Anda di halaman 1dari 1

Dokter Menghina Saat Operasi, Pasien Dapat

Kompensasi Rp6,6 M
Hanna Azarya Samosir, CNN Indonesia
Kamis, 25/06/2015 16:46 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria di Virginia, Amerika Serikat, mendapat ganjaran
senilai US$ 500 ribu atau setara Rp 6,6 miliar atas gugatan yang ia layangkan setelah mendengar
rekaman tim medis profesional selama operasi. Dalam audio tersebut, terdengar dokter berbicara
buruk tentangnya saat ia tak sadarkan diri dalam proses operasi.
Seperti dilansir Washington Post, pria yang tak diungkap identitasnya ini memang merekam
interaksinya dengan dokter sebelum ia menjalani operasi kolonoskopi pada 18 April 2013. Hal
tersebut ia lakukan agar dapat mengingat kembali segala wejangan yang disampaikan sang
dokter.
Ketika ia memutar kembali rekaman tersebut, ternyata alatnya tak hanya merekam instruksi
dokter, tapi juga keseluruhan proses operasi. Ia pun geram mendengar beberapa orang
mengoloknya dalam perbincangan yang terjadi saat operasi.
Percakapan tersebut terjadi antara ahli gastroenterologi, Soloman Shah, dan dokter anestesi,
Tiffany Ingham, yang disaksikan oleh para asisten medis. Saat pasien tak sadarkan diri, dokter
Ingham, "Setelah lima menit berbincang denganmu sebelum operasi, saya ingin memukul
wajahmu agar kamu berani dan menjadi layaknya laki-laki sedikit."
Setelah itu, asisten memberi tahu bahwa di tangan pasien terdapat ruam. Ingham pun kembali
berkata, "(Asisten saya kemungkinan menemukan) sifilis di lenganmu. Itu mungkin tuberkolosis
di penis, jadi kamu akan baik-baik saja."
Setelah mendengar rekaman tersebut, pria itu menuntut kedua dokternya atas tuduhan fitnah dan
malpraktik. Ia juga menuntut ganti rugi sebesar US$ 1,75 juta. Usai sidang selama tiga hari,
pengadilan memutuskan bahwa pasien akan mendapatkan dana kompensasi senilai US$ 500 ribu.
Shah dinyatakan tak bersalah walaupun dalam rekaman tersebut ia terdengar berkomentar
mengenai Ebola ketika membicarakan ruam di tangan pasien tersebut. Ia pun tidak menghentikan
Ingham ketika membicarakan hal buruk mengenai pasiennya.
Seorang pengacara ahli hukum fitnah, Lee Berlik, mengatakan bahwa sebenarnya perbincangan
semacam ini merupakan hak istimewa dokter. Namun, pasien mengklaim bahwa ada beberapa
orang lain yang menyaksikan perbincangan tersebut di ruang operasi, yaitu asisten medis.

Anda mungkin juga menyukai