Hak setiap orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan mendapat informasi
dijamin oleh Undang-Undang. Di samping itu, dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan secara optimal dari penyelenggara pelayanan kesehatan, pasien juga
berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk datadata medisnya :
1. Privasi adalah hak seseorang untuk mengontrol akses informasi atas rekam
medis kesehatan pribadinya.
2. Kerahasiaan (confidentiality) adalah proteksi terhadap rekam medis kesehatan
dan informasi lain pasien dengan cara menjaga informasi pribadi pasien dan
pelayanannya.
3. Dalam pelayanan kesehatan, informasi itu hanya diberikan kepada pihak-pihak
yang berwenang. Informasi akan diberikan atas persetujuan pasien.
4. Keamanan (security) adalah perlindungan terhadap privasi seseorang dan
kerahasiaan rekam kesehatannya. Keamanan merupakan proteksi terhadap
informasi pelayanan kesehatan yang rusak, hilang, atau pengubahan data akibat
ulah pihak yang tidak bertanggung jawab.
5. Akses, fleksibilitas terhubung dengan berbagai sumber dan efisiensi.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan pasien dapat dibuka:
1. Untuk kepentingan kesehatan pasien.
2. Untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum.
3. Atas persetujuan pasien sendiri
4. Permintaan institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
B. Tujuan
Panduan pemberian informasi dan edukasi disusun sebagai acuan bagi staf atau
tenaga kesehatan dalam memberikan pengetahuan kepada pasien dan atau
keluarganya. Selain itu juga diharapkan dapat membantu petugas kesehatan dalam
yang berusia 16 tahun atau lebih tetapi belum berusia 18 tahun dapat
membuat persetujuan tindakan kedokteran tertentu yang tidak berisiko
tinggi apabila mereka dapat menunjukkan kompetensinya dalam
membuat keputusan. Atasan hukum yang mendasarinya adalah sebagai
berikut:
1) Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang
yang berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap
sebagai orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan
persetujuan
2) Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka
setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang
yang sudah bukan anak-anak Dengan demikian mereka dapat
dinerlakukan sebagaimana orang dewasa yang kompeten, dan oleh
karenanya dapat memberikan persetujuan.
3) Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun memang
masih tergolong anak menurut hukum, namun dengan menghargai
hak individu untuk berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU
No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka mereka dapat
diperlakukan
seperti
orang
dewasa
dan
dapat
memberikan
BAB. II
TATA LAKSANA
A. Materi Informasi dan Edukasi
Materi informasi dan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien atau keluarga
adalah:
1. Hak Pasien
a. Hak menentukan informasi yang berhubungan dengan pelayanan yang boleh
disampaikan kepada keluarga atau pihak lain, misalnya: apabila pasien
memiliki keluarga yang berprofesi sebagai dokter dan saat ini pasien
menolak rencana pengobatan atau rencana tindakan yang disampaikan oleh
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan), maka pihak rumah sakit dapat
memberitahukan pada keluarga pasien yang berprofesi sebagai dokter
tersebut dengan seizin pasien.
b. Hak mendapat pelayanan kerohanian
Panduan Pemberin Informasi &
c.
d.
e.
f.
Privasi pasien
Hak mendapatkan second opinion
Upaya perlindungan harta milik pasien
Hak untuk diberitahu mengenai hasil dari rencana pelayanan dan
pengobatan termasuk tentang kejadian tidak diharapkan dari pelayanan dan
pengobatan, seperti kejadian tidak terantisipasi pada operasi atau obat yang
kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara
sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
c. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalan
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet.
Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi. pasien bisa menghubungi
edukator yang berkaitan dengan informasi dan edukasi yang diperlukan
d. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan kendala bahasa, maka segera
menghubungi
Kepala
Ruangan
selanjutnya
Kepala
Ruangan
akan
menghubungi penerjemah.
3. Tahap Verifikasi (memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi yang
diberikan) :
a. Apabila pasien dalam kondisi pasien baik dan dapat menerima informasi dan
edukasi, maka veriflkasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali edukasi
yang telah diberikan. (Pertanyaannya adalah: "Dari materi yang telah
disampaikan, kira-kira a pa yang bapak atau ibu bisa pelajari?")
b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasittya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: "Dan materi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bapak atau ibu bisa pelajari.
c. Apabila pasien mempunyai hambatan emosional (marah atau depresi), maka
verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya
mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses
pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.
d. Apabila pasien merupakan difabel (different abilities people atau orang
dengan kemampuan yang berbeda), maka verifikasinya dengan pendamping
pasien.
e. Apabila pasien dan/atau keluarga telah memahami informasi dan edukasi
yang disampaikan, maka tahap pemberian informasi dan edukasi dapat
dilakukan kembali untuk menilai kebutuhan edukasi yang lainnya. Apabila
pasien dan/atau keluarga belum memahami materi edukasi yang diberikan,
maka pemberian edukasi dapat dilakukan pada waktu lain sambil mengkaji
hambatan yang ada.
Panduan Pemberin Informasi &
10
11
12
b. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet
kepada pasien dan keluarga dekat (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara
sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak
mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi medikal information.
E. Tata Laksana Pemberian Informasi dan Edukasi
1. Waktu pemberian informasi dan edukasi
a. Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat inap:
1) Saat admisi (bagian informasi dan Tempat Pendaftaran Pasien)
2) Saat dilakukan tindakan medis
3) Saat masuk unit di Unit rawat inap
4) Saat persiapan pasien pulang
b. Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat jalan:
1) Saat admisi (bagian informasi dan Tempat Pendaftaran Pasien)
2) Saat dilakukan tindakan medis
c. Saat pasien mengantri untuk dilakukan pemeriksaan di poliklinik (minimal
sebulan sekali tim PKRS mengadakan penyuluhan secara kelompok)
Pemberian informasi dan edukasi dilakukan segera, jika kondisi dan situasinya
memungkinkan Pemberian informasi pelayanan di rumah sakit yang dapat
membantu pasien dan/atau keluarga berpartisipasi dalam membuat keputusan
tentang pelayanannya terbagi dalam beberapa unit kerja :
a. Bagian Informasi dan Tempat Pendaftaran Pasien
Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum meliputi:
1) Fasilitas pelayanan yang dimiliki rumah sakit
Panduan Pemberin Informasi &
13
14
tindakan terhadap dirinya sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh
rumah sakit.
3. Pemberi informasi dan edukasi mendapatkan data yang cukup mengenai
masalah medis pasien (termasuk adanya keterbatasan kemampuan fisik maupun
mental) dan mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya,
pendidikan dan tingkat ekonomi pasien dan/atau keluarga
4. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian
informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga atau pendamping
pasien atas seizin pasien.
5. Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien sebanyak yang dikehendaki
pasien, yang dokter atau staf lain merasa perlu untuk disampaikan, dengan
memperhatikan kesiapan mental pasien, Informasi dan edukasi disampaikan
kepada keluarga pasien sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak
yang diperlukan tenaga kesehatan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya
6. Penyampaian informasi dan edukasi dapat dilakukan di :
a.
b.
c.
d.
15
d) Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi (contoh:
pemberi informasi atau edukasi tidak menerima telepon atau
mengerjakan pekerjaan lain saat sedang menyampaikan materi)
3) Waktu yang cukup
4) Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya
lebih dari satu orang)
d. Menilai sejauh mana pengertian pasien dan/atau keluarga tentang hal yang
akan membicarakan
e. Menanyakan kepada pasien dan/atau keluarga, sejauh mana informasi yang
diinginkan dan mengamati kesiapan pasien dan/atau keluarga menerima
informasi yang akan diberikan.
8. Cara penyampaian berita atau kabar buruk (diadaptasi dari Buckman,1992 )
S-P-I-K-E-S
a. S Setting Listening Skill
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan
untuk menjamin kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, sebagai
berikut :
1) Persiapkan diri sendiri
a) Dokter atau petugas
yang
menyampaikan
kabar
buruk
16
17
tahap
selanjutnya,
maka
penyampaian
informasi
dilanjutkan
d) Bila pasien tampak sangat terguncang dan tidak rnemungkinnkan
untuk menerima lebih banyak informasi lagi, penyampaian ulang
kabar buruk dipertimbangkan diberikan di lain waktu sambil
mempersiapkan pasien.
e. Explore emotion and emphatize
Panduan Pemberin Informasi &
18
Ekspresi dan emosi pasien diamati dan dinilai sejauh mana kondisinya.
Kondisi emosi tersebut dimengerti, bukan 'mengerti apa yang dirasakan
pasien', namun lebih pada dapat memahami bahwa apa yang dirasakan
pasien saat ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi
f. Summarize and strategies
Di akhir percakapan, percakapan di ulang kembali secara keseluruhan:
1) Menyimpulkan 'kabar buruk' yang tadinya disampaikan secara bertahap
(sedikit demi sedikit)
2) Menyimpulkan tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan (tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa
yang disampaikan pasien)
3) Pasien diberi kesempatan bertanya
4) Memberikan feed back
5) Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Harus tertera dengan jelas :
a) Informasi yang telah dikatakan atau disampaikan, dan kepada siapa
b) Istilah yang digunakan (tumor, massa, dan lain-lain)
c) Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis
6) Mendiskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah
disampaikan pada pasien, mengajak pasien ikut serta (pro aktif) dalam
medikasi terhadap dirinya.
9. Pemberian edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi dan edukasi lebih dari satu sub unit PKRS yaitu
Pelayanan Medis (Dokter penanggung jawab pelayanan atau dokter jaga),
Keperawatan (perawat dan Bidan), Gizi, Rehabilitasi Medik, Farmasi,
Pencegahan dan Pengendalian infeksi di Rumah Sakit (PPIRS), Customer
Service, administrasi, Rekam Medis dan petugas penunjang medis lainnya.
10. Edukator memiliki pengetahuan tentang materi yang akan diberikan, memiliki
rasa empati dan keterampilan berkomunikasi secara efektif. Dalam hal ini
edukator harus berkompeten dalam bidangnya.
Tabel Kualifikasi Edukator
EDU
KUALIFIKASI
KAT
19
FOR
MAL
O
N
F
O
R
M
A
Dokte
r
Eduk
ator
Pera
wat
Eduk
ator
L
P
e
l
a
t
i
h
a
n
K
o
m
u
n
i
k
a
s
i
E
f
e
k
t
i
f
D Pelatihan Komunikasi Efektif
III /
D
IV /
S1 /
Dokte
r
Umu
m/Gi
gi/
Spesi
alis
20
Bidan
Eduk
ator
EDU
KAT
S2
Keper
awata
n
D Pelatihan Komunikasi Efektif
III /
D IV
Kebid
anan
KUALIFIKASI
KHU
SUS
Farm
asi
Radio
logi
Gizi
Labor
atoriu
m
Reha
bilitas
i
Medi
k
Penu
njang
Medi
s
Lainn
ya
Apote
Pelatihan Komunikasi Efektif
ker/A
sisten
Apote
ker
D Pelatihan
III
Komunikasi Efektif
Radio
logi
D Pelatihan
III
Komunikasi Efektif
Gizi/
S 1
Gizi
D Pelatihan
III
Komunikasi Efektif
Anali
s
Kese
hatan
D Pelatihan
III
Komunikasi Efektif
Fisiot
erafi
D Pelatihan
III
Komunikasi Efektif
(Prof
esi)
21
11. Edukator perlu membina hubungan yang baik dengan pasien atau keluarga agar
tercipta rasa percaya terhadap peran edukator dalam membantu mereka.
E. Kategori Materi Pendidikan atau Edukasi
Materi pendidikan dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu :
1. Bahan Tertulis
Secara praktis bahan tertulis dapat didistribusikan secara bebas bagi semua
orang untuk diambil dan digunakan sesuai keperluan.
2. Bahan Audiovisual
Materi ini tidak tersedia secara mudah untuk digunakan di rumah kecuali
disiarkan di radio atau televisi.
3. Bahan Lainnya.
Sumber dari bahan materi ini adalah peralatan-peralatan dan materi-materi yang
digunakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengajaran.
F. Sumber Bahan Materi Edukasi
1. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit memiliki wewenang untuk memproduksi
bahan tertulis secara luas yang tersedia secara gratis
2. Pada materi-materi tertentu juga diproduksi oleh Pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat dan Organisasi Profesi.
3. Bahan ini biasanya diproduksi secara menarik dan baik, sesuai dengan
kebutuhan dan target populasi.
G. Kualitas dari Bahan Materi Edukasi
1. Kualitas presentasi dan ketepatan serta kesesuaian isi sangat bervariasi di semua
jenis materi edukasi.
2. Bahan yang secara teknis tidak baik dapat memberikan pemahaman yang salah.
3. Materi audiovisual dari kualitas yang baik akan lebih efektif untuk digunakan.
4. Informasi harus up-to-date atau diperbaharui setiap saat dan tepat
22
diperiksa
23
Bahan yang menarik disajikan dalam urutan logis, dan tidak hanya akan
meningkatkan
minat
pengguna
tetapi
juga
berkontribusi
terhadap
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir informasi dan edukasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter
dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan
keluarga pasien sudah diberikan informasi dan edukasi yang benar.
Fasilitas yang tersedia di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari adalah sebagai berikut:
1. Hasil asesmen pasien kebutuhan edukasi, penyampaian informasi dan
edukasi pasien, hasil verifikasi pasien memahami edukasi pada Unit Rawat
Panduan Pemberin Informasi &
24
Jalan dicatat dalam status rekam medis Lembar Informasi dan Edukasi l
Unit Rawat Jalan.
2. Hasil asesmen pasien kebutuhan edukasi pada Unit Rawat Inap dicatat
dalam Rekam Medis Pasien.
3. Hasil penyampaian informasi dan edukasi pasien dan hasil verifikasi pasien
memahami informasi dan edukasi pada Unit Rawat Inap dicatat dalam
Rekam Medis (Lembar Informasi dan Edukasi).
4. Informasi tarif kamar dan dokter penanggung jawab.
5. Informasi tentang hak dan kewajiban pasien yang di rawat di Rumah Sakit Hadji
Boejasin Pelaihari didokumentasikan dalam pemberitahuan informasi kepada
pasien dan keluarga.
6. Informasi tentang penundaan pelayanan dicatat dalam Rekam Medis Pasien
7. Informasi rencana pengobatan, tindakan, risiko, komplikasi, prognosis dan
alternatif pengobatan di Rekam Medis Pasien
8. Informasi biaya pemeriksaan penunjang, obat, tindakan operasi di Rekam Medis
Pasien.
9. Informasi persetujuan tindakan kedokteran di Rekam Medis Pasien
10. Informasi persetujuan tindakan pembiusan lokal, regional dan general di Rekam
Medis Pasien
11. Informasi penolakan tindakan keperawatan, kedokteran. pemeriksaan penunjang
dan pengobatan di Rekam Medis Pasien.
12. Persetujuan perawatan di Unit Pelayanan Intensif dengan menandatangani
rekam medis.
13. Keluarga atau pihak lain (asuransi, perusahaan, dan lain-lain) yang berhak
mendapatkan informasi mengenai kondisi penyakit pasien dicatat dalam lembar
pelepasan informasi atas seizin pasien jika pasien kompeten.
14. Catatan perintah atau komunikasi lisan lewat telepon antar petugas medis
(perawat konsultasi ke dokter atau konsultasi antar dokter) menggunakan
formula SBAR dicatat dalam Rekam Medis Pasien (Catatan Pelayanan).
25
BAB IV
PENUTUP
Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi kepada Pasien dan Keluarga ini dijadikan
sebagai acuan standar dalam pelaksanaan pemberian informasi atau pendidikan kepada
pasien dan keluarga di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari dan dapat dikembangkan sesuai
kebutuhan informasi dan edukasi serta sasaran penyampaian informasi dan edukasi
yang akan dilaksanakan.
Dengan ditetapkannya Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi maka setiap personil
Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin Pelaihari berkewajiban melaksanakan
prosedur tersebut dan melayani pasien dengan baik dan sesuai dengan harapan pasien
serta keluarga.
26