Kelompok A4
Shylfera Rahmi
102009227
Irini Damayanti
102011347
102012022
Felicia
102012112
Bara Kerinduan
102012278
102012293
102012485
1020012487
nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram. Neonatus (BBL)
adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari. Kelainan
pada neonatus yang terbanyak salah satunya adalah akibat trauma pada jalan lahir.
Trauma lahir adalah trauma mekanis yang disebabkan karena persalinan atau kelahiran.
Istilah trauma digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang
dapat dihindarkan maupun tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa
persalinan dan kelahiran.2
Insiden trauma pada kelahiran diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran
hidup. Walaupun angka ini sudah mengalami penurunan pada tahun-tahun belakangan
akibat kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih
merupakan permasalahan penting karena trauma lahir merupakan salah satu penyebab
utama kematian perinatal. Di Indonesia sendiri, angka kematian perinatal 44 per 1000
kelahiran hidup dan 9,7% diantaranya adalah akibat trauma lahir.
Cephal hematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak
selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir.
Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan
eritema pada kulit kepala. Cephal hematoma mungkin timbul beberapa jam setelah
lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau
beberapa bulan.3
PEMBAHASAN SKENARIO
Kali ini penulis dihadapkan dengan sebuah skenario tentang seorang bayi
berusia 40 minggu lahir via vacuum dari seorang ibu yang menderita DM gestasional
dengan berat 4000gr. Setelah lahir, bayi menangis spontan dan aktif dengan bentuk
kepala tidak simetris dan ditemukan benjolan lunak dengan diameter 10 cm yang tidak
melewati sutura kranialis. Keluarga khawatir dengan kondisi tersebut dan meminta
penjelasan dokter.
Anamnesis3
Identitas pasien (ibu dan anak)
Keluhan utama : berkaitan dengan trauma lahir anak (trauma kepala)
Keluhan tambahan
Riwayat menstruasi
Siklus haid
Nyeri haid
Riwayat perkawinan
Tentang kehamilan
Tentang persalinan
Riwayat sosial
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada BBL dilakukan kurang lebih 3 kali, yaitu pada saat
lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu akan dibawa pulang. Segera setelah bayi
dilahirkan, harus dilakukan evaluasi neonatus berupa:3,4
1. menilai tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia
2.
3.
4.
5.
kehamilan
menilai adaptasi neonatal (skor Apgar, refleks)
menilai fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi)
memberi identifikasi : jenis kelamin, berat badan, panjang badan
menentukan penanganan yang diperlukan (perlu dirawat intensif atau dapat
dirawat bersama ibu)
Pemeriksaan kedua dilakukan 24 jam kemudian di ruang perawatan bayi,
supaya bila ada hal yang luput dari pemeriksaan pertama dapat ditemukan pada
pemeriksaan kedua ini. Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum dilakukan pemeriksaan
ketiga, yaitu bila ada kelainan pada BBL yang belum hilang, seperti ikterus, cephal
hematoma, ataupun bila BBL tersebut terkena penyakit yang didapat dari rumah sakit
tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan lingkar kepala, berat badan, panjang
badan, kelainan fisik yang ditemukan, frekuensi nafas, nadi, dan keadaan tali pusat.4
Pemeriksaan di ruang bersalin
Untuk menilai kesesuaian antara berat lahir dan usia kehamilan, digunakan
grafik Lubchenko sebagai penilaian.4
1. Grafik LubChenko5
Berdasarkan grafik tersebut, bayi pada skenario termasuk dalam neonatus
cukup bulan sesuai masa kehamilan (NCB-SMK).
Untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus
otot, kemampuan refleks dan warna kulit (adaptasi neonatus), digunakan
penilaian APGAR skor yang dilakukan pada 1 menit pertama kelahiran
(memberi kesempatan bayi untuk memulai perubahan), 5 menit, dan 10 menit
(memberikan indikasi morbiditas di masa mendatang dan kelainan neurologis).
Penilaian dapat dilakukan lebih sering bila ada nilai yang rendah dan
membutuhkan resusitasi.4
Tabel 1. Penilaian skor APGAR
TANDA
Frekuensi jantung
Tidak ada
>100 kali/menit
Usaha bernapas
Tidak ada
Lambat
Menangis kuat,
pernapasan baik
Tonus otot
Refleks
Ekstremitas fleksi
Gerakan aktif,
sedikit
menangis
Meringis /
Meringis / bersin /
menangis lemah
Tidak bereaksi
saat stimulasi
Warna kulit
Seluruh tubuh
Tubuh kemerahan,
biru/pucat
ekstremitas
bawah biru
kemerahan
Hasil penilaian :4
Adaptasi baik
Asfiksia ringan-sedang
Asfiksia berat
: skor 7-10
: skor 4-6
: skor 0-3
untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan,
bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas.
5. Refleks moro (+), harus simetris
Refleks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang
terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru
lahir itu melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya kebelakang, dan
merentangkan tangan dan kakinya. Refleks ini berbeda dengan refleks lainnya yang
termasuk dalam ketegori gerakan motor. Refleks moro adalah peninggalan nenek
moyang primata kita dan refleks ini merupakan upaya untuk mempertahankan hidup.
Refleks ini cenderung menghilang pada usia 3 hingga 4 bulan.
Pada pemeriksaan kepala ditemukan benjolan lunak dengan diameter 10cm yang
tidak melewati sutura cranialis dan membuat kepala bayi terlihat tidak simetris.
Diagnosis Kerja
7
Diagnosis kerja pada makalah ini adalah neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan (NCB-SMK) dengan cephal hematoma. Untuk menegakkan diagnosis ini,
akan dibahas mengenai neonatus itu sendiri dan kelainan pada neonatus akibat proses
persalinan.
Neonatologi
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan
berakhir pada saat permulaan persalinan. Lama kehamilan berlangsung sampai
persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:3
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu
c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu:3
a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu
b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu
c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu
Dalam trimester pertama organ-organ mulai dibentuk. Trimester kedua organ
telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih diragukan. Sementara
janin yang dilahirkan pada trimester terakhir telah viable (dapat hidup). Bila hasil
konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan dibawah 20 minggu disebut
abortus (keguguran). Bila hal tersebut terjadi dibawah 36 minggu disebut partus
prematur. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu disebut partus aterm.3
Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat
bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat badan ini
tergantung juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu.
Secara umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih besar resikonya
untuk mengalami masalah. Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi
baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi.
Konsep berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas karena tidak semua
berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan.4
Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan
kecukupan pertumbuhan intrauterine. Penentuan hubungan ini akan mempermudah
morbiditas dan mortalitas bayi. Menurut hubungan berat lahir dan umur kehamilan
maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil
Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK). Klasifikasi bayi menurut
masa gestasi dan umur kehamilan adalah Neonatus Kurang Bulan (NKB), Neonatus
Cukup Bulan (NCB) dan Neonatus Lebih Bulan (NLB).4
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam
pertama setelah lahir. Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram, Bayi Berat Lahir Cukup (BBLC) yaitu 25004000 gram dan bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram.4
Trauma lahir
Trauma lahir adalah cedera fisik yang terjadi selama persalinan, secara teoritis
sebagian besar cedera dapat dihindari dengan pengkajian dan perencanaan yang
cermat. Namun demikian beberapa cedera tidak dapat dihindarkan meskipun dengan
pengkajian dan perencanaan yang cermat tersebut karena beberapa cedera tidak dapat
diantisipasi sampai terjadi peristiwa tertentu selama persalinan.6
Trauma lahir merupakan trauma pada bayi sebagai akibat tekanan mekanik
(seperti kompresi dan traksi) selama proses persalinan. Trauma lahir dapat
diklasifikasikan berdasarkan organ yang mengalami trauma, yaitu :3
Jaringan lunak : abrasi, ptekie atau eritema, ekimosis, laserasi, nekrosis lemak
subkutan
Tulang tengkorak : caput succedaneum, cephal hematoma, fraktur linier
Wajah : perdarahan subkonjungtiva, perdarahan retina
Trauma musculoskeletal : fraktur klavikula, fraktur tulang panjang, trauma
sternocleidomastoid
Trauma intraabdomen : hematoma hati, hematoma limpa, perdarahan adrenal,
perdarahan ginjal
Saraf tepi : paralisis nervus VII, paralisis pita suara unilateral, paralisis nervus
radialis, trauma pleksus lumbosacral
9
Berdasarkan skenario, maka trauma yang akan dibahas lebih mendalam adalah trauma
kepala ekstrakranial, yaitu cephal hematoma yang menjadi diagnosis kerja pada
skenario ini.
Diagnosis Banding
Caput Succedaneum
Caput
succedaneum
merupakan
penumpukan
cairan
serosanguineous,
subkutan, dan ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas. Kelainan ini biasanya
pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Tekanan dari
uterus atau jalan lahir dapat mencetuskan penumpukan serum atau darah di atas
periosteum. Caput juga dapat disebabkan oleh adanya ekstrasi vacuum pada saat proses
pengeluaran kepala bayi. Kepala bayi baru lahir memiliki proporsi besar dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya, kepala juga lunak dengan tulang tengkorak, akibatnya
dapat terjadi berbagai jenis trauma dikepala. Caput succedaneum biasanya tidak
menimbulkan komplikasi dan akan hilang 12 jam sampai 2 hari setelah kelahiran.
Terapi hanya berupa observasi.3,6
Perdarahan Subgaleal
Perdarahan subgaleal merupakan perdarahan pada ruang antara periosteum
tulang tengkorak dan aponeurosis galea kulit kepala. 90% kasus terjadi akibat alat
vacuum yang dipasang pada kepala bayi saat proses kelahiran. Perdarahan subgaleal
memiliki kekerapan yang tinggi terhadap terjadinya trauma kepala (40%), seperti
perdarahan intracranial atau fraktur tulang tengkorak.3
Diagnosis umumnya berdasarkan klinik, yaitu massa berfluktuasi pada kulit
kepala (terutama daerah oksipital). Pembengkakan timbul bertahap dalam 12-72 jam
setelah kelahiran. Perdarahan tersebar melampaui seluruh kalvaria. Pasien dapat
mengalami syok hemoragik. Pembengkakan dapat mengaburkan fontanel dan melewati
garis sutura (berbeda dengan cephal hematoma). Pemeriksaan laboratorium meliputi
10
Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar dapat menyebabkan adanya tekanan tulang
pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh
darah bayi.
Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat
menyebabkan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi
Faktor Resiko
Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain primigravida, disproporsi
sefalopelvik (ibu pendek, kelainan rongga panggul), persalinan yang berlangsung
terlalu lama atau cepat, oligohidramnion, presentasi abnormal (sungsang), ekstrasksi
forceps atau vakum (midcavity), versi dan ekstraksi, bayi berat lahir sangat rendah atau
sangat premature, makrosomia, ukuran kepala janin besar, dan anomali janin.
Epidemiologi
Cephal hematoma terjadi sekitar 1-2 % dari jumlah kelahiran hidup. Insidens
bayi dengan cephal hematoma dapat terjadi pada persalinan normal, namun akan
meningkat pada partus lama, primipara, dan partus yang menggunakan ekstraksi
vacuum atau forceps.3
Patofisiologi
Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi
tulang kepala ke jaringan periosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada
11
persalinan lama ataupun akibat ekstraksi vacuum atau forceps. Akibat robeknya
pembuluh darah ini, terbentuklah timbunan darah di daerah subperiosteal yang dari
luar terlihat benjolan. Bagian kepala yang mengalami hematoma bisanya berwarna
merah akibat adanya penumpukan darah pada daerah yang mengalami perdarahan sub
periosteum. Terkadang cephal hematoma disertai dengan fraktur tulang tengkorak di
bawahnya atau perdarahan intrakranial.3,7
Gejala klinis
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala cephal hematoma:1,3
Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam bayi lahir, dan
semakin jelas kurang lebih dalam 6-8 jam setelah bayi lahir
Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang
Penatalaksanaan
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya
akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar
kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, dimana kelainan ini agak
lama menghilang (1-3 bulan), dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :3
Cegah infeksi. Bila ada permukaan yang mengalami luka, maka jaga agar tetap
berfluktuasi
Pemberian vitamin K
Pemeriksaan radiologi bila ada indikasi gangguan nafas dan benjolan terlalu
12
Transfusi darah bila terjadi anemia atau hipovolemia akibat akumulasi darah
yang banyak
Fototerapi bila terjadi hiperbilirubinemia
Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami
resolusi dalam 2 - 8 minggu
Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
Ikterus
Anemia
Infeksi
Kalsifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
13
14
1. Dewi, Nanny, Vivian. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba
Medika, 2010.
2. Charlton. Valerie E, Phibbs. Roderic H. Pemeriksaan bayi baru lahir. Dalam: Buku
ajar pediatric Rudolph volume 1. Edisi ke-20. Jakarta:EGC, 2006. Hal 242-51.
3. Prawirohardjo S., Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2014.
4. Damanik, Sylviati M. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. In:
Sholeh Kosim, dkk. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI,
2008.h.11-30.
5. Longo DL., The rise of fetal and neonatal physiology: basic science to clinical care.
1st edition. USA: Springer, 2013.p.192.
6. Reeder, Martin dan Koniak-Griffin. Keperawatan maternitas kesehatan wanita, bayi
dan keluarga volume 2. Edisi 18. Jakarta: ECG, 2011.h.683.
7. FK UNPAD. Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC, 2008.
15