Anda di halaman 1dari 11

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)

Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit
Titin Vegirawati
Universitas IBA Palembang

Abstract
To complete the audit report, auditors must gather sufficient evidence. so that auditors
do not have to collect all audit evidence. Auditors can use the sample. There are two
main methods that can be used in taking samples, ie non-statistical sampling and
statistical sampling. Both public accountant, government auditors and internal
auditors in some countries more often used nonstatistical sampling. Hesitations were
set aside to use statistical sampling lies in the understanding of the method. Although
not yet widely used, auditors have started a lot of training the use of statistical
sampling. Because it is believed that the use of statistical sampling does not cause a
lot of problems compared to nonstatistical sampling.
Keywords : Audit Evidence, Statistical Sampling, Nonstatistical Sampling.

PENDAHULUAN
Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti
secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk
memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (Mulyadi, 2002)
Dalam menyampaikan opini, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup.
Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan tidak semua
bukti audit harus dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian bukti audit yang
disebut dengan sampel.
Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat menggunakan
sampling non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement sampling). Dalam
hal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran sampel,
pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil
sampel. Selain sampling non statistical auditor dapat juga mengunakan sampling statistik
(statistical sampling). Dalam metode ini auditor menggunakan hukum probabilitas untuk
menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian
memungkinkan auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan
mengkuantifikasi hasilnya, sehingga dapat mengambil kesimpulan yang lebih akurat.

46

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

Pemilihan teknik sampling yang digunakan oleh auditor dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang auditor menggunakan metode
sampling audit antara lain keahlian menggunakan metode audit sampling, persepsi
terhadap metode audit sampling dan risiko audit.
Telaah Literature:
Audit
Setiap badan usaha baik yang bertujuan untuk memaksimalkan laba maupun nirlaba
membutuhkan audit. Audit dapat dilakukan oleh Auditor eksternal juga oleh auditor
internal. Biasanya auditor eksternal melakukan audit atas laporan keuangan suatu
perusahaan dengan tujuan untuk menjamin keandalan laporan keuangan perusahaan
tersebut. Sedangkan audit yang dilakukan oleh pihak internal selain bertujuan juga untuk
menjamin keandalan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan,
audit tersebut bertujuan untuk menjamin bahwa perusahaan telah melaksanakan peraturan
dan perundangan. Audit internal dapat juga dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi perusahaan. Mengingat penting audit atas asersi suatu entitas, maka audit harus
dilaksanakan dengan menggunakan tahap-tahap yang terstruktur. Proses audit atas laporan
keuangan dibagi dalam tahap-tahap berikut:
1. Penerimaan perikatan Audit:
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu
ikatan perjanjian. Dalam ikatan perjanjian, klien menyerahkan pekerjaan audit
atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesional.
2. Perencanaan Audit:
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya,
langkah berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Tahap-tahap
yang harus dilakukan dalam merencanakan audit adalah memahami bisnis dan
industri klien, melaksanakan prosedur analitik, mempertimbangkan tingkat
materialitas awal, mempertimbangkan risiko bawaan, mempertimbangkan
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan
klien berupa audit tahun pertama, mengembangkan strategi audit awal terhadap
asersi signifikan, memahami pengendalian intern klien.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit:
Tahap pelaksanaan pengujian disebut juga dengan pekerjaan lapangan. Tujuan
utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit
tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan
klien.
4. Pelaporan Audit:
Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit.
Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan. Ada dua langkah
penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini: (1)
menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik
simpulan, (2) menerbitkan laporan audit.

47

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

Bukti Audit
Untuk menyajikan laporan audit atau memberikan opini atas laporan keuangan suatu
perusahaan, auditor membutuhkan bukti-bukti audit. Menurut Mulyadi ( 2002:74)Bukti
Audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan
terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang
tersedia bagi auditor. Tipe bukti audit dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu
data akuntansi dan informasi penguat. Data akuntansi terdiri dari pengendalian intern dan
catatan akuntansi. Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan
dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang
timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang
(cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk di dalamnya. Jika auditor
yakin bahwa perusahaan telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya
dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti audit yang kuat bagi auditor
mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Sedangkan
catatan akuntansi terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu serta buku pedoman
akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja
(worksheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara
keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi saja
tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup suatu laporan keuangan tanpa
dilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan
keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. Auditor menguji
data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan (1) menganalisis dan
mereview, (2) menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses
akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan, (3)
menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan dengan
penerapan informasi yang sama. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti bukti
fisik, bukti dokumenter, bukti perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan rasio dan bukti
dari spesialis. Informasi penguat diperoleh melalui permintaan keterangan, pengamatan,
inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia
bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang
kuat.
Populasi dan sampel
Sebelum melakukan pengujian, baik pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif, auditor harus mengumpulkan bukti. Bukti yang dapat digunakan sebagai
pendukung laporan audit adalah seluruh data akuntansi dan informasi penguat yang
digunakan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangan. Seluruh bukti ini
merupakan populasi bukti audit. Menurut Copper dan Schindler ( 2006:112) Populasi
merupakan kumpulan seluruh obyek yang ingin kita ketahui besaran karakteristiknya.
Pengujian dengan menggunakan seluruh anggota populasi dapat menghasilkan hasil yang
akurat, karena dikumpulkan dari semua bukti. Tetapi penggunaan populasi memakan
waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk menghemat waktu sekaligus
menghemat biaya, dan mendapatkan informasi yang dapat digeneralisir dengan data
populasi, auditor dapat menggunakan sampel. Menurut Copper dan Schindler ( 2006:112)
sampel adalah sebagian obyek populasi yang mewakili karakteristik populasinya, dan

48

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

kemudian diteliti. Hasil penelitian atas sampel kemudian digeneralisasi bagi keseluruhan
populasi. Dengan demikian sampel yang digunakan harus representatif (bersifat mewakili
populasi).
Alasan Menggunakan Sampel
Ada beberapa alasan yang mendorong pengambilan sampel. Alasan pertama
menggunakan sampel adalah biaya yang lebih rendah daripada menggunakan populasi,
alasan lain adalah akurasi hasil yang lebih besar. Karena jumlah bukti yang lebih sedikit,
maka kecepatan pengumpulan data lebih tinggi, dan tersedinya elemen populasi. Menurut
Gaffort dan Charmichael (1984) baik nonstatistical sampling maupun statistical sampling
mempunyai dasar karakteristik sebagai berikut:
1. Penggunaan sampel dapat menekan biaya
2. Dapat dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan audit, apakah suatu akun
secara material disajikan terlalu tinggi atau tidak ada kesalahan yang terdeteksi.
3. Dapat menghindarkan masalah yang kompleks dan inefisiensi seperti dalam
menentukan deviasi standar atas populasi
Disamping ciri dasar di atas, ada kelemahan-kelemahan dalam menggunakan sampel
yang harus dipertimbangkan auditor. Jika sampling digunakan, terdapat suatu unsur
ketidakpastian dalam kesimpulan audit. Unsur ketidakpastian ini disebut risiko sampling
(sampling risk). Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006:369) Risiko sampling adalah
kemungkinan bahwa sample yang telah diambil tidak mewakili populasi, sehingga sebagai
akibatnya atas dasar sampel tersebut auditor menarik kesimpulan yang salah atas saldo
akun atau kelompok transaksi.
Sampling Audit
Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling yaitu non statistical
dan statistik. Pada non statistical, auditor tidak menggunakan teknik menggunakan teknik
statistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko
sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan sampling statistik (statistical
sampling) menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan
mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk menggunakan
ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi risiko sampling untuk tujuan
mencapai kesimpulan statistik atas populasi. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan
auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan. Pelaksanaan dan
pengevaluasian bukti sampel. Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006: 374)
keuntungan utama dari sampling statistik adalah membantu auditor dalam (1) merancang
ukuran sampel yang efisien, (2) mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh, dan (3)
mengkuantifikasi risiko sampling. Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalah
adanya tambahan biaya untuk (1) pelatihan auditor dalam menggunakan teknik sampling
yang memadai, (2) perancangan dan pelaksanaan penerapan sampling dan (3) kurangnya
konsistensi penerapan antara tim audit karena kompleksitas dari konsep yang
mendasarinya.
Secara lebih rinci auditor memeriksa sebagian bukti dengan berbagai cara seperti
yang ditunjukkan pada tabel berikut:

49

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

Tabel 1. Cara Pengambilan Bukti Audit


Tipe Sampel

Contoh Penerapan
Sampel

Cara Pemilihan
Sampel

1. Sampel
100%

Semua faktur penjualan di Unsur Kunci


atas Rp 400.000 diperiksa
oleh auditor
2. Judgement
Semua faktur Penjualan Pertimbangan auditor
Sampling
yang dibuat mulai bulan
juni s.d. September 19X1
3. Representatif Lima
puluh
faktur Acak
sample
penjualan yang dibuat
dalam tahun yang diaudit
4. Statistical
Enam
puluh
faktur Acak
Sample
penjualan yang dibuat
dalam 10 bulan pertama
dalam tahun yang diaudit
Sumber : Mulyadi

Pengambilan
Kesimpulan
didasarkan
Konklusif

Pertimbangan
Auditor
Pertimbangan
Auditor
Matematik

Statistical Sampling Models


Statistical sampling dibagi menjadi dua: attribute sampling dan variabel sampling.
Attribute sampling atau disebut pula proportional sampling digunakan terutama untuk
menguji efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian pengujian), sedangkan variabel
sampling digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam akun (
dalam pengujian substantif).
A. Attribute Sampling Model:
Ada tiga model attribute sampling:
1. Fixed-sample-size attribute sampling
2. Stop or go sampling
3. Discovery sampling
1. Fixed-sample-size attribute sampling:
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan
dalam audit. Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk
memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi.
Misalnya, dengan model ini auditor dapat memperkirakan berapa persen bukti kas
keluar (voucher) yang terdapat dalam populasi tidak dilampiri bukti pendukung
yang lengkap. Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian
pengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor tersebut
memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan).
Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas
pengendalian intern. Attribute adalah karakteristik yang bersifat kualitatif suatu
unsur yang membedakan unsur tersebut dengan unsur yang lain. Dalam
hubungannya dengan pengujian pengendalian, attribute adalah penyimpangan

50

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

dari atau tidak adanya unsur tertentu dalam suatu pengendalian intern yang
seharusnya ada.
b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya. Apabila attribute telah
ditentukan, auditor harus menentukan populasi yang akan diambil, misalnya
kelompok dokumen apa yang akan diambil.
c. Penentuan besarnya sampel. Untuk menentukan besarnya sampel yang akan
diambil dari populasi tersebut secara statistik, maka auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Penentuan tingkat keandalan (realibility level) atau confidence level atau
disingkat R%. Tingkat keandalan adalah probabilitas benar dalam
mempercayai efektivitas pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditor
memilih R= 95% berarti bahwa ia mempunyai risiko 5% untuk
mempercayai suatu pengendalian intern yang sebenarnya tidak efektif.
2. Penaksiran persentase, terjadinya attribute dalam populasi. Penaksiran ini
didasarkan pada pengalaman auditor di masa yang lalu atau dengan
melakukan percobaan.
3. Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired upper precision
limit atau DUPL)
4. Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besarnya
sampel.
d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah ditentukan
besarnya sampel, langkah selanjutnya adalah menentukan anggota populasi
yang akan menjadi sampel. Agar setiap anggota populasi dapat menjadi
sampel, maka auditor dapat menggunakan tabel acak.
e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur
pengendalian intern. Langkah selanjutnya adalah memeriksa attribute yang
telah ditentukan sebelumnya pada sampel yang akan diambil. Auditor harus
mencatat berapa kali menemukan attribute yang tidak sesuai dengan
pengendalian intern yang telah dilakukan.
f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. Apabila auditor
telah mendapatkan jumlah tingkat kesalahan dalam attribute, maka auditor
dapat membandingkan tingkat kesalahan dalam sampel tersebut dengan
menggunakan tabel Achieved Upper Precision Limit (AUPL). AUPL akan
dibandingkan dengan DUPL. Jika AUPL lebih rendah dari DUPL, kesimpulan
yang dapat diambil adalah unsur pengendalian intern yang diperiksa
merupakan unsur sistem yang efektif.
2. Stop or Go Sampling
Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling, kemungkinan ia
akan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan model attribute sampling yang lain, yaitu stop or go sampling.
Dalam stop or go sampling ini, jika audior tidak menemukan adanya
penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah
ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya. Prosedur yang harus
ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop or go sampling adalah sebagai
berikut:

51

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

a. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Pada tahap ini
auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan
maksimum yang masih dapat diterima. Tabel yang tersedia dalam stop or go
sampling ini menyarankan auditor untuk memilih tingkat kepercayaan 90%,
95% atau 99%.
b. Gunakan tabel Besarnya Sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna
menentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelah tingkat keandalan
dan desired upper precision limit (DUPL) ditentukan, langkah berikutnya
adalah menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil oleh auditor
dengan bantuan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian
pengendalian. Jika pengendalian intern baik, auditor disarankan untuk tidak
menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95% dan menggunakan desires
upper precision limit lebih dari 5%. Dengan demikian pada umumnya dalam
pengujian pengendalian, auditor tidak pernah memilih besarnya sampel kurang
dari 60.
c. Buat tabel stop or go decision. Setelah besarnya sampel minimum ditentukan,
langkah selanjutnya adalah membuat tabel keputusan. Dalam tabel stop or go
decision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali
d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel.
3. Discovery Sampling
Umumnya kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan discovery sampling
adalah:
1. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau
mendekati nol persen
2. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini
ditemukan, merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau
kesalahan yang serius dalam laporan keuangan.
Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif.
Jika tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang
mempunyai dampak potensial terhadap suatu akun, discovery sampling
umumnya dipakai untuk tujuan tersebut.
Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan attribute yang akan diperiksa
2. Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya
3. Tentukan tingkat keandalan
4. Tentukan desired upper precision limit
5. Tentukan besarnya sampel
6. Periksa attribute sampel
7. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel.
B.

Variable Sampling
Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun
atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi dua
keputusan yaitu melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun) atau

52

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

menguji kewajaran suatu jumlah. Jika variabel sampling digunakan untuk memperkirakan
saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rata-rata sampel dikalikan
dengan besarnya populasi ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah
pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling untuk memperkirakan saldo
suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi:
a. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar.
b. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling
Variabel Sampling Untuk Uji Hipotesis
Baik dengan menggunakan nonstatistical sampling maupun statistical sampling,
pengambilan sampel dalam pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap
berikut ini:
1. Penentuan tujuan pengambilan sampel
2. Penentuan populasi
3. Penentuan sampling unit
4. Penentuan besarnya sampel
5. Penentuan metode pemilihan sampel
6. Pemeriksaan sampel
7. Evaluasi hasil sampel
Penerapan Metode Sampling Audit
Metode sampling dalam melaksanakan audit sudah digunakan secara luas, baik oleh
auditor internal maupun auditor eksternal (akuntan publik). Menurut Gaffort dan
Charmichael (1984) pada dasarnya ada dua jenis audit sampel yaitu statistical sampling
san nonstatistical sampling. Meskipun sebagian auditor lebih memilih nonstatistical
sampling sebagai judgmental sampling, sekarang telah bergeser, karena pertimbangan
dibutuhkan baik menggunakan metode sample statistik dan metode nonstatistik. Perbedaan
utama antara statistical dan nonstatistical sampling adalah terletak pada pengukuran semua
karakteristik evaluasi secara ketat tergantung pada teori probabilitas. Kedua metode audit
sampel memenuhi syarat berikut:
1. Menyeleksi sampel yang representatif
2. Menentukan ukuran sampel
3. Menentukan tingkat kesalahan yang dapat diterima sebagai risiko sampel.
Dalam penerapannya, nonstatistical sampling lebih banyak digunakan oleh auditor
dalam menentukan sampel. Bamett (1986) meneliti 78 auditor dari 30 perusahaan akuntan
publik yang ada di Southeast. Hasilnya 83% dari perusahaan akuntan publik tersebut
menggunakan metode nonstatistik sampling.
Sedangkan Sebuah studi yang dilakukan Hitzig (1995) pada 800 Kantor Akuntan di
New York menunjukkan 95,7% responden menggunakan sampling audit. Dari jumlah
tersebut 93,9% responden menggunakan sampling non statistik dan hanya 38,7%
responden yang menggunakan sampling statistik. Ini berarti 56,4% responden hanya
menggunakan sampling non statistik. Penelitian yang dilakukan Hallet al.( 2000) terhadap
300 KAP, 200 perusahaan publik dan 100 instansi pemerintah menunjukkan bahwa
metode sampling non statistik digunakan sekitar 85% dari seluruh penggunaan sampling
audit.
Penelitian Hall et al. (2000) dengan enam ratus responden dari KAP, perusahaan
publik, dan instansi pemerintah yang diteliti, metode sampling non statistik digunakan

53

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

sekitar 85% dari seluruh penggunaan sampling audit. Raharja (2005) yang melakukan
penelitian di BPK menyatakan bahwa 70,5% responden tidak menggunakan metode
sampling statistik. Oleh karena itu sebaiknya BPK melakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan kualitas perencanaan sampling, terutama yang berkaitan dengan teknikteknik untuk mengatasi bias pada sampling non statistik. Sampling non statistik yang
direncanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling statistik.
Seiring dengan hasi-hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Maingot dan Quon ( 2009) di Toronto Stock Exchange (TSX), mengatakan bahwa
hanya 15% dari perusahaan yang mempunyai departemen akuntansi telah menggunakan
statistik dalam menentukan besarnya sampel, 23% telah menggunakan metode seleksi
random sample, dan hanya 10% yang menggunakan statistik dalam menggunakan
evaluasi. Meskipun persentasi yang menggunakan audit sampling masih rendah, namun
hampir separuh responden melaporkan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan audit
sampling dan metode evaluasi. Dibandingkan dengan TSX, Perusahaan yang terdaftar di
U.S. Exchange lebih banyak yang menggunakan audit sampling.
Jika dibandingkan antara metode sampling non statistik dan statistic sampling,
Halim (2001) mengatakan bahwa sampling statistik memerlukan lebih banyak biaya
daripada sampling non statistik. Alasannya karena harus ada biaya yang dikeluarkan untuk
training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan sampling
secara statistik. Namun tingginya biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya
manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sedang menurut Guy
(1981) ada empat kelebihan sampling statistik;
a. Memungkinkan auditor menghitung reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan
sampel.
b. Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik (more orderly
manner) dibandingkan dengan sampling non statistik
c. Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidakover s tat ed atauunder stated,
dengan risiko yang hendak diterima terukur secara matematis.
d. Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenai
populasi sampel.
Sedangkan Tatum dan Akresh (1988) yang melaporkan bahwa hasil survey yang
dilakukan oleh AICPA. pada 15 perusahaan akuntan publik terbesar. Ternyata hasil
penelitian menunjukkan lebih banyak masalah dalam implementasi SAS No. 39 ketika
menggunakan nonstatistical sampling dibandingkan statistical sampling. Hall et al. (2002)
mengungkapkan bahwa dalam menggunakan sampling non statistik sebagian besar
responden belum melakukan upaya-upaya untuk mengurangi bias personal.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Sampling Audit
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan sampling audit:
1. Keahlian menggunakan metode audit sampling.
Sebagian besar perusahaan-perusahaan akuntan publik (Bamett 1986) dan
akuntan intern (Maingot dan Quon 2009) menggunakan nonstatistical sampling.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena keahlian yang rendah dalam
menggunakan audit sampling. Sementara itu penelitian Silaban (1993)
menyimpulkan bahwa mayoritas akuntan publik belum memahami penggunaan
sampling statistik untuk pemeriksaan. Dan tingkat pemahaman tersebut
berhubungan positif dengan penggunaan dan frekuensi penggunaan sampling

54

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

statistik oleh auditor Informasi lain dikumpulkan oleh (Maingot dan Quon 2009)
baru hampir separuh responden mengikuti pelatihan audit sampling dan metode
evaluasi.
2. Persepsi auditor terhadap metode sampling statistik dan persepsi auditor terhadap
risiko audit. Penelitian Zarkasyi (1992) menemukan bahwa persepsi auditor
mempengaruhi rendahnya hubungan dependensi dengan frekuensi penerapan
metode sampling statistik. Jika persepsi auditor baik teerhadap metode sampling
statistik, kemungkinan mereka menggunakan sampling statistik semakin besar.
Jika persepsi auditor buruk maka cenderung menghindari sampling statistik.
Bedingfield (1974) dalam Arkin (1982) menyatakan bahwa dampak
berkembangnya tuntutan hukum terhadap KAP mengawali atau memperluas
penggunaan sampling statistik. Menurut Tucker dan Lordi (1997) sejak awal
penyelidikan metode sampling statistik oleh AICPA, mereka sangat menyadari
implikasi hukum (legal) dari penggunaan metode ini. Dan menurut kedua peneliti
tersebut ketidakpuasan terhadap metode sampling tradisional dan keraguan
terhadap kemampuan bertahan pendekatan sampling tradisonal terhadap serangan
ahli statistik di pengadilan telah menjadi katalis berkembangnya sampling
statistik.
Dalam penelitian sebelumnya (Zarkasyi, 1992) menyebutkan bahwa penggunaan metode
statistik mempunyai hubungan dependensi dengan persepsi auditor terhadap risiko audit.
Hall et al. (2002) dalam pengembangan penelitian berikutnya, menyarankan antara lain
penyelidikan pengaruh persepsi audit pada pemilihan teknik sampling dan evaluasinya.
Semakin tinggi risiko audit, auditor cenderung menggunakan metode yang menurutnya
lebih obyektif dan lebih bertahan. Jika auditor menganggap risiko audit tinggi
kemungkinan ia menggunakan sampling statistik semakin besar.
PENUTUP
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaan
auditnya secara efektif dan efisien. Auditor harus dapat mengumpulkan bukti yang akurat
dengan mempertimbangkan efisiensi biaya dan waktu. Auditor dapat menggunakan Audit
sampling. Ada dua metode dalam audit sampling, yaitu nonstatistik sampling dan statistik
sampling. Dari beberapa hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa sebagian
besar auditor internal, auditor eksternal maupun auditor pemerintah lebih banyak
menggunakan nonstatistical sampling. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
kemampuan auditor menggunakan audit sampling, persepsi auditor terhadap metode audit
sampling dan persepsi terhadap risiko. Dari beberapa hasil penelitian, terungkap pula
bahwa auditor yang menggunakan nonstatistical sampling tidak memperhitungkan bias
dalam evaluasinya. Penggunaan nonstatistical sampling juga terbukti lebih banyak
menimbulkan masalah dibanding penarikan sampel dengan menggunakan statitical
sampling. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya statistical sampling merupakan
metode yang lebih objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu auditor
perlu menambah wawasan dan training berkaitan dengan metode ini. Auditor yang
memahami statistical sampling mempunyai kemauan yang tinggi untuk menggunakannya,
sedangkan yang tidak memahami cenderung menghindari metode tersebut.

55

JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS)


Penerapan Metode Sampling Audit dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Metode Sampling Audit

VOL. 1 NO. 1
JANUARI 2011

DAFTAR PUSTAKA
Akresh, A. D., and K. W. Tatum. 1988. Audit samplingdealing with the problems.
Journal of Accountancy (December). pages5864.
American Accounting Association. Comittee on Basic Auditing Concept, A Statement of
Basic Auditing Concepts (Sarasota, FL: AAA, 1973)
Bamett, A. H., and W. J. Read. 1986. Sampling in small business audits. Journal of
Accountancy (January). pages78-80, 82, 84, 86-88.
Cooper, Donald R, Pamela S Schindler, 2006, Metode riset Bisnis, Volume 2 Edisi 9, alih
bahasa Budijanto dan Didik Djunaedi, Jakarta, PT. Media Global Edukasi
Gafford W Wade dan Carmichael D.R. 1984. Materiality, Audit Risk and Sampling: A
Nuts and Bolts Approach. Journal of Accountancy. October. Pages 109-118
Hall, Thomas W, James E Hunton dan Bethane Jo Pierce. 2002. Sampling practices of
auditors in public accounting, industry, and government. Accounting Horizons; Jun;
16, 2; pg. 125-136
Hitzig, N. 1995. Audit sampling: A survey of current practice. The CPA Journal
(July):54-57
Maingot, Michael, dan Tony K Quon. 2009. Sampling Practites of Internal Auditors at
Corporation on the Standard & Poors Toronto Stock Exchange Composite Index.
Accounting Perspective/Perspective Comptables Vol.8 No.3 pages 215-234
Messier, William F, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. 2006. Auditing and Assurance
Services A Systematic Approach. Buku satu, Edisi 4, Jakarta. Salemba Empat
Mulyadi. 2002. Auditing buku 1edisi 6. Salemba Empat. Jakarta.
Raharja Surya. Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penggunaan Metode sampling Audit oleh Auditor BPK, 2005
SNA VIII Solo
Silaban, Adanan. 1993. Studi Empiris Pemahaman Akuntan Publik tentang Penggunaan
Metode Sampling Statistik Untuk Pemeriksaan Akuntan. Tesis S2. Program
Magister Sains.UGM. Yogyakarta.
Tatum, K. W. 1987. Solving audit sampling problems. The CPA Journal (August). pages
91-97.
Zarkasyi, Wahyudin. 1992. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dependensi dengan
rendahnya frekuensi penerapan metode sampling statistis untuk pemeriksaan

56

Anda mungkin juga menyukai