Anda di halaman 1dari 9

A.

Prosedur
Resusitasi jantung paru otak dibagi menjadi 3 fase diantaranya
(Sunatrio, 1993) :
1. FASE I : Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support) yaitu
prosedur pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas, henti
nafas dan henti jantung, dan bagaimana melakukan RJP secara
benar. Terdiri dari :
A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka.
B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.
C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi
jantung paru.
2. FASE II : Tunjangan hidup lanjutan (Advance Life Support); yaitu
tunjangan hidup dasar ditambah dengan :
D (drugs) : pemberian obat-obatan termasuk cairan.
E (EKG) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin setelah
dimulai KJL, untuk mengetahui apakah ada fibrilasi ventrikel,
asistole atau agonal ventricular complexes.
F (fibrillation treatment) : tindakan untuk mengatasi fibrilasi
ventrikel.
3. FASE III : Tunjangan hidup terus-menerus (Prolonged Life
Support).
G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring
penderita secara terus menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan
kemudian mengobatinya.
H (Head) : tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan
sistim saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti
jantung, sehingga dapat dicegah terjadinya kelainan neurologic
yang permanen.
H (Hipotermi) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan fungsi
susunan saraf pusat yaitu pada suhu antara 30 32C.
H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong
adalah manusia yang mempunyai perasaan, karena itu semua
tindakan hendaknya berdasarkan perikemanusiaan.
I (Intensive care) : perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan
ventilasi : trakheostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde

lambung, pengukuran pH, pCO2 bila diperlukan, dan tunjangan


sirkulasi, mengendalikan kejang.
B. Algoritma
Pada dasarnya resusitasi jantung paru terdiri dari 2 elemen:
kompresi dada dan mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) napas buatan
(Mansjoer, 2009).
Sebelum menolong korban, hendaklah menilai keadaan lingkungan
terlebih dahulu:

Apakah korban dalam keadaan sadar?


Apakah korban tampak mulai tidak sadar, tepuk atau goyangkan
bahu korban dan bertanya dengan suara keras Apakah Anda

baik-baik saja?
Apabila korban tidak berespon, mintalah bantuan untuk
menghubungi rumah sakit terdekat, dan mulailah RJP.

1. Bantuan Hidup Dasar


Merupakan prosedur pertolongan darurat tentang henti jantung dan
henti napas serta bagaimana melakukan RJP yang benar sampai ada
bantuan datang (Sunatrio, 1993). Caranya ialah:
a. Airway (Jalan Napas)
Posisikan korban dalam keadaan terlentang pada alas yang keras
(ubin), bila diatas kasur selipkan papan (Latief, 2007). Periksa
jalan napas korban sebagai berikut :
- membuka mulut korban
- masukkan 2 jari (jaritelunjuk dan jari tengah)

lihat apakah ada benda asing, darah, (bersihkan)


Pada korban tidak sadar, tonus otot menghilang, sehingga
lidah akan menyumbat laring. Lidah dan epiglottis
penyebab utama tersumbatnya jalan napas pada pasien
tidak sadar. Lidah yang jatuh kebelakang (drop), menutupi
jalan napas (Agarwal & Jadon 2008).

Letakkan tangan penolong diatas kening korban dan


tangan yang lain didagu korban , tengadahkan/dongakkan
kepala korban (Head tilt - chin lift) (Sunatrio, 1993).

Jika kita mencurigai adanya patah atau fraktur tulang


leher/servikal, maka pakai cara jaw trust, lalu buka

jalan napas.
b. Breathing (Pernapasan)
Untuk menilai pernapasan korban dilakukan 3 cara:

Look: lihat gerakan dada apakah mengembang atau tidak.


Listen: dengarkan suara napas korban ada atau tidak
Feel: rasakan hembusan napas korban pada mulut/hidung
ada atau tidak.

Jika tidak ada maka dapat dilakukan napas buatan mulut ke mulut
atau mulut ke sungkup, atau mulut ke hidung atau mulut ke
lubang trakheostomi sebanyak 2 kali (Agarwal & Jadon 2008).

Saat memberi napas buatan, pastika dada korban mengembang


yang menandakan bahwa bantuan napas adekuat.
c. Circulation (Sirkulasi buatan)
Nilai sirkulasi darah korban dengan menilai denyut arteri besar
(arteri karotis, arteri femoralis).
- Apabila terdapat denyut nadi maka berikan pernapasan

buatan 2 kali.
Apabila tidak terdapat denyut nadi maka lakukan
kompresi dada sebanyak 30 kali (AHA, 2005).

Posisi kompresi dada, dimulai dari melokasi proc. Xyphoideus,


dan tarik garis ke cranial 2 jari diatas proc. Xyphoideus, dan
lakukan kompresi pada tempat tersebut (AHA, 2005).

Kemudian berikan 2 kali napas buatan dan teruskan kompresi


dada sebanyak 30 kali. Ulangi siklus ini sebanyak 5 kali (AHA,
2005).
Kemudian cek nadi dan napas korban, apabila:
- Tidak ada napas dan tidak ada nadi : teruskan RJP sampai

bantuan datang
Terdapat nadi tetapi tidak ada napas: mulai lakukan

pernapasan buatan
Terdapat nadi dan napas: korban membaik.

Algoritma RJPO 2005

(AHA, 2005)
Algoritma RJPO 2015

(AHA, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal P.S.& Jadon A., 2008. Cardiopulmonary Resuscitation. TATA Motors


Hospital. Jamshedpur. India.
American Heart Association. 2005. Part 4 Adult Basic Life Suppot in Circulation
Jurnal.
American Heart Association. 2015. Pembaharuan Pedoman American Heart
Association 2015 untuk CPR dan ECC.
Latief S.A., 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mansjoer A. 2009. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia, Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta:Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai