Laprak Kultur Jaringan
Laprak Kultur Jaringan
(BI22014)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
kultur merupakan memanfaatkan bagian jaringan dari suatu organisme
agar jaringan tersebut mampu menjadi organisme yang utuh dan mempunyai
sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh
dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Tujuan pokok
penerapan perbanyakan dengan teknik kultur jaringan adalah produksi
tanaman dalam jumlah besar pada waktu singkat, terutama untuk varietasvarietas unggul yang baru dihasilkan. Teknik kultur jaringan dilakukan
dengan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif ,
teknik kultur jaringan Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara
konvensional karena teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik
di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu, oleh karena itu
teknik ini sering kali disebut kultur in vitro, sehinngga semua organisme baru
yang berhasil ditumbuhkan dalam media tanam kultur jaringan
akan
jaringan memiliki keuntungan baik untuk tanaman itu sendiri dan juga bagi
penamanm nya seperti terjaminnya mutu tanaman yang dikultur, diperolehnya
hasil kultur yang sehat dll. .( Katuuk ,1989)
Meningkatnya penelitian kultur jaringan dalam dua dekade terakhir ini
telah memberikan sumbangan yang begitu besar bagi ahli pertanian,
pemuliaan tanaman, botani, biologi molekuler, biokimia, penyakit tanaman,
dan sebagainya. Karena teknik kultur jaringan telah mencapai konsekuensi
praktis yang demikian jauh di bidang pertanian, pemuliaan tanaman, dan
sebagainya maka dapat dipastikan jumlah penelitian dan aplikasi teknik ini
akan terus meningkat pada masa masa mendatang.( Katuuk ,1989)
Beberapa contoh penggunaan kultur jaringan dalam pertanian adalah
sebagai
berikut:
Ketela
pohon
(Manihot
utilisima)
umumnya
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Klas
: Dicotiledonae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Crhysantemum
Spesies
: Crhysantemum morifolium R.
Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat yang diperlukan terpenuhi, yakni : (Gunawan, 1987)
2.4
:NAA,IAAdan2,4D
2.Sitokinin
:BAPdanKinetin
tanaman.
Komposisi
tersebut
mengandung
protein,
3.CaCl2.H2o
4.MgSo4.7H2O
5.KH2PO4
Sedangkan unsur-unsur nutrisi mikro anorganik dalam media MS antara
lain:
1.MnSO4.4H2O
2.ZnSO4.4H2O
3.H3BO3
4.Kl
Salah satu unsur Fe berasal dari komponen nutrisi mikro anorganik. Unsur
Fe dikatagorikan dalam larutan stok C karena nutrisi ini tidak dapat larut
dengan unsur lain. Oleh karena itu, Fe harus dipisahkan dari unsur lain.
Vitamin yang digunakan dalam media MS hanya thiamine (vitamin
B1). Komponen ini diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan
biosintesis dari asam amino. Vitamin telah terbukti sebagai komponen
yang penting dalam kultur jaringan tanaman. Vitamin lain yaitu seperti
vitamin C dan vitamin E hanya digunakan jika diperlukan untuk
pertumbuhan eksplan maksimum. Unsur organik dalam media MS seperti
sukrosa atau gula lain menambahkan ke dalam media untuk menyediakan
CO2. (Gunawan, 1987)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum ini terdapat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat
Denmeyer
Bahan
Eksplan berupa daun krisan ke 2-5
Gelas piala
Gelas Ukur
di tabel 1)
Medium alternative dengan
komponen kimia berupa :
~Pupuk growmore 32-10-10 (5g/L)
~Vitastart B (3ml/L)
~air kelapa (15%)
Botol Ukur
~sukrosa (3%)
Agen sterilisasi explan berupa
alkohol 70% dan clorox 40%.
Sedangkan untuk sterilisasi alat-alat
Batang pengaduk
Pipet Ukur
Hot plate
PH Meter
Scalpel + Blade
Pinset
Cawan Petri
Lampu Spirtus
Clean Bleach
Rak Kultur
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Minggu Ke-
Foto Kultur
Keterangan
Daun berkembang
menjadi kalus
NAA = 0,0 mg/L
saat tidak
ditambahkan ZPT
baik NAA
maupun BAP.
Gambar 4.1 Kalus Daun
(Dokumentasi Kelompok 9,
2016)
Daun berkembang
menjadi kalus
setelah diberi
perlakuan dengan
menambahkan
NAA 0,5 mL dan
Gambar 4.2 Kalus Daun
(Dokumentasi Kelompok 2,
2016)
Daun berkembang
menjadi kalus
saat diberi
NAA = 2,0 mg/L
perlakuan dengan
menambahkan
yang sama.
2016)
Eksplan baru
mulai tumbuh,
belum terlihat
menjadi pucuk,
kalus, atau akar.
Eksplan tampak
telah tumbuh
menggumpal
membentuk kalus,
terjadi
kontaminasi
jamur pada botol
8 saat
Gambar 4.8 Botol 1 Minggu 4
pengamatan
minggu ke 4.
Minggu Ke-
Foto Kultur
Keterangan
Batang tumbuh
menjadi kalus
akibat sebagai
perlakuan kontrol
tanpa
penambahan ZPT
baik NAA
maupun BAP,
terlihat
Gambar 4.12 Kalus Batang
(Dokumentasi Kelompok 9,
2016)
perkembangan
daun dari tunas
yang telah ada
Daun berkembang
menjadi kalus
setelah diberi
perlakuan dengan
menambahkan
NAA 0,5 mL dan
BAP 2,0 mL.
Gambar 4.13 Kalus Batang
(Dokumentasi Kelompok 2,
2016)
Batang tumbuh
menjadi kalus
NAA = 2,0 mg/L
akibat sebagai
perlakuan melalui
penambahan ZPT
NAA:BAP (1:1)
Gambar 4.14 Kalus Batang
(Dokumentasi Kelompok 5,
2016)
Eksplan baru
mulai tumbuh,
belum terlihat
menjadi pucuk,
kalus, atau akar.
Terjadi
kontaminasi
bakteri pada botol
Gambar 4.15 Botol 2 Minggu 1
4 saat pengamatan
minggu ke 1.
Eksplan tampak
telah tumbuh
menggumpal
membentuk kalus,
terjadi
kontaminasi
bakteri pada botol
1 saat pengamatan
Gambar 4.20 Botol 5 Minggu 4
(Dokumentasi Pribadi, 2016)
minggu ke 1.
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan kultur jaringan pada tiap minggu dalam masingmasing medium berbeda beda. Pada minggu ke-1 botol 4 terdapat
kontaminasi bakteri sehingga tidak lagi diamati pada minggu-minggu
selanjutnya, sedangkan pada botol lainnya kondisinya baik-baik saja. Pada
minggu ke-2 tidak terdapat tanaman yang terkena kontaminasi bakteri,
mulai terlihat daun, akar dan kalus pada masing-masing botol. Pada
minggu ke-3 pertumbuhan dari daun, akar dan kalus semakin bertambah
dan terlihat jelas bagian daunnya melebar, bagian akarnya terjadi
perbanyakan dan pertumbuhan kalus pun semakin menggulung dan
melebar. Pada minggu ke-4 botol ke-8 terkena kontaminasi jamur, namun
pada
botol-botol
lainnya
pertumbuhan
daun
semakin
melebar,
merupakan
jenis
hormon
yang
dapat
meningkatkan
auksin saja tanpa sitokinin dalam kultur jaringan hanya menyebabkan selsel akan membesar tanpa proses pembelahan sel, sehingga tidak memberi
pengaruh apapun. Namun, jika auksin dan sitokinin digunakan secara
bersamaan, maka sel-sel akan membelah diri secara optimal. Ketika
konsentrasi kedua zat pengatur tumbuh itu hampir sama, massa sel akan
terus bertambah, namun yang tumbuh adalah kalus yang belum mengalami
diferensiasi. Pertumbuhan kalus diawali dari bagian pinggir eksplan dan
dilanjutkan pada bagian luka yang bersentuhan langsung dengan media.
Kalus yang tumbuh pada tiap perlakuan memiliki tekstur yang hampir
sama dengan warna hijau. Menurut Sunarno (1992) disitasi oleh
Hardiyanto, et al. (2004) warna hijau pada kalus yang pertama terbentuk
disebabkan kalus masih membawa sifat asli eksplan. Untuk keseluruhan
proses
pertumbuhannya,
eksplan
dari
bagian
akar
dan
batang
Udara
melakukan
sterilisasi
berulang
atau
dibersihkan
dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tujuan praktikum ini adalah :
1. Hasil pertumbuhan bunga krisan dalam medium di setiap minggu nya
terjadi peningkatan pertumbuhan diindikasikan dengan terbentuknya
batang, akar dan daun, proses pertumbuhan tersebut berbeda di setiap
botolnya, namun terdapat juga 2 botol yang terkena kontaminasi yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah A.A., 1986. Pembudidayaan Tanaman Obat. Warta Penelitian dan
Pengembangan Penelitian. Jakarta.
Audus, 1963. Plant Growth Substances. Leonard Hill Book. Ltd. London
Barnes J, Anderson LA., Phillipson JD, 2007.Herbal Medicines 3rd Ed.
Pharmaceutical Press London.
Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2002. Biologi edisi 5, jilid 2.
Terjemahan dari Biologi 5th edition, oleh R. Lestari, E. I. M. Adil, N.
Anita, Andri, W.F. Wibowo, W. Manulu. Erlangga. Jakarta.