Anda di halaman 1dari 15

ULASAN TERHADAP

KERJASAMA ANGKATAN LAUT DI PERAIRAN KAWASAN


OLEH ANGKATAN LAUT KERAJAAN AUSTRALIA
--- Ananta K. Wibawa ---

Abstrak

Negara Australia merupakan benua pulau dengan garis pantai terpanjang di


dunia, suatu negara maritim dalam suatu kawasan maritim yang senantiasa
berkembang. Merupakan benua pulau yang banyak bergantung pada perdagangan
lintas laut. Dengan demikian, kepentingan untuk mengamankan kawasan maritim
Australia menjadi sangat penting, sebab siapapun yang akan menjadi agresor
harus mendekati pantai-pantai Australia dengan menyeberangi lingkungan
maritim. Sarana pendekatan yang dilakukan adalah melalui kerjasama angkatan
laut di perairan kawasan yang mengelilingi benua Australia, untuk saling
membagi beban penjagaan perairan kawasan, sekaligus juga dapat mengetahui
sejumlah perkembangan pembinaan kekuatan maritim negara-negara di perairan
kawasan, yang pada gilirannya, mungkin dapat berpotensi negatif maupun positif
bagi kepentingan nasional Australia, baik secara geopolitik maupun geostrategis.
Naskah ini merupakan ulasan terhadap tulisan Chris Oxenbould tentang
upaya Angkatan Laut Kerajaan Australia (the Royal Australian Navy/RAN) dalam
mendukung penguatan penjagaan keamanan perairan teritorial Australia sebagai
bagian dari pertahanan geografis terhadap keseluruhan wilayah teritorial
Australia.
Kata Kunci: Australia, keamanan nasional, kerjasama antar angkatan laut,
wilayah

maritim,

perairan

kawasan,

kemampuan

saling

beroperasi

(interoperability).

Pendahuluan
Australia memiliki keunggulan dari segi pengembangan dan pendayagunaan
sumberdayanya di sektor pertanian dan industri manufaktur. Pada sepuluh tahun
terakhir, Australia telah mampu menjadi negara yang berdaya kompetitif secara
internasional, memiliki ketangguhan ekonomi di pasar dunia berkat reformasi
ekonomi yang telah dilakukan sejak tahun 1980-an.

Negara ini berada di posisi benua Oceania, yang terletak antara Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikannya sebagai kawasan yang
memiliki pertumbuhan tercepat dalam perekonomian dunia. Karenanya, sejumlah
isu tentang pengaturan dan pengelolaan lautan adalah vital bagi kepentingan
ekonomi dan strategis Australia yang senyatanya merupakan negara maritim,
yaitu:

Negara Australia merupakan benua pulau dengan garis pantai terpanjang


di dunia- suatu negara maritim dalam suatu kawasan maritim yang
senantiasa berkembang.

Merupakan benua pulau yang banyak bergantung pada perdagangan lintas


laut.

Siapapun yang akan menjadi agresor harus mendekati pantai-pantai


Australia dengan menyeberangi lingkungan maritim.

Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, Australia hidup di suatu wilayah


yang hampir seluruhnya merupakan kompleksitas maritim yang tidak paralel
antara lain,

Memiliki sejumlah rute perkapalan tersibuk di dunia.

Memiliki sejumlah titik leher botol yang vital.

Adanya sejumlah klaim sengketa perbatasan.

Terdapat dua kepulauan besar dunia, dan

Terdapat negara-negara yang sangat kecil namun memiliki Zona Ekonomi


Eksklusif (ZEE) yang luar biasa besar.

Naskah ini merupakan ulasan terhadap tulisan Chris Oxenbould tentang


upaya Angkatan Laut Kerajaan Australia (the Royal Australian Navy/RAN) dalam
mendukung penguatan penjagaan keamanan perairan teritorial Australia sebagai
bagian dari pertahanan geografis terhadap keseluruhan wilayah teritorial
Australia.
Cukup menarik untuk melihat fakta yang ada, bahwa upaya yang dilakukan
ternyata tidak hanya berkutat pada posisi perairan internal teritorial Australia,
melainkan dilakukan secara ekstensif dengan pendekatan militer dan diplomasi

pada skala kawasan. Sarana pendekatan yang dilakukan adalah melalui kerjasama
angkatan laut di perairan kawasan yang mengelilingi benua Australia, untuk saling
membagi beban penjagaan perairan kawasan, sekaligus juga dapat mengetahui
sejumlah perkembangan pembinaan kekuatan maritim negara-negara di perairan
kawasan, yang pada gilirannya, mungkin dapat berpotensi negatif maupun positif
bagi kepentingan nasional Australia, baik secara geopolitik maupun geostrategis.
Tulisan Oxenbould ini dibuat pada tahun 1997, dimana sejumlah karya yang
mendasari tulisan ini, muncul pada saat yang sangat tepat, sebagaimana Angkatan
Bersenjata Australia (the Australian Defence Force/ADF) dan khususnya
Angkatan Laut Kerajaan Australia (the Royal Australian Navy/RAN), sedang
belajar untuk bekerja dalam penyesuaian suasana pasca Program Reformasi
Pertahanan. Hal penting yang digarisbawahi Oxenbould mengenai kebijakan
Kementerian Pertahanan Australia (the Australian Ministry of Defence) adalah,
bahwa di tengah-tengah reorganisasi, restrukturisasi dan upaya mengawal
ketidakpastian, Australia tidak kehilangan cara pandang terhadap kenyataan
bahwa situasi geografis dan strategis Australia belum berubah. Situasi geografis
dan strategis ini tidak dapat dipisahkan dari lingkungan maritim.
Naskah Kebijakan Strategis Australia (Australias Strategic Policy/ASP) pada
tahun 1997, secara tegas menyatakan; Hasil strategis mendasar yang dicari
Pemerintah Australia adalah untuk mencegah serangan bersenjata atau tekanan
terhadap Australia, Setiap bentuk serangan tersebut akan harus dilancarkan
maupun ditangkal melalui lingkungan maritim, jika Australia berharap untuk
menolak musuh mengambil inisiatif atau memperoleh akses terhadap wilayah
Australia. ASP lebih jauh menekankan ulang akan pentingnya bantuan Australia
untuk menghindari persaingan strategis yang tidak mendukung stabilitas antara
kekuatan-kekuatan besar di kawasan maupun dalam memelihara situasi keamanan
yang bersahabat di Asia Tenggara yang diliputi wilayah maritim.
Naskah kebijakan ini sudah jelas merupakan Buku Putih Pertahanan Australia
yang berisi pernyataan kebijakan pertahanan Australia, yang ditujukan bagi publik
domestik di Australia maupun kepada publik di kawasan regional dan
internasional. Secara universal, setiap kebijakan pertahanan negara disusun
berdasarkan tujuan dan kepentingan nasional dihadapkan pada perkembangan

konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab itu kebijakan
pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada saatnya
dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Naskah
pernyataan kebijakan pertahanan Australia senantiasa mengalami kaji ulang
strategis dan revisi secara periodik setiap 5 tahun sekali. 1
Pertumbuhan ekonomi kawasan, yang kadang-kadang terhenti, telah
membawa serta suatu lompatan ke depan, baik dalam artian jarak maupun
kedalaman atas berbagai kepentingan maritim kawasan. Sejak tahun-tahun 1997,
sudah bisa ditandai adanya peralihan kepedulian yang semula berkisar pada
penghidupan sumberdaya masyarakat lokal kepada tahapan mutakhir sumberdaya
internasional yang bersifat teknologis dan kompleks.
ASP mengakui kompleksitas perkembangan tersebut di kawasan Asia Pasifik
dan menekankan ulang akan pentingnya kontribusi Australia terhadap keamanan
dan stabilitas kawasan. Pernyataan itu dengan tepat menekankan bahwa Australia
tidak dapat berharap merasa aman dalam suatu lingkungan yang tidak aman dan
juga membangun suatu dasar pemikiran yang tidak terbantahkan bagi kerjasama
maritim kawasan. Posisi Australia dan cara pandangnya dalam kawasan yang
sebagian besar bergantung padanya, adalah ingin menjadi tetangga yang
bersahabat dan bisa diandalkan serta menjadi warga kawasan sekaligus warga
internasional yang bertanggungjawab.
Dengan pemikiran tersebut, ada tiga alasan mendasar, mengapa RAN secara
aktif mendorong kerjasama maritim, yaitu

Membantu membangun pemahaman dan kepercayaan di antara berbagai


kekuatan maritim.

Struktur-struktur kerjasama dapat dipergunakan untuk memelihara


komunikasi saat ketegangan meningkat.

Sebagai refleksi, kebijakan untuk mengeluarkan Naskah Kebijakan berupa Buku Putih
Pertahanan, yang sudah jamak dilakukan di sejumlah negara maju, baru diadopsi Pemerintah
Republik Indonesia pada tahun 2003, setelah dikeluarkannya Undang-Undang Pertahanan Nomor
3 tahun 2002. Hal ini juga baru menjadi pertimbangan, setelah dilakukannya kegiatan Kaji Ulang
Strategis Sistem Pertahanan (Strategic Defence Review) pertama pada tahun 2002-2004, yang jika
diukur dari masa berlakunya Undang-Undang Pertahanan No. 20 tahun 1982 beserta perubahannya
pada tahun 1985, maka Indonesia baru melakukan kegiatan kaji ulang strategis pertahanan dalam
kurun waktu 17 tahun. Idealnya, kegiatan kaji ulang strategis dilakukan, paling tidak setiap 5 tahun
sekali.

Kerjasama dapat membantu menghasilkan suatu lingkungan dimana


kekuatan-kekuatan maritim dapat berkombinasi untuk melakukan karya
nyata dan memperoleh suatu tingkat kemampuan saling beroperasi yang
mampu berkontribusi bagi keamanan kawasan dan suatu pemahaman antar
kekuatan.

Kemampuan saling beroperasi2, senyatanya penting bagi situasi Australia.


Jika Australia hendak mempertahankan aset-asetnya dan mempertahankan
berbagai kepentingannya di kawasan, maka negara itu harus mampu untuk
beroperasi secara sukses di lingkungan maritim dengan para sekutu, teman dekat
dan para tetangganya. Isu kemampuan saling beroperasi, secara langsung,
bertentangan pada tingkat kerjasama, namun secara realistis, dapat dilanjutkan
dengan berbagai kekuatan di seluruh kawasan. Bagaimanapun, tanpa memandang
tingkat kemampuan yang ada pada angkatan laut negara-negara kawasan, masih
tersedia banyak cara untuk melangsungkan kerjasama dengan negara-negara di
Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Asia Timur.

Kerjasama di Asia Tenggara


Australia memiliki sejarah panjang dalam hubungan maritim dengan Asia
Tenggara. Tentunya, tingkat keterlibatan negara itu di kawasan ini berpusat pada
negara-negara anggota ASEAN di sebelah Timur. Bukan berarti RAN
meremehkan interaksi dengan negara-negara yang lebih kecil di kawasan ini,
hanya saja negara-negara ASEAN telah membentuk suatu unsur tradisional
kebijakan pemerintah Australia mengenai keterlibatan yang sudah berlangsung
pada masa sebelum PD II.
Hubungan antara Australia dan negara-negara Asia Tengara telah berkembang
dari Perencanaan Pertahanan Lima Kekuatan (Five Power Development
Arrangement/FPDA) menjadi lebih ke arah suatu kemitraan dan pembagian

Kemampuan Saling Beroperasi (interoperability) merupakan suatu bentuk kemampuan dari


unit-unit pasukan yang berbeda negara, organisasi maupun doktrin untuk menggabungkan sistem,
kesenjataan maupun personil dalam melaksanakan operasi bersama dalam satu kesatuan, secara
efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan strategis bersama. Lihat Myron Hura et. al. dalam
NATO Glossary of Terms and Definitions, Santa Monica, Ca.,RAND Monograph Report, 2000.

kepentingan-kepentingan yang setara. Sudah tentu tingkat interaksi yang ada


beragam namun bentuk kerjasama yang mengikat RAN di kawasan ini meliputi:

Kunjungan tingkat tinggi.

Pertukaran persepsi-persepsi strategis menggunakan sarana seperti


pembicaraan antar angkatan laut yang memungkinkan interaksi personal
dan erat antara RAN dengan berbagai angkatan laut kawasan dan non
kawasan.

Latihan-latihan terhadap kompleksitas yang meningkat.

Pertukaran-pertukaran personil dan atase pada semua tingkatan. Sebagai


contoh, ada seorang taruna angkatan laut Australia pada Kapal Layar
Indonesia yang terakhir mengunjungi Hobart dan ada pula sejumlah
pertukaran kursus dinas staf.

Pelatihan personil dalam kerangka disiplin. Australia senantiasa mencoba


untuk menawarkan pelatihan yang memiliki kesamaan tujuan dan
memberi manfaat bersama.

Kerjasama antara RAN dan negara-negara Asia Tenggara biasanya bersifat


bilateral atau dilangsungkan di bawah payung FPDA. Australia juga memberikan
suatu kontribusi bagi ketahanan kawasan melalui pelatihan-pelatihan yang
dilangsungkan di bawah perencanaan bilateral dengan Indonesia, Singapura,
Thailand, Brunei, Filipina, Papua Nugini dan Selandia Baru.
Suatu pengecualian tercatat terhadap operasi bilateral adalah Periode
Konsentrasi Armada (Fleet Concentration Period/FCP) Kakadu yang melibatkan
baik komponen laut maupun udara. Pada tahun 1997, Masa Konsentrasi
melibatkan unit-unit dan pengamat-pengamat dari Brunei, Indonesia, Malaysia,
Selandia Baru, Filipina, Singapura dan Thailand. Tujuan-tujuan skala kawasan
adalah memperbaiki kemampuan saling beroperasi dan memperbaiki kesadaran
kultural yang telah berhasil dipertemukan selama Periode Konsentrasi melalui
suatu program pengamat yang efektif, rotasi tugas komando dan partisipasi
maksimal dalam suatu aktifitas yang bersifat sosial dan budaya.
Kakadu

memberikan

ADF

suatu

peluang

untuk

memajukan

dan

memperbanyak kontak personal yang dimiliki Australia dengan berbagai angkatan

laut negara-negara kawasan. Kesuksesan Kakadu ini hanya merupakan salah satu
aspek saja dari hubungan kerjasama dengan negara-negara kawasan.
Ketika mempertimbangkan interaksi dan kemampuan saling beroperasi antara
Australia dan kekuatan-kekuatan kawasan, negara itu bertujuan untuk membuat
perbandingan mengenai tingkat kenyamanan kerjasama dengan suatu negara.
Pendekatan tersebut dapat mengukur manfaat bersama yang dimaksimalkan.
Di Asia Tenggara hubungan antar angkatan laut Australia dengan Malaysia
telah sedemikian dekat, dengan mengabaikan beberapa kendala situasi politis.
Bagaimanapun, RAN memahami kebutuhan untuk melanjutkan kontak-kontak
personal yang sangat erat dengan Angkatan Laut Diraja Malaysia dan
menghormati perbedaan-perbedaan kultural di antara dua negara. Australia
melangsungkan patroli maritim bersama dari Malaysia ke Laut Cina Selatan dan
Samudera Hindia, di luar daerah-daerah yang sedang dipersengketakan.
Hal yang sama, hubungan angkatan laut Australia dengan Indonesia telah
berkembang sedemikian baik pada tahun-tahun terakhir ini, hingga mencapai
suatu tahapan dimana telah dilakukan pertukaran pelatihan, personil dan informasi
dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai latihan dan operasi. Zona
Pembangunan Bersama (the Joint Development Zone/JDZ) di Celah Timor
memberikan suatu fokus operasional bagi hubungan tersebut, yang menghasilkan
sejumlah pelatihan seperti Pelatihan Kasuari (Exercise Cassowary) yang
dilaksanakan setiap dua tahun sekali, dan satu diantaranya, dilakukan di Celah
Timor. Dalam area Pembangunan Bersama, Australia juga melangsungkan
kegiatan patroli bersama, pertukaran informasi, berbagai perencanaan koordinasi
keamanan serta kegiatan SAR atas dasar saling menguntungkan.
Jelas bahwa aktifitas dengan Indonesia akan bergantung sepenuhnya pada
sejumlah peristiwa di masa depan yang berlangsung di Indonesia. Namun
demikian, apapun hasil yang dicapai, Australia tetap berminat untuk senantiasa
memperkuat hubungan kemitraan.3
3

Patut dicatat, bahwa jika kita ingat kembali pada tahun 1999, ternyata konspirasi
internasional yang disponsori Amerika, Inggris dan Australia, dengan menggunakan tangan PBB,
telah mampu membuat Indonesia kehilangan Timor Timur. Pada masa-masa persiapan, apa yang
oleh Barat disebut dekolonisasi Timor-Timur dari Indonesia, ternyata Angkatan Bersenjata
Australia telah memegang peran penting dan menjadi pemimpinan pasukan INTERFET yang
membawa mandat PBB untuk mengamankan proses referendum di Timor Timur hingga mengawal

Lebih jauh terhadap operasi-operasi ini, kedua belah pihak, baik RAN maupun
TNI-AL sangat berminat untuk memajukan sejumlah diskusi yang bertujuan
untuk meningkatkan kerjasama oceanografis dan hidrografis antara kedua
angkatan laut. Pada tingkatan ini, bidang-bidang utama yang butuh untuk
dilakukan kerjasama akan berkisar pada:

On the job training

Survei-survei kerjasama di bidang hidrografis.

Dukungan bagi Sekolah Hidrografis TNI-AL

Karena Indonesia memilih untuk memperluas perencanaan dan persiapan pra


latihan, maka kontak-kontak personal dan sikap saling pengertian di antara kedua
negara, telah berlanjut untuk makin berkembang. Saat itu telah ada saluran
komunikasi langsung antara Komando Utara Australia dengan Armada Timur
Indonesia dan Australia juga telah melaksanakan dua kali Pelatihan Ausina
(Exercise Ausina) dan Pelatihan Cakrawala Baru (Exercise New Horizon) dengan
TNI-AL, pada setiap tahunnya. Sebagaimana yang berlangsung dengan Malaysia,
Kesuksesan hubungan dengan Indonesia bersandar pada pembangunan dan
pemeliharaan kontak-kontak personal dan sikap saling pengertian serta
menghargai perbedaan budaya yang ada pada kedua belah pihak.
Pada kegiatan pembicaraan antar angkatan laut yang dilaksanakan TNI-AL
dan RAN, pada masa- masa tersebut, kedua pihak mendiskusikan kehendak untuk
mengembangkan kursus perwira kawasan tentang perang ranjau, agar dapat
diwujudkan bagi angkatan laut Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan
Filipina. Kursus pertama dilaksanakan pada tahun 1999.

Untuk melengkapi

kursus tersebut, sebuah lokakarya telah diselenggarakan untuk mendiskusikan


kerjasama

kawasan

mengenai

kemampuan

mengatasi

ranjau

(Mine

Countermeasures/MCM), yang melibatkan para peserta kursus serta dua


perwakilan dari tiap angkatan laut yang berpartisipasi maupun perwakilan dari
sejumlah markas besar MCM. TNI-AL mengirimkan dua perwira nya pada kursus
masa transisi pemerintahan dari Pemerintah RI kepada Pemerintah Timor Leste. Kerjasama
pertahanan kedua negara pernah berada pada titik terendah pada tahun 1999 s/d 2000, sehubungan
dengan posisi Australia dalam penyelesaian masalah Timor Leste.

tersebut, dan mengijinkan satu diantaranya untuk membantu pembangunan kursus


perang ranjau.
Sementara itu, Angkatan Laut Singapura relatif masih muda, tapi mungkin
inilah angkatan laut kawasan yang sangat aktif dalam menerapkan teknologi.
Secara bilateral, Australia telah melaksanakan Exercise Singaroo yang melibatkan
sejumlah kombatan di atas permukaan; Exercise Hunter yang melibatkan pasukan
MCM dan suatu latihan tahunan kemampuan selam sempurna Axolotl- dengan
Angkatan Laut Singapura. Australia juga melaksanakan pertukaran MCM dengan
Singapura yang mengawali keterlibatan Singapura.
Interaksi Australia dengan angkatan Laut Thailand juga berkembang. Telah
dilaksanakan secara tahunan latihan bersama yang disebut AUSTHAI dan
Angkatan Laut Kerajaan Thailand (Royal Thai Navy/RTN) juga berpartisipasi
dalam Kakadu. Fokus interaksi ini untuk membantu pengembangan suatu
prosedur operasi standar, yang dapat dilatihkan dalam unit-unit RAN maupun
RTN. Kedua angkatan laut juga mengembangkan lebih banyak unit-unit canggih
yang dibantu teknologi.
Dengan Brunei, hubungan juga berkembang melalui pertukaran pelatihan
perwira dan kegiatan pelatihan kapal patroli tahunan. Selain itu Brunei juga
mengirim pengamat pada Kakadu pada tahun 1997. Australia berharap hubungan
ini dapat ditingkatkan hingga ke fase kelautan.

Kerjasama di Pasifik Barat


RAN juga memiliki sejarah operasi yang panjang di Pasifik Barat. Namun
demikian, ada perbedaan besar bentuk hubungan pertahanan yang dilakukan
Australia dengan negara-negara di Pasifik Barat dan yang dilakukan dengan
negara-negara di Asia Tenggara; yaitu tidak adanya perencanaan pertahanan
formal yang berkaitan dengan FPDA. Karenanya, hubungan yang berlangsung,
lebih ke arah perencanaan bilateral antara Australia dengan negara-negara di
Pasifik Barat, yang mana RAN memainkan peran utama.
Inisiatif kunci dari Pemerintah Australia di kawasan ini telah mewujudkan
Proyek Kapal Patroli Pasifik, yang menyediakan sarana patroli kepada angkatan
laut dan kepolisian di kawasan ini untuk berpatroli di wilayah timur dan timur laut

10

Australia. Keterlibatan Australia dengan proyek ini muncul dengan suatu


pemikiran untuk menyediakan sarana yang lebih bermakna bagi negara-negara
pulau yang lebih kecil untuk melakukan kegiatan kepolisian terhadap persediaan
sumberdaya perikanan dalam wilayah ZEE mereka. Kapal-kapal tersebut didesain
secara khusus untuk pengawasan perikanan, perlindungan kedaulatan serta
kegiatan SAR dan upaya mengatasi bencana. Bagian penting dari proyek ini telah
didukung secara ekstensif oleh RAN, dalam hal mempelopori dan melaksanakan
kegiatan pelatihan operasional bagi para personil dan dukungan dalam negeri di
negara-negara tersebut yang diberikan melalui suatu jaringan kerja perwira
penghubung, bantuan teknis serta berbagai pelatihan yang diberikan melalui
kunjungan kapal-kapal patroli Australia.
Walau nampaknya upaya-upaya kerjasama yang dilakukan dengan Papua
Nugini (PNG) sangat serupa dengan yang sudah dilakukan dengan negara-negara
di Asia Tenggara, namun pada dasarnya, kerjasama yang dilakukan dengan
berbagai negara di kawasan Pasifik Barat memiliki fokus yang berbeda.
Sebagai tambahan bagi Proyek Kapal Patroli Pasifik, pelatihan memberikan
banyak interaksi kerjasama antara negara-negara di Pasifik Barat dan RAN.
Sementara itu banyak pelatihan yang dilaksanakan di Sekolah Maritim di
Launceston atas nama RAN, beberapa pelatihan ADF dan RAN dilaksanakan
menyangkut bidang-bidang selam tempur, teknik dan dukungan logistik.
Pelatihan Paradise mungkin adalah pelatihan terbesar yang pernah
dilaksanakan di kawasan ini. Pengenalan Pakta Baru (Niew Treaty) dalam
kerjasama pengawasan perikanan dan penegakan hukum sudah dikembangkan
lebih jauh di kawasan ini. Pakta penting ini dikembangkan berdasarkan Badan
Forum Perikanan berbasis Honiara untuk memahami kebutuhan dalam melindungi
sumberdaya perikanan yang penting di Pasifik Barat dan meletakkannya dalam
persetujuan, dimana negara-negara yang bersangkutan, berdasarkan hubungan
bilateral, akan mampu untuk melakukan penahanan bagi kegiatan ilegal di
perairan negara-negara lain. Pakta Baru merupakan terobosan dan kendaraan unik
bagi kerjasama maritim. Keberhasilan pakta ini menunjukkan perluasan ukuran
kerjasama yang dapat diimplementasikan untuk kemanfaatan bagi semua pihak
yang terlibat. Diawali untuk ditandatangani dalam Forum Pasifik Barat ke-23 pada

11

tahun 1992, hingga saat ini, telah ada 14 negara anggota forum yang
menandatanganinya sementara empat negara telah meratifikasi pakta tersebut.
Tingkat hubungan kerjasama pertahanan yang dirasakan dengan Selandia
Baru didesain untuk memberi manfaat bagi angkatan bersenjata kedua negara dan
untuk meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan bersama. Seperti Australia,
Selandia Baru juga merupakan negara maritim dan juga sangat bergantung pada
perdagangan lintas laut serta memahami pentingnya lingkungan maritim bagi
pertahanan. Suatu hubungan dekat yang secara tradisional sudah tunbuh sejak PD
I, RAN dan Angkatan Laut Kerajaan Selandia Baru secara teratur berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan pelatihan, kunjungan antar kapal dan program-program
pelatihan maupun pertukaran.

Kerjasama di Asia Timur


Kerjasama Australia dengan negara-negara di Asia Timur secara bertahap
berkembang sebagai kepentingan strategis di kawasan ini dan diupayakan untuk
memperoleh perbaikan kontak antara angkatan laut Australia dengan angkatan
laut mereka.
Hubungan dengan Cina memperoleh peningkatan, melalui kunjungan unitunit armada Australia ke Qingdao pada tahun 1997, Serupa dengan itu, hubungan
Australia dengan Jepang dan Korea Selatan juga berkembang sangat positif.
Pembicaraan antar angkatan laut yang diselenggarakan dengan Jepang, dan
dalam kerangka yang sama, sebagaimana diselenggarakan dengan Singapura dan
Indonesia, telah menghasilkan lebih banyak kontak personal di antara angkatan
laut tersebut dan untuk meningkatkan kemanfaatan bersama yang ada di kawasan
tersebut.
Sudah tentu, cukup wajar apabila dikatakan bahwa hubungan antara AL
Australia dan Jepang merupakan pengembangan hubungan yang paling baik yang
bisa dirasakan dibandingkan negara-negara lain di kawasan tersebut. Suatu
perwujudan terkini dari hal tersebut adalah diperkenalkannya suatu latihan
lintasan diantara kedua AL yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali.

12

Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat


Jelas terdapat suatu kesepakatan besar yang sudah dilakukan dalam upaya
perbaikan keamanan regional melalui pembangunan kegiatan manfaat bersama
dan kemampuan saling beroperasi di kawasan ini. Salah satu inisiatif terbaik
adalah dibentuknya Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat (Western Pacific
Naval Symposium/WPNS), suatu badan yang sudah mampu untuk memajukan
sejumlah isu yang mungkin akan menjadi problematis apabila disepakati dalam
Forum Regional ASEAN. WPNS bertujuan untuk meningkatkan kerjasama
angkatan laut di Pasifik Barat dengan mendiskusikan sejumlah isu maritim global
maupun regional dan untuk menjalankan suatu arus informasi dan opini antara
para profesional angkatan laut yang telah sukses dilakukan sejak diawali pada
tahun 1988.
Sejumlah inisiatif WPNS meliputi :

Direktori Pertukaran Informasi Maritim (the Maritime Information


Exchange Directory/MIED) yang didesain untuk dipergunakan sebagai
juklak referensi bagi pemberangkatan kapal menuju atau kegiatan transit di
wilayah negara anggota WPNS. MIED berisi informasi tentang hal-hal
tersebut, yang membutuhkan pelaporan saat sebuah kapal diamati di
wilayah perairan dari salah satu negara anggota WPNS. Sebagai contoh,
bisa berupa pembajakan, pencurian ikan atau polusi laut.

Suatu Penambahan bagi Juklak Kelautan, yang mengatur detil layout kapal
dan prosedur-prosedur penambahan bagi setiap Angkatan Laut anggota
WPNS dengan suatu pemahaman yang pada akhirnya melakukan sejumlah
penambahan bagi latihan-latihan di laut.

Membangun suatu penataan prosedur untuk memberikan bimbingan bagi


kontak yang tidak terjadwal di antara angkatan-angkatan laut.

Kerjasama kawasan dalam MCM.

Seluruh inisiatif tersebut untuk memastikan pengembangan kerjasama dan


interaksi regional melalui hubungan yang berbasis kesetaraan dan saling
pengertian. Sangatlah penting bagi para kepala staf angkatan untuk saling
mengenal.

13

Penutup
Sementara kerjasama regional angkatan laut telah meningkat secara signifikan
pada masa-masa ini, juga telah terdapat sejumlah ruang untuk melakukan
perbaikan. Pengembangan kemampuan saling beroperasi yang lebih besar dengan
para tetangga merupakan prioritas utama bagi RAN. RAN sendiri mengakui
masih membutuhkan lebih banyak lagi latihan perang dengan negara-negara
kawasan, karena itu FCP menjadi program fundamental.
Minat RAN juga cukup besar untuk memperbaiki pola saling beroperasi
melalui media udara dengan meningkatkan latihan serta kegiatan patroli bersama
menggunakan pesawat udara. Konsep operasi patroli udara dengan negara-negara
ASEAN, nampaknya akan dijadikan priotitas garapan utamanya, pada masa-masa
mendatang. Namun nampaknya, RAN juga menyadari tingkat kemampuan yang
ada di antara negara-negara ASEAN dan Pasifik Barat. Dengan negara-negara,
seperti Brunei, Filipina dan PNG, RAN lebih memprioritaskan kerjasama di
tingkat kapal patroli daripada di tingkat kapal perusak (destroyer).
Pada kunjungan tahun 1998 di Selandia Baru, Menteri Pertahanan Ian
McLachlan menyatakan minatnya untuk mempelajari seberapa jauh Australia
dapat mengusahakan sejumlah upaya dukungan bagi pelatihan, logistik dan
industri bagi peningkatan, walau tetap mempertahankan keberadaan pasukan antar
negara yang terpisah. Sudah jelas bahwa manfaat pembangunan kemampuan
saling beroperasi di perairan kawasan senantiasa membangkitkan minat Australia
untuk mengembangkan kemampuan tersebut secara berkelanjutan bagi keamanan
regional dan nasional Australia.
Jika beberapa indikasi yang diulas oleh Oxenbould pada tahun 1997,
dijadikan patokan untuk menentukan tolok ukur kondisi terkini, di tahun 2014,
maka boleh dinyatakan bahwa Reformasi Pertahanan yang dilakukan Australia
pada tahun 1997 menunjukkan hasil maksimal untuk meningkatkan daya dan
kemampuan

Angkatan

Bersenjata

Australia,

khususnya

RAN

dalam

mengamankan wilayah maritim Australia dengan melakukan penjagaan pada


skala kawasan. Dengan demikian, bisa diprediksikan bahwa peran Australia

14

hingga 25 tahun ke depan akan semakin menonjol sebagai pemimpin keamanan


regional di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Bagi Indonesia, Australia merupakan tetangga yang berbatasan di luar
kawasan Asia Tenggara. Hubungan kerjasama pertahanan Indonesia - Australia
telah terjalin lama, namun seringkali mengalami pasang surut sebagai dampak
dari pasang surut hubungan politik kedua negara. Kerjasama di bidang pertahanan
dengan Australia, Indonesia tetap berpijak pada prinsip-prinsip Confident Build
Measure (CBM) yang mengedepankan semangat kebersamaan dan perimbangan
kepentingan dan dibangun berdasarkan persamaan hak, saling menghormati, dan
tidak mencampuri urusan intern masing-masing.
Kerjasama dengan Australia kedepan nampaknya akan lebih ditingkatkan
untuk mengatasi isu-isu kejahatan lintas negara seperti terorisme, perdagangan
narkotika dan obat-obatan terlarang serta perdagangan manusia. Sedangkan dalam
isu-isu sosial dan kemanusiaan, berupa penanganan imigran gelap, masalah
nelayan tradisional, SAR dan mitigasi bencana.

###

15

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertahanan RI. (2008), Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008.


Department of Defence, Australian Government. (1994). Defending Australia
White Paper of Defence Policy 1994.
Department of Defence, Australian Government. (1997). Australias Strategic
Policy 1997.
Hura, McLeod, Schneider et.al. (2000), NATO Glossary of Terms and Definitions,
Santa Monica, Ca., RAND Monograph Report, RAND Corporation.
Oxenbould, Chris. (1997), Regional Naval Cooperation. Journal of Oceans
Governance And Maritime Strategy.

Anda mungkin juga menyukai