LAPORAN KASUS
DI SUSUN OLEH :
TRIYA YUNITA
S.10.786
IV B
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Tujuan...................................................................................................................... 2
C. Manfaat.................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................3
A. Pengertian................................................................................................................ 3
B. Etiologi.................................................................................................................... 3
C. Klasifikasi............................................................................................................... 3
D. Gejala Klinis............................................................................................................ 4
E. Patofisiologi............................................................................................................. 6
F. Epidemiologi dan penularan TBC............................................................................ 7
G. Komplikasi.............................................................................................................. 8
H. Pencegahan.............................................................................................................. 8
I. Penatalaksanaan........................................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................................15
A. Subjective Data....................................................................................................... 15
B. Objective Data......................................................................................................... 18
C. Assesment................................................................................................................20
D. Planning.................................................................................................................. 20
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 23
BAB V PENUTUP............................................................................................................... 25
A. Kesimpulan..............................................................................................................25
B. Saran........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara
(Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi. Komplikasi penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.
Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh ini, Asia termasuk kawasan
dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Setiap 30 detik, ada satu pasien di
Asia meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB
tertinggi berada di Asia, di antaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan.
Empat dari lima penderita TB di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di
Indonesia, angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dari
korban meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru TB,
dan 75 persen penderita termasuk kelompok usia produktif. Jumlah penderita TB di Indonesia
merupakan ketiga terbesar di dunia setelah India dan China.
Menurut Diah Erti Mustikawati, Kepala sub bidang direktorat pengendalian penyakit
Tuberkulosis Kemenkes, jumlah penderita TB paru-paru anak pada 2011 mencapai 10%
hingga 12% dari seluruh jumlah kasus TB. Berdasarakan data Riskesdas 2007 (Balitbangkes,
2008), pada 2010, Indonesia menduduki urutan ke-4 jumlah penderitaTB terbanyak didunia
dengan 450 ribu kasus.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat lebih dari 250 ribu anak terserang
TB dengan angka kematian 100 ribu anak setiap tahunnya. Biasanya anak penderita TB yang
beresiko mengalami kematian adalah anak yang mengalami TB berat, seperti TB milier, TB
meningitis, TB usus, dan TB hati. Resiko kematian tinggi lainnya juga di alami oleh bayi
berusia kurang dari 6 bulan, anak dengan gizi buruk, serta anak yang terkena HIV atau
penyakit ganas lainnya.
Berdasarkan data yang terkumpul di poli anak RSUD. Ratu Zalecha Martapura,
tercatat 493 penderita TB paru-paru mulai dari januari sampai dengan juni 2012. 72 penderita
pada bulan januari, 76 penderita pada bulan februari, 87 penderita di bulan maret, 91
penderita pada bulan april, 85 penderita pada bulan mei, dan 82 penderita pada bulan juni.
Pada kasus TB paru ini terdapat 1,6% diantaranya berusia dibawah 6 bulan.
a.
b.
c.
d.
e.
B. Tujuan
1. Tujuan umum.
Untuk megetahui asuhan kebidanan Anak I yang menderita TB Paru di wilayah RSUD. Ratu
Zalecha Martapura.
2. Tujuan Khusus
Untuk menjelaskan definisi TB Paru
Untuk menjelaskan penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta patofisiologinya
dalam tubuh.
Untuk menjelasan cara penularan TB paru
Untuk menjelaskan pencegahan dan pengobatan TB paru
Untuk menjelaskan peran bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada anak dengan
TB paru..
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi TB Paru.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TB Paru, tanda dan gejala serta
patofisiologinya dalam tubuh.
3. Uuntuk mengetahui cara penularan TB paru
4. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan TB paru.
5. Untuk mengetahui peran bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
dengan TB Paru.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2002).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
(Smeltzer, 2002).
Tuberkulosis atau TB ( singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC ) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
tuberculosis (id.wikipedia.org ).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga
dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
B. Etiologi
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap kimia , fisik, sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah
yang banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan
oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
Tuberkulosis.
C. Klasifikasi
Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :
1. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk
TB berat.
2. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.
3. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
D. Gejala Klinis
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
G. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis lainnya yaitu terjadi pada sistem
pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan
pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan
tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.
H. Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil
agar terhindar dari penyakit tersebut.
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar
tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
I. Penatalaksanaan
1. Promotif
Efek
samping
rifampisin
adalah
gangguan
gastrointestinal
(mual
dan
muntah)
dan
hepatotoksisitas (ikterus atau hepatitis) yang biasanya ditandai oleh peningkatan kadar transaminase
serum yang asimptomatik. Rifampisin dapat menyebabkan trombositopenia. Rifampisin umumnya
tersedia dalam sediaan kapsul 150 mg, 300 mg dan 450 mg. sehingga kurang sesuai untuk
digunakan pada anak-anak dengan berbagai kisaran berat badan.
3). Pirazinamid
Pirazinamid adalah derivat dari nikotinamid berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh
termasuk SSP, cairan serebrospinal, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam, diresorbsi
baik pada saluran pencernaan. Pemberian PZA secara oral dengan dosis 15-30mb/kgbb/hari dengan
dosis maksimal 2g/hari. Pirazinamid tersedia dalam bentuk tablet 500mg. efek samping PZA adalah
hepatotoksisitas, anoreksia, dan iritasi saluran cerna. Reaksi hipersensisitivitas dan hiperurisemia
jarang timbul pada anak.
4). Etambutol
Etambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata. Dosis etambutol
(EMB) 15-20mg/kg/hari. Maksimal 1,25g/hari dengan dosis tunggal. Ekskresi terutama lewat ginjal
dan saluran cerna. EMB tersedia dalam tablet 250mg dan 500mg. Memiliki aktivitas bakteriostatik dan
berdasarkan pengalaman, dapat mencegah timbulnya resistensi terhadap obat-obat lain. EMB dapat
bersifat bakteriosid, jika diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. EMB tidak
berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan meningitis. EMB ditoleransi dengan baik
pada dewasa dan anak-anak pada pemberian oral dengan dosis 1 atau 2 kali sehari. Kemungkinan
toksisitas utama adalah neuritis optik dan buta warna merah-hijau. Tidak terdapat laporan toksisitas
optik pada anak-anak.
5). Streptomisin
Streptomisin bersifat bakteriosid dan bakteriostatik. Kuman ekstraseluler pada keadaan basa
atau netral, jadi tidak efektif membunuh kuman intraseluler. Streptomisin dapat diberikan secara IM
dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari, maksimal 1 gram perhari, kadar puncak 40-50 mikrogram
permilliliter dalam waktu 1-2 jam. Streptomicin sangat baik melewati selaput otak yang meradang,
tetapi tidak dapat melewati selaput otak yang tidak meradang. Streptomisin berdifusi dengan baik
pada jaringan dan cairan pleura, dieksresi melalui ginjal. Toksisitas utama streptomisin terjadi pada
nervus kranial VIII yang mengganggu keseimbangan dan pendengaran berupa telinga berdengung
(tinismus) dan pusing.
b. Panduan obat TB
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 2 macam obat dan diberikan dalam waktu
relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama)
dan sisanya sebagai fase lanjutan. Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan pemberian
obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman, juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
relaps.
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni
1). Tahap intensif ( initial ), dengan memberikan 4 5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan :
- Mendapatkan konversi sputum dengan cepat ( efek bakterisidal )
- Menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut
- Mencegah timbulnya resistensi obat
2). Tahap lanjutan ( continuation phase ), denga hanya memberikan 2 macam obat per hari atau
secara intermitten dengan tujuan :
Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan 2RHZS ( E ). Bila setelah dua bulan BTA
menjadi negatif, diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah dua bulan masih positif, tahap
intensif diperpanjang lagi selama 2 4 minggu dengan 4 macam obat. Pada populasi dengan
resistensi primer terhadap INH rendah pada tahap intensif cukup diberikan 3 macam obat
yakni RHZ.
Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH atau 4R3H3. Pasien dengan TB berat
( meningitis, TB diseminata, spondilitis dengan kelainan neurologis ), R dan H harus
diberikan setiap hari selama 6 7 bulan. Paduan obat alternatif adalah 6 HE ( T ).
b). Kategori II
Ditujukan terhadap :
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Pengobatan tahap intensif selama 3 bulan dengan 2 RHZE/1RHZE. Bila setelah tahap
intensif BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah 3 bulan
tahap intensif BTA tetap positif, maka tahap intensif tersebut diperpanjang lagi 1 bulan
dengan RHZE. Bila setelah 4 bulan BTA masih juga positif pengobatan dihentikan selama 2
3 hari, lalu diperiksa biakan dan resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan dengan
tahap lanjutan. Bila pasien masih mempunyai data resistensi BTA dan ternyata BTA masih
sensitif terhadap semua obat dan setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka tahap
lanjutan harus diawasi dengan ketat di RS rujukan. Kemungkinan konversi sputum masih
cukup besar. Bila data menunjukkan resiten terhadap R dan H, maka kemungkinan
keberhasilan menjadi kecil.
Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 5 RHE atau paduan 5 R3H3E3 yang perlu
diawasi dengan ketat. Bila sputum BTA masih tetap positif setelah selesai tahap lanjutan,
maka pasien tidak perlu diobati lagi.
c). Kategori III
Ditujukan terhadap :
- Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
- Kasus TBC ekstra paru selain yang disebut dalam kategori I
Pengobatan tahap intensif dengan panduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3
Pengobatan tahap lanjutan dengan panduan 2RH atau 2 R3H3. Bila kelainan paru lebih luas
dari 10 cm2 atau pada TB ekstra paru yang belum remisi sempurna, maka tahap lanjutan
diperpanjang lagi dengan H saja selama empat bulan lagi. Paduan obat alternatif adalah 6 HE
(T)
d). Kategori IV
Ditujukan terhadap kasus TB kronik.
Prioritas pengobatan disini rendah, terdapat resistensi terhadap obat-obat anti TB
(sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya jadi rumit. Pasien mungkin perlu dirawat
beberapa bulan dan diberikan obat-obat anti TB tingkat dua yang kurang begitu efektif, lebih
mahal dan lebih toksis.
Di negara yang maju dapat diberikan obat-obat anti TB eksperimental sesuai dengan
sensitivitasnya, sedangkan di negara yang kurang mampu cukup dengan pemberian H seumur
hidup dengan harapan dapat mengurangi infeksi dan penularan
c. Evaluasi hasil pengobatan
Evaluasi pengobatan dilakukan setelah 2 bulan. Diagnosis TB pada anak sulit dan tidak jarang
terjadi salah diagnosis. Apabila berespon pengobatan baik yaitu gejala klinisnya hilang dan terjadi
penambahan berat badan, maka pengobatan dilanjutkan. Apabila respon setelah 2 bulan kurang baik,
yaitu gejala masih ada, tidak terjadi penambahan berat badan, maka obat anti TB tetap diberikan
dengan tambahan merujuk ke sarana lebih tinggi atau ke konsultan paru anak.
Apabila setelah pengobatan 6-12 bulan terdapat perbaikkan klinis, seperti berat badan
mengingkat, napsu makan membaik, dan gejala-gejala lainnya menghilang, maka pengobatan dapat
dihentikan. Jika masih terdapat kelainan gambaran radiologis maka dianjurkan pemeriksaan
radiologis ulangan.
d. Pengobatan dengan non medika mentosa
1). Pendekatan DOTS
DOTS adalah strategi yang telah direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program
penanggulangan TB. Penanggulangan dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan
yang tinggi. Sesuai dengan rekomendasi WHO, maka strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu
sebagai berikut.
- komitmen politis dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana.
- Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
- Pengobatan dengan panduan OTA jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas
menelan obat (PMO)
- Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
- Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program
penganggulangan TBC
2). Sumber penularan dan case finding
Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan melakukan kontak erat
dengan anak tersebut. Pelacakan dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum
(pelacakan sentripetal). Selain itu perlu dicari pula anak lain di sekitarnya yang mungkin tertular
dengan uji tuberkulin. Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara anamnestik, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, yaitu uji tuberkulin.
3). Aspek sosial ekonomi
Pengobatan tuberkulosis tidak terlepas dari masalah sosio ekonomi, karena pengobatan TB
memerlukan kesinambungan pengobatan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka
memerlukan biaya yang cukup besar. Edukasi ditujukan kepada pasien dan keluarganya agar
mengetahui tentang tuberkulosis. Pasien TB anak tidak perlu diisolasi. Aktifitas fisik pasien
TB anak tidak perlu dibatasi, kecuali pada TB berat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK SAKIT
DENGAN TB PARU
DI RSUD. RATU ZALECHA MARTAPURA
Hari/tanggal pengkajian
Jam pengkajian
Tempat pengkajian
: 05 Juli 2012
: 10.00 wita
: Poli Anak RSUD. Ratu Zalecha Martapura
A. SUBJEKTIF DATA
1. Identitas Anak
Nama
: An. I
Umur
: 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Orang tua
AYAH
IBU
Nama
Tn.B
Ny.E
Umur
36 tahun
26 tahun
2. Kelu
han
Utama
Agama
Islam
Islam
Ibu
Suku/Bangsa
Jawa/Indonesia
Banjar/Indonesia
Pendidikan
SMA
SMA
Pekerjaan
Swasta
IRT
Alamat
Asam-asam Rt.18/08,
Asam-asam Rt.18/08,
Pelaihari
Pelaihari
mengatakan tampak benjolan pada leher anak, sesak nafas, keluar keringat pada malam hari
dan ingin memeriksakan keadaan anaknya.
3. Riwayat Prenatal
a.
Kehamilan ke
b. Tempat ANC
c.
Imunisasi TT
:I
: Puskesmas dan bidan
: lengkap
UK
Tindakan
Oleh
Ket
10
Konseling & health
minggu education
bidan
Susah tidur
Intranatal
a.
Persalinan ke
:I
4. Ri
w
ay
at
b. Tempat Persalinan
: Bidan
c.
: tidak ada
d. Cara Persalinan
e.
Lama Persalinan :
f.
Kala I
: 10 jam
Kala II
: 45 menit
Keadaan bayi saat lahir
Keadaan Umum
Segera menangis
PB
: 49cm
BB
: 2600 gram
: spontan pervaginam
- Kala III
- Kala IV
: 6 menit
: 2 jam
: baik
: ya
5. Riwayat Kesehatan
a.
Anak
anak tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis,penyakit menurun
seperti asma dan DM, penyakit menahun seperti jantung.
b. Keluarga
Dari pihak keluarga pernah menderita penyakit menular seperti TBC, tidak pernah
menderita hepatitis, penyakit menurun seperti asma dan DM,penyakit menahun seperti
jantung.
6. Status Imunisasi
Jenis Imunisasi
Waktu Pemberian
Tempat Pelayanan
Vit. K
Bidan
Hbo
0-7 hari
Bidan
Hepatitis B1
2 bulan
Puskesmas
Hepatitis B2
3 bulan
Puskesmas
Hepatitis B3
4 bulan
Puskesmas
BCG
1 bulan
Puskesmas
Polio 1
2 bulan
Puskesmas
Polio 2
3 bulan
Puskesmas
Polio 3
4 bulan
Puskesmas
Polio 4
9 bulan
Puskesmas
DPT 1
2 bulan
Puskesmas
DPT 2
3 bulan
Puskesmas
DPT 3
4 bulan
Puskesmas
Campak
9 bulan
Puskesmas
7. Kebutuhan Biologis
a.
Kebutuhan Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi
Frekuensi
Banyaknya
b. Eliminasi
BAB
Frekuens i
Konsistensi
Warna
Masalah
c.
BAK
frekuensi
warna
bau
masalah
: 1x sehari
: lembek
: kuning
: tidak ada
: 4x sehari
: kuning
: pesing
: tidak ada
Personal Hygiene
Mandi
Gosok gigi
Ganti pakaian
Penggunaan popok anti tembus
: Baik
c.
: Ayah
d.
Pengetahuan keluarga tentang perawatan anak : Baik, keluarga mengetahuinya dari tenaga
kesehatan
B. OBJEKTIF DATA
1. Pemeriksaan Umum
a.
Keadaan Umum
: Baik
b. Kesadaran
:Compos mentis
c.
:- Nadi
TTV
- Suhu
: 36,5 0C
2. Pemeriksaan Antropometri
: 99x/menit
- Respirasi
: 37x/menit
BB
PB
Lingkar Kepala
Lingkar Dada
Lila
: 8 kg
: 68 cm
: 36 cm
: 34 cm
: 11 cm
3. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Muka
Mata
Telinga
Hidung
nafas
Mulut
merata
Leher
Mamae
Abdomen
Ekstremitas atas
polidaktil
Ekstremitas bawah
Umur pencapaian
1
2
3
4
0 bulan
3 bulan
4 bulan
10 bulan
Menangis
Mengoceh
Tertawa
Berbicara 2 kata
Ex : mama, papa
Umur Pencapaian
Mengenggam
Menggigit mainan
Menunjuk mainan
Mengambil mainan
Duduk
Mencoret-coret
4 bulan
5 bulan
7 bulan
7 bulan
8 bulan
11 bulan
d. Adaptasi sosial
No
Kemampuan
1.
Menangis untuk mengekspresi kan
ketidaknyamanan
2
Menatap dan tersenyum
3.
Menempelkan kepala bila merasa
4.
nyaman dalam pelukan/gendongan
5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
:
- Hb
:12,7 gr%
- Jumlah leukosit
: 9700/mm3
- Jumlah trombosit : 549.000/mm3
- LED
:
Umur Pencapaian
1 bulan
3 bulan
3 bulan
4 bulan
6 bulan
8 bulan
8 bulan
9 bulan
9 bulan
Umur pencapaian
0 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
- Jumlah eritrosit
- SGOT
- SGPT
: 4,92/mm3
: 25 U/I
: 18 U/I
Radiologi
: Thorax
- Bercak infiltrat di paracardial dan perihiller dengan pemadatan limfonodi hillus minimal,
curiga e.c. spesifik proses
- Kedua sinus c.f lancip
- Konfigurasi cor normal
C. ASSESMENT
Diagnosa Kebidanan : An. I, umur 1 tahun dengan TB paru
Masalah
Kebutuhan
D. PLANNING
1. Memberitahu orang tua pasien hasil pemeriksaan yaitu :
-
BB
: 8 kg
- PB
: 65 cm
Nadi
: 99x/menit
- Respirasi
: 38x/menit
- Temp
:36,5 0C
- Hb
:12,7 gr%
- Jumlah eritrosit
: 4,92/mm3
- SGOT
: 25 U/I
- Jumlah leukosit
: 9700/mm3
- SGPT
: 18 U/I
3
- Jumlah trombosit
: 549.000/mm
- LED
:
Hasil pemeriksaan Radiologi: Thorax
- Bercak infiltrat di paracardial dan perihiller dengan pemadatan limfonodi hillus minimal,
curiga e.c. spesifik proses.
- Kedua sinus c.f lancip
orang tua pasien mengetahui hasil pemeriksaan anaknya bahwa terdapat flek pada paruparu atau biasa di sebut dengan TB paru
2. Memberitahu orang tua pasien tentang TB paru : Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi
pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.
Orang tua pasien mengerti tentang TB paru
3. Memberitahu orang tua cara penularan TB paru, yaitu : kontak langsung dengan penderita TB
paru, makanan, droplet ( dahak/liur), alat-alat makanan dan alat mandi yang dipakai bersama
dengan penderita TB paru,
orang tua mengerti cara penularan TB paru
4.Menganjurkan orang tua agar anaknya tidak meludah sembarangan, apabila batuk anjurkan
untuk di tutup. Hal ini dimaksudkan agar tidak menular pada orang lain.
Orang tua bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan
5. Menganjurkan orang tua untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk anaknya seperti
makanan dengan gizi seimbang : nasi, bubur, sayur (sawi, bayam, wortel, kentang, dll), telur,
ikan, buah-buahan, dan susu sebagai tambahan ataupun pendamping asi. Dan memberikan
makanan sedikit tapi sering guna memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya
Orang tua mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
6. Menganjurkan orang tua agar anaknya mendapatkan istirahat yang cukup, serta menganjurkan
orang tua untuk mengawasi kegiatan anaknya dan hindari terlalu banyak bermain atau
beraktivitas agar anak tidak kelelahan yang bisa menyebabkan anak sesak napas, karena
ketidakseimbangan suplai oksigen. Dan untuk mengurangi kebutuhan metabolik serta
menghemat energi untuk proses penyembuhan.
Orang tua mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan.
7. Menganjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan anaknya, menjaga kebersihan rumah,
memperbaiki saluran ventilasi untuk memperlancar udara yang keluar masuk, usahakan sinar
matahari bisa masuk ke dalam rumah agar rumah terhindar dari kuman dan bakteri.
Orang tua bersedia melaksanakan anjuran yang sudah di berikan
8. Memberikan orang tua obat anti TB untuk anaknya, yaitu :
- Isoniasid 50 mg 1x1 tablet/hari
- Pirazinamid 150mg 1x1/hari
- Rifamicin 75mg 1x1/hari
- B6 (Pirodoksin) 100mg 1x1 tablet/hari
Untuk obat anti TB, di minum secara teratur setiap hari saat perut kosong (setelah bangun
tidur) dan vitamin b6 diminum setelah makan. Konsumsi obat tidak boleh terputus sampai 6
bulan untuk proses penyembuhan.
orang tua mengerti dan bersedia memberikan obat anti Tb sesuai anjuran
9. Memberitahu orang tua efek samping dari pemberian obat dan penatalaksanaan keluhan
antara lain :
Efek samping
Penyebab
Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, mual,
Semua OAT diminum malam
Rifamisin
sakit perut
sebelum tidur
Nyeri Sendi
Pirasinamid
Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa terbakar di
Beri vitamin B6 (piridoxin)
INH
kaki
100mg per hari
Warna kemerahan pada air seni
Tidak perlu diberi apa-apa, tapi
Rifampisin
(urine)
perlu penjelasan kepada pasien.
Berikan dulu anti - histamin,
Gatal dan kemerahan kulit
Semua jenis OAT
sambil meneruskan OAT
dengan pengawasan ketat.
Hentikan semua OAT sampai
Ikterus tanpa penyebab lain
Hampir semua OAT
ikterus menghilang.
Bingung dan muntah muntah
Hentikan semua OAT, segera
Hampir semua OAT
(permulaan ikterus karena obat)
lakukan tes fungsi hati.
Orang tua mengerti penjelasan yang diberikan
10. Menjelaskan pada orang tua bahwa anaknya di rujuk kembali ke puskesmas yang terdekat
dengan rumah untuk mempermudah proses penyembuhan anaknya.
orang tua mengerti penjelasan yang di berikan
11. Menganjurkan orang tua untuk melakukan kunjungan ulang setiap 2 bulan 1 kali untuk
mengetahui keberhasilan pengobatan yang di berikan. Dan melakukan kunjungan ulang pada
bulan ke-6 ( sebelum obat habis ) untuk evaluasi apakah ada respon baik dari pengobatan
yang di lakukan, seperti peningkatan berat badan,napsu makan membaik, dan gejala-gejala
lainnya menghilang, maka pengobatan dapat dihentikan. Jika masih terdapat kelainan
gambaran radiologis maka anjurkanuntuk melakukan pemeriksaan `laboratorium
dan radiologis ulangan
Orang tua bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di bahas mengenai kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada an. I umur 1 tahun menderita penyakit TB
Paru di Poli Anak BLUD. Ratu Zalecha Martapura.
TB paru ini merupakan penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB paru ini menular melalui udara, dahak, kontak
langsung dengan penderita TB, dan dari makanan.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis :
Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetic.
Jenis kelamin : angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
Nutrisi: status nutrisi yang kurang.
A.
Pada tinjauan pustaka, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah pemberian obat anti
TB pada klien, serta pendidikan kesehatan antara lain :
Anjuran untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk klien
Anjuran untuk mencegah penularan
Anjuran untuk menjaga kebersihan rumah dan perbaikan ventilasi
Anjuran untuk pemberian obat anti TB sesuai dosis
Orang tua mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang sudah di berikan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TB masih merupakan masalah mortalitas dan morbiditas di negara-negara
berkembang. TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG
pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita Tb dewasa. Disamping itu dengan
adanya penyakit karena HIV, maka perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan.
Diagnosis TB pada anak sering sulit karena gambaran rontgen paru dan gambaran klinis tidak
selalu khas dan sedangkan penemuan basil TB sulit.
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang
jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium. Tanda dan
Gejala: Penurunan berat badan, Anoreksia, Dispneu, Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning,
Demam, Batuk, Sesak nafas, Nyeri dada, Malaise.
Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah :
Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
1. Dosis terapi
: 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
2. Dosis profilaksis
: 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
3. Dosis maksimum
: 300 mg/hari
Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
1. Dosis
: 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
2. Dosis maksimum
: 600 mg/hari
Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
1. Dosis
: 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
2. Dosis maksimum
: 2 gram/hari
Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
1. Dosis
: 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari
2. Dosis maksimum
: 1250 mg/hari
Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
1. Dosis
: 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular
2. Dosis maksimum
: 1 gram/hari
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :
1. Saran untuk tenaga kesehatan
a. Diharapkan seorang tenaga kesehatan agar lebih profesional dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus patologi khususnya
dalam kasus TB paru pada anak
DAFTAR PUSTAKA
Ngastyah. 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. EGC : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan.2009.Jakarta : P.T.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
http://healthblogtbcanak.blogspot.com/
http://childrengrowup.wordpress.com/2012/05/06/tuberkulosis-atau-tb-tbc-pada-anak/
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/tb-paru-pada-anak-i.html
http://zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/
http://p4bciamis.wordpress.com/2010/07/03/pengertian-tb-paru/
http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/10/09/asuhan-keperawatan-tb-paru/
http://mualimrezki.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-tb-pada-anak.html