Ulasan Terhadap Kerjasama Angkatan Laut Kawasan Oleh RAN
Ulasan Terhadap Kerjasama Angkatan Laut Kawasan Oleh RAN
Abstrak
maritim,
perairan
kawasan,
kemampuan
saling
beroperasi
(interoperability).
Pendahuluan
Australia memiliki keunggulan dari segi pengembangan dan pendayagunaan
sumberdayanya di sektor pertanian dan industri manufaktur. Pada sepuluh tahun
terakhir, Australia telah mampu menjadi negara yang berdaya kompetitif secara
internasional, memiliki ketangguhan ekonomi di pasar dunia berkat reformasi
ekonomi yang telah dilakukan sejak tahun 1980-an.
Negara ini berada di posisi benua Oceania, yang terletak antara Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikannya sebagai kawasan yang
memiliki pertumbuhan tercepat dalam perekonomian dunia. Karenanya, sejumlah
isu tentang pengaturan dan pengelolaan lautan adalah vital bagi kepentingan
ekonomi dan strategis Australia yang senyatanya merupakan negara maritim,
yaitu:
pada skala kawasan. Sarana pendekatan yang dilakukan adalah melalui kerjasama
angkatan laut di perairan kawasan yang mengelilingi benua Australia, untuk saling
membagi beban penjagaan perairan kawasan, sekaligus juga dapat mengetahui
sejumlah perkembangan pembinaan kekuatan maritim negara-negara di perairan
kawasan, yang pada gilirannya, mungkin dapat berpotensi negatif maupun positif
bagi kepentingan nasional Australia, baik secara geopolitik maupun geostrategis.
Tulisan Oxenbould ini dibuat pada tahun 1997, dimana sejumlah karya yang
mendasari tulisan ini, muncul pada saat yang sangat tepat, sebagaimana Angkatan
Bersenjata Australia (the Australian Defence Force/ADF) dan khususnya
Angkatan Laut Kerajaan Australia (the Royal Australian Navy/RAN), sedang
belajar untuk bekerja dalam penyesuaian suasana pasca Program Reformasi
Pertahanan. Hal penting yang digarisbawahi Oxenbould mengenai kebijakan
Kementerian Pertahanan Australia (the Australian Ministry of Defence) adalah,
bahwa di tengah-tengah reorganisasi, restrukturisasi dan upaya mengawal
ketidakpastian, Australia tidak kehilangan cara pandang terhadap kenyataan
bahwa situasi geografis dan strategis Australia belum berubah. Situasi geografis
dan strategis ini tidak dapat dipisahkan dari lingkungan maritim.
Naskah Kebijakan Strategis Australia (Australias Strategic Policy/ASP) pada
tahun 1997, secara tegas menyatakan; Hasil strategis mendasar yang dicari
Pemerintah Australia adalah untuk mencegah serangan bersenjata atau tekanan
terhadap Australia, Setiap bentuk serangan tersebut akan harus dilancarkan
maupun ditangkal melalui lingkungan maritim, jika Australia berharap untuk
menolak musuh mengambil inisiatif atau memperoleh akses terhadap wilayah
Australia. ASP lebih jauh menekankan ulang akan pentingnya bantuan Australia
untuk menghindari persaingan strategis yang tidak mendukung stabilitas antara
kekuatan-kekuatan besar di kawasan maupun dalam memelihara situasi keamanan
yang bersahabat di Asia Tenggara yang diliputi wilayah maritim.
Naskah kebijakan ini sudah jelas merupakan Buku Putih Pertahanan Australia
yang berisi pernyataan kebijakan pertahanan Australia, yang ditujukan bagi publik
domestik di Australia maupun kepada publik di kawasan regional dan
internasional. Secara universal, setiap kebijakan pertahanan negara disusun
berdasarkan tujuan dan kepentingan nasional dihadapkan pada perkembangan
konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab itu kebijakan
pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada saatnya
dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Naskah
pernyataan kebijakan pertahanan Australia senantiasa mengalami kaji ulang
strategis dan revisi secara periodik setiap 5 tahun sekali. 1
Pertumbuhan ekonomi kawasan, yang kadang-kadang terhenti, telah
membawa serta suatu lompatan ke depan, baik dalam artian jarak maupun
kedalaman atas berbagai kepentingan maritim kawasan. Sejak tahun-tahun 1997,
sudah bisa ditandai adanya peralihan kepedulian yang semula berkisar pada
penghidupan sumberdaya masyarakat lokal kepada tahapan mutakhir sumberdaya
internasional yang bersifat teknologis dan kompleks.
ASP mengakui kompleksitas perkembangan tersebut di kawasan Asia Pasifik
dan menekankan ulang akan pentingnya kontribusi Australia terhadap keamanan
dan stabilitas kawasan. Pernyataan itu dengan tepat menekankan bahwa Australia
tidak dapat berharap merasa aman dalam suatu lingkungan yang tidak aman dan
juga membangun suatu dasar pemikiran yang tidak terbantahkan bagi kerjasama
maritim kawasan. Posisi Australia dan cara pandangnya dalam kawasan yang
sebagian besar bergantung padanya, adalah ingin menjadi tetangga yang
bersahabat dan bisa diandalkan serta menjadi warga kawasan sekaligus warga
internasional yang bertanggungjawab.
Dengan pemikiran tersebut, ada tiga alasan mendasar, mengapa RAN secara
aktif mendorong kerjasama maritim, yaitu
Sebagai refleksi, kebijakan untuk mengeluarkan Naskah Kebijakan berupa Buku Putih
Pertahanan, yang sudah jamak dilakukan di sejumlah negara maju, baru diadopsi Pemerintah
Republik Indonesia pada tahun 2003, setelah dikeluarkannya Undang-Undang Pertahanan Nomor
3 tahun 2002. Hal ini juga baru menjadi pertimbangan, setelah dilakukannya kegiatan Kaji Ulang
Strategis Sistem Pertahanan (Strategic Defence Review) pertama pada tahun 2002-2004, yang jika
diukur dari masa berlakunya Undang-Undang Pertahanan No. 20 tahun 1982 beserta perubahannya
pada tahun 1985, maka Indonesia baru melakukan kegiatan kaji ulang strategis pertahanan dalam
kurun waktu 17 tahun. Idealnya, kegiatan kaji ulang strategis dilakukan, paling tidak setiap 5 tahun
sekali.
memberikan
ADF
suatu
peluang
untuk
memajukan
dan
laut negara-negara kawasan. Kesuksesan Kakadu ini hanya merupakan salah satu
aspek saja dari hubungan kerjasama dengan negara-negara kawasan.
Ketika mempertimbangkan interaksi dan kemampuan saling beroperasi antara
Australia dan kekuatan-kekuatan kawasan, negara itu bertujuan untuk membuat
perbandingan mengenai tingkat kenyamanan kerjasama dengan suatu negara.
Pendekatan tersebut dapat mengukur manfaat bersama yang dimaksimalkan.
Di Asia Tenggara hubungan antar angkatan laut Australia dengan Malaysia
telah sedemikian dekat, dengan mengabaikan beberapa kendala situasi politis.
Bagaimanapun, RAN memahami kebutuhan untuk melanjutkan kontak-kontak
personal yang sangat erat dengan Angkatan Laut Diraja Malaysia dan
menghormati perbedaan-perbedaan kultural di antara dua negara. Australia
melangsungkan patroli maritim bersama dari Malaysia ke Laut Cina Selatan dan
Samudera Hindia, di luar daerah-daerah yang sedang dipersengketakan.
Hal yang sama, hubungan angkatan laut Australia dengan Indonesia telah
berkembang sedemikian baik pada tahun-tahun terakhir ini, hingga mencapai
suatu tahapan dimana telah dilakukan pertukaran pelatihan, personil dan informasi
dalam perencanaan dan pelaksanaan berbagai latihan dan operasi. Zona
Pembangunan Bersama (the Joint Development Zone/JDZ) di Celah Timor
memberikan suatu fokus operasional bagi hubungan tersebut, yang menghasilkan
sejumlah pelatihan seperti Pelatihan Kasuari (Exercise Cassowary) yang
dilaksanakan setiap dua tahun sekali, dan satu diantaranya, dilakukan di Celah
Timor. Dalam area Pembangunan Bersama, Australia juga melangsungkan
kegiatan patroli bersama, pertukaran informasi, berbagai perencanaan koordinasi
keamanan serta kegiatan SAR atas dasar saling menguntungkan.
Jelas bahwa aktifitas dengan Indonesia akan bergantung sepenuhnya pada
sejumlah peristiwa di masa depan yang berlangsung di Indonesia. Namun
demikian, apapun hasil yang dicapai, Australia tetap berminat untuk senantiasa
memperkuat hubungan kemitraan.3
3
Patut dicatat, bahwa jika kita ingat kembali pada tahun 1999, ternyata konspirasi
internasional yang disponsori Amerika, Inggris dan Australia, dengan menggunakan tangan PBB,
telah mampu membuat Indonesia kehilangan Timor Timur. Pada masa-masa persiapan, apa yang
oleh Barat disebut dekolonisasi Timor-Timur dari Indonesia, ternyata Angkatan Bersenjata
Australia telah memegang peran penting dan menjadi pemimpinan pasukan INTERFET yang
membawa mandat PBB untuk mengamankan proses referendum di Timor Timur hingga mengawal
Lebih jauh terhadap operasi-operasi ini, kedua belah pihak, baik RAN maupun
TNI-AL sangat berminat untuk memajukan sejumlah diskusi yang bertujuan
untuk meningkatkan kerjasama oceanografis dan hidrografis antara kedua
angkatan laut. Pada tingkatan ini, bidang-bidang utama yang butuh untuk
dilakukan kerjasama akan berkisar pada:
Untuk melengkapi
kawasan
mengenai
kemampuan
mengatasi
ranjau
(Mine
10
11
tahun 1992, hingga saat ini, telah ada 14 negara anggota forum yang
menandatanganinya sementara empat negara telah meratifikasi pakta tersebut.
Tingkat hubungan kerjasama pertahanan yang dirasakan dengan Selandia
Baru didesain untuk memberi manfaat bagi angkatan bersenjata kedua negara dan
untuk meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan bersama. Seperti Australia,
Selandia Baru juga merupakan negara maritim dan juga sangat bergantung pada
perdagangan lintas laut serta memahami pentingnya lingkungan maritim bagi
pertahanan. Suatu hubungan dekat yang secara tradisional sudah tunbuh sejak PD
I, RAN dan Angkatan Laut Kerajaan Selandia Baru secara teratur berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan pelatihan, kunjungan antar kapal dan program-program
pelatihan maupun pertukaran.
12
Suatu Penambahan bagi Juklak Kelautan, yang mengatur detil layout kapal
dan prosedur-prosedur penambahan bagi setiap Angkatan Laut anggota
WPNS dengan suatu pemahaman yang pada akhirnya melakukan sejumlah
penambahan bagi latihan-latihan di laut.
13
Penutup
Sementara kerjasama regional angkatan laut telah meningkat secara signifikan
pada masa-masa ini, juga telah terdapat sejumlah ruang untuk melakukan
perbaikan. Pengembangan kemampuan saling beroperasi yang lebih besar dengan
para tetangga merupakan prioritas utama bagi RAN. RAN sendiri mengakui
masih membutuhkan lebih banyak lagi latihan perang dengan negara-negara
kawasan, karena itu FCP menjadi program fundamental.
Minat RAN juga cukup besar untuk memperbaiki pola saling beroperasi
melalui media udara dengan meningkatkan latihan serta kegiatan patroli bersama
menggunakan pesawat udara. Konsep operasi patroli udara dengan negara-negara
ASEAN, nampaknya akan dijadikan priotitas garapan utamanya, pada masa-masa
mendatang. Namun nampaknya, RAN juga menyadari tingkat kemampuan yang
ada di antara negara-negara ASEAN dan Pasifik Barat. Dengan negara-negara,
seperti Brunei, Filipina dan PNG, RAN lebih memprioritaskan kerjasama di
tingkat kapal patroli daripada di tingkat kapal perusak (destroyer).
Pada kunjungan tahun 1998 di Selandia Baru, Menteri Pertahanan Ian
McLachlan menyatakan minatnya untuk mempelajari seberapa jauh Australia
dapat mengusahakan sejumlah upaya dukungan bagi pelatihan, logistik dan
industri bagi peningkatan, walau tetap mempertahankan keberadaan pasukan antar
negara yang terpisah. Sudah jelas bahwa manfaat pembangunan kemampuan
saling beroperasi di perairan kawasan senantiasa membangkitkan minat Australia
untuk mengembangkan kemampuan tersebut secara berkelanjutan bagi keamanan
regional dan nasional Australia.
Jika beberapa indikasi yang diulas oleh Oxenbould pada tahun 1997,
dijadikan patokan untuk menentukan tolok ukur kondisi terkini, di tahun 2014,
maka boleh dinyatakan bahwa Reformasi Pertahanan yang dilakukan Australia
pada tahun 1997 menunjukkan hasil maksimal untuk meningkatkan daya dan
kemampuan
Angkatan
Bersenjata
Australia,
khususnya
RAN
dalam
14
###
15
DAFTAR PUSTAKA