Oleh:
Kelompok 2/ THP C
Lusianti
Nugroho Setya Budi
Fatmawati Amalia Agustin
Izzatul Qaniah
Fiska Fibi Harlia
141710101009
141710101024
141710101039
141710101051
141710101072
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk:
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Hamamelidae
Ordo
: Urticales
Famili
: Moraceae
Genus
: Artocarpus
Spesies
: Artocarpus altilis
mempunyai prospek yang sangat baik sebagai bahan pangan pengganti beras.
Adapun kandungan unsur gizi buah sukun dapat dilihat pada dibawah ini.
Tabel 1. Kandungan Gizi Sukun/ 100 gram bahan
No. Unsur Gizi
1.
Energi (kal)
2.
Protein (gr)
3.
Lemak (gr)
4.
Karbohidrat (gr)
5.
Serat
6.
Abu (gr)
7.
Kalsium (mg)
8.
Fosfor (mg)
9.
Besi (mg)
10.
Vitamin B1 (mg)
11.
Vitamn B2 (mg)
12.
Vitamin C (mg)
13.
Air (%)
Sumber : Suprapti (2007).
Nilai gizi buah sukun tidak kalah dengan bahan-bahan pangan lainnya yang
sering digunakan sebagai bahan pangan pokok ataupun bahan pangan pokok
alternatif di Indonesia. Bahkan,dalam beberapa hal sukun tampak lebih unggul
dari bahan pangan lainnya. Dengan demikian sukun, khususnya tepung sukun
mempunyai prospek yang sangat baik sebagai bahan pangan pengganti beras
(Koswara, 2006).
2.2
Tape Sukun
Sukun atau bread fruit merupakan tanaman pangan alternatif di Indonesia
sejak tahun 1920, yang pada awalnya tanaman ini tidak banyak ditanam orang
namun sekarang sudah cukup populer karena dapat diolah menjadi berbagai
produk makanan terbuat dari sukun misalnya: goreng sukun, getuk sukun, kolak
sukun, cake sukun, mie sukun, klepon sukun, dodol sukun, bola sukun, apem
sukun dan bahan baku pembuat pek empek (makanan khas Palembang) maupun
tape sukun (Didiet Sudiro, 2009). Komposisi buah sukun mempunyai kandungan
karbohidrat cukup tinggi sekitar 28,2% (Setijo Pitojo, 1992), hal ini menunjukkan
bahwa buah sukun cukup baik untuk diolah menjadi tape.
Tapai (sering dieja sebagai tape) atau uli (bahasa Betawi) adalah salah satu
makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi)
bahan pangan berkarbohidrat atau Sumber pati, seperti singkong atau ubi kayu
dan beras ketan yang melibatkan ragi di dalam proses pembuatannya (Made
Astawan Mita Wahyuni, 1991). Dalam proses fermentasi tapai, digunakan
beberapa jenis mikroorganisme seperti Saccharomyces Cerevisiae, Rhizopus
oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis
fibuligera, Pediococcus. Tapai hasil fermentasi dari S. cerevisiae umumnya
berbentuk semi-cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki
tekstur lengket. Umumnya, tapai diproduksi oleh industri kecil dan menengah
sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut (Ganjar, 2003).
Tape mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma
semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang
merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tape dipengaruhi oleh
kadar gula dari tape itu sendiri. Tetapi kadang kadang pada sejenis tape tertentu
timbil rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlakuan
selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang
terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna selama proses fermentasi
berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang terlalu lama (Oyon
Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987).
Pembuatan tape sukun merupakan salah satu alternatif penganekaragaman
olahan buah sukun. Permasalannya adalah agar masyarakat dalam membuat tape
sukun dihasilkan tape sukun yang berkualitas, maka perlu dilakukan penelitian
dengan pengkajian penggunaan konsentrasi ragi. Fermentasi merupakan tahap
terjadinya hidrolisis terhadap bahan berpati menjadi gula sederhana melalui
enzimatis serta diikuti perubahan gula menjadi alkohol (Tri Susanto dan Budi
Saneto, 1994). Menurut Buckle, dkk. (1985) persiapan atau pengawetan bahan
pangan dengan proses fermentasi tergantung pada produk oleh mikroorganisme
tertentu, perubahan-perubahan kimia dan fisik yang mengubah rupa, bentuk(body)
dan flavor dari pangan aslinya perubahanperubahan ini dapat memperbaiki gizi
2.3.1 Gelatinisasi
Gelatinisasi terjadi pada saat proses pengukusan sukun. Pengukusan adalah
proses pemanasan yang sering diterapkan pada sistem jaringan sebelum
pembekuan, pengeringan ataupun pengalengan. Pengukusan berfungsi untuk
menginaktifkan enzim yang akan menyebabkan perubahan warna, cita rasa atau
nilai gizi yang tidak dikehendaki selama penyimpanan. Tujuan utama pengukusan
adalah mengurangi kadar air dalam bahan baku sehingga tekstur bahan menjadi
kompak. Pengukusan dapat menyebabkan terjadinya pengembangan granulagranula pati yang biasa disebut gelatinisasi.
Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan granula pati sehingga
granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan semula. Mekanisme
gelatinisasi diawali oleh granula pati akan menyerap air yang akan memecah
kristal amilosa dan akan memutuskan ikatan-ikatan struktur heliks dari molekul
tersebut. Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan amilosa berdifusi
keluar granula, sehingga granula tersebut hanya mengandung sebagian
amilopektin dan akan pecah membentuk suatu matriks dengan amilosa yang
disebut gel (Andang, 2009).
2.3.2 Reaksi Fermentasi
Reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi tape sukun:
(C6H10O5)n + H2O
pati
C12H22O11
air
(C12H22O11)n + H2O
maltosa
2C6H12O6
glukosa
air
maltosa
2C6H12O6
glukosa
2C2H5OH + 2CO2
alkohol
karbondioksida
2C2H5OH + O2
alkohol
oksigen
CH3COOOH + H2O
Asam asetat
air
Pada saat fermentasi sukun menjadi tape, terjadi hidrolisis pati menjadi
maltosa. Kemudian maltose dihidrolisis menjadi glukosa. Selain itu, glukosa
dirombak menjadi alkohol dan karobondioksida oleh Saccharomycess cerevisiae.
Kemudian, alkohol akan bereaksi dengan oksigen sehingga dihasilkan asam asetat
dan air. Maka dari itu, pada tape akan berasa masam dan beraroma alkohol sebab
terbentuk flavor tersebut saat fermentasi.
Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan fisik, kimia dan
mikrobiologi. Perubahan fisik terjadi yaitu sukun yang awalnya keras menjadi
lembek. Perubahan kimia terjadi disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang
terdapat pada ragi, dimana aktivitas-aktivitas mikroorganisme tersebut sangat
dibutuhkan untuk dapat memproduksi gula, asam serta pembentukan alkohol dan
aroma dari substrat karbohidrat (Winarno, 1980). Sedangkan perubahan
mikrobiologi yang terjadi ialah adanya perubahan warna, pembentukan lender,
pembentukan gas, bau asam bau alkohol, bau busuk dan berbagai perubahan
lainnya.
2.4
(substrat), suhu, udara (oksigen), kelembaban, garam dan asam (Amien, 2006).
Beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi tape sukun yaitu
1. Lama fermentasi
Lama fermentasi yang sesuai akan menghasilkan tape yang rasanya khas,
rasa manis dan sedikit asam serta adanya aroma alkohol. Rasa manis karena
perubahan karbohidrat menjadi glukosa sebagai karbohidrat yang lebih
sederhana, sedangkan rasa asam karena dalam proses fermentasi terbentuk
asam (Suliantri dan Winiarti, 1991).
2. Jumlah starter
Jumlah ragi atau starter yang digunakan, jika jumlah ragi yang digunakan
terlalu sedikit maka proses menjadi tape akan berjalan lama, akan tetapi jika
jumlah ragi yang digunakan terlalu banyak justru menghambat
mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi dan
Pengupasan
Kulit sukun
Pemotongan 5x3 cm
Pencucian
Pengukusan selama 5 menit
Pengangkatan
Pendiaman hingga dingin
Penambahan ragi tape 1%
Pencampuran
Pemeraman dalam wadah dan ditutup dengan daun pisang selama 36 jam
Pengujian fisik (warna, tekstur) dan pengujian organoleptik (rasa, aroma, tekstur dan war
pembuatan
tape
sukun
diawali
dengan
mengupas
sukun
yang
Penutupan
Hasil Pengamatan
dL
-12,9
-15,2
-15,2
94,35
da
+2,6
+2,1
+2,1
-5,75
db
+13,7
+12,0
+11,7
6,51
b. Tekstur
Ulangan
Skala
28 gram/5 mm
26 gram/5 mm
20 gram/5 mm
Skoring
3
M. Aly Firdaus
Triangga Maulana
Mifta Setia A
M. Holis Andi
Lailatul Nichmah
Syayyidah Faizatul I
Nur Yanti
Hasna Amalia A
Umi Lutfiani M
Pujiati
Yuliani
Nugraha
Dwi Hidayani
Awi Metalisa
Dedi Kurniawan
b. Tekstur
Nama Panelis
Skoring
3
M. Aly Firdaus
Tasnim Anifah
Triangga Maulana
Mifta Setia A
M. Holis Andi
Lailatul Nichmah
Syayyidah Faizatul I
Nur Yanti
Hasna Amalia A
Umi Lutfiani M
Pujiati
Yuliani
Aisyah
Citra Wahyu
Nugraha
Dwi Hidayani
Nirmala Audria
Awi Metalisa
Dedi Kurniawan
c. Aroma
Nama Panelis
Skoring
3
M. Aly Firdaus
Tasnim Anifah
Triangga Maulana
Mifta Setia A
M. Holis Andi
Lailatul Nichmah
Syayyidah Faizatul I
Nur Yanti
Hasna Amalia A
Umi Lutfiani M
Pujiati
Yuliani
Aisyah
Citra Wahyu
Nugraha
Dwi Hidayani
Nirmala Audria
Awi Metalisa
Dedi Kurniawan
d. Rasa
Nama Panelis
M. Aly Firdaus
Skoring
3
Tasnim Anifah
Triangga Maulana
Mifta Setia A
M. Holis Andi
Lailatul Nichmah
Syayyidah Faizatul I
Nur Yanti
Hasna Amalia A
Umi Lutfiani M
Pujiati
Yuliani
Aisyah
Citra Wahyu
Nugraha
Dwi Hidayani
Nirmala Audria
Awi Metalisa
Dedi Kurniawan
4.2
Hasil Perhitungan
L
81,45
79,15
79,15
239,75
79,92
a
-3,15
-3,65
-3,65
-10,45
-3,48
b
20,21
18,51
18,21
56,93
18,97
b. Tekstur
Skala
Jumlah
74 gram/5 mm
Rata-Rata
24,67 gram/5 mm
Jumlah
Persentase
1
1
2
1
Skoring
3
8
3,45%
3,45%
27,59%
b. Tekstur
Skoring
4
19
5
0
65,52%
0%
Jumlah
Persentase
1
0
2
1
3
15
4
13
5
0
0%
3.45%
51,72%
44,83%
0%
1
2
2
3
Skoring
3
18
4
6
5
0
6,90%
10,34%
62,07%
20,69%
0%
1
2
2
15
Skoring
3
11
4
1
5
0
6,90%
51,72%
37,93%
3,45%
0%
c. Aroma
Jumlah
Persentase
d. Rasa
Jumlah
Persentase
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1
a.
Pengujian Fisik
Warna
Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada
beberapa faktor diantaranya citarasa, warna, tekstur, dan nilai gizi. Tetapi sebelum
beberapa faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil
lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Pengukuran warna
dilakukan dengan alat colour reader. Prinsip dari alat colour reader adalah
pengukuran perbedaan warna melalui pantulan cahaya oleh permukaan sampel
pembacaan dilakukan pada 3 titik pada sampel. Melakukan pembacaan pada
sampel dengan melihat layar yang muncul nilai dE, dL, da dan db. Nilai standar
porselin diketahui L=94,35; a=-5,75 dan b=6,51 sehingga dapat menghitung L, a,
b dari sampel (Hutching, 1999).
Rumus:
L = standart L+dL
a = standart a + da
b = standart b + db
Kecerahan warna (L) menunjukkan warna gelap hingga putih terang dengan
nilai berkisar 0-100. Kecerahan warna tape sukun pada tiga titik yang berbeda
adalah 79,15; 79,15 dan 81,45, sehingga nilai rata-rata kecerahan warna tape
sukun 79,92. Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwasanya warna tape sukun
cukup cerah. Semakin tinggi nilai L maka tape sukun tersebut semakin cerah
karena semakin mendekati angka 100.
Nilai warna yang juga diuiji yaitu derajat kemerahan (da) dan derajat
kekuningan (db). Nilai da positif (+) mengindikasi bahwa tingkat kemerahan pada
sampel lebih tinggi disbanding standar. Nilai da di tiga titik berbeda yaitu -3,15;
-3,65 dan -3,65, sehingga rata-rata tingkat kemerahan tape sukun adalah -3,48.
Nilai analisis
rendah dari standar. Nilai db positif (+) makin tinggi mengindikasikan bahwa
warna tape sukun lebih pucat. Nilai db di tiga titik berbeda yaitu 20,21; 18,51 dan
18,21, sehingga rata-rata tingkat kekuningan tape sukun adalah 18,97. Hasil
analisis
menunjukkan
bahwa
warna
tape
sukun
pucat.
Warna
pucat
Tekstur
Analisa terhadap tekstur bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan tape
dengan bahan dasar sukun. Dalam penerimaan produk olahan pangan penampilan
tekstur produk merupakan sifat penting yang dapat diamati mata, kulit dan alat
perasa (Amarine, dkk, 1965). Pengukuran tape sukun dilakukan dengan
menggunakan rheotex. Hasil pengukuran merupakan nilai kekuatan yang
dibutuhkan untuk menembus kedalaman 5 mm. pengukuran tekstur pada
penelitian ini dinyatakan dalam besarnya gaya (gf) yang diperlukan untuk
memotong tape sukun. Semakin besar nilai tekstur berarti tape sukun mempunyai
tekstur yang semakin keras (Sudarmadji, dkk., 1996). Pada pengukuran tape
sukun, diperoleh hasil 24,67 gram/5 mm. Berdasarkan penelitian Santosa dan
Prakosa (2010) bila dibandingkan dengan tekstur tape singkong (ketela pohon),
tekstur tape sukun lebih lunak. Hal ini disebabkan karena sukun kandungan
seratnya lebih rendah dan kandungan airnya semakin tinggi sehingga tape sukun
memiliki tekstur yang lebih lunak.
merupakan tahap
Pengujian Organoleptik
a. Warna
Warna adalah parameter utama dalam penampilan luar dari produk untuk
memikat para konsumen. Dari hasil uji organoleptik dapat diketahui bahwa dari
29 orang panelis sebanyak 3,45% sangat tidak suka, 3,45% tidak suka rasa tape
sukun, 27,59% agak suka dan 65,52% suka. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa rata-rata dari panelis menyukai warna dari tape sukun. Panelis
menyukai warna tape sukun karena tape sukun berwarna kuning segar. Dari
percobaan yang telah dilakukan, hari pertama baik dalam pembuatan tape sukun
menunjukkan belum mengalami perubahan yaitu masih sama dengan bahan
awalnya, hal ini disebabkan karena bakteri yang digunakan dalam pembuatan tape
belum bereaksi dengan baik. Pada hari ketiga baik pada pembuatan tape sukun
telah mengalami perubahan baik dari segi bau, warna, tekstur maupun rasa.Warna
yang dihasilkan berwarna kuning cerah. semakin lama proses fermentasi maka
warna akan semakin kuning. Hasil pengamatan tape singkong dengan lama
fermentasi 36 jam sudah jadi tape, hal ini sesuai penelitian Ida Bagus Putu
Gunadnya dan Nyoman Semadi Antara (1997), yang melaporkan bahwa
kematangan tape sukun dilihat dari tingkat kesukaan tertinggi terhadap warna,
aroma, rasa dan tekstur tape sukun terjadi pada fermentasi 36 jam.
b. Tekstur
Dalam penerimaan produk olahan pangan penampilan tekstur produk
merupakan sifat penting yang dapat diamati mata, kulit dan alat perasa (Amarine,
dkk, 1965). Dari hasil uji organoleptik dapat diketahui bahwa dari 29 orang
panelis sebanyak 3,45% tidak menyukai tekstur tape sukun, 51,72% agak suka
dan 44,83% menyukai tekstur dari tape sukun. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa rata-rata dari panelis agak menyukai tekstur dari tape sukun yang
dihasilkan karena tape sukun tersebut memiliki tekstur yang agak lunak namun
tidak terlalu berair sehingga panelis agak menyukai tekstur seperti demikian.
Menurut Muljoharjo dan Sukmadji (1990), tekstur suatu bahan dipengaruhi oleh
banyaknya air dalam bahan olahan, dengan semakin tinggi kadar air bahan
makanan tekstur bahan semakin lunak dan semakin sedikit airnya bahan makin
padat. Bila dibandingkan dengan tekstur tape singkong (ketela pohon), tekstur
tape sukun lebih lunak hal ini disebabkan sukun kandungan seratnya lebih
rendah, menurut Sutrisno Koswara (2006) kandungan seratnya 2,2 %. Sedangkan
singkong kandungan seratnya 2,56 % (Irfan Pasaribu, 2010).
Perubahan tekstur buah sukun yang awalnya padat hingga menjadi lunak
disebabkan oleh adanya proses fermentasi. Fermentasi
merupakan tahap
c. Aroma
Aroma merupakan hasil dari uap proses pengolahan makanan, uap ini
tercipta dari bahan-bahan makanan yang diolah. Untuk aroma tape sesungguhnya
adalah berasal dari bahan volatile yang menguap dan dapat diterima indera
sebagai hasil dari proses fermentasi tape. Dalam uji kesukaan panelis diminta
mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan dan sebaliknya. Dari 29
panelis sebanyak 6,90% sangat tidak menyukai aroma tape sukun yang dihasilkan,
10,34% agak suka dan sebanyak 20,69% menyukai aroma dari tape sukun
tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata panelis
agak menyukai aroma tape sukun yang dihasilkan. Hal ini diduga karena adanya
asam dan alkohol yang tinggi membuat senyawa volatil mudah menguap lebih
banyak sehingga dapat dengan mudah tercium oleh indera pembau. Menurut
Winarno, dkk., (1985), esterifikasi antara asam dan alkohol menghasilkan ester
yang membentuk cita rasa atau aroma khas tape.
Perubahan aroma buah sukun hingga menjadi tape dipengaruhi oleh proses
fermentasi. Prinsif dasar fermentasi pangan berpati adalah degradasi komponen
pati menjadi dekstrin dan gula, selanjutnya diubah menjadi alkohol atau asam
sehingga menghasilkan makanan fermentasi berasa manis, alkoholik dan sedikit
asam atau manis sedikit asam (Kapti Rahayu dan Sudarmaji , 1989). Selanjutnya
menurut Winarno dkk.,(1985), menyatakan bahwa esterifikasi antara asam dan
alkohol menghasilkan ester yang membentuk cita rasa dan aroma khas tape.
Produksi alkohol yang berlabihan dapat menimbulkan rasa pahit sedangkan
produksi alkohol yang minimal meningkatkan rasa manis tape.
d. Rasa
Rasa tape merupakan kontribusi dari rasa asam organik, manis dari gula dan
alkoholik sebagai hasil proses fermentasi sukun (karbohidrat pada umumnya) dari
mikrobia ragi yang ditambahkan. Secara normal rasa tape sedikit manis, asam dan
beraroma khas tape yaitu alkoholik. Menurut Kapti Rahayu dan Slamet
Sudarmadji (1989), prinsip dasar fermentasi pangan berpati adalah degradasi
komponen pati menjadi dekstrin dan gula, selanjutnya diubah menjadi alkohol
BAB 6. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
5.2
Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan pengolahan tape sukun
DAFTAR PUSTAKA
Amarine, Puji Astuti, dan Wahyu Supartono. 1965. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Amien, Muhammad. 2006. Pegangan Umum Bioteknologi. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Andang, Ismail. 2009. Pengantar Pengetahuan Bahan Pangan. Jakarta: Bhrata
Karya Aksara.
Andres-Bello, Barreto-Palacios V, Garcia-Segovia P, Mir-Bel J,
Martinez-Monzo. 2013. Effect of pH on Color and Texture of
Food
Products.
Food
Eng
Rev
5:
158-170.
DOI:
10.1007/s12393-013-9067-2.
Angkasa, S. dan Nazaruddin. 1994.
swadaya.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G. H. dan Wooton, M., 1985. Ilmu Pangan.
Terjemahan : Hari Purnomo dan
Indonesia.
Didiet, Sudiro. 2009. Pemanfaatan Buah Sukun sebagai Makanan Alternatif
Pengganti Beras. Jakarta: Puslitbang Indhan Balitbang Dephan.
Dwijoseputro, 1970. Pemanfaatan Buah Sukun. Jakarta: Puslitbang Indhan
Balitbang Dephan.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Ganjar I. 2003. Tapai from Cassava and Sereals. Didalam : First International
Symposium and Workshop on Insight into the World of Indigenous
Fermented Foods for Technology Development and Food Safety; Bangkok,
13-17 Apr 2003 hlm 1 10
Hutching, J.B. 1999. Food Color and Appearance 2nd ed. Maryland:
A Chapman and Hall Food Science Book, an Aspen Publ.
Gaithersburg.
Ida Bagus Putu Gunadnya dan Nyoman Semadi Antara, 1997. Perubahan
Karakteristik Kimia dan Organoleptik Tape Sukun Selama Fermentasi.
Gitayana Vol 3, No. 1, 1997-14. Denpasar: Universitas Udayana.
Koswara, S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. Yogyakarta:
Kanisius.
Made Astawan dan Mita Wahyuni, 1991. TeknologimPengolahan Pangan Nabati
Tepat Guna. Jakarta: Akademi Pressindo.
Muljoharjo dan Sukmadji. 1990. Karakteristik Tape Sukun Selama Fermentasi.
Gitayana Vol 3, No. 1, 1997-14. Denpasar: Universitas Udayana.
Fermentasi
Penggunaan
Konsentrasi
Ragi
Yang
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Pengujian Fisik
a. Warna
b. Standart warna L=94,35; a=-5,75 dan b=6,51
c. Rumus:
d. L = standart L+dL
e. a = standart a + da
f. b = standart b + db
g.
h. L1 = 94,35-12,9 = 81,45
i. L2 = 94,35-15,2 = 79,15
j. L3 = 94,35-15,2 = 79,15
k. Jumlah L=ulangan 1+ulangan 2+ulangan 3
l.
( 81,45+79,15+79,15 )
m.
239,75
n.
Ratarata=
o.
Jumlah dL
Total ulangan
239,75
3
p.
q.
79,92
r. A1 = -5,75+2,6 = -3,15
s. A2 = -5,75+2,1 = -3,65
t. A3 = -5,75+2,1 = -3,65
u. Jumlah a=ulangan 1+ulangan 2+ulangan 3
v.
(3,15+(3,65)+(3,65) )
w.
10,45
x.
Ratarata=
y.
Jumlah a
Total ulangan
10,45
3
z.
aa.
3,48
ab.
B1 = 6,51+13,7 = 20,21
ac.B2 = 6,51+12,0 = 18,51
ad. B3 = 6,51+11,7 = 18,21
ae. Jumlah b=ulangan 1+ulangan 2+ulangan 3
af.
( 20,21+ 18,51+18,21 )
ag.
56,93
ah.
Ratarata=
ai.
Jumlah b
Total ulangan
56,93
3
aj.
ak.
18,97
al. Tekstur
Jumlah=ulangan 1+ulangan 2+ulangan3
28 gram/5 mm+26 gram/5 mm+20 gram/ 5 mm
74 gram/5 mm
Ratarata=
Jumlah
Total ulangan
74 gram/5 mm
3
24,67 gram/5 mm
2. Pengujian Organoleptik
a. Warna
Jumlah pemilih
Persentase skor 1=
x 100
Total panelis
1
x 100
29
3,45
Persentase skor 2=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
1
x 100
29
3,45
Persentase skor 3=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
8
x 100
29
27,59
Persentase skor 4=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
19
x 100
29
65,52
Persentase skor 5=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
0
x 100
29
0
b. Tekstur
Persentase skor 1=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
0
x 100
29
Persentase skor 2=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
1
x 100
29
3,45
Persentase skor 3=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
15
x 100
29
51,72
Persentase skor 4=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
13
x 100
29
44,83
Persentase skor 5=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
c. Aroma
0
x 100
29
Persentase skor 1=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
2
x 100
29
6,90
Persentase skor 2=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
3
x 100
29
10,34
Persentase skor 3=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
18
x 100
29
62,07
Persentase skor 4=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
6
x 100
29
20,69
Persentase skor 5=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
0
x 100
29
0
d. Rasa
Persentase skor 1=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
2
x 100
29
6,90
Persentase skor 2=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
15
x 100
29
51,72
Persentase skor 3=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
11
x 100
29
37,93
Persentase skor 4=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
1
x 100
29
3,45
Persentase skor 5=
Jumlah pemilih
x 100
Total panelis
0
x 100
29