Anda di halaman 1dari 21

DESKRIPSI MATERI PERTEMUAN 14:

Antisipasi Risiko
Studi Kelayakan Bisnis
Dosen Pengampu: Zulfitra, S.Si, MM

PENGANTAR
Dalam studi kelayakan bisnis, yang dipandang hendaknya bukan hanya
sisi optimismenya saja, melainkan sisi pesimistismenya juga, yaitu berupa
risiko-risiko bisnis yang mungkin terjadi. Ini dimaksudkan agar analisisnya
menjadi berimbang. Paparan analisis risiko bisnis dapat dikaji secara
kuantitatif maupun kualitatif. Di pertemuan akan memaparkan secara
ringkas dengan pendekatan kualitatif. Risiko-risiko apa saja yang mungkin
terjadi dan bagaimana rencana untuk mengendalikannya.
Pembahasan akan dimulai dengan penjelasan mengenai
pengertian risiko. Pendapat para ahli mengenai risiko cukup banyak. Salah
satunya adlah pendapat Silalahi (1997), yang mengartikan bahwa:

Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko

adalah
adalah
adalah
adalah
adalah

kesempatan timbulnya kerugian.


probabilitas timbulnya kerugian.
suatu ketidakpastian.
penyimpangan actual dari yang diharapkan.
suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan.

Selanjutnya, Silalahi pun menjelaskan perihal manajemen risiko.


Menurut dia,manajemen risiko adalah system pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik, dan keuntungan badan usaha atau
perorangan terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu
risiko, dimana dalam usaha ketidakpasian ini dihubungkan dengan
penghasilan perusahaan, arus keluar masuk uang, dan harta benda yang
telah ada atau yang dubutuhkan di masa datang.
Selanjutnya, risiko perusahaan dapat dibagi ke dalam 2 tipe. Tipe
partama, dan yang lebih tradisional, adalah risiko yang sulit dikendalikan
manajemen perusahaan, seperti risiko kebakaran karena hubungan
pendek arus listrik dan penipuan oleh pihak-pihak tertentu. Perusahaan
biasanya melindingi dirinya misalnya dengan cara membeli asuransi. Tipe
kedua adalah risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen
perusahaan. Risiko ini dapat terjadi misalnya pada saat perusahaan
membangun pabrik baru, meluncurkan produk baru, atau membeli
perusahaan lain.
Telah dipaparkan pada beberapa bagian terdahulu bahwa
perusahaan terdiri atas beberapa aspek fungsional, seperti aspek

keuangan, SDM, pemasaran, produksi, dan operasi serta sistem informasi.


Berkaitan dengan risiko, akan dipaparkan apa saja, di mana saja, dan
bagaimana risiko diantisipasi dari tiap bidng fungsionalnya.

A. RISIKO PADA ASPEK SDM


Sengaja penulis mendahulukan pemaparan mengenai risiko SDM
karena SDM, yang menggerakkan roda perekonomian dan bisnis termasuk
dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, memiliki banyak
permasalahan yang sudah tentu memiliki risiko. Lima hal utama yang
akan dipaparkan berkaitan dengan risiko-risiko dalam aspek SDM dalam
hubungannya dengan perencanaan strategi perusahaan, yaitu:

Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko

pada top eksekutif dan pekerja inti.


pada karyawan.
dalam hubungan industry dan perselisihan.
stress dan kesehatan yang buruk.
bila tidak beretika.

Sering kali hal-hal di atas bukanlah merupakan risiko bisnis yang


dapat menyebabkan perusahaan jatuh, tetapi jika manajemen gagal
dalam mengendalikan perusahaan, maka perusahaan akan berada pada
kondisi yang berat untuk dapat bertahan, apalagi berkembang.
1. Risiko pada para eksekutif dan pekerja inti
Ada beberapa risiko yang hendaknya diperhatikan pada kelompok orang
dengan jabatan sebagai eksekutif tingkat atas. Risiko-risiko tersebut antar
lain:
Memiliki eksekutif kepala yang kurang memiliki sense of leadersip,
pengetahuan yang luas, tidak tajam dalam berpikir, serta bertindak
tidak focus.
Memiliki eksekutif kepala yang sulit dikendalikan oleh dewan komisaris.
Memiliki direktur keuangan yang lemah.
Ketidakmampuan manajeman untuk menjawab perubahan lingkungan
usaha dengan cepat dan tepat.
Struktur organisasi yang tidak efektif sehingga tenaga tingkat
manajerial sering mengerjakan hal-hal yang sifatnya teknis yang
seharusnya dikerjakan oleh tenaga staf.

Masalah mengenai lemahnya dewan direksi merupakan hal yang


serius karena dapat membuat perusahaan terlena sehingga kehilangan
kesempatan-kesempatan emas, memperbesar kelemahan-kelemahan
yang ada, menghambat inisiatif karyawan yang sudah tentu akan
berakibat pada hengkang-nya karyawan yang baik karena pindah ke
parusahaan lain. Hendaknya chairman dan anggotanya mampu memilih
orang-orang yang tepat untuk duduk sebagai anggota dewan direksi.
Mereka yang ternyata tidak mampu bekerja hendaknya digantikan oleh
yang mampu.
Berikutnya adalah yang berkaitan dengan beberapa pekerja inti.
Beberapa perusahaan bergantung pada para pekerja inti atau pekerja
senior dan anggota dereksi yang bertanggung jawab untuk melakukan
perubahan, mengendalikan bisnis dan menjaga pelanggan. Jika para
pekerja inti/ senior ini pindah ke perusahaan pesaing, jelas perusahaan
akan berisiko dikuasai oleh pesaing. Pesaing kini dapat membujuk pekerja
utama yang lain untuk bergabung, mencuri rencana-rencana strategis
sampai kepada membujuk konsumen untuk pindah kepada perusahaan
pesaing.
2. Risiko Menangani Karyawan
Perusahaan perlu menciptakan kondisi kerja yang baik bagi para
karyawannya, termasuk gaya manajemen yang lebih terbuka dan layak,
serta kejelasan mengenai reward bagi seluruh pekerja. Selain itu juga
perlu diperhatikan mengenai kultur yang dapt menilai kerja sama dan
keunggulan, serta kondisi seperti flextime, fasikitas perawatan anak, dan
kerja paruh waktu yang membantu pekerja wanita. Pelatihan dan
pelatihan ulang perlu dilakukan jika perusahaan harus mengembangkan
tenaga kerja yang sanggup untuk memproduksi barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang dapat berubah dengan cepat. Perusahaan
yang peduli pada para pekerjanya digambarkan dengan keinginannya
untuk mendengarkan dan mempelajari, serta melaksanakan perubahanperubahan yang dapat meningkatkan kondisi tenaga kerja. Saling berbagi
informasi mengenai informasi mengenai perusahaan dengan tenaga kerja,
termasuk mengenai penjualan dan biaya, merupakan sesuatu yang
diperlukan jika ingin menjadi perusahaan yang berkelas dunia. Melibatkan
tenaga kerja dalam pembuatn keputusan adalah tanda dari perusahaan
yang sukses. Hal ini akan mencakup keputusan-keputusan mengenai
strategi perusahaan jangka panjang dan penempatan karyawan sesuai
tingkatannya.
Masalah-masalah kesejahteraan sering kali menyegbabkan krisis.
Masalah-masalah tersebut mencakup seperti amarah karyawan karena
pemutusan hubungaan kerja yang tidak adil, penghasilan tambahan yang
tidak transparan, perjanjian tentang wanita halim, pengurangan fasilitas

seperti ibadat dan kantin, serta situasi kerja yang tidak aman. Beberapa
dari contoh ini mungkin kelihatan seperti tidak pernting bagi manajemen,
tetapi hal ini sebenarnya dapat menimbulkan masalah besar.
Proses rekrutmen tenaga kerja dengan kualitas tidak memadai alan
menambah risiko bagi kinerja perusahaan kelak. Sampai sekarang ini,
pencarian tenaga kerja di banyak perusahaan masih dikelola dengan
kurang baik. Hal ini sebagian disebabkan oleh adanya pertimbanganpertimbangan pribadi serta sulitnya penilaian secara efektif. Pengukuran
IQ sama sekali tidak mengidentifikasikan apakah calon pekerja itu akan
bekerja dengan baik atau tidak secara sistematis.
3. Risiko dalam Hubungan Industri dan Perselisihan
Perusahaan harus melakukan penilaian-penilaian mengenai kemungkinan
adanya pemogokan, memikirkan kerusakan apa yang dapat terjadi, dan
menganalisis bagaimana hal ini dapat diantisipasi, termasuk di dalamnya
perihal membangun buffer stocks dan memindahkan produksi pada
pabrik-pabrik yang lainnya.
Kebanyakan perselisihan dapat diramalkan. Hal ini dapat terlihat
dari hubungan antar manajemen dan serikat kerja yang secara perlahanlahan memburuk. Keluhan-keluhan dapat menumpuk selama bertahuntahun, dan tenaga kerja yang loyal dan percaya merasa telah
diperlakukan secara
tidak
adil.perusahaan hendaknya
memiliki
mekanisme untuk mamastikan bahwa keluhan-keluhan karyawan
didengan dan ditanggapi secara serius. Manajemen harus berusaha
menyampaikan alas an-alasan untuk memperbaiki dan memperoleh
persetujuan dari serikat tenaga kerja sebelum perubahan-perubahan
dilaksanakan.
4. Stress dan Pelayanan Kesehatan yang Buruk
Ketegangan, bersamaan dengan kebiasaan makan yang buruk dan
merokok, dapat menyebabkan penyakit jantung coroner. Kebiasaan bolos
kerja menjadi suatu indicator dari seorang tenaga kerja yang merasa
kecewa. Tingkat kekecewaan dikatakan disebabkan oleh komunikasi yang
buruk dan kegagalan untuk memotifasi para karyawan.
Menurut survei yang dikutip Sadgrove diinformasikan bahwa
ketegangan pikiran karena pekerjaan akan membuat seseorang
mengambil waktu istirahat. Menurut survey yang dilakukan oleh Haris
Research, ada sebanyak 28% pekerja Hong Kong yang mengaku biasa
bolos kerja, seperti yang terjadi pada 27% orang-orang Amerika, dan 20%
penduduk Britania Raya. Di Spanyol, Negara yang paling sedikit
berhubungan dengan ketegangan pekerjaan, hanya 5% yang mengatakan
mengambil waktu istirahat. Ketidakpuasan dengan pekerjaan menyebar

melintasi selutuh tingkatan manajemen, dengan 26% pada tingkat


direktur dan 21% managing director di mana mereka tidak akan memilih
pekerjaan yang sama setelah mereka mulai bekerja lagi. Stress paling
berat berada pada tingkatan manjer. Perusahaan mungkin lupa bahwa
karyawan yang menggunakan waktu istirahat justru akan meningkatkan
beban kerja bagi mereka yang tetap tinggal.
Berikut dicontohkan beberapa kasus pekerja yang menuntut
perusahaan ke pengadilan berkaitan dengan stress yang berlebihan. Pada
tahun 1994, seorang pekerja social menjadi orang pertama di Inggris yang
berhasil menuntut manjikannya karena memberikan pekerjaan yang
berlebihan. Di Tokyo, Japan Tobacco Inc, membayar 246.000 kepada
keluarga Saburo Sanada, seorang manajer yang berusia 54 tahun yang
meninggal karena bekerja secara berlebihan. Saburo telah bekerja selama
400 jam sebulan dalam pekerjaannya sebagai pengontrol konstruksi hotel.
Pekerja yang kesehatannya terganggu tidak hanya merugikan
dirinya sendiri, tetapi juga bagi perusahaan serta bagi orang lain.
Kecelakaan kereta api Clapham yang terjadi pada tahun 1988 yang
menewaskan 35 penumpangnya menurut dugaan penyebabnya adalah
karena kesalahan pekerjaan oleh teknisi yang hanya mengambil satu hari
libur pada 13 minggu sebelumnya.
Para majikan sekarang perlu menangani lingkungan kerja secara
menyeluruh, tidak hanya peralatan dan ruangan. Informasi yang lebih
baik, pelatihan yang baik, system pemberian penghargaan yang adil, seta
perhatian lain akan meminimalkan risiko-risiko kebiasaan bolos kerja.
Beban kerja yang tertanggulangi, garis laporan yang terbuka, gambaran
kerja yang jelas, dan pelatihan manajemen akan membantu mencegah
terjadinya stress dari isu yang serius.

5. Etika
Pelanggaran etika makan lama makin dirasakan sebagai suatu risiko bisnis
yang utama. Berita banyak melansir perihal pelanggaran etika selain
kasus pelanggaran pidana dan perdata lainnya yang memiliki konsekuensi
serius bagi reputasi perusahaan serta keuntungan-keuntungan masa
depan. Di bawah ini dapat diihat bagaimana perusahaan dapat
meningkatkan dan menangani etika-etika perusahaannya.
a. Konflik di dalam bisnis
Banyak isu mengenai konflik di dalam bsinis. Seperti diketahui bahwa
tujuan bisnis adalah memperbesar keuntungan dan memperkecil biaya.
Bila dijabarkan secara dangkal hal ini berarti perusahaan memberikan

kualitas produk/layanan termurah bagi harga tertinggi. Berikut adalah 2


contoh factor-faktor yang mendukung perusahaan yang melalaikan etika.
Kebutuhan akan memenangkan kontrak dapat menggoda perusahaan
untun melanggarnya. Perasaan dari us against the world jug adapt
mengarah kepada penghalalan segala cara. Menurut survei yang
dilakukan Le Monde, 64% pimpinan perusahaan di Prancis percaya bahwa
korupsi selalu terjadi di perusahaan.
b. Perubahan Kultur Perusahaan
Beberapa perusahaan menyatakan untuk berusaha secara benar, baik
menurut aturan legal maupun moral, akan tetapi kenyataannya tidak
demikian. Mengapa demikian? Karena suddah terbiasa dengan budaya
perusahaan yang hanya mementingkan memaksimalisasi keuntungan
finansial, seorang manajer yang menyatakan bahwa penegakkan etika
adalah sesuatu yang penting hanya akan dianggap sepele, negative,
merintangi, dan tidak setia yang mengakibatkan sang manajet sulity
dipromosikan. Pada saat perekonomian sedang mengalami resesi atau
perusahaan tidak mengalami keuntungan yang diharapkan, ancaman PHK
bagi sang manajer sudah di depana matanya.
Sulit untuk mengharapkan etika dapat diimplementasikan jika perusahaan
belum mempunyai kulturnya sendiri. Jika manajemen puncak
menganggap dirinya sendiri sebagai contoh bagaimana beretika di
perusahan, maka perusahaan berada pada risiko perilaku perusahaan
yang tidak layak. Jika manajemen senior melihat etika-etika hanya
bermanfaat bagi mereka yang berkecimpung di bidang politik dan
perguruan tinggi saja dari pada sebagai suatu yang fundamental di dalam
perusahaan, maka hanya bahaya-bahaya di dalam perusahaan akan
menjadi kenyataan karena terjadinya pelanggaran hukum.

B. RISIKO PADA ASPEK KEUANGAN


Di dalam perusahaan, risiko dalam aspek keuangan cukup tinggi. Pada
bagian ini risiko keuangan yang akan dipaparkan adalah mengenai:
Biaya produksi yang berlebihan
Biaya perusahaan.
Utang.

Pinjaman yang berlebihan.


Penjelasan risiko-risiko di atan dipaparkan berikut ini.
1. Biaya Produksi yang Berlebihan
Biaya produksi yang tinggi akan mengakibatkan harga jual produk yang
tinggi pula, sehingga produk akan sulit bersaing di pasar. Cara
pengurangan biaya dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya
melalui efisiensi dan otomatisasi. Efisiensi yang ditingkatkan dapat
mengurangi biaya-biaya, tetapi hal ini merupakan erencanaan yang baik.
Contohnya adalah produk selalu tersedia pada saat diperlukan; tenaga
kerja meningkatkan kualitas kerja mereka sehingga dapat memperkecil
waste. Otomatisasi merupakan salah satu jalan keluar untuk mengurangi
biaya produksi, yaitu dengan menggantikan peran manusia dengan
mesin. Sebelum penggantian itu, sudah tentu perusahaan harus
menghitung untung-rugi dengan cara membandingkan biaya mesin
terhadap penghematan pada buruh dan bahan baku.
2. Biaya Overhead yang Tinggi
Bagi perusahaan berskala besar, biasanya biaya per unit produk yang
dihasilkan lebih rendah dari perusahaan yang lebih kecil, hal ini karena
misalnya pangsa pasar yang dimiliki lebih besar. Perusahaan yang
berkembang cukup pesat pun membutuhkan biaya-biaya tambahan
(seperti pegawai, asset, dan lain-lain) untuk membantu mendapatkan
pasar yang lebih besar pula. Naiknya keuntungan yang diperoleh
perusahaan pada gilirannya akan menaikkan biaya, misalnya biaya untuk
kenaikan gaji karyawan, malah juga untuk mendukung kegiatan yang
sifatnya social. Tapi apabila penjualan mulai menurun, biaya-biaya
perusahaan itu dapat menjadi beban. Oleh karenanya, pemotongan biaya
perlu dilakukan, tetapi hendaknya diprioritaskan pada biaya kegiatankegiatan yang tidak signifikan untuk menghasilkan penjualan walaupun
tidak mudah melakukannya.
3. Utang
Salah satu penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan di negara
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu adalah utang swasta kepada
kreditor asing yang pada saat jatuh tempo ternyata tidak terbayar. Selain
utang swasta tersebut, ada lagi kelompok utang yang juga mengakibatkan
krisis menjadi terus berkepanjangan yaitu utang pemerintah pada pihak
asing. Dengan kedua contoh di atas, kiranya perusahaan perlu
mengendalikan utang-utang mereka agar terhindar dari kebangkrutan
usaha.

Pencegahan utang. Pada masa perekonomian sedang tumbuh, banyak


perusahaan ingin mengembangkan usahnya secepat-cepatnya karena
takut akan tertinggal oleh para pesaing mereka. Kebijakan-kebijakan
perusahaan yang telah ada kadangkala dilanggar oleh semangat spekulasi
yang mempengaruhi sietem kerja yang ada. Kondisi seperti ini sangat
berisiko bagi kebijakan keuangan perusahaan. Bagi perusahaan yang
memiliki kebijakan keuangan yang ketat cenderung dapat bertahan dari
pada yang lemah. Lebih baik membatalkan usaha-usaha yang berisiko
dapada menanggung utang nantinya.
Penagihan utang. Penagihan utang yang tidak senditif dapat
menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Itulah sebabnya mengapa
menyerahkan penagihan utang kepada agen debt kollector bukanlah
suatu solusi yang sederhana. Lebih baik mengerahkan beberapa tenaga
penjualan untuk mengunjungi pembayar yang telat, mendiskusikan cara
pembayarannya. Cara lain untu mencegah terjadinya utng ini misalnya
adalah dengan kredit asuransi.
4. Pinjaman yang Berlebihan
Pinjaman yang berlebihan dapat disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu:
a. Ketergesaan manajemen, seperti:
Investasi yang berlebihan pada pabrik baru.
Diversifikasi yang lemah.
Investasi pada saat yang tidak tepat.
b. Ketidakaktifan manjemen, seperti:
Kegagalan dalam merespons periode jatuhnya penjualan.
Kegagalan mencegah jatuhnya penjualan pada lokasi pasar yang
ditentukan.
Harga barang terlalu tinggi arau harga di bawah harga pokok
produksi.
c. Kenaikan nilai bunga.
Nilai utang yang harus dibayarkan ternyata lebih tinggi.
Kebutuhan akan modal kerja yang juga lebih besar.
Utang mempunyai tiga efek yang membahayakan yaitu:
a. Menambah beban perusahaan, sehingga pendapatan terpaksa
digunakan
untuk
membayar
pinjaman-pinjaman
dari
pada
diinvestasikan.
b. Bank atau pemegang saham mungkin hilang kepercayaan pada
perusahaan dalam hal kemampuannya untuk membayar kembali

pinjamannya. Akhirnya, para pemegang saham mungkin akan menjual


saham-saham
mereka,
sedangkan
bank
mungkin
menuntut
pembayaran.
c. Jika perusahaan sudah tidak dapat ;agi mendapatkan pinjaman dari
bank oleh karena nilai pinjamannya sudah maksimal, dan jika
perusahaan tidak mampu lagi membayar utang-utangnya, perusahaan
dapat dilikuidasi..
Untuk ketiga alasan di atas, hendaknya perusahaan yang
mempunyai utang berlebihan harus mencoba menguranginya.hal ini
dapat dilakukan misalnya melalui pnjualan aset.
C. RISIKO PADA ASPEK PEMASARAN
Bagian ini memaparkan bagaimana masalah-masalah di bidang
pemasaran dapat mengakibatkan turunnya penjualan serta rusaknya citra
perusahaan. Sales yang menurun, market share yang mengecil,
kurangnya distribusi barang merupakan sebagian dari tanda-tanda
kegagalan pemasaran. Kegagalam pemasaran tidak lepas dari banyak
permasalahan yang ada. Bagian ini akan memaparkan 10 macam
permasalahan pokok pemasaran, seperti tertera berikut ini:

Kebijakan pemerintah.
Perubahan permintaan di pasar.
Perang harga.
Pemalsuan.
Performance produk yang rendah
Promosi yang kurang baik.
Kesalahan dalam merek.
Kegagalan dalam mengembangkan produk baru.
Masalah distribusi.

Penjelasannya dipaparkan berikut ini:


1. Masalah kebijakan pemerintah
Beberapa factor ekonomi makro yang dapt berisiko pada perusahaan
antara lain:
Kenaikan pajak akan mengakibatkan naiknya pajak kekayaan atau akan
terjadi inflasi yang menyebabkan turunnya permintaan.
Peraturan pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya
perusahaan (seperti pelanggaran memproduksi suatu produk, kenijakan
limbah, dan program keselamatan serrta kesehatan kerja).

2. Masalah Perubahan Permintaan di Pasar


Permintaan akan produk yang mempunyai daur hidup produk yang
pendek (a short life cycle) seperti produk-produk teknologi informasi,
sangat sulit untuk dapat bertahan lama. Pada pasar produk demikian,
perusahaan-perusahaan akan mendapatkan masalah dengan pendapatan
yang bergelombang, yaitu cepat untung akan tetapi cepat pula buntung.
Dengan demikian, hendaknya perusahaan dapat mengubah
nasibnya dengan memprediksi masa depan, serta mengubah strategi
perusahaan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasar dari produk
tersebut.
3. Masalah Perang Harga
Perang harga dapat terjadi antarprodusen suatu produk sejenis oleh
bebreapa sebab, seperti:

Dampak dari kapasitas produksi.


Kegiatan inovasi yang rendah di pasar.
Satu perusahaan melakukan kampanye pamasaran yang agresif.
Pasar berbentuk oligopoly.

4. Pemalsuan
Pemalsuan atas merek suatu produk merupakan ancaman bagi
perusahaan. Merek adalah satu darisekian sasaran pemalsuan, apalagi
jika merek tersebut terkenal. Pemalsuan merek, selain akan mengurangi
pendapatan, juga akan mengurangi reputasi perusahaan karena biasanya
kualitasnya dari barang yang menggunakan merek palsu tidaksebaik yang
asli.
5. Performance Produk yang Rendah
Hambatan mempromosikan suatu produk justru dapt muncul dari kinerja
produk yang ternyata rendah. Ini sangat berbahaya karena konsumen
hanya kana membeli produk yang dapat memuaskan kebutuhannya,
sehingga hanya priduk dengan kinerja terbaik saja yang akan menjadi
pemimpin pasar. Kinerja produk di sini termasuk di dalamnya mengenai
preihal kekuatan, kemudahan operasional, dan dapat dipercaya, termasuk
dengan bagaimana layanan purna jualnya.
6. Promosi yang Kurang Baik

Promosi hendaknya dilakukan secara berencana dan kontinyu agar efektif


sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Perlu diingat bahwa konsumen
potensial agr mau melakukan action pembelian perlu mendapat informasi,
sedangkan konsumen yang telah melakukan pembelian perlu terus dibina
agar melakukna pembelian ulang atau bahkan mereka dapat menjadi
pemasar tidak langsung oleh karena kepuasan yang mereka terima
diinformasikan kepada orang lain.
7. Masalah Merek
Perusahaan yang mempromosikan merek produk yang tidak sesuai
dengan kenyataan akan merugikan produk itu sendiri. Namun sebaliknya,
merek-merek yang kualitasnya sesuai dengan isi pesan dari promosi yang
dilakukan, atu merek produk yang merupakan produk perintis (pertama
kali mundul), akan kuat berada dalam benak konsumen sebagai merek
yang paling diingat dan menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi atau
dipakai. Jadi, kegagalan memperkenalkan produk biasanya disebabkan
oleh promosi yang lemah atau kinerja produk yang juga lemah. Patut
diingat bahwa hanya mengandalkan kekuatan sebuah mana merek
tidaklah cukup untuk menjadikan perusahaan terhindar dari masalahmasalah pemasaran yang lain.
8. Masalah Pengembangan Produk
Menurut konsep product life cycle, hendaknya produk baru diluncurkan
pada saat priduk ;ain telah memasuki tahapan dedline. Sebelum produk
baru tersebut diluncurkan hendaknya bagian riset dan pengembangan
perusahaan telah mantap dengan rancangan produk barunya, sehingga
saat diluncdurkan, kelak produk baru ini dapat diterima konsumen. Namun
demikian, dalam kenyataannya, perkembangan produk baru lebih
berpeluang untuk gagal dari pada berhasil. Masalah utamanya terletak
pada lemahnya penelitian yang telah dilakukan.
9. Masalah Distribusi
Perusahaan yang memproduksi barang merek terkenasl biasanya
mengetahui selutuh outlet yang menyediakan barang-barangnya,
sedangkan sebagian perusahaan lagi tidak begitu memperhatikan outlet
ini. Selain itu banyak perusahaan hanya berpikir menjual produk secar
local padahal produknya berpotensi bagus kalau dijual untuk skala
nasional, atau perusahaan hanya berpikir menjual produk di dalam negeri
saja padahal produk itu cocok untuk diekspor ke luar negeri. Jadi,

sebenarnya banyak cara bagi perusahaan untuk mengetahui kemanakah


produk mereka dapat dijual.
D. RISIKO PADA ASPEK PRODUKSI/OPERASI
Di dalam proses produksi/operasi produk barang dan jasa cukup banyak
risiko yang perlu diantisipasi. Risiko-risiko tersebut antara lain adalah
mengenai:
Masalah pemasok. Risiko terjadi apabila perusahaan menggunakan
pemasok yang ternyata tidak memenuhi komitmen yang sudah mereka
buat, misalnya komponen-komponen yang dibutuhkan ternyata
terlambat dikirim ataupun rusak.
Kerusakan kualitas. Risiko karena penarikan kembali barang-barang
yang ditawarkan di pasar yang disebabkan oleh dua hal. Pertama,
karena kualitas dan kuantitas barang yang tidak sesuai, misalnya ada
barang yang hilang dan mutu produk yang rendah. Kedua, karena
barang yang ditawarkan di pasar adalah produk-produk yang tidak
aman dikonsumsi.
Berkurangnya daya saing. Risiko karena berkurangnya daya saing
produk dengan produk sejenis di pasar, misalnya karena desain yang
dibuat dengan teknologi yang sudah tertinggal.
Penjelasan dari ketiga masalah di atas dipaparkan berikut ini.
1. Masalah Pemasok
Kita
sering
mendengar
para
pemasok
ingkar
janji
untuk
mengirimkanbarang pada waktunya yang telah ditentukan dengan
berbagai macam alas an. Salah satu alasannya adalah pemasok ingin
melakukan efisiensi biaya pengiriman barang dengan cara mencoba
mengirimkan barang secara serentak kepada perusahaan-perusahaan
yang memesan produk mereka disesuaikan dengan area di mana
perusahaan-perusahaan tersebut berada. Masalah lain adalah tentang
harga-harga bahan baku yang membumbung tinggi karena terjadinya
musibah kebakaran atau terjadinya masalah dalam proses produksi oleh
pemasok sehingga barang-barang yang dipesan tidak lancar, misalnya
terjadi ketidaksesuaian antara jumlah barang dan waktu pengiriman yang
disepakati dengan realisasinya. Akibatnya, persediaan barang di gudang
perusahaan menjadi terganggu. Masalah perusahaan akan lebih
kopmpleks jika pemasok yang menjdai partner usaha perusahaan dukup
banyak. Untuk memperkecil persoalan ini, mencari pemasok yang
berkualifikasi tinggi sudah tentu banyak manfaatnya. Di masa sekarang

ini, pola partnership antara perusahaan dan para pemasok lebih banyak
dipakai. Dengan terciptanya hubungan yang lebih dekat dengan pemasok,
berarti kualitas barang yang dipasok dapat meningkat serta masalahmasalah pengiriman barang pun dapat dikurangi.
Efisiensi persediaan barang di gudang dapat dilakukan dengan
menggunakn prinsip Just In Time (JIT). Prinsip ini bertujuan untuk
mengurangi bertambahnya gudang-gudang karena bertambahnya stock
barang ehingga dapat memperkecil risiko terhadap barang maupun biaya
yang diakibatkannya. Akan tetapi, bagaimanapun bagusnya suatu ide,
ternyata ada kelemahan-kelemahannya, antar lain:
Kemacetan lalulintas akan berakibat pada gagalnya pasokan barang
sesuai dengan waktu yang trelah ditentukan sehingga proses produksi
menjadi rawan dan berisiko tinggi untuk gagal.
Meningkatnya frekuensi transportasi dsri pemasok ke perusahaan sudah
tentu meningkatkan polusi.
Jika pesanan dikurangi maka akan timbul masalah pada sisi pemasok
yaitu biaya persediaan barang dipemasok.
Selain JIT, ada yang disebut Electronic Data Interchange (EDI). EDI
adalah suatu metode yang berguan untuk memberikan pesan-pesan
kepada para pemasok melalui jaringan computer. Siste EDI yang canggih
dapat menilai proses produksi di pabrik pemasok tanpa banyak
melibatkan unsur manusia. Dengan memperceopat komunikasi antara
konsumen dan pemasok dan dengan menghimdari risiko hilangnya kertaskertas kerja, maka konsumen dapat mengurangi risiko-risikonya. EDI juga
dapat digunakan secara proaktif d=sebagai alat pemasaran oleh pemasok
agar produknya dapat diterima oleh pelanggan.

2. Kerusakan Kualiatas Produk


Produsen harus sadar bahwa akan muncul resiko yang disebabkan oleh
barang-barangnya. Jadi ia harus sanggup mengidentifikasikan produkproduk yang rusak atau yang tidak aman dan juga sanggup untuk menarik
kembali barang-barang tersebut dari pasar jika diperlukan. Agar risiko ini
dapan ditekan secara maksimal maka ia harus senantiasa melakukan halhal berikut ini.
Mengevaluasi para pemasok,
Memeriksa proses produksi,
Menindaklanjuti keluhan-keluhan pelanggan,

Jika perlu membuat batch member terhadap barang-barang agar


dapat diindetifikasikan, dan
Tetap menginformasikan gal-hal penting untuk distributor mereka.
Untuk melakukan hal-hal di atas diperlukan pengukuranpengukuran yang jelas. Namun, tidak ada alat ukur yang sedemikian
lengkap. Dengan demikian, informasi dan komunikasi antara produsen,
distributor, dan konsumen hendaknya terjalin dengan baik. Produsen
hendaknya mau memberikan informasi kepada konsumennya sehingga
dapan mengevaluasi risiko dari barang tersebut. Ada kalanya produsen
melakukan pelanggaran hokum dalam memproduksi dan menjual
produknya di pasar. Pihak yang berwenang dalam mengusut masalah ini
dapat mengeluarkan suatu peringatan agar perusahaan tidak
memproduksi dan menjual produk yang di maksud dan memberi hukuman
denda atau penahanan berdasarkan aturan yang berlaku.
3. Berkurangnya Daya Saing
Hendaknya perusahaan memproduksi barang atau jasa yang aman agar
terhindar dari risiko ditiggalkan oleh pasar potensialnya. Barang atau jasa
yang aman pun jika tidak diminati konsumen, sulit didapat di pasar,
kualitas barang dianggap rendah, desain produk tidak sesuai selera akan
melemahnya daya saing produk di pasar. Oleh karenanya, manajemen
harus selalu meneliti kinerja perusahaan baik dari aspek SDM, produksi,
pemasaran, dan keuangan. Salah satu sistem yang dapat digunakan
dalam rangka pengendalian kualitas produk dalam Sistem Manajemen
Kualitas. Usaha-usaha meminimalkan risiko produk hendaknya perlu
dilandasi dengan pengertian atau pemahaman bagian utama sistem
produksi pada intinya, keberhasilan barang di pasar sampai dikonsumsi
oleh konsumenya tergantung berapa besar permintaan pasar akan produk
tersebut yang adapat diukur dari kepuasan konsumen. Kepuasan
konsumen adalah hasil dari kualitas produk melalui fungsi dan bentuknya.
Kualitas ditentukan oleh cara pemprosesan yang terkontrol. Proses
tersebut melibatkan banyak variable. Proses disusun ke dalam fungsi
pemasaran, rancangan, dan pembelian di mana fungsi-fungsi ini
hendaknya dapat bekerja sama dengan baik.

E. RISIKO PADA ASPEK SISTEM INFORMASI

Walaupun aspek sistem informasi tidak dibahas khusus dalam studi


kelayakan bisnin, hendaknya perlu dipahami bahwa sistem informasi akan
tetap dalam aspek-aspek yang lain. Oleh karena itu kiranya perlu
pembahasan mengenai risiko yang mungkin muncul. Kini, sistem
informasi sulit dilepaskan dari komputerisasi. Pada bagian ini dipaparkan
risiko yang berkaitan dengan penggunaan computer. Hal-hal yang akan di
paparkan adalah:

Berapa nilai data di dalam Komputer.


Risiko Komputerisasi.
Minimalisiasi Risiko Komputerisasi.
Menetapkan Kebijakan Komputerisasi.

Penjelasannya dipaparkan berikut ini.


1. Berapa Nilai Data Anda di Komputer.
Data dapat hilang sebagai akibat dari kesalahan operator, virus,
kerusakan hardware atau software, daya listrik , maupun akibat
vandalism. Ini semuanya sudah tentu merugikan perusahaan. Perusahaan
harus menaksir nilai data komputernya dan dapak apa yang aka nada
pada bisnis jika Komputer yang ada ternyata tidak dapat digunakan.
Perusahaan harus menyadari bagaimana kini perusahaan sangat
tergantung pada komputer mereka sehingga perlu diambil tindakan untuk
melindunginya dengan pengendalian yang baik.
2. Risiko Komputerisasi
Pada bagian ini dijelaskan lima risiko utama komputer yang dapat
menyebabkan bayak masalah, yaitu:
Pencurian komputer. Kehilangan perangkat keras komputer sudah
tentu membuat pengolahan data tidak dilaksanakan. Demikian
pula dengan kehilangan data. Perusahaan akan kehilangan data
apa saja yang dibutuhkan, seperti perusahaan tidak tahu lagi
siapa yang berutang uang padanya, atau pesan-pesanan apa
saja yang telah diterima, atau produk-produk apa yang
diharapkan untuk dibuat.
Pemakai yang tidak diizinkan mengakses koputer. Hal ini dapan
dicontohkan berikut ini. Seorang karyawan mungkin mencoba
mengakses data rahasia baik karena keingintahuan atau karena
kejahatannya. Seorang hacker bias juga mencoba mengutak-atik
computer perusahaan yang menimbulkan kerugian seperti

terbongkarnya data yang seharusnya bersifat rahasia atau data


yang menjadi kacau.
Penggunaan disket yang tidak diperiksa. Virus yang terdapat dari
disket atau media lain dapat ter-copy kedalam komputer
sehingga menginfeksi komputer perusahaan.
Kerusakan perangkat keras atau perangkat lunak. Survei
menunjukkan bahwa komputer sering mengalami kesalahan,
terutama pada saat install.
Kesalahan pemakai. Karyawan sering menghapus file secara
tidak sengaja atau menghilangkan data karena cara
penghapusan data komputer yang salah.
3. Minimalisasi Risiko Komputerisasi
Risiko pemakaian komputerisasi hendaknya diperkecil. Hal-hal ini
dapat ditinjau dari aspek hardware, software, dan braiware.
Perusahaan hendaknya memiliki asuransi di mana biayanya
dimasukkan sebagai bagian dari biaya-biaya sistem IT-nya. Mereka
juga perlu mengembangkan keahlian para karyawannya dalam
manajemen data atau kemampuan untuk membenahi data yang
rusak /hilang serta melatih karyawan untuk menghindari masalah .
secara sederhana karywan diajari bagaimana meng-copy file, cara
keluar dari program dengan melakukan prosedurnya dan diberitahu
risiko jika meninggalkan komputer pada saat mereka bekerja, dan
lain-lain. Perusahaan seharusnya mempunyai copu data yang lain
dilakukan secara rutin dan otomatis. Seluruh file harus di-copy
secata otomatis, buat salinanya pada tiap akhir jam kerja pada
media yang terpisah, sehingga kerusakan dari harddrive atau main
frame tidak akan mempengaruhi data.
4. Menetapkan Kebijakan
Hendaknya manajemen perusahaan mempunyai kebijakan yang
jelas terhadap sistem komputersasi mereka. Kebijakan tersebut
mencakup:

Garis tanggung jawab terhadap sistem IT.


Penjagaan data dan sistem back up.
Penggunaan disket yang benar, dan
Akses terhadap data

Kebijakan ini harus didukung oleh prosedur tertulis, terutama


yang perlu lebih spesifik adalah dalam hal produksi data. Untuk
memastikan bawha prosedur-prosedurnya dilaksanakan perlu
dilakukan pemeriksaan secara teratur.

IBM percaya bahwa banyak perusahaan tidak memberikan


perhatian yang cukup terhadap perencanaan untuk hal-hal yang tek
terduga
terhadap
komputer-komputernya.
Penelitian
ini
memperlihatkan bahwa empat dari lima perusahaan tidak memiliki
rencana itu. Dari perusahaan yang memiliki, hanya 75% yang
mempunyai rencana tertulis, tetapi seluruh perusahaan sadar akan
pentingnya rencana itu. Seharusnya perusahaan berasumsi bahwa
sistem komputer suatu saat akan rusak, program-programnya
menjadi salah, datanya hilang, atau komputernya dicuri. Dengan
kondisi seperti itu bagaimana dampaknya bagi perusahaan?

ANTISIPASI RISIKO VALUTA ASING


Salah satu aspek krisis yang terkait dengan krisis ekonomiadalah krisis
meneter. Krisis moneter sulit dilepaskan dengan masalah valuta asing.
Transaksi valuta asing (valas) merupakan suatu pertukaran satu mata
uang dengan mata uang lain. Misalnya dalam rangka perdagangan skala
internasional yang melibatkan satu negara dengan negara lain. Jenis
transaksi ini ada dua macam, yang pertama yaitu transaksi spot yang
basanya dapat diselesaikan dalam 1-2 hari kerja (diluar hari libur) seperti
transaksi secara cash atau secara tom (selesai pada esok hari
tomorrow). Yang kedua adalah transaksi farward.
Contoh transaksi spot misalnya adalah: pada tanggal 1 September
1998, seorang pengusaha yang membutuhkan uang dalam mata uang
dollar Amerika sebesar US$ 10.000,- dating ke money changer. Disana
diketahui bahwa selling spot rate untuk dollar Amerika adalah Rp. 11.300,per 1 US$. Jika pengusaha sepakat dengan nilai tukar ini, maka ia dapat
menyerahkan uang dalam bentuk rupiah sebesar Rp. 113.000.000,- dan
akan menerima uang sebesar US$ 10.000,- paling lambat 2 hari
kemudian.
Jenis transaksi yang ke dua adalah transaksi forward yang diselesaikan
pada suatu tanggal tertentu di masa dating yang biasanya berjangka
waktu antara 2 minggu sampai 1 tahun. Dalam transaksi forward ini, akan
muncul risiko jika nilai valas mengalami penurunan, untuk menghindari
risiko ini perlu adanya kontrak forward. Agar transaksi valuta asing dapat
terlaksana dengan lebih efektif dan efesien sudah tentu transaksi harus
dilaksanakan di pasar valas dengan para pemainnya antara lain indivisu,
institusi, perbankan, bank sentral, lembaga lain yang mewakili
pemerintah, spekulan, arbitraser, dan pialang-pialang valas,
Contoh transaksi forward: Pengusaha Indonesia memerlukan dana
untuk membayar kontrak pemnelian bahan baku dari Amerika sebesar
US$ 1.000.000,- dalam jangka waktu 3 bulan. Spot rate pada saat itu

sebesar Rp. 11.500,- per satu US$. Olelh karena nilai tukar dapat
berfluktuasi dan diperkirakan pada tiga bulan mendatang nilai rupiah akan
melemah terhadap US$ maka perusahaan melakukan transaksi kontrak
forward dengan bank, misalkan dihasilkan perjanjian bahwa nilai kurs
Rp.12.500,- per satu US$ selama kurun waktu 3 bulan.
Mengendalikan risiko valas adalah terutama pada bagaimana
memperoleh dana dan bagaimana dana itu dialokasikan dalam investasi.
Dana dalam bentu mata uang mendominasi dalam investasi ini nilainya
dapat berfluktuasi. Ini bias menguntukan atau merugikan perusahaan
dalam hal, misalnya, naik atau turunya nilai penjualan dan meningkat
atau menurunya baiya. Perubahan kurs valas ini dapat dilihat dari tga sisi,
yaitu:

1. Eksposur Transaksi, untuk mengetahui seberapa jauh fluktuasi kurs


akan mengganggu aliran kas perusahaan di masa dating.
2. Eksposur Akutansi, untuk mengetahui seberapa jauh fluktuasi kurs
valas mempengaruhi laporan keuangan konsolidasi dan neraca
perusahaan, misalnya pada saat laporan keuangan perusahaan
cabang dikonsolidasikan pada suatu mata uang yang kursnya
berbeda dengan kurs saat terjadi transaksi.
3. Eksposur Ekonomi, untuk mengetahui seberapa jauh nilai perusahaan
akan berubah bila kurs valas berubah kea rah yang tidak diharapkan.
Jadi jelas bahwa transaksi dengan pengguna valuta asing selain
memiliki peluang yang menguntungkan juga mengandung risiko.
Untuk menghindari risiko ini hendaknya sebelum mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak risiko perlu analisis yang
cukup mendalam.
1. Pencipta Kurs. Pada umumnya dikenal tiga macam sistem penetapan
kurs valas. Penjelasan dari macam-macam penetapan kurs itu
dipaparkan berikut ini.
a. Sistem Kurs Tetap ( Fixet Excbange Rate). Tujuan utamanya
adalah agar nilai tukar uang terjamin kepastiannya untuk kegiatan
perdagangan, investasi atau bisnis lainnya dalam skala
internasional. Sistem ini menyatakan bahwa setiap mata uang
anggota IMF harus dikaitkan dan dapat ditukar dengan emas
dengan nilai tertentu. Contohnya 1 US$ = 928,3496)/35 gram emas
atau 1 troy once emas = US$ 35,-. Demikian pula dengan mata
uang utama lain. Untuk mata uang yang bukan utama, misalnya

Rupiah, umumnya diakitkan dengan mata uang utama, tapi pada


prinsipnya sama saja. Sistem ini sejak tahun 1971 tidak berlaku lagi.
b. Sistem Kurs Mengambang (floating Excbange Rate). Sistem
ini menyatakan bahwa nilai tukar suatu mata uang atau valas
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valas.
Apabila nilai tukar ini terjadi tanpa campur tangan pemerintah,
maka sistem ini disebut clean float atau freely float atau sistem kurs
mengambang murni. Jika sebaliknya, yaitu pemerintah turut campur
tangan, maka sisitem ini disebut dirty float atau managed float atau
sistem kurs mengambang terkendali.
c. Pegged Excbange Rate System. Sistem nilai tukar ini dilakukan
dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan mata
uang negara lainnya atau sejumlah mata uang tertentu. Sebagai
contoh, beberapa negara Eropa menjalankan juga pagged system
seperti apa yang dikenal dengan European Monitary System dimana
setiap mata uang anggota EEC dikaitkan dengan European
Currnency Unit (ECU) yang dapat berfluktuasi hanya dalam batas
2,25% dari kurs tengah. Penetapan-penetapan kurs di atas tidak
terlepas dari kenyataan saat ini bahwa telah terjadi aliran vals yang
besar dan cepat dari suatu tempat di suatu negara dengan tempat
di negara lain yang mengakibatkan perbedaan kurs valas di tempattempat tersebut, perbedaan ini dapat terjadi oleh banyak factor
serti: penawaran dan permintaan foreign currency, posisi neraca
pembayaran internasional (balance of payment), tingkat inflasi,
tingkat bunga, pertumbuhan tingkat pendapatan, pengawasan
pemerintah seperti kebijakan fiscal dan moneter serta spekulasi.
2. Risiko Utang. Pinjaman atau utang oleh pihak-pihak swasta Indonesia
kepada investor asing yang sampai kwartal pertama tahun 1998 hampir
mendekati angka 69 milyar dolar Amerika membuat mereka tidak
mampu membayar utang mereka yang jatuh tempo sehingga mereka
meminta penangguhan atas pengembalian utang. Akibat dari ketidak
mampuan membayar, sudah tentu berdampak pula kepada pihak
peminjam. Salah satu sebab mengapa mereka tidak mampu membayar
kembali utang-utang mereka yang jatuh tempo adalah karena kurs
Rupiah terhadap dolar Amerika telah turun tajam dari sekitar Rp.
2.600,-/US$ 1,- kesekitar Rp. 10.000,-/US$ 1,-. Jadi nilai rupiah terhadap
dolar Amerika turun tinggal sekitar 25%.
Dari ilustrasi di atas kiranya pembaca dapat memahami bahwa
pinjaman internasional memiliki kompleksitas yang besar sehingga
memiliki risiko yang besar pula untuk terjadinya kemacetan dalam
membayar utang. Risiko ini dapat terjadi karena adanya risiko komersial

yang lebih berkaitan dengan gagalnya pembayaran utang oleh karena


alasan bisnis di dalam negri pengutang dan risiko negara yang lebih
berkaitan dengan politik dan perubahan kurs valas yang tidak
diharapkan di dalam negeri pengutang.
Jika perusahaan transnasional menerbitkan utang yang didominasi
dalam valas, biaya efektifnya sama dengan baiaya pembayar bunga
dan pokok pinjaman setelah pajak yang dinyatakan dalam mata uang
negara asal. Ini termasuk biaya bunga dan pokok pinjaman dalam valas
yang disesuaikan dengan keuntungan/kerugian akibat fluktuasi valas.
Sebagai contoh, perusahaan transnasional di Amerika meminjam
Deutsche Mark selama 1 tahun dengan bunga 6% di mana dalam satu
tahun itu DM mengalami apresiasi sebesar 8% terhadap dolar, maka
biaya utang sebelum pajak dapat dihitung dengan rumus:
Kd = I x

ai

+ ap

Atau
Kd =

{( pi x a i ) p }

x 100

Di mana:
Kd
I
ai
ap
pi
P

= biaya utang
= suku bunga pinjaman valas
= tambahan bunga karena pinjeman kurs
= tambahan pokok pinjaman karena perubahan kurs
= pokok pinjaman dan bunga
= pokok pinjaman

Jadi hasil hitungannya adalah :


kd = 6% x 1,08 + 8% = 14,48%
Atau
kd =

{ ( 1,6 x 1,08 ) 1,00 } x 100 = 14,48%

tampak bahwa telah terjadi tambahan biaya sebesar 8,48% yaitu dari
pengurangan 14,48%-6% merupakan kerugian transaksi valas, oleh
karenanya perlu dimasukkan dalam perhitungan pajak. Bagi
perusahaan yang sudah go internasional, pasar swap dapat digunakan
untuk membiayai investasi internasionalnya karena dengan pasar ini
pengendalian terhadap risiko suku bunga dan fluktuasi valas dapat
ditingkatkan. Pasar swap ada tiga jenis, yaitu:

a. Interest Rate Swaps, merupakan pembayaran suku bunga dalam


US$, misalnya selama jatuh tempo waktu tertentu pada suatu
jumlah angsuran pokok pinjaman yang disepakati baik dalam bentuk
coupon swaps maupun basic swaps.
b. Currency Swaps, yaitu mata uang asing yang dipinjam pada suku
bunga tetap (fixed rate) di mana ia akan menerima mata uang asing
tersebut sebagai ganti mata uang asing lain baik dengan suku
bunga tetap ataupun dengan suku bunga mengambang sehingga
risiko suku bunga dan valas menjadi hilang.
Dalam currency swaps selalu ada pertukaran jumlah pokok
pinjaman pada saat jatuh tempo pada kurs yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ia dapat bertindak seperti kontrak forward di mana
kurs forward adalah kurs spot saat ini.
c. Debt-Equity Swaps, yaitu investor dari suatu negara membeli utang
luar negri dari suatu negara lain guna memperoleh saham atau
mata uang domestic di negara tersebut.
d. Debt Peso Swaps, yaitu penduduk di negara pengutang membeli
utang luar negeri negaranya debgab potongan harga dan
mengkonversikan utang ini ke dalam mata uang domestik. Untuk
membiayai pembelian utang ini penduduk dapat menggunakan
dana dari luar negeri atau devisa hasil pendagangan internasional
mereka atau dari pasar valas.

Anda mungkin juga menyukai