Anda di halaman 1dari 4

Dua mekanisme utama pengaruh merokok terhadap saluran pernapasan adalah melalui induksi

inflamasi dan efek karsinogenik/metagenik. Reaksi inflamasi terdiri dari berbagai efek yang
berbeda antara lain siliotoksisitas, peningkatan sekresi mucus, dan akumulasi sel inflamasi
teraktivasi di saluran pernapasan. Beberapa kandungan dari rokok merupakan iritan, sedangkan
kandungan lain memiliki efek toksik terhadap epitel pernapasan melalui struktur kimia yang
dimilikinya misalnya asam, ammonia, aldehida, sehingga terjadi kerusakan atau kematian sel
serta inflamasi lokal. Terlebih lagi fungsi pembersihan normal pada epitel terganggu karena
adanya siliotoksisitas. Bersama-sama dengan hyperplasia sel goblet dan peningkatan produksi
mucus, penurunan mekanisme pembersihan menginduksi retensi mucus di saluran napas yang
merupakan predisposisi bagi kolonisasi bakteri dan infeksi sehingga terjadi eksaserbasi
inflamasi. Di samping efek fisikokimiawi yang dimiliki rokok di atas, lesi lain yang lebih
spesifik berhubungan dengan inhalasi ROR. ROR ini dapat berasal dari rokok ataupun akibat
dari solusi tar pada epithelial lining fluid (ELF) di paru. Oksidan di dalam rokok juga dapat
menginduksi sekuestrasi netrofil dan monosit di paru yang juga dapat berpenetrasi ke endotel
dan ditemukan meningkat pada cairan bronchoalveolar lavage (BAL). Sel-sel leukosit tersebut
terutama

netrofil

granulosit

dapat

menghasilkan

02.-

dalam

jumlah

besar

melalui

nicotinamideadenine dinucleotide phosphate-oxidase. Anion tersebut lalu ditransformasi menjadi


oksidan yang lebih agresif seperti H2O2, .OH dan apabila ada mieloperoksidase maka hipohalida
akan terbentuk. Oksidan-oksidan tersebut menyebabkan kerusakan pada berbagai substrat dan
mengakibatkan gangguan dan kerusakan sel dan matriks ekstraseluler paru.

Gambar 1. Overview metabolisme reactive organic radicals (ROR)

Gambar 2. Mekanisme kerusakan sel dan jaringan oleh ROR

Gambar 3. Antioksidan di paru


Terdapat hubungan khusus antara oksidan dan keseimbangan protease/antiprotease di paru:
oksidan mampu menginaktivasi antiprotease penting seperti 1-proteinase inhibitor dan secretory
leukoprotease inhibitor. Protease lain juga diaktivasi melalui oksidasi. Dapat disimpulkan bahwa
efek

dari

oksidan

mengakibatkan

ketidakseimbangan

protease/antiprotease

sehingga

menginduksi kerusakan jaringan dan inflamasi. Interaksi antara oksidan dan sistem
protease/antiprotease disebut dengan efek kooperatif. Aspek penting lain dari kerusakan akibat
oksidan yang diinduksi oleh rokok adalah kerusakan antioksidan di paru. Antioksidan di paru
terdiri dari scavenger, enzim, dan sistem enzim yang mencegah kerusakan oksidatif.
Glutathione (GSH) merupakan antioksidan penting pada kompartemen ekstrasel dan intrasel di
paru. Terlebih GSH merupakan scavenger bagi kebanyakan oksidan biologis dan dapat didaur

ulang secara intrasel oleh GSH redox cycle atau c-glutamyl cycle. Rokok dapat menyebabkan
penurunan akut dari GSH namun setelah beberapa jam produksi GSH meningkat dan
peningkatan GSH dapat ditemukan di ELF perokok. Hal tersebut menunjukkan usaha paru untuk
melawan efek oksidan. Enzim antioksidan seperti katalase dan 02.- dismutase serta vitamin C juga
mengalami peningkatan pada perokok. Akan tetapi akibat peningkatan oksidasi dan penurunan
kapasitas antioksidan, maka keseimbangan oksidan/antioksidan bergeser ke arah oksidan.

Gambar 4. Mekanisme penyakit paru yang diinduksi rokok


PPOK
PPOK yang dibahas adalah kondisi obstruksi pernapasan yang berhubungan erat dengan
konsumsi rokok yaitu bronchitis kronik dan emfisema. PPOK yang menjadi penyebab kematian
urutan keenam di tahun 2010 diprediksikan menjadi penyebab kematian ketiga di tahun 2020.
Populasi penderita PPOK yang merokok mencapai 70-80% pada laki-laki dan 70% pada
perempuan. Pada spirometri tampak derajat penurunan longitudinal VEP1 pada perokok yang
curam dapat diturunkan dengan berhenti merokok bahkan saat PPOK ringan-sedang sudah
muncul. Di samping merokok, faktor lain yang berhubungan dengan pembentukan PPOK dapat
dilihat di gambar 5.

Gambar 5. Faktor risiko selain merokok yang berperan dalam terjadinya PPOK
Patogenesis PPOK yang diinduksi oleh rokok melibatkan hipotesis protease/antiprotease dan
oksidan/antioksidan dan proses perbaikan abnormal. Singkatnya produksi proteolitik dari sel
inflamasi yang tidak dapat dilawan oleh sistem antiprotease yang efektif menyebabkan
kerusakan bronkus dan destruksi alveolar. Hipotesis protease/antiprotease didasarkan pada
observasi pasien emfisema prematur dengan defisiensi inhibitor 1 proteinase yang berat. Selain
itu terdapat juga peran dari neutrofil elastase yang mampu merusak epitel respiratori dan
meningkatkan produksi mucus oleh sel goblet. Hal ini meningkatkan produksi interleukin (IL) 8
yang merupakan kemoatraktan neutrofil yang poten. Makrofag alveolar dan enzim makrofag
elastase (MMP) juga berperan dalam patofisiologi emfisema. Akan tetapi peran neutrofil dan
makrofag serta produksi elastolitiknya belum terlalu jelas diketahui.
Hipotesis oksidan/antioksidan yang sebelumnya telah dijelaskan didapatkan dari banyak data
yang mengindikasikan kontribusi stress oksidatif pada PPOK. Pada perokok dan subjek dengan
PPOK, peningkatan oksidan sistemik dan penurunan antioksidan telah terbukti. Proses perbaikan
inkomplit dapat menyebabkan gangguan pada struktur subepitel yang menyebabkan fibrosis
jaringan peribronkial dan inhibisi remodeling matriks ekstraseluler. Walaupun rokok merupakan
faktor utama penyebab PPOK namun hanya sedikit perokok yang menderita penyakit ini. Oleh
karena itu perlu diteliti lebih lanjut faktor endogen yang menjadi predisposisi PPOK pada
perokok.
Sumber : Behr J, Nowak D. Tobacco smoke and respiratory disease. Eur Respir Mon. 2002. 21:
161179

Anda mungkin juga menyukai