Anda di halaman 1dari 21

KONSEP ULKUS DIABETIK

a. Defenisi Ulkus Diabetik


Ulkus diabetikus adalah salah satu bentuk komplikasi kronik
Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang
dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Anonim, 2012).
Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan atau
destruksijaringan ikat dalam yang berhubungan dengan neuropatidan
penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah (Decroli, 2008).
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler
insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada
penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi
infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Anonym,
2012).
b. Bagaimana fisiologis terjadinya ulkus kaki diabetik ?
Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga
terdapat gula berlebih pada jaringan yang merupakan medium yang
baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering
mendapat tekan-an ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus
berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan
tanduk lemak, pus, serta krusta di atas (Handaya, 2009).
c. Klasifikasi Ulkus Diabetik.
Untuk tujuan klinis praktis, kaki diabetika dapat dibagi menjadi
3

katagori,

yaitu

kaki

diabetika

neuropati,

iskemia

dan

neuroiskemia.Pada ulkus yang dilatar belakangi neuropati ulkus


biasanya bersifat kering,fisura, kulit hangat, kalus, warna kulit normal
dan lokasi biasanya di plantar, lesi sering berupa punch out.Sedangkan
lesi akibat iskemia bersifat sianotik, gangren, kulit dingin dan lokasi
tersering adalah di jari.Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti; tepi,
dasar, ada atau tidak pus, eksudat, edema, kalus, kedalaman ulkus

perlu dinilai dengan bantuan probe steril.Probe (penyeledikan) dapat


membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus
melibatkan tendon, tulang atau sendi.Diabetic iskemik Pada DM
dengan iskemik terjadi vaskuler iskemik terjadi penyempitan
pembuluh darah karena terebentuk plak aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah asupan darah berkurang agregat platelet juga
berkurang proses penyembuhan luka sukar terjadi (Anonym, 2012).
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus
menurut Wagner, terdiri dari 6 tingkatan (Anonim 2012) :
0 = Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1 = Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2 = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3 = Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu
jari kaki, bagian depan kaki atau tumit.
5 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetika (Anonym, 2012) yaitu :
1) Sering kesemutan.
2) Nyeri kaki saat istirahat.
3) Sensasi rasa berkurang.
4) Kerusakan Jaringan (nekrosis).
5) Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
6) Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
7) Kulit kering.
e. Diagnosis Ulkus diabetik
Meliputi pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati
terdapat luka atau ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki,
pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut
nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang. Pemeriksaan Doppler
ultrasound adalah penggunaan alat untuk memeriksa aliran darah arteri
maupun vena.Pemeriksaan ini ntuk mengidentifikasi tingkat gangguan
pada pembuluh darah arteri maupun vena. Dengan pemeriksaan yang
akurat dapat membantu proses perawatan yang tepat. Pemeriksaan ini
sering disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index (ABPI). Pada
kondisi normal, tekanan sistolik pada kaki sama dengan di tangan atau

lebih tinggi sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki, vena
ataupun arteri, akan menghasilkan tekanan sistolik yang berbeda. hasil
pemeriksaan yang akurat dapat membantu diagnostic ke arah gangguan
vena atau arteri sehingga manajemen perawatan juga berbeda
(Anonym, 2012).
Cara pemeriksaan ABPI adalah sebagai berikut (Anonym,
2012) :
1) Baringkan klien kurang lebih selama 20 menit.
2) Pastikan area kaki tidak ada sumbatan atau hambatan dari
pakaian ataupun posisi.
3) Tutup area luka dengan lapisan melindungi cuff yang menekan.
4) Tempatkan cuff di atas ankle.
5) Doppler probe letakkan di dorsalis pedis dan anterior tibial pulse
(dengan konekting gel). Arah probe Doppler 450
6) Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang
7) Tekan cuff perlahan untuk menurunkan tekanan sampai terdengar
bunyi pulse lagi. Point ini disebut tekanan sistolik ankle.
8) Pindahkan cuff ke lengan di sisi yang sama dengan ekstremitas
bawah.
9) Cari pulse brachial dengan dopler probe ( konekting gel).
10) Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang
11) Turunkan tekanan perlahan hingga terdengar bunyi pulse lagi,
point ini disebut tekanan sistolik brachial.
12) Hitung ABPI dengan membagi hasil sistolik ankle dengan hasil
sistolik brachial.
ABPI= Tekanan sistolik ankel Tekanan sistolik brachial
Hasil perhitungan di atas di interpretasi pada tabel di bawah ini.
< 0.5

Gangguan

0.7-0.8
> 0.8
Arterial dan
Arterial dan
Venous
venous
venus ulcer
ulcer
ulcer
Gangguan
Gangguan
Gangguan

pembuluh

arteri

dan arteri

arteri

vena

vena

Arterial
ulcer

0.5-0.7

dan pembuluh
vena

> 1.2
Calcified

Periksa
ulang

Hasil pemeriksaan APBI tidak hanya berfungsi mendeteksi


pulse pada pasien diabetes tetapi juga sebagai panduan dalam
Bandaging pada kasus leg ulcer atau luka kaki.
Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi
dan menentukan kuman penyebabnya.
f. Patogenesis Ulkus Diabetik
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang
Diabetes mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan
adanya tiga faktor yang sering disebut Trias yaitu: Iskemik, Neuropati,
dan Infeksi. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali

akan

terjadi

komplikasi

kronik

yaitu

neuropati,

menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan


sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang,
penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,
atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila
diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus
diabetika (Anonym, 2012).
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
karena

kekurangan

darah

dalam

jaringan,

sehingga

jaringan

kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati


pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang
ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis
pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku
menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai
(Anonym, 2012).
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri
menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian
dalam

pembuluh

darah.

Menebalnya

arteri

di

kaki

dapat

mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah,


sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam

jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan


berkembang menjadi ulkus diabetika. Proses angiopati pada penderita
Diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat
perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang
kemudian timbul ulkus diabetika (Anonym, 2012).
Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan
penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada
pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi
kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggudistribusi
darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan
ulkus diabetika. Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali
akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit
dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga
terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan
kekurangan

oksigen

mengakibatkan

kematian

jaringan

yang

selanjutnya timbul ulkus diabetika. Peningkatan kadar fibrinogen dan


bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi
sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan
memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah
yang akan mengganggu sirkulasi darah (Anonym, 2012).
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total,
LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar
jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang
reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis.
Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi
penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL
(highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah.
Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan
kerentanan terhadap aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis
yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal.Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan

sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
tungkai. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali

menyebabkan

abnormalitas

lekosit

sehingga

fungsi

khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi


fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi
mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem phlagositosisbakterisid intra selluler (Anonym, 2012).
Pada penderita ulkus diabetik, 50 % akan mengalami infeksi
akibat adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media
pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus
diabetika yaitu kuman aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta
kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan
Clostridium septikum.Hampir 2/3 pasien dengan ulkus kaki Diabetik
memberikan komplikasi osteomielitis. Osteomielitis yang tidak
terdeteksi akan mempersulit penyembuhan ulkus. Oleh sebab itu setiap
terjadi

ulkus

perlu

dipikirkan

kemungkinan

adanya

osteomielitis.Diagnosis osteomielitis tidak mudah ditegakkan.Secara


klinis bila ulkus sudah berlangsung >2 minggu, ulkus luas dan dalam
serta lokasi ulkus pada tulang yang menonjol harus dicurigai adanya
osteomielitis. Spesifisitas dan sensitivitas pemeriksaan rontgen tulang
hanya 66% dan 60%, terlebih bila pemeriksaan dilakukan sebelum 10
21 hari gambaran kelainan tulang belum jelas. Seandainya terjadi
gangguan tulang hal ini masih sering sulit dibedakan antara gambaran
osteomielitis atau artropati neuropati.Pemeriksaan radiologi perlu
dilakukan karena di samping dapat mendeteksi adanya osteomielitis
juga dapat memberikan informasi adanya osteolisis, fraktur dan
dislokasi,

gas

gangren,

deformitas

kaki.Uji

probe

to

bone

menggunakan probe logam steril dapat membantu menegakkan


osteomielitis karena memiliki nilai prediksi positif sebesar 89%. Untuk
lebih memastikan osteomielitis pemeriksaan MRI sangat membantu
karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%.Namun

diagnosis pasti osteomielitis tetap didasarkan pada pemeriksaan kultur


tulang (Anonym, 2012).
g. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus diabetic
Pencegahan dan pengelolaan ulkus

diabetik

untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut adalah :


a) Memperbaiki kelainan vaskuler.
b) Memperbaiki sirkulasi.
c) Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d) Edukasi perawatan kaki.
e) Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil
laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk
penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala
dan penyulit DM.
f) Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
g) Menghentikan kebiasaan merokok.
h) Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :
(1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
(2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air,
suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan
mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama
diantara jari-jari kaki.
(3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau
tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan
menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene).
(4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit
menjadi kering dan retak-retak.
(5) Menggunting kuku hanya boleh

digunakan

untuk

memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian mengikir


agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah
mandi, sewaktu kuku lembut.
(6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya
diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur
atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat
menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan
penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya
diobati hanya oleh podiatrist.

(7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat
kalus, bula, luka dan lecet.
(8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
(9) Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk

kaki dan nyaman dipakai.


Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih
dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat

menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap kulit.


Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang
untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus

kaki.
Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan

hati-hati.
Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap

hari.
Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan
memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan

kaki berkeringat.
Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa
fisik, kimia dan termis, yang biasanya berkaitan dengan

(10)

aktivitas atau jenis pekerjaan.


Menghidari pemakaian

obat

yang

bersifat

vasokonstriktor misalnya adrenalin, nikotin.


(11)
Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan
memeriksa kaki setiap control walaupun ulkus diabetik
sudah sembuh.
Manajemen perawatan luka
a

Pencucian luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka
yang bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolic tubuh
pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki, dan

mempercepat

proses

penyembuhan

luka

dan

menghindari

kemungkinan terjadinya infeksi. Pencucian luka merupakan aspek


yang paling penting mendasar dalam manajemen luka. Merupakan
basis untuk proses penyembuhan luka yang baik, karena luka akan
sembuh dengan baik jika luka dalam kondisi bersih.
Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing, scrubbing,
showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing.
Mencuci dengan teknik swabbing dan scrubbing tidak terlalu
dianjurkan pada pencucian luka, karena dapat menyebabkan trauma
pada jaringan granulasi dan epithelium, juga membuat bakteri
terdistribusi bukan mengangkat bakteri. pada saat scrubbing atau
menggosok dapat menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat
meningkatkan inflamasi ( persisten inflamasi). teknik showering
(irigasi), whirpool, dan bathing adalah teknik yang paling sering
digunakan dan banyak riset yang mendukung teknik ini. Keuntungan
dari teknik ini adalah dengan teknik tekanan yang cukup dapat
mengangkat bakteri yang terkolonisasi, mengurangi terjadinya trauma
dan mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak menyebabkan luka
mengalami trauma.
b Debridement
Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasi kan oleh
adanya sel matiyang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif,
ini merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang
rusak.
Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :

Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi impermeable

dan lengket pada permukaan luka.


Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada luka
Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka

dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri.untuk


menolong

penyembuhan

luka,

tindakan

debridement

sangat

dibutuhkan. Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode


seperti mekanikal, surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical.
Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka
cairan fisiolofis, Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk
membersihkan jaringan nekrotik. Debridemen secara enzimatik
dilakukan dengan pemberian enzim eksogen secara topikal pada
permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan residu-residu
protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin.
Beberapa jenis debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse
dan fibrinolisin. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila
seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim
proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan
nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat
menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan
bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta
memacu proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang disterilkan
sering digunakan untuk debridemen biologi. Belatung menghasilkan
enzim yang dapat menghancurkan jaringan nekrotik. Debridemen
bedah merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan efisien.

1
2
3
4

Tujuan debridemen bedah adalah untuk:


mengevakuasi bakteri kontaminasi,
mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
Menghilangkan jaringan kalus,
mengurangi risiko infeksi lokal.
Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang baik

adalah dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement


adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh
tubuh sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam
keadaan lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic enzim secara
selektif akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan
melunak jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya
ataupun dibantu dengan surgical atau mechanical debridement.
Tindakan debridement lain yang biasa digunakan adalah dengan cara
biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva akan dengan
sendirinya secara selektif memakan jaringan nekrosis sehingga dasar
luka menjadi merah.

Pemilihan Balutan
Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan
yang harus dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
integument. Berhasil tidaknya luka membaik, tergantung pada
kemampuan perawat dalam memilih balutan yang tepat, efektif dan
efisien.
Tujuan Memilih Balutan

Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi /melindungi luka dari

trauma dan invasi bakteri


Mampu Mempertahankan Kelembaban
Mempercepat Prosespenyembuhan Luka,
Absorbs Cairan Luka
Nyaman Digunakan,Steril Dan Cost Effective.

Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan


metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan
lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat
dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak
lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable
terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen
penting dalam mempercepat penyembuhan lesi.
Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana
dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan
risiko operasi.Berikut ini akan dikenalkan beberapa jenis bahan
topical terapi yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan
perawatan luka diabetic, diantaranya adalah calcium alginate,
hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, gamgee, polyurethane foam,
silver dressing.

Metcovazin

Metcovazin adalah salah satu sediaan zink yang telah


dikembangkan dalam bentuk cream. Zink (Zinc oxide) memilki ikatan

kimia ZNO, Z untuk Zinc dan O untuk oksigen. Zinc Oxide terdiri atas
satu atom zink dan satu atom oksigen yang saling berikatan. Ada sekitar
300 enzim yang membutuhkan Zinc dalam kegiatannya, sebagai mineral
esensial dalam pembentukan sintesis DNA, sintesis protein, pergantian
dan perbaikan jaringan. Defisiensi Zink dapat menyebabkan gangguan
dalam penyembuhan luka, terutama penurunan jumlah protein dan
sintesis kolagen selama proses penyembuhan luka. Saat proses
penyembuhan luka, terjadi peningkatan kebutuhan zink, terutama pada
fase inflamasi dan proliferasi.
Metcovazin direkomendasikan untuk luka dengan warna dasar
luka hitam, kuning dan merah. Metcovazin tidak dapat menyerap
eksudat dan tidak dapat membunuh kuman kecuali dikombinasikan
dengan antimikroba (Arisanty, 2013).

Cutisorb
Merupakan dressing pengisap dengan suatu kompres penyerap

yang efektif dan sangat tergantung pada strukturnya. Pada penyerap


harus cukup mampu menyerap cairan jaringan yang keuar dari
luka.Namun, rembesan eksudat melalui dressing harus dicegah.
Cutisorb kompres penyerap merupakan produk perawatan luka dari

BSN medis (BSN Medical, 2012).


Cutimed Sorbact
1) Pendekatan inovatif terhadap terapi mikroba
a) Kekuatan daya tarik fisika.
Cutimed Sorbact menggunakan konsep antimikroba
unik yang bekerja tanpa zat aktif kimiawi. Sebaliknya, Cutimed

Sorbact menggunakan prinsip fisika untuk membersihkan luka


yang terkoloni dan terinfeksi: Bakteri dan jamur akan terikat
pada dressing melalui interaksi hidrofobik.
b) Sederhana dan efektif.
Patogen luka yang terikat pada dressing akan terangkat
dari luka dengan mudah dan efisien setiap kali penggantian
dressing. Prinsip yang sangat sederhana ini telah terbukti
berhasil dalam berbagai studi: Cutimed Sorbact adalah produk
yang dapat diandalkan sebagai antimikroba yang efisien dalam
penatalaksanaan luka tanpa dikaitkan dg resiko resiko yg
mungkin menyertai penggunaan produk antibiotik atau
antiseptik lokal.

Gambar 1. Cutimed Sorbact


2) Indikasi
Cutimed Sorbact dapat digunakan pada semua jenis luka
bereksudat yang terkontaminasi, terkoloni, atau terinfeksi, tanpa
memandang etiologinya, seperti :
a) Luka kronik, seperti, ulkus vena, arteri, atau diabetik, dan ulkus
tekan
b) Luka pasca eksisi fistula dan abses
c) Luka pasca operasi yang mengalami dehisensi (terbuka
kembali)
d) Luka traumatic
3) Interaksi Hidrofobik.
a) Prinsip fisika.
HInteraksi hidrofobik adalah prinsip fisika dasar:
partikel

hidrofobik

(menolak

air)

berakumulasi

dalam

lingkungan yang aqueous dan terikat satu sama lain melalui


kekuatan molekul air di sekitarnya.
b) Sifat hidrofobik.
Bakteri memiliki struktur hidrofobik tertentu pada
permukaan selnya.Hal ini dibutuhkan, misalnya, untuk
berikatan pada jaringan luka pada fase awal infeksi
luka.Cutimed Sorbact, di lain pihak, dilapisi dengan derivat
asam

lemak

Dialkylcarbamoylchloride

(DACC)

yang

memberikan sifat hidrofobik yang sangat kuat pada dressing.


c) Metode Sorbact.
Bakteri luka secara ireversibel terikat pada dressing saat
mereka bersentuhan dengan serat hidrofobik Cutimed Sorbact
dalam lingkungan luka yang lembab. Setelah bakteri luka
terikat pada dressing, bakteri itu tidak akan terlepas dari
dressing.
4) Kondisi optimum untuk penyembuhan luka
a) Pengikatan bakteri dan jamur.
Banyak studi menunjukkan bahwa

bakteri

luka

patogenik memiliki sifat hidrofobik.Semakin patogenik bakteri


luka tersebut, semakin hidrofobik sifatnya.Cutimed Sorbact
memanfaatkan prinsip tersebut. Semakin membahayakan
bakteri tersebut, maka akan semakin efektif Cutimed Sorbact.
Metode Sorbact juga bekerja secara efektif terhadap jamur
seperti Candida albicans, sehingga Cutimed Sorbact secara
lebih memberikan alternatif dalam pengobatan infeksi jamur
kulit.
b) Efektif bahkan terhadap MRSA dan VRE.
Melawan bakteri multi-resisten

menjadi

semakin

penting dalam penanganan luka dan manajemen rumah


sakit.Metode Sorbact juga efektif terhadap MRSA (methicillinresistant Staph. aureus) dan VRE (vancomycin-resistant
Enterococcus) karena resistensi mereka terhadap antibiotik

ternyata tidak mengubah sifat hidrofobik maupun kemampuan


mereka dalam berikatan dengan Cutimed Sorbact.
c) Cara cerdas melawan toksin.
Saat terikat pada Cutimed Sorbact, bakteri menjadi
inaktif dan metabolismenya diperlambat.Akibatnya, replikasi
bakteri menjadi minimal, demikian pula pembentukan toksin
bakteri yang menghambat penyembuhan luka.Manfaat lebih
Cutimed Sorbact dibandingkan zat kimiawi aktif lainnya
seperti perak adalah bahwa dengan Cutimed Sorbact, patogen
secara efektif terikat tetapi tidak dihancurkan, sehingga tidak
terjadi pelepasan endotoksin bakteri.
5) Keunggulan dibandingkan dengan pendekatan antimikroba
lainnya.
a) Tidak terjadi resistensi bakteri atau jamuryang dapat dikaitkan
dengan penggunaan antiseptik atau antibiotik karena interaksi
hidrofobik esensial bagi hidup mikroba.
b) Tidak ada risiko alergi.
Dressing pads, swabs dan ribbon gauze Cutimed
Sorbact, memiliki komponen yang sangat kompatibel dengan
kulit.
c) Tidak ada sitotoksisitas
Cutimed Sorbact tidak melepaskan zat kimiawi aktif
apapun ke dalam luka yang mungkin menghambat proses
penyembuhan luka.
d) Tidak ada peningkatan pelepasan endotoksin bakteri
Berbeda dengan produk seperti perak misalnya,
Cutimed Sorbact tidak menghancurkan bakteri.Oleh karena itu,
pelepasan endotoksin dari sel yang mati dapat dicegah,
sehingga mempercepat penyembuhan luka secara alami.
e) Tidak ada kontraindikasi
Dressing pads, swabs dan ribbon gauze Cutimed
Sorbact: dapat digunakan selama masa kehamilan dan
menyusui, demikian pula pada anak-anak.
6) Instruksi penggunaan
a) Bersihkan luka seperti biasa. Jika diinginkan, tekan dengan
lembut Cutimed Sorbact round swab pada permukaan luka

yang

lembab

untuk

mengangkat

kontaminasi

mikroba

superfisial.
b) Kontak langsung dengan luka merupakan prasyarat untuk
pengikatan mikroorganisme yang efektif. Selalu menggunakan
dressing dengan cara memastikan kontak langsung antara
dressing dengan permukaan luka.
c) Pada luka dalam atau berongga, gunakan Cutimed Sorbact
swab atau ribbon gauze dan tinggalkan sebagian dressing diluar
luka untuk memudahkan pergantian dressing. Jika dibutuhkan,
tutup dengan absorbent, Cutimed Sorbact dressing pad. Pada
luka superfisial, gunakan Cutimed Sorbact swab atau dressing
pad. Gunakan Cutimed Sorbact dressing pad pada luka dg sisi
hijau yang berkontak langsung pada luka.
d) Tergantung pada jumlah eksudat luka, Cutimed Sorbact swab,
ribbon gauze dan round swab dapat dikombinasikan dengan
berbagai dressing hidroaktif sekunder seperti foam atau alginat.
Jangan menggabungkan Cutimed Sorbact dengan salep atau
krim dengan basis minyak yang dapat menghambat mekanisme
kerja hidrophobik.
e) Jika dibutuhkan gunakan perban, plester, atau dressing film
transparan untuk fiksasi.
f) Saat luka sudah bersih dan menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan, dianjurkan untuk beralih ke dressing modern

tipe lain (misal, untuk penatalaksanaan luka lembab).


Foam Dressing
1) Kandungan
Terbuat dari polyurethane foam paling luarnya sehingga
anti air dan semipermiable.Bentuk sediaan lembaran atau untuk
mengisi rongga (goa) sehingga
2) Fungsi
a) Mempertahankan kelembaban pada luka.
b) Dapat meyerap cairan luka yang sangat banyak.
3) Cara Penggunaan
Balutan foam dessing merupakan balutan sekunder.
Penggunaan lebih 3 hari tidak dianjurkan langsung mengenai luka

yang merah.Gunakan calcium alginate terlebih dahulu untuk


mencegah masuknya jaringan granulasi ke dalam rongga foam.
Foam dressing yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah
Suprasorb P dan Cutisorb.
1) Suprasorb P
SuprasorbP merupakan salah satu bentuk foam dressing dari
product Lohmann and Rauscher.Suprasorb P mengisap eksudat
luka dengan cepat dan aman karena busa halus-berpori dikerahkan
langsung pada luka dan menyediakan sirkulasi yang sangat baik.
Suprasorb P lembut dan nyaman dipakai. Suprasorb P
tersedia dalam tiga versi: non-perekat, perekat diri dan sakrum.
Versi perekat ini juga dilengkapi dengan tepi kulit-ramah perekat.
Selain itu, Suprasorb P memliki keutamaan lain seperti :
a)
b)
c)
d)

Lembut dan fleksibel


Handal dalam eksudat
Optimal dengan lapisan luka yang berlubang
Pengurangan iritasi kulit pada pasien dengan kulit sensitif *

e) Dressing dengan Interval penggantian balutan 5-7


hari.
f) Tersedia dalam berbagai versi :

Self-adhesive dengan ukuran 7,5 x 7,5 cm, 10 x 10 cm, 15 x


15 cm, dan 15 x 20 cm.

Nonadhesive dengan ukuran 5 x 5 cm, 7,5 x 7,5 cm, 10 x


10 cm, 15 x 15 cm, dan 15 x 20 cm.

Khusus bentuk sakrum dengan ukuran 18 x 20,5 cm

2) Cutisorb
Merupakan dressing pengisap dengan suatu kompres
penyerap yang efektif.Mampu menyerap cairan jaringan yang
keuar dari luka.Namun, rembesan eksudat melalui dressing harus

dicegah.Cutisorb kompres penyerap merupakan produkperawatan


luka dari BSN medis (BSN Medical, 2012).

Transparent Film / Semipermiable Film Dressing


1) Kandungan
Transparent
film
dressing
(TFD)

mengandung

Polyurethane film, transparan dan adhesive (merekat)


2) Sediaan
Dalam bentuk lembaran, gulungan, oles cair (swab) dan
spray.
3) Sifat Balutan
Bersifat anti air (waterproof) yang tidak dapat menyerap
cairan luka.
4) Fungsi
a) Sebagai balutan sekunder (penutup)
b) Sebagai primer jika akan melindungi kulit sekitar luka dan
pada stadium 1.
c) Anti air dan mempertahankan kelembaban pada luka.
d) Melindungi kulit dari tape adhesive (plester) dan melindungi
kulit yangiritasi (swab/spray).
5) Cara Penggunaan
Saat akan menempelkan TFD lembaran, pastikan kulit
kering lalu tempelkan, dapat digunakan pada kulit sekitar luka
(untuk mencegah iritasi). Dapat dipakai sebagai balutan penutup
yang anti air, sehingga balutan dapat kena air. Bentuk swab dan
spray sering digunakan untuk melindungi kulit dari penggunaan
plester, oleskan pada area sekitar luka yang akan ditempelkan
plester. Bentuk ini juga dapat melindungi kulit yang sudah
mengalami iritasi (lecet) yang masih stadium 1 menuju 2.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym
(2012).Diabetik
Foot
Ulcer,
http://healthyenthusiast.com/diabetik-foot-ulcer.html

diakses

pada

Arisanty (2012).Panduan Praktis Pemilihan Balutan Luka Kronik, Penerbit Mitra


Wacana Medika, Jakarta.
Arisanty (2013).Konsep dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta: EGC
BSN

Medical
(2012).Products
Surgical
Dressing,
dikutip
pada
http://www.bsnmedical.com/en/products/acutewoundcare/dressings/surgic
aldressings/absorbent/page.html

Decroli, dkk (2008).Profil Ulkus Diabetik pada Penderita Rawat Inap di Bagian
Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil Padang, diakses pada
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/56
1/557
Handaya
(2009).Ulkus
Kaki
Diabetes,
http://dokteryudabedah.com/ulkus-kaki-diabetes/

diakses

pada

Anda mungkin juga menyukai