Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Farmakologi

Farmakodinamik Obat-Obat Otonom


FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANA
Kampus II Ukrida Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

BLOK 18

Pendahuluan
Pada praktikum ini mahasiswa akan mengamati efek berbagai obat yang bekerja melalui saraf
otonom, baik itu simpatis maupun parasimpatis. Golongan obat otonom banyak digunakan
sehari-hari untuk menanggulangi berbagai macam penyakit, oleh karena itu pemahaman
mendasar mengenai farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontra indikasi, efek
samping, dan interaksinya merupakan bekal yang sangat berharga bagi para mahasiswa,
terlebih lagi karna dalam praktikum ini dapat mengamati sendiri efek apa yang ditimbulkan
oleh berbagai macam obatt otonom pada orang percobaan.
Praktikum pada orang percobaan akan dilakukan dengan desain tersamar ganda-plasebo
kontrol dimana baik instruktur, orang percobaan dan pengamat yang melakukan observasi
tidak mengetahui obat apa yang diminum orang percobaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak
ada faktor subyektif dan efek plasebo reaktor, sehingga hasil percobaan lebih obyektif dan
akurat mengggambakan efek farmakodinamik obat otonom.
Perlu diperhatikan eek obat otonom memperlihatkan variasi intensitas efek yang besar dan
dipengaruhi keadaan tonus saraf otonom seseorang pada keadaan tertentu. Misalnya,
propanolol tidak akan memperlihatkan efek nyata pada orang yang sedang beristirahat, maka
untuk melihat efek farmakodinamiknya pada sistem kardiovaskular, orang percobaan perlu
melakukan latihan fisik seperti berlari di tempat untuk merangsang kerja jantung. Selain itu
juga efek peningkatan tekanan darah sistolik dan timbulnya takikardi akubat pemberian
efedrin yang akan bervariasi pada tiap individu.

Dasar Teori
Obat-obat otonom adalah obat yang dapat memengaruhi penerusan impuls dalam SSO
dengan

jalan

mengganggu

sintesa,

penimbunan,

pembebasan,atau

penguraian

neurotransmitter atau memengaruhi kerjanya atas resptor khusus. Akibatnya adalah


dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ, jantung dan kelenjar. Ada 2 macam golongan
obat otonomik yakni, Golongan simpatomimetik (merangsang) yang kerjanya mirip dengan

saraf

simpatis,

dan

Golongan

simpatolitik

(menghambat)

untuk

simpatis

dan

parasimpatolitik. Menurut khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:


1. Zat-zat yang bekerja terhadap SO, yakni:
a. Simpatomimetika (adrenergika), yang meniru efek dan perangsangan SO oleh misalnya
noradrenalin, efedrin, isoprenalin, dan amfetamin.
b. Simpatolitika (adrenolitika), yang menekan saraf simpatis atau melawan efek
adrenergika. umpamanya alkaloida sekale dan propanolol.
2. Zat-zat yang bekerja terhadap SP, yakni:
a. Parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang dilayani
saraf parasimpatis dan meniru efek perangsangan oleh asetilkolin, misalnya pilokarpin
dan fisostigmin.
b. Parasimpatikolitika (antikolinergika) justru melawan efek-efek kilonergika, misalnya
alkaloida, belladona dan propantelin.
3. Zat-zat perintang ganglion
Yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion simpatis dan parasimpatis.
Efek perintangan ini dampaknya luas, antara lain vasodilatasi karena blokade susunan
simpatis, sehingga dipergunakan pada hipertensi tertentu. Sebagai obat hipertensi zatzat ini umumnya tidak digunakan lagi berhubungan efek sampingnya yang
menyebabkan blokade pula dari SP (gangguan penglihatan, obstipasi dan
berkurangnya sekresi berbagai kelenjar).

Sasaran belajar
1. Mampu mengenal efek farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontra indikasi,
dan efek samping berbagai obat otonom.
2. Mampu menjelaskan arti percobaan tersamar ganda-plasebo kontrol
3. Mampu melakukan dan mengamati efek farmakodinamik obat otonomm pada orang
percobaan dengan kerjasama kelompok yang baik.
4. Mampu menginformasikan hal-hal yang perlu diketahui pasien sebelum menggunakan
obat otonom.

Alat-alat yang diperlukan


Alat :
-

Tensimeter, stetoskop, penggaris, gelas ukur, gelas beker, metronom

Obat-obat yang diperlukan:


-

Ekstrak belladona 30mg

Efedrin 25mg

Propanolol 20mg

Plasebo

Persiapan
1. Pilihlah tiap kelompok 2 orang oercobaan yang tidak mempunyai riwayat asma
bronchial, tukak lambung, gangguan ritme jantung, dan hipertensi karena menjadi
kontraindikasi beberapa obat otonom.
2. Orang percobaan harus puasa 4 jam sebelum percobaan dimulai, agar absorpsi obat
berlangsung dengan baik.
3. Hewan coba: 4 ekor marmot.
4. Alat yang dipakai: Tensimeter, stetoskop, penggaris, gelas ukur, gelas beker,
metronom
5. Obat-obat yang diperlukan:
-

Ekstrak belladona 30mg

Efedrin 25mg

Propanolol 20mg

Plasebo
Obat-obat otonom dan placebo diatas dikemas dalam kapsul yang sama bentuk,
besar, dan warnanya.

Tatalaksana
1. Lakukanlah pengukuran tanda vital: tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas
dan ukuran lebar pupul (usahakan dalam cahaya konstan), pada orang percobaan
yang berbaring di atas meja laboratorium. Tiap kelompok terdiri 2 orang
mahasiswa sebagai orang percobaan dan lainnya bertindak sebagai pengamat.
2. Lakukan 2 kali dengan interval 5 menit dan cari nilai rata-ratanya sebagai
parameter dasar.
3. Ukur produksi saliva yang dirangsang dengan mengunyah permen karet sellama
lima menit dan ditampung dalam gelas beker, lalu diukur degnan menggunakan
gelas ukur. Catat sebagai parameter dasar. Permen karet dikunyah dan liur boleh
ditelan sampai habis rasa manisnya, baru kemudian hasil liur kunyahan berikutnya
yang ditampung selama lima menit. Cucilah gelas beker dan gelas ukur tiap
selesai penampungan liur.
4. Bila hasil tampungan liur banyak busanya, tambahkan 1 ml alkohol 70% atau
hingga busa berkurang dan permukaan air liur lebih mudah diukur. Dalam
perhitungan jangan lupa mengurangi angka yang terukur dengan banyaknya
alkohol yang dipakai.
5. Dengan manset tensimeter tetap terikat pada lengan atas (untuk mempermudah
dan mempercepat pengukuran), OP diminta untuk berlari di tempat sesuai bunyi
metronom selama 2 menit (dengan kecepatan 120 kali angkat kaki/menit; 60 kali
kaki kanan, 60 kali kaki kiri). Kaki diangkat cukup tinggi, 30 cm dari lantai,
sehingga latihan fisik meningkatkan sistolik sampai 30mmHg daan denyut nadi
30-50 kali/ menit.
6. Setelah berlari selama 2 menit segera ukur tanda-tanda vital dalam keadaan
berbarring sebagai parameter latihan fisik.
7. Mintalah obat pada instruktur, dan tiap O.P. meminum obatnya setelah pencatatan
kode obat oleh kawannya.
8. Sambil OP berbaring, catat kembali tanda tanda vital pada menit 20, 40, dan 80.

9. Pada menit 80 OP diminta melakukan latihan fisik yang sama dan segera ukur
tanda-tanda vital.
10. Berdasarkan hasil observasi anda, diskusikan dan tentukan obat apa yang
diminum teman anda tadi, dan cocokkan dengan instruktur yang memegang kode
obat tadi. Bila anda melakukan tata laksana dengan baik, maka 'tebakan' obat yang
diminum kawan anda sama dengan yang tertera di kodenya.
Bandingkan dengan data dari kelompok lain dan amati juga gejala yang mungkin timbul
dalam 24 jam berikutnya.

HASIL PENGAMATAN

PADA ORANG PERCOBAAN (OP)


OP A: Viboy

N
o

Kode obat 33
Sebelum

Sesudah Minum Obat

Minum Obat

Tanda-tanda Vital

Menit 0

Menit 20

Menit 40

Menit 80

1.

Tekanan darah

120/80 mmHg

100/60 mmHg

110/70 mmHg

90/60 mmHg

2.

Nadi

77 kali/menit

100 kali/menit

88 kali/menit

80 kali/menit

3.

Nafas

18 kali/menit

23 kali/menit

20 kali/menit

20 kali/menit

4.

Lebar pupil

0,3 cm

0,7 cm

0,4 cm

0,5 cm

Saliva

6 ml

3 ml

2 ml

3 ml

Setelah lari
1

Nadi

105 kali/menit

112 kali/menit

Tekanan darah

140/100 mmHg

150/70 mmHg

Frekuensi napas

Jenis obat (tebakan)


Jenis
(sebenarnya)

obat

Ekstrak belladona
Propanolol

OP B: Rence

N
o

kode obat 103


Sebelum

Tanda-tanda Vital

Sesudah Minum Obat

Minum Obat
Menit 0

Menit 20

Menit 40

Menit 80

1.

Tekanan darah

130/90 mmHg

130/90 mmHg

130/90 mmHg 130/90 mmHg

2.

Nadi

78 kali/menit

113 kali/menit

100 kali/menit 74 kali/menit

3.

Nafas

26 kali/menit

29 kali/menit

29 kali/menit

28 kali/menit

4.

Lebar pupil

0,6 cm

0,5 cm

0,5 cm

0,6 cm

Saliva

10ml

12ml

15ml

20ml

Setelah lari
1

Nadi

125 kali/menit

102 kali/menit

Tekanan darah

145/75 mmHg

160/90 mmHg

Frekuensi napas

38 kali/menit

37 kali/menit

Jenis obat (tebakan)

Plasebo

Jenis
(sebenarnya)

Efedrin

obat

II. Obat yang diberikan

OP A : No. 33

OP B : No. 103

III. Hipotesa dan Obat Sebenarnya


A. OP A dengan No. Obat 33. Dugaan kami adalah ekstrak belladona, sebenarnya adalah
propanolol.
B. OP B dengan No. Obat 103. Dugaan kami adalah plasebo, sebenarnya adalah efedrin.

PEMBAHASAN HASIL PERCOBAAN


Orang Percobaan A

OP A melakukan prosedur percobaan dan dilakukan pengamatan secara berkala.


Sebelum minum obat OP tidak merasakan rasa kantuk, tanda-tanda vital normal.
Setelah diberikan rangsang gerak dengan lari di tempat, tanda-tanda vital bertambah
dengan cepat.
Setelah diberikan obat pasca latihan fisik, beberapa saat kemudian, didapatkan
frekuensi nadi dan sekresi lliur yang berkurang dengan frekuensi napas bertambah. Empat
puluh menit kemudian, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital lagi dan didapatkan
frekuensi nadi dan nafas, serta produksi saliva yang sedikit lebih rendah.
Pada menit 80, sebelum latihan fisik, didapatkan frekuensi nadi dan tekanan darah
yang semakin menurun. Setelah latihan fisik didapatkan kenaikan frekuensi nadi dan tekanan
darah yang tinggi melebihi parameter saat latihan fisik pertama.
Berdasarkan data parameter tanda vital tubuh, kami menebak bahwa obat tersebut
adalah ekstrak belladona.
Obat yang sebenarnya diberikan adalah propanolol. Kesalahan MENEBAK terjadi
akibat efek samping yang ditimbulkan oleh ekstrak belladona hampi mirip seperti yang
terjadi pada OP, yaitu produksi saliva yang menurun, dan tekanan darah yang meningkat jauh
pasca latihan walaupun masih dalam pengaruh obat.
Orang percobaan B
OP B melakukan prosedur percobaan dan dilakukan pengamatan secara berkala.
Sebelum minum obat OP sudah merasakan rasa kantuk, tanda-tanda vital meningkat, dan
sedikit lapar. Setelah diberikan rangsang gerak dengan lari di tempat, tanda-tanda vital
bertambah dengan cepat.
Setelah diberikan obat pasca latihan fisik, beberapa saat kemudian, didapatkan
frekuensi nadi yang berkurang dan sekresi lliur yang bertambah. Empat puluh menit
kemudian, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital lagi dan didapatkan nadi dan nafas yang
sedikit lebih rendah dengan produksi saliva yang bertambah.
Pada menit 80, sebelum latihan fisik, didapatkan frekuensi nadi dan napas yang
semakin menurun, setara parameter dasar. Setelah latihan fisik didapatkan kenaikan frekuensi
nadi dan tekanan darah yang cukup berarti walaupun tidak setinggi parameter saat latihan
fisik pertama

Berdasarkan data parameter tanda vital tubuh, kami menebak bahwa obat tersebut
adalah plasebo.
Obat yang sebenarnya diberikan adalah efedrin. Kesalahan MENEBAK terjadi akibat
tekanan darah yang tetap konstan dengan sedikit kenaikan selama berbaring maupun setelah
latihan. Selain itu OP juga telah merasa lapar sehingga kami berpikir sekresi liur yang terus
meningkat terjadi akibat persepsi laparnya.

PEMBAHASAN OBAT
1. Propranolol
Propranolol adalah tipe beta-blocker non-selektif yang umumnya digunakan dalam
pengobatan tekanan darah tinggi. Obat ini adalah beta-blocker pertama yang sukses
dikembangkan.
Indikasi:
Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi migrain, arrhythmias,
angina

pectoris,

hipertensi,

menopause,

dan

gangguan

kecemasan.

Efek Samping:
- Efek CNS (kelelahan, depresi, pusing, kebingungan, gangguan tidur);
- Efek CV (gagal jantung, sumbatan jantung, kedinginan, impotensi pada laki-laki);
- Efek berturut-turut (bronchospasma pada pasien yang rentan & obat-obatan dengan beta1
harus digunakan secara selektif pada pasien ini); \
- Efek GI (N/V, diare, konstipasi);
- Efek metabolik (bisa memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum
kolesterol & trigliserid.
Instruksi Khusus:

Berkontra-indikasi dengan bradycardia, sebelumnya ada tingkatan AV block yang


tinggi, sindrom sakit sinus dan kegagalan LV yang tak stabil.

Gunakan dengan hati-hati pada pasien bronchopasma, asma, atau penyakit sumbatan
pernapasan. Gunakan dengan hati-hati dengan tingkatan block pertama, depresi,
pasien dengan PVD, dan pasien yangmenggunakan insulin.

Beta-blocker mungkin menutupi gejala hipertiroid & hipoglikemia dan mungkin


memperburuk psoriasis.

Pasien jangka panjang sebaiknya tidak berhenti dengan tiba-tiba, harus berhenti
secara bertahap selama 1-2 minggu.

2. Efedrin
Merupakan golongan norepinefrin degan efek farmakologi:
1. Sebagian besar mempengaruhi ketika diberi terapi yang mana
bertentangan dengan hasil yang diharapkan endrogin yang adrenergic
mengalami vasokontriksi di sekeliling neurotransmitter.
2. Peningkatan dipembuluh darah secara diastolic dan sistolik.
3. Reflek bradycardia
Indikasi norephinephrine:
1. Shock karena darah yang mengalir di ginjal terhambat
2. Pengobatan dengan dopamine lebih baik untuk pertolongan pertama.
Efedrin sendiri daya kerjanya atas SSP relative lebih kuat terhadap jantung dan bertahan
lebih lama. Selain bekerja langsung terhadap reseptor di otot polos dan jantung, juga secara
tak langsung dapat membebaskan NA dari depotnya.
Penggunaan utamanya adalah pada asma berkat efek bronchodilatasi kuat (2), sebagai
decongestivum dan midriatikum yang kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin.
Efek sampingnya pada dosis biasa sudah biasa terjadi efek sentral seperti gelisah, nyeri
kepala, cemas dan sukar tidur, sedangkan pada overdosis timbul tremor dan tachycardia,
aritmia serta debar jantung.
3. Ektrak belladona
Ektrak belladona adalah antagonis kompetitif untuk reseptor asetilkolin muscarinic . Hal ini
diklasifikasikan sebagai obat antikolinergik (parasympatholytic).

Secara umum, ekstrak belladona menurunkan aktivitas parasimpatis disemua otot dan
kelenjar. Hal ini terjadi karena ekstrak belladona merupakan antagoniskompetitif dari
reseptor muskarinik asetilkolin (asetilkolin yang utama neurotransmitter yang digunakan oleh
parasimpatis pada sistem saraf). Oleh karena itu, dapat menyebabkan kesulitan menelan dan
sekresi air liur berkurang. Obat ini juga dapat menghambat sekresi keringat melalui sistem
saraf simpatik. Hal ini dapat berguna dalam mengobati hiperhidrosis.
Indikasi:
Gangguan spastik (kejang) pada saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, saluran
empedu.
Kontraindikasi

Sakit ginjal

Saluran kemih terhambat (sulit berkemih)

Usus tersumbat, ulserativ kolitis parah, atau yang terkomplikasi denga megakolon

Glukoma

Myasthenia gravis

Efek Samping :

Reaksi alergi seperti bengkak pada wajah, lidah atau bibir, sulit bernafas, tenggorokan
terasa tercekik dan gatal-gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.

Detak jantung tak beraturan dan cepat.

Ruam pada muka atau muka kemerah-merahan.

Nyeri pada mata

PEMBAHASAN DATA KELOMPOK BESAR


Dari hasil perbandingan dengan kelompok besar, kebanyakkan kelompok salah menebak
dengan benar bahwa obat yang di konsumsi OP adalah efedrin. Hal ini mungkin dikarenakan

efek samping yang ditimbulkan hampir sama dengan ekstrak belladona, dan OP sendiri dalam
kondisi yang kurang baik sebagai obyek pengamatan efek obat.
Sedangkan OP yang mendapatkan propanolol kebanyakan menjawab dengan benar, karena
merupakan satu-satunya obat beta bloker yang digunakan dalam praktikum ini.

KESIMPULAN
Efedrin dan ekstrak belladona memiliki sifat dasar yang sama, yaitu bekerja pada
reseptor adrenergik yang menyebabkan vasokonstrikksi dengan meningkatnya tekanan
darah serta denyut jantung.
Sedangkan propanolol merupakan golongan beta bloker non selektif yang bekerja
pada reseptor kolinergik dengan efek meningkatnya fungsi parasimpatis tubuh, yaitu
vasodilatasi dengan denyut jantung dan tekanan darah yang menurun.

Anda mungkin juga menyukai