan (m)

hp

: Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m)

.(2.4)

hp=

Ha

: Head statis total (m)


Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air di sisi keluar dan sisi
isap, tanda positif dipakai apabila muka air di sisi keluar lebih tinggi
dari pada sisi isap.
Head pada pompa biasanya disebabkan oleh kerugian gesek didalam

pipa, belokan belokan, reduser, katup katup, dan sebagainya. Di bawah ini
akan diberikan cara perhitungannya satu persatu.
-

Head kerugian
Head kerugian yang terjadi pada instalasi disebabkan oleh gesekan
didalam pipa. Pengaruh kecepatan terhadap rugi-rugi pada instalasi
dinyatakan dalam bilangan reynold yang didefinisikan sebagai berikut:
Re =

(2.5)

Keterangan:

Re : Bilangan reynolds (tak berdimensi)


D

: Diameter dalam saluran (m)

: Kecepatan aliran cairan (m/s)

: Kekentalan mutlak cairan (absolute viscosity, kg.s/m3)

Kekentalan mutlak cairan dapat dilihat pada tabel 2.8 dibawah ini.

Tabel 2.7 Sifat-sifat fisik air (Air di bawah 1 atm dan air jenuh di atas 100 C)

(Sumber: Sularso,1996)
-

Kerugian gesekan dalam pipa


Kerugian gesekan didalam pipa tergantung pada panjang pipa.
Untuk menghitung besarnya kerugian akibat gesekan didalam pipa
digunakan persamaan:
hf = f

..................................................................................(2.6)

Keterangan:
hf : Head karena kerugian gesekan/ friction (m)
f

: Koefisien kerugian gesekan (bilangan reynold,Re)

L : Panjang saluran (m)


D : Diameter dalam saluran (m)
V : Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
g

: Kecepatan gravitasi (m/s2) Untuk memperoleh nilai f dapat dilihat

pada tabel 2.9 di atas.


-

Kerugian head di katup


Kerugian head pada katup dapat ditulis sebagai berikut:
hf = fv

..(2.7)

Keterangan:

hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)


fv : Koefisien kerugian gesekan. Harga fv untuk berbagai katup dalam
keadaan terbuka penuh dapat dilihat pada lampiran 5 tabel 5.1
V : Kecepatan rerata aliran (m/s)
g
-

: Kecepatan gravitasi (m/s2 )

Kerugian head pada fitting


Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila
ukuran pipa, bentuk penampang, atau arah aliran berubah. Kerugian head di
tempat-tempat transisi yang demikian itu dinyatakan dalam rumus:

hf = f

.. (2.8)

Nilai f di dapatkan dengan menggunakan persamaan dibawah ini :


f = 0,131 + 1,847

.(2.9)

Keterangan:
D : Diameter dalam saluran (m)
R : Jari-jari lengkung sumbu belokan (m)

: Sudut belokan (derajat)

: Koefisien kerugian gesekan

V : Kecepatan rerata aliran (m/s)


g
-

: Kecepatan gravitasi (m/s2)

Head yang tersedia


Dalam mencegah terjadinya kavitasi maka diusahakan agar tidak
satu bagianpun aliran didalam pompa yang mempunyai tekanan uap
jenuhnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka didefinisikan suatu
besaran yang berguna untuk memperkirakan keamanan pompa terhadap
terjadinya kavitasi yaitu tekanan hisap positif netto (Net Possitif Suction
Head-NPSH). Ada dua jenis NPSH yang harus dipertimbangkan, yaitu
NPSH yang dibutuhkan dan NPSH yang tersedia.
NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada
sisi isap pompa (ekuivalen dengan tekanan mutlak pada sisi isap pompa,
dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat di tempat tersebut. NPSH yang
tersedia dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Hsv

= (Pa / ) (Pv / ) Hs HLS...(2.10)

Keterangan:
Hsv

: NSPH yang tersedia ( m )

Pa

: Tekanan Atmosfir (kgf/m2)

Pv

: Tekanan uap jenuh (kgf/m2)

: Berat zat cair persatuan volume (kgf/l)

Hs

: Head isap statis (m) bertanda positip (+) jika pompa terletak

di atas permukaan zat cair yang diisap, dan bertanda negatip (-) jika di
bawah.
HLS

: Head di dalam pipa isap (m)


Agar pompa dapat bekerja dengan baik, NPSH yang tersedia harus

lebih besar daripada NPSH yang dibutuhkan. Untuk menentukan besarnya


NPSH yang dibutuhkan secara teliti harus dilakukan pengujian terhadap
pompa. Data NPSH yang dibutuhkan ini biasanya dapat diperoleh dari
pabrik yang memproduksi pompa tersebut. Tetapi dalam perancangan,
NPSH yang diperlukan biasanya diperkirakan dengan menggunakan
persamaan berikut:
HsvN = .HN(2.11)
Keterangan:
HsvN

: NSPH yang diperlukan (m)

: koefisien kavitasi thoma

HN

: Head total pompa (m)

: Banyaknya putaran (rpm)

2. Daya Poros Dan Efisiensi Pompa


-

Daya air
Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan
waktu daya air, yang dapat ditulis sebagai berikut:
Pw = 0,163 x x Q x H..............................................................................(2.12)
Pw

: Daya air (kW)

: Berat air per satuan volume (kgf/l)

: Percepatan gaya gravitasi (m/s2)

: Kapasitas air (m3/s)

: Head total (m)

Daya poros
Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa
adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya didalam pompa. Daya
ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = Pw / p ........................................................................................(2.13)
P

:Daya poros sebuah pompa (kW)

: Efisiensi pompa (pecahan)

2.2.6.2 Daya Pompa


Dalam hal ini daya pompa dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu daya masuk dan
daya keluar pompa. Besarnya daya masuk pompa dipengaruhi oleh besarnya tegangan listrik
dan kuat arus yang terjadi, sehingga daya pompa dapat ditentukan dengan persamaan,
sedangkan daya keluar pompa dipengaruhi oleh tinggi heat dan tekanan massa dalam hal ini
adalah fluida air. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pin

= V . I ..(2.14)

Pout

= vf . P . mc ..(2.15)

Keterangan:
Pin

= Daya masuk pompa (Watt)

Pout

= Daya keluar pompa (Watt)

= Tegangan (Volt)

vf

= Volume Spesifik (m3/kg)

= Kuat Arus (Ampere)

mc

= Kapasitas pendingin (kg/s)

BAB III
DATA UMUM PROYEK

3.1

DATA PROYEK
a. Nama Proyek

: Alamanda Tower

b. Fungsi Bangunan

: Gedung Perkantoran

c. Lokasi

: Jl. TB. Simatupang Kav. 23-24 Cilandak Barat


Jakarta Selatan.

3.2

DATA TEKNIS PROYEK


a. Luas Bangunan

: 52.768 m2

b. Luas Tanah

: 12.050 m2

c. Luas Area Bangunan

Tabel 3.1 Luas Area Bangunan


Lantai

Jumlah (m)

Basement 3

3650

Basement 2

3788

Basement 1

3645

Dasar (1)

1301

Mezzanine

768

Lantai 2-29

39088

Atap/ME
Jumlah

528
52768

Sumber : PT. Tata Mulia Nusantara Indah

3.3

3.4

FUNGSI BANGUNAN
a. Lantai Basement 3 s.d. Basement 1

: Car Parking

b. Lantai 1 s.d. Lantai 2

: Commercial Room

c. Lantai 3 s.d. Lantai 29

: Office Room

d. Lantai Atap

: M/E Room

FLOW CHART PENYELESAIAN TUGAS

Mulai

Studi Literatur

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data
1. Layout Gedung
2. Data Teknis
Perancangan Sistem Sprinkler :
1. Menghitung Jumlah Sprinkler
2. Menghitung Kebutuhan Air
3. Menentukan Dimensi dan Penempatan Bak
Reservoir
4. Menghitung Head Total dan Daya Pompa

Kesimpulan dan
Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penyelesaian Tugas

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

UMUM
Dalam perancangan sprinkler

untuk sebuah gedung bertingkat

ini,

perlu

memperhatikan beberapa faktor berikut ini :


1. Perkantoran termasuk dalam hunian bahaya kebakaran ringan, sehingga data yang
diperlukan dalam perhitungan adalah SNI 03-3989-2000 kategori kebakaran
ringan.
2. Arah pancaran ke bawah, karena kepala sprinkler diletakkan pada atap ruangan
3. Kepekaan terhadap suhu, warna cairan dalam tabung gelas berwarna jingga pada
suhu 53o C
4. Sprinkler yang dipakai ukuran dengan kapasitas (Q) = 25 GPM = 93,33
liter/menit
5. Kepadatan pancaran= 2,25 mm/menit (SNI 03-3989-2000)
6. Jarak maksimum antar titik sprinkler 4,6 m
7. Jarak maksimum sprinkler dari dinding tembok 1,7 meter
x = jarak antara kepala sprinkler dengan overlap
R = jari-jari pancaran sprinkler = 2,3 m

x2

x2

(2 R) 2

2x 2

4R 2

x2

4(2,3m) 2

x2

10,58m 2

10,58m 2

3,25 m

Jarak kepala sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. Kemudian


dilakukan penghitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk perbandingan.

8. Daerah yang dilindungi adalah semua ruangan kecuali kamar mandi, toilet dan
tangga yang diperkirakan tidak mempunyai potensi terjadinya kebakaran
9. Sprinkler overlap bagian

4.2

PERHITUNGAN JUMLAH SPRINKLER


Kebutuhan air untuk bahaya kebakaran ringan 225 liter/menit = 3,75 liter/detik
(SNI 03-3989-2000)
Diameter lubang sprinkler = 0,5 inchi
Satu buah sprinkler mampu mencakup area sebesar 4,6 m x 4,6 m
Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi
overlapping sebesar area jangkauan, sehingga tidak ada titik yang tidak
terkena pancaran air
Maka area jangkauan sprinkler, dapat dihitung sebagai berikut :
X

= jarak maksimum antar titik sprinkler (1/4 jarak maksimum)


= 4,6 m (1/4 x 4,6 m)

= 3,45 m
Maka, L

= 3,45 m x 3,45 m
= 11,9 m2

Lantai Basement 3
Luas lantai yang direncanakan = 3650 m2
Jumlah total sprinkler yang dibutuhkan :

luas
L

3650
11,9

306,72 307 buah sprinkler

Lantai Basement 2
Luas lantai yang direncanakan = 3788 m2
Jumlah total sprinkler yang dibutuhkan :

luas
L

3788
11,9

318,32 319 buah sprinkler

Lantai Basement 1
Luas lantai yang direncanakan = 3645 m2
Jumlah total sprinkler yang dibutuhkan :

luas
L

3645
11,9

306,30 306 buah sprinkler

Lantai Dasar (1)


Luas lantai yang direncanakan = 1307 m2
Jumlah total sprinkler yang dibutuhkan :

luas
L

1307
109,83 110 buah sprinkler
11,9

Lantai Mezzanine
Luas lantai yang direncanakan = 768 m2
Jumlah total sprinkler yang dibutuhkan :

luas
L

768
11,9

64,54 65 buah sprinkler

Lantai 2-29
Luas lantai yang direncanakan = 39.088 m2
Jumlah total sprinkler yang dibutuhkan :

luas
L

39.088
11,9

3.284,71 3.285 buah sprinkler

Jumlah sprinkler tiap lantai = 117 buah sprinkler


Atap
Luas lantai yang direncanakan = 528 m2
Jumlah total sprinkler yang dibutuhkan :

luas
L

528
11,9

44,37 44 buah sprinkler

Tabel 4.1 Jumlah Sprinkler per lantai


Lantai

Luas

Jumlah

(m)

Sprinkler

Basement 3

3650

307

Basement 2

3788

319

Basement 1

3645

306

Dasar (1)

1301

110

Mezzanine

768

65

Lantai 2-29

39088

3285

528

44

52768

4436

Atap/ME
Jumlah

Sumber : Hasil Perhitungan

4.3

VOLUME PERSEDIAAN AIR


Dalam pengoperasiannya, dibutuhkan air yang dapat mengoperasikan sprinkler

tersebut. Volume kebutuhan air sprinkler perlu diperhatikan sehingga tidak menyebabkan
kelebihan air pada sprinkler tersebut. Perhitungan volume kebutuhan air sprinkler per gedung
dapat menggunakan rumus :
Rumus : V = Q x T ..(4.2)
Dimana :
V

= Volume kebutuhan air (m3)

= Kapasitas air 225 dm3/menit

= Waktu operasi sistem = 30 menit

V(kebutuhan air)

=QxT
= 225 dm3/menit x 30 menit
= 6.750 dm3 = 6,75 m3

Jadi, V(kebutuhan air) untuk sprinkler = 6,75 m3

4.4

BAK AIR (RESERVOIR)


Sedangkan bak air (reservoir) tidak boleh diisi penuh karena dari hasil volume air

yang dibutuhkan dalam menjaga faktor keamanannya, dapat ditentukan kosntruksi bak
airnya, yaitu:
Panjang = 5 meter
Lebar = 3 meter
Kedalaman = 5 meter

Volume total bak air (Reservoir) (Vbak air)

Vbak air = p x l x k
= 5 m x 3 m x 5 m = 75 m3
Selisih volume V
V

= Vbak air - V(kebutuhan air) (4.3)


= 75 m3 6,75 m3 = 68,25 m3

Tinggi freeboard

t (freeboard) =

V
A .....(4.4)

Dimana :
A = Luas penampang bak air

t (freeboard) =

V
A

41,41
15

2,76 m

4.5

PENENTUAN SISTEM POMPA

Gambar 4.1 Skema Sistem Pompa

Gambar 4.2 Susunan Pipa Sprinkler


Sumber : SNI 03-3989- 2000

Tabel 4.2 Diameter Pipa

Sumber : www.starpipeproducts.com, ASTM A-888 and CISPI 301 Pipe & Fittings

4.6

PERHITUNGAN SISTEM PERPIPAAN

1.

Pipa Isap (Suction)


Dengan jenis material besi tuang (cast iron) berukuran 8 dapat dilihat pada tabel

diameter pipa diatas.


- Diameter luar pipa 212,852 mm = 0,212852 m
- Diameter dalam pipa 201,676 mm (D) = 0,201676 m
- Tebal pipa 11,176 mm = 0,011176 m
- Panjang pipa terjauh (L) = 5 m
- Perhitungan pipa pembagi (discharge)
a. Luas pipa diameter dalam
A

xD 2

3,14 x(0,201676) 2
4

0,03 m 2

b. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa


V = Q/A
= (3,75x10-3 m3/s) / (0,03 m2)
= 0,125 m/s
Dimana kapasitas debit air (Q) = 225 liter/menit = 1,75x10 -3 m3/s
c. Bilangan Reynolds (Re)
Dimana nilai berdasarkan dengan suhu 300C maka m= 0,801 x 10-6 m2/s
Re

Re

VxD

0,125 x0,201676
0,801 x 10 -6

31.472,53

Re > 4000, alirannya bersifat turbulen (Sularso:1994)


d. Kerugian gesekan dalam pipa (Mayor losses)
-

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai e atau
kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,00085 dimana diameter pipa berukuran 8
maka nilai relative roughness (e/D) sebesar 0,0014

Dapat diketahui bahwa nilai friction factor (f) sebesar 0,021 dengan nilai e/D 0,0014
dan nilai Re = 31.472,53

Kerugian gesekan pada pipa isap (head friction):

LxV 2
2xDxg

Hf

Hf

0,021

Dimana :

5 x(0,125) 2
2 x 0,201676 x 9,81

0,04 m

g adalah nilai ketetapan gravitasi 9,8 m/s2 dan L adalah panjang pipa terjauh 5 m.
e. Kerugian pada perubahan geometri (Minor losses)
- Kerugian head katup
Kerugian head katup dengan diameter pipa utama pengeluaran 8 yang mana katup pada
pipa pengeluaran ini menggunakan katup hisap (dengan saringan) maka nilai fv = 1,84

V2
2 xg

hf

fv

hf

1,84

0,125 2
1,47 x10 3 m
2 x 9,81

-Total head kerugian (hftot)


hf tot

= Mayor losses + Minor losses


= 0,04 + 1,47x10-3
= 0,04147 m

2.

Pipa Utama Pengeluaran (Discharge)


Dengan jenis material besi tuang (cast iron) berukuran 6 dapat dilihat pada tabel

diameter pipa diatas.


- Diameter luar pipa 160,02 mm = 0,16002 m
- Diameter dalam pipa 150,876 mm (D) = 0,150876 m
- Tebal pipa 9,144 mm = 0,009144 m

- Panjang pipa terjauh (L) = 20 m


- Perhitungan pipa utama pengeluaran (discharge)
a. Luas pipa diameter dalam
A

xD 2

3,14 x(0,150876) 2
4

0,02 m 2

b. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa


V

= Q/A
= (3,75x10-3 m3/s) / (0,02 m2)
= 0,188 m/s

Dimana kapasitas debit air (Q) = 225 liter/menit = 1,75x10 -3 m3/s


c. Bilangan Reynolds (Re)
Dimana nilai berdasarkan dengan suhu 300C maka m= 0,801 x 10-6 m2/s
Re

Re

VxD

0,188 x0,150876
0,801 x 10 -6

35.411,60

Re > 4000, alirannya bersifat turbulen (Sularso:1994)


d. Kerugian gesekan dalam pipa (Mayor losses)
-

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai e atau
kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,00085 dimana diameter pipa berukuran
6 maka nilai relative roughness (e/D) sebesar 0,0019

Dapat diketahui bahwa nilai friction factor (f) sebesar 0,023 dengan nilai e/D
0,0019 dan nilai Re = 35.411,60

Kerugian gesekan pada pipa isap (head friction):

LxV 2
2xDxg

Hf

Hf

0,023

20 x(0,188) 2
2 x 0,150876 x 9,81

5,49 x10 3 m

Dimana:
g adalah nilai ketetapan gravitasi 9,8 m/s2 dan L adalah panjang pipa terjauh 20 m.
e. Kerugian pada perubahan geometri (Minor losses)
- Kerugian pada belokan pipa
Belokan pada pipa utama pengeluaran sebesar 900 yaitu berupa lengkungan dengan
nilai f :
3, 5

0.5

D
0,131 1,847
2R

0,150876
0,131 1,847
2 x0,075438

90
3, 5

90
90

0.5

1,978 m

Maka nilai f dari belokan dari pipa utama pengeluaran sebesar 90 0 adalah 1,978 m.

V2
2 xg

hf

hf

1,978

1,88 2
2 x 9,8

0,36 m

- Total head kerugian (hf tot)


hf tot

= Mayor losses + Minor losses

= 5,49x10-3+ 0,36
= 0,37 m

3.

Pipa Pembagi
-

Diameter luar pipa 111,252 mm = 0,111252 m

Diameter dalam pipa 100,076 mm = 0,100076 m

Tebal pipa 11,176 mm = 0,011176 m

Panjang pipa terjauh (L) = 12.000 m

Perhitungan pipa pembagi (discharge)

a. Luas pipa diameter dalam (A) :


A

xD2 2

x0,100076 2

0,0078619m 2

b. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (V) :


V

Q
A

0,000937
0,0078619

0,1192m / s

Dimana : Kapasitas debit air (Q) yang digunakan adalah 0,00937 m3/s dikarenakan
dalam pipa sudah melalui 4 pembagian aliran dari aliran utama yaitu 0,00375 m3/s.
c. Bilangan Reynolds (Re)

Re

VxD

0,1192 x0,100076
14.892,708
0,801x10 6

Re > 4000, aliran bersifat turbulen


d. Kerugian gesekan dalam pipa (mayor loss)

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai e atau
kekasaran untk besi (cast iron) adalah 0,00085 diameter pipa berukuran 4 maka nilai
relative roughness sebesar 0,0025.

Nilai Friction factor (f) = 0,025 dengan nilai 2/D 0,0025 dan nilai Re = 14.892,708.

Kerugian gesekan pada pipa pembagi :


hf

L.V 2
D.2.g

0,025 x

12000 x0,1192 2
0,100076 x 2 x9,8

2,17 m

e. Kerugian perubahan geometri (minor loss)


-

Kerugian pada belokan pipa

Kerugian perubahan geometri pada pipa isap adalah belokan 90 o. Maka nilai f adalah

0,131 1,847.

D
2R

3, 5

0,5

90

0,100076
0,131 1,847
2 x0,050038

3, 5

90
90

0,5

1,978

Maka, nilai f dari belokan dari pipa utama pengeluaran sebesar 90 o adalah 1,978 m

hf

.V 2
2.g

1,978 x

0,1192 2
2 x9,8

0,0014m

Pada pipa utama pengeluaran terdapat 10 belokan, maka kerugian pada pipa :
hf = 10 x 0,0014 m = 0,014 m
-

Total head kerugian (hftot)


hftot

= Mayor losses + Minor losses


= 2,17 m + 0,014 m = 2,184 m

Diketahui bahwa pada sistem ini terdapat 2 pipa pembagi. Maka head friction pada
sistem ini adalah :

hf

4.

= hftot x 2 = 2,184 x 2 = 4,368 m

Pipa Cabang
-

Diameter luar pipa 56,769 mm = 0,056769 m

Diameter dalam pipa 49,784 mm = 0,049784 m

Tebal pipa 7,021 mm = 0,07021 m

Panjang pipa terjauh (L) = 4 m

Perhitungan pipa cabang

a. Luas pipa diameter dalam (A) :


A

xD2 2

x0,04978 2

0,001946m 2

b. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (V) :


V

Q
A

0,000234
0,001946

0,120m / s

Dimana : Kapasitas debit air (Q) yang digunakan adalah 0,000234 m3/s dikarenakan
dalam pipa sudah melalui 4 pembagian aliran dari aliran utama yaitu 0,000937 m3/s.
c. Bilangan Reynolds (Re)

Re

VxD

0,120 x0,04978
0,801x10 6

7.457,677

Re > 4000, aliran bersifat turbulen


d. Kerugian gesekan dalam pipa (mayor loss)
-

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai e atau
kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,00085 diameter pipa berukuran 4 maka
nilai relative roughness sebesar 0,005.

Nilai Friction factor (f) = 0,031 dengan nilai 2/D 0,005 dan nilai Re = 7.457,677

Kerugian gesekan pada pipa pembagi :


hf

L.V 2
f
D.2.g

4 x0,12 2
0,031x
1,83 x10 3 m
0,04978 x 2 x9,8

e. Kerugian perubahan geometri (minor loss)


-

Kerugian perubahan geometri pada pipa ini tidak ada karena pipa cabang tidak
menggunakan katup dan tidak ada belokan.

Total head kerugian (hftot)


hftot

= Mayor losses + Minor losses


= 1,83 x10 3 m + 0 m = 1,83 x10 3 m

Diketahui bahwa pada sistem ini terdapat 3000 pipa cabang. Maka head friction pada
sistem ini adalah :
= hftot x 3000 = 1,83 x10 3 x 3000 = 5,499 m

hf

Kerugian Cross dan Fitting Tee pada Pipa Utama 6


-

Diameter luar pipa 160,02 mm = 0,16002 m

Diameter dalam pipa 150,876 mm = 0,150876 m

Tebal pipa 9,144 mm = 0,009144 m

Perhitungan kerugian gesekan cross pada pipa utama :

a. Luas pipa diameter dalam (A) :


A

xD2 2

x0,0150876 2

0,017869m 2

b. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (V) :

Q
A

0,00187
0,017869

0,1046m / s

Dimana : Kapasitas debit air (Q) yang digunakan adalah 0,00187 m3/s
dikarenakan dalam pipa sudah melalui 4 pembagian aliran dari aliran utama
yaitu 0,00375 m3/s.
c. Bilangan Reynolds (Re)

Re

VxD

0,1046 x0,150876
19.702,41
0,801x10 6

Re > 4000, aliran bersifat turbulen


d. Kerugian gesekan dalam pipa (mayor loss)
-

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai
e atau kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,00085 diameter pipa
berukuran 6 maka nilai relative roughness sebesar 0,0019.

Nilai Friction factor (f) = 0,024 dengan nilai 2/D 0,0019 dan nilai Re =
19.702,41

Kerugian gesekan cross pada pipa utama adalah :


hf

.V 2
2.g

0,024 x

0,10406 2
2 x9,8

1,326 x10 5 m

Diketahui bahwa pipa utama terdapat 3 cross, sehingga kerugian gesekan


cross total pada pipa utama adalah :

hf = 1,326 x10 5 x 3 = 3,977 x10 5 m

- Perhitungan kerugian gesekan fitting tee pada pipa utama :

1. Kapasitas aliran (Q) adalah seperdua dari kapasitas aliran discharge pipa utama,
karena aliran terbagi menjadi 2 aliran. Dimana (Q) aliran dari pipa utama adalah
0,064 m3/s
Q1

Q
2

0,00375
1,875 x10 3 m3/s
2

2. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa


V

Q
A

0,00187
0,017869

0,1046m / s

Dimana : Kapasitas debit air (Q) yang digunakan adalah 0,00187 m3/s dikarenakan
dalam pipa sudah melalui 4 pembagian aliran dari aliran utama yaitu 0,00375
m3/s.
3. Bilangan Reynolds (Re)

Re

VxD

0,1046 x0,150876
19.702,41
0,801x10 6
Re > 4000, aliran bersifat turbulen

4. Kerugian gesekan dalam pipa (mayor loss)


-

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai e atau
kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,00085 diameter pipa berukuran 6 maka
nilai relative roughness sebesar 0,0019.

Nilai Friction factor (f) = 0,023 dengan nilai 2/D 0,0019 dan nilai Re = 19.702,41

Kerugian gesekan fitting tee pada pipa utama adalah :


hf

.V 2
2.g

0,023x

0,10406 2
2 x9,8

1,2706 x10 5 m

Total kerugian adalah :


hf tot

= cross + fitting tee


= 3,977 x10 5 m + 1,2706 x10 5 m

= 5,247 x10 5 m

- Perhitungan fitting tee pada pipa pembagi 4 :


-

Diameter luar pipa 111,252 mm = 0,111252 m

Diameter dalam pipa 100,076 mm = 0,1000766 m

Tebal pipa 11,176 mm = 0,011176 m

Perhitungan kerugian gesekan pada fitting tee


a. Luas pipa diameter dalam (A) :
A

xD2 2

x0,11176 2

0,0078617m 2

b. Kapasitas aliran (Q) adalah seperempat dari kapasitas aliran discharge pipa
pembagi, karena aliran terbagi menjadi 4 aliran
Q1

Q
4

0,00375
4

9,375 x10

c. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (V) :

Q
A

9,375 x10 4
0,0078617

0,238m / s

d. Bilangan Reynolds (Re)

Re

VxD

0,238 x0,100076
0,801x10 6

29.735,44

Re > 4000, aliran bersifat turbulen


e. Kerugian gesekan dalam pipa (mayor loss)
-

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai
e atau kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,00085 diameter pipa
berukuran 4 maka nilai relative roughness sebesar 0,0025.

Nilai Friction factor (f) = 0,027 dengan nilai 2/D 0,0019 dan nilai Re =
29.735,44

Kerugian gesekan pada fitting tee adalah :


hf

.V 2
2.g

0,027 x

0,238 2
2 x9,8

7,803 x10 5 m

Diketahui bahwa pipa pembagi terdapat 3000 fitting tee, sehingga kerugian
gesekan fitting tee total pada pipa utama adalah :
= 7,803 x10 5 x 3000 = 0,234 m

hf tot

- Perhitungan fitting tee pada pipa pembagi 2 :


-

Diameter luar pipa 56,769 mm = 0,056769 m

Diameter dalam pipa 49,784 mm = 0,049784 m

Tebal pipa 7,021 mm = 0,07021 m

Perhitungan kerugian gesekan pada fitting tee


a. Luas pipa diameter dalam (A) :
A

xD2 2

x0,049784 2

0,001946m 2

b. Kapasitas aliran (Q) adalah seperempat dari kapasitas aliran discharge pipa
cabang, karena aliran terbagi menjadi 4 aliran

Q
Q1
4

9,375 x10
4

2,34 x10 4 m3/s

c. Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (V) :

Q
A

2,34 x10 4
0,001946

0,1204m / s

d. Bilangan Reynolds (Re)

Re

VxD

0,1204 x0,049784
0,801x10 6

7.484,98

Re > 4000, aliran bersifat turbulen


e. Kerugian gesekan dalam pipa (mayor loss)
-

Dalam perancangan ini pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bahwa nilai
e atau kekasaran untuk besi (cast iron) adalah 0,00085 diameter pipa
berukuran 4 maka nilai relative roughness sebesar 0,005.

Nilai Friction factor (f) = 0,033 dengan nilai 2/D 0,005 dan nilai Re =
7.484,98

Kerugian gesekan pada fitting tee adalah :

hf

.V 2
2.g

0,005 x

0,1204 2
2 x9,8

3,690 x10 6 m

Tabel 4.3 Ukuran Berbagai Tipe Pipa

Diameter
No

Type Pipa

Pipa
(Inchi)

Pipa Isap
(Suction)

Diameter

Diameter

Dalam (m)

Luar (m)

Tebal
Pipa
(m)

Panjang
Pipa

Kecepatan

Terjauh

Aliran (m/s)

(m)

0.201676

0.212852

0.01117

0.125

Pipa Utama

0.150876

0.16002

0.00914

20

0.188

Pipa Pembagi

0.100076

0.111252

0.01117

12000

0.1192

Pipa Cabang

0.049784

0.056769

0.07021

0.12

0.150876

0.16002

0.00914

0.1046

Cross dan
Fitting Tee

Fitting Tee

0.100076

0.111252

0.01117

0.238

Fitting Tee

0.049784

0.056769

0.07021

0.1204

Sumber : Hasil Perhitungan

5. Head Kerugian Total


Jadi head kerugian total pipa discharge yang diperkirakan pada proteksi sistem ini adalah:
H1 = head pipa Isap + head pipa utama + head pipa pembagi + head pipa cabang + cross
& fitting tee pipa utama + fitting tee pipa pembagi + fitting tee pipa cabang
= 0,04147 m + 0,37 m + 4,369 m + 5,499 m + 5,247 x 10-5 m + 3,69 x 10-6 m
= 10,31 m

6. Head Statis (Ha)


Head perbedaan tinggi antara muka air sisi luar/nozel (Z2) dengan sisi isap (Z1)
Ha = Z2 Z1 = 5 0 = 5 m

7. Head Tekanan (hp)


Tekanan isap (P1)
P1 = x g x ha
= 995,7 kg/m3 x 9,8 m/s2 x 5 m
= 48789,3 kg/ms2
Dimana: adalah densitas/berat jenis air = 0,9957 kg/l = 995,7 kg/m3 sedangkan g
adalah nilai ketetapan gravitasi 9,8 m/s2
Tekanan sprinkler maksimum (P2) adalah tekanan absolute sebesar 7 bar, tekanan
pada instalasi pipa sebesar:
P2 = 7 bar tekanan udara
= 7 bar 1 atm

= 7 bar 1,01325 bar


= 5,987 bar
= 5,987 x (1,019 x 104)
= 6,1007 x 104 kg/m2
Dimana: 1 atm = 1,01325 bar
1 bar = 1,019 x 104 kg/ms2

hp

hp

P2

P1
xg

61007,53 48789,3
995,7 x 9,8

1,25 m

8. Head Total Pada Instalasi Perpipaan Sprinkler


HLT

= H1 + ha + hp
= 10,31 + 5 + 1,25
= 16,56 m

4.7

PERHITUNGAN SISTEM POMPA SPRINKLER


Dari data perencanaan dapat ditentukan bagaimana mekanisme kerja dari sistem

pompa serta semua valve yang terdapat pada sistem perpipaan.


1. Pompa listrik dipakai sebagai pompa utama untuk melayani kebutuhan sistem
sprinkler.
2. Pompa listrik dan pompa diesel mempunyai mempunyai kapasitas yang sama
sehingga dapat bekerja secara bergantian dan tidak mempengaruhi sistem.
3. Pompa diesel (genset) digunakan sebagai pompa cadangan ketika sumber daya listrik
mati, sehingga secara otomatis pompa diesel siap beroperasi menggantikan peran
pompa listrik, ini dapat terjadi karena sistem pompa di interlock dalam panel pompa
kebakaran.
4. Pompa pacu mempunyai kapasitas antara 5-10 persen dari pompa listrik yang
digunakan untuk menjaga agar tekanan dalam sistem tetap konstan.
5. Untuk mengendalikan tekanan pada sistem ini, dipakai pressure switch untuk
mengendalikan masing-masing pompa tersebut. Jadi digunakan 3 pressure switch
untuk sistem pompa :
a. 1 buah pressure switch untuk pompa listrik
b. 1 buah pressure switch untuk pompa diesel
c. 1 buah pressure switch untuk pompa pacu
6. Untuk pompa listrik dan pompa diesel diset pada P-start = 4 bar, dimana pompa akan
mulai jalan atau start bila tekanan pada sistem turun sampai dengan 4 bar, dan bila
pada saat itu sumber listrik mati, maka pompa diesel akan start.
7. Sedangkan pompa pacu diset pada P-start = 5 bar dan P-stop = 7 bar, dimana pompa
pacu akan start saat tekanan dalam sistem turun sampai dengan 5 bar. Dan pompa
pacu akan berhenti saat tekanan dalam sistem telah mencapai 7 bar.

8. Disamping pompa-pompa tersebut dapat start secara otomatis melalui pressure switch
dalam panel pompa juga terdapat sarana untuk menstart pompa secara manual, jadi
dalam panel pompa ada switch untuk mengoperasikan sistem secara manual maupun
otomatis.
9. Kapasitas aliran air untuk bahaya kebakaran ringan diperkirakan berkisar 225
liter/menit (SNI 03-3989-2000)
10. Syarat tekanan air minimal tekanan air pada kepala sprinkler (residueal pressure)
harus memenuhi syarat, yaitu : bahaya kebakaran ringan sebesar 2,2 kg/cm2 dengan
masing-masing ditambah dengan perbedaan tekanan antara ketinggian sprinkler
teratas dengan katup kendali

Daya Pompa
Penentuan daya pompa pada sistem ini dapat dihitung pada perhitungan dibawah ini :
-

Daya air (Pw) max

Pw

x Q x H LT

Dimana :

Pw

= ketetapan berat air per satuan volume = 9,765 kN/m3

x Q x H LT
= 9,765 x 0,00375 x 16,56 m

= 0,6064 kW (dimana 1 kW = 1,341 hp)


= 0,8132 hp

Daya poros (P) max


n = 3000 rpm
efisiensi standar pompa sentrifugal (p) = 70 %

P = Pw / p
= 0,8132 hp / 70 %
= 1,1617 hp

Pemilih penggerak mula


Daya nominal penggerak mula (Pm)
= faktor cadangan (pecahan) = 0,2
t = efisiensi transmisi (pecahan) = 0,95
Pw = daya poros
Pm =

P(1

)
t

1,1617(1 0,2)
= 1,467 hp = 1,094 KW
0,95

BAB V
PENUTUP

5.1

KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Gedung perkantoran merupakan hunian dengan bahaya kebakaran ringan (SNI 033989-2000)
2. Jumlah sprinkler yang dibutuhkan untuk gedung perkantoran tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1 Jumlah Sprinkler per lantai


Lantai

Jumlah

Jumlah

(m)

Sprinkler

Basement 3

3650

307

Basement 2

3788

319

Basement 1

3645

306

Dasar (1)

1301

110

Mezzanine

768

65

Lantai 2-29

39088

3285

528

44

52768

4436

Atap/ME
Jumlah

Sumber : Hasil Perhitungan

3. Besaran bak air yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem sprinkler adalah
panjang x lebar x tinggi = 5 m x 3 m x 5 m.
4. Besaran volume kebutuhan air untuk sprinkler adalah 6,75 m3.
Diameter pipa yang dibutuhkan untuk gedung perkantoran tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2 Ukuran Berbagai Tipe Pipa yang Digunakan

Panjang
Diameter

Tebal
Diameter

No

Type Pipa

Diameter

Pipa

Pipa

Kecepatan

Terjauh

Aliran (m/s)

Pipa
Dalam (m)

Luar (m)

(Inchi)

(m)
(m)

Pipa Isap
1

0.201676

0.212852

0.01117

0.125

(Suction)
2

Pipa Utama

0.150876

0.16002

0.00914

20

0.188

Pipa Pembagi

0.100076

0.111252

0.01117

12000

0.1192

Pipa Cabang

0.049784

0.056769

0.07021

0.12

0.150876

0.16002

0.00914

0.1046

Cross dan
5
Fitting Tee
6

Fitting Tee

0.100076

0.111252

0.01117

0.238

Fitting Tee

0.049784

0.056769

0.07021

0.1204

Sumber : Hasil Perhitungan

5. Daya pompa sistem sprinkler yang dibutuhkan adalah

Tabel 5.3 Daya Pompa yang Dibutuhkan

Daya

Symbol Besaran
Daya

Daya Air

Pw

0,8132 hp

Daya Poros

1,1617 hp

Daya nominal penggerak

Pm

1,4670 hp

mula
Sumber : Hasil Perhitungan
5.2

SARAN
1. Dalam proses perancangan sistem sprinkler, diperlukan pedoman yang berlaku di
Indonesia, salah satunya adalah SNI 03-3989-2000 mengenai Tata Cara
Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik Untuk Pencegahaan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
2. Diameter Pipa yang akan digunakan harus berstandar SNI agar tidak terjadi
kegagalan dalam proses pemasangan sistem sprinkler.

DAFTAR PUSTAKA

1. SNI 03-3989-2000 mengenai Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem


Sprinkler Otomatik Untuk Pencegahaan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
2. Chandra, Adhitya. 2010. Perancangan Sistem Detektor, Alarm dan Sistem
Sprinkler Pada Gedung Plaza dan Gedung Direktorat PPNS-ITS. Institut Sepuluh
Nopember. Surabaya.
3. Sandi, Ely. 2011. Perancangan Peletakan Sprinkler dan Detector Pada Conveyor
PT. YTL Jawa Timur Sebagai Upaya Untuk Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran. Institut Sepuluh Nopember. Surabaya.
4. Paulus, Ricki. 2010. Perancangan Deluge System Sprinkler Menggunakna Smoke
Detector Pada Gedung Direktorat PPNS-ITS. Institut Sepuluh Nopember.
Surabaya.
5. Setyawan, Ganjar. 2012. Data Umum Proyek Gedung Perkantoran Alamanda
Tower. Universitas Gunadarma. Jakarta.
6. www.starpipeproducts.com, ASTM A-888 and CISPI 301 Pipe & Fittings

Anda mungkin juga menyukai