Anda di halaman 1dari 24

CLINICAL SCIENCE SESSION

ANESTESIA UMUM

Disusun oleh:
Khairuli Amri
Dini Paramita D

PRESEPTOR
Riri., dr., Sp.an

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL IHSAN
BANDUNG
2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Anestesia Umum
Anestesia berarti hilangnya segala sensasi baik perasaan panas, dingin, rabaan,

kedudukan tubuh, nyeri dan biasanya dihubungkan dengan orang yang hilang kasadarannya.
Keadaan ini dilakukan supaya proses pembedahan dapat dilakukan dengan mempengaruhi
fungsi otak, umpamanya dengan obat-obat yang mengakibatkan depresi sel-sel otak. Semua
keadaan ini merupakan proses yang reversibel dan sementara, berlaku hanya selama obat itu
masih utuh dan berpengaruh dalam tubuh.
Anestesia umum merupakan suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara diikuti
oleh hilangnya rasa nyeri diseluruh tubuh akibat pemberian obat anesthesia. Obat anestesia
umum dapat diberikan secara inhalasi, intravena, intamuskular, oral, rektal.
Anestesia dibagi menjadi 3 komponen (trias anestesia) yaitu :
1. Hipnotika : pasien kehilangan kesadaran
2. Analgetik : pasien bebas nyeri
3. Relaksasi : pasien mengalami kelumpuhan otot rangka
Trias anestesia dapat diwujudkan dengan obat anestesia tunggal misalnya eter atau
dengan kombinasi beberapa obat untuk mencapai masing-masing komponen trias anesthesia
tersebut.
1.2.

Indikasi Anestesi Umum


Bayi dan anak-anak.

Dewasa yang ingin di anestesi umum.

Prosedur operasi yang lama & rumit.

Pasien dengan gangguan mental

Pasien dengan riwayat alergi terhadap obat anestesi lokal

Pasien dalam pengobatan antikoagulan

1.3.

Perencanaan Anestesi umum

Visit pre operative

Premedikasi

Teknik Anestesi: Umum, Regional atau kombinasi

Intraoperative


1.4.

Postoperative

Teknik Anestesi Umum

Nafas spontan

Controlled ventilation

Face mask

Intubasi

LMA (Laryngeal Mask Airway)

COPA (Cuffed Oro Pharyngeal Airway)

LSA (Laryngeal Seal Airway)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

PENILAIAN DAN PERSIAPAN PRA ANESTESIA


Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakaan faktor penyumbang sebab

sebab terjadinya kecelakaan anesthesia. Tujuan utama kunjungan pra anestesia adalah untuk

mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
2.1.1

Penilaian Pra Bedah

1).

Anamnesis
Menanyakan semua hal yang berhubungan dengan akan dilakukannya anesthesia

sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal hal yang membutuhkan perhatian
khusus seperti : alergi, mual muntah, nyeri otot, gatal gatal, atau sesak nafas pasca bedah.
Tanyakan hal-hal berikut ke pasien :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2).

Identitas pasien apakah sesuai dengan medrek ?


Tanyakan mengenai hari dan bagian tubuh yang akan dioperasi ?
Riwayat penyakit yang pernah dialami pasien ?
Riwayat pemakaian obat jangka panjang ?
Riwayat operasi atau anestesi terdahulu ?
Kebiasaan buruk (merokok & minum alkohol) ?
Riwayat alergi ?
Memakai gigi palsu ?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat

penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher
pendek dan kaku juga akan menyulitkan laringoskopi intubasi.
Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi semua system organ tubuh
pasien, mulai dari kepala sampai ke kaki.
3).

Pemeriksaan Laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang sesuai dengan dugaan penyakit yang

sedang dicurigai mengingat biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat minimal uji-uji
tersebut.
a. Pemeriksaan rutin
- Darah : Hb, Ht, eritrosit, leukosit dan hitung jenis, trombosit, masa perdarahan
dan masa pembekuan.
- Urin : pemeriksaan fisik, kimiawi dan sedimen urin.
b. Pemeriksaan khusus
Ditujukan kepada pasien yang dipersiapkan untuk operasi besar dan pasien
yang menderita penyakit sistemik tertentu dengan indikasi tegas. Hal-hal yang
diperiksa adalah:

4).

Laboratorium lengkap : fungsi hati, fungsi ginjal, analisis gas darah, elektrolit,

hematologi dan faal hemostasis lengkap, sesuai dengan indikasi.


Pemeriksaan radiologi : foto toraks, IVP dan yang lainnya sesuai indikasi.
Evaluasi kardiologi terutama untuk pasien yang berumur di atas 35 tahun
Pemeriksaan spirometri pada penderita PPOM

Kebugaran Untuk Anestesia


Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan agar pasien

dalam keadaan bugar, sebaliknya pada operasi sito penundaan yang tidak perlu harus
dihindari.
5).

Klasifikasi Status Fisik


Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang

berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA).


ASA 1

: pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik, biokimia

ASA 2

: pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang

ASA 3

: pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terhambat

ASA 4

: pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.

ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak
akan lebih dari 24 jam.
Apabila tindakan pembedahannya dilakukan secara darurat, dicantumkan tanda E
(emergency) di belakang angka, misalnya ASA 1 E.
6).

Masukan Oral
Reflex laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan

kotoran yang terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang
menjalani anestesia. Untuk meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan
untuk operasi elektif dengan anesthesia harus puasa selama periode tertentu sebelum induksi
anestesia.
Kelompok pasien
Dewasa
Anak kecil
Bayi

Lamanya puasa
6 8 jam
4 6 jam
3 4 jam

Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anestesia. Minuman


bening, air putih, the manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam
jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi anestesia.
7).

Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesia dengan tujuan

untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia diantaranya :


1. Menimbulkan suasana nyaman bagi pasien, yaitu menghilangkan rasa cemas, member
2.
3.
4.
5.

ketenangan, membuat amnesia, bebas nyeri dan mencegah mual-muntah.


Memudahkan dan memperlancar induksi
Mengurangi dosis obat anestesia
Menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan
Menekan dan mengurangi sekresi kelenjar
Membina hubungan yang baik denga pasien dapat membangun kepercayaan dan

ketentraman hati pasien. Obat pereda kecemasan bisa digunakan diazepam per oral 10-15 mg
beberapa jam sebelum induksi anestesia. Jika disertai nyeri dapat diberikan opioid misalnya
petidin 50 mg intramuscular.
Untuk meminimalisir asam lambung dapat diberikan antagonis reseptor H2 histamin
misalnya simetidin 600 mg atau oral ranitidine (zantac) 150 mg 1-2 jam sebelum jadwal
operasi.
Untuk mengurangi mual-muntah pasca bedah sering ditambahkan premedikasi
suntikan intramuscular untuk dewasa droperidol 2,5-5 mg atau ondansetron 2-4 mg (zofran,
narfoz)

2.2.

INDUKSI DAN RUMATAN ANESTESIA

2.2.1

Induksi Anestesia
Induksi anestesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak

sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan. Induksi anesthesia


dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuscular atau rectal. Setelah pasien tidur
akibat induksi anesthesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anesthesia sampai
tindakan pembedahan selesai.
Untuk persiapan induksi anesthesia sebaiknya ingat kata STATICS :
S = Scope

Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung.

Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan


T = Tubes

usia pasien. Lampu harus cukup terang.


Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)

A = Airway

dan > 5 tahun dengan balon.


Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung
faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat
pasien tidak sadar untuk menjaga agar lidah tidak menyumbat jalan

T = Tape
I = Introducer

napas.
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah

C = Connector
S = Suction

dimasukkan
Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya

Teknik Induksi

Mask induction / inhalation

Intravenous

Intra muscular

Per rectal

Problem selama induksi anestesi :

Problem Utama : airway

Tanda obstruksi partial : snoring, crowing,

gargling, wheezing, retraksi dada,

cyanosis

Tanda obstruksi totalis : udara dari mulut/hidung negatif, retraksi supraclavicular ,


retraksi intercostal, cyanosis

2.2.2
a)
b)
c)
d)

Induksi Intravena
Paling banyak dikerjakan
Dikerjakan dengan hati-hati, perlahan-lahan, lembut dan terkendali
Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan antara 30-60 detik
Selama induksi anesthesia, tanda-tanda vital pasien harus selalu diawasi dan selalu

diberikan oksigen.
e) Induksi cara ini dikerjakan pada pasien yang kooperatif
f) Obat : thiopental, propofol, dan ketamin

2.2.3

Induksi Intramuskular
Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan secara intramuscular

dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
2.2.4

Induksi Inhalasi

a) Hanya dikerjakan dengan halotan (fluotan) atau sevofluran.


b) Cara induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur vena atau
pada dewasa yang takut disuntik.
c) Induksi halotan memerlukan gas pendorong O 2 > 4 liter/menit atau campuran N 2O :
O2 = 3 : 1 aliran > 4 liter/menit, dimulai dengan halotan 0,5 vol% sampai konsentrasi
yang dibutuhkan.
d) Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk.
2.2.5

Induksi Per rectal


Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau midazolam.

2.2.6

Induksi Mencuri (steal induction)

a) Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Untuk yang sudah ada jalur vena
tidak ada masalah, tetapi pada yang belum, harus kita kerjakan dengan hati-hati agar
pasien tidak terbangun.
b) Induksi mencuri inhalasi seperti induksi inhalasi biasa hanya dengan sungkup muka
tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita berikan jarak beberapa sentimeter,
sampai pasien tertidur baru sungkup muka kita tempelkan.

2.2.7

Rumatan Anestesia

a) Dapat dikerjakan dengan cara intravena (anestesi intravena total) atau dengan inhalasi
atau dengan campuran intravena inhalasi.
b) Rumatan anestesi mengacu pada trias anestesi yaitu hypnosis, analgesia, dan relaksasi
otot lurik.
Component
Anesthesia

VIMA
(volatile induction & maintenanceTIVA
(total intravenous anesthesia)
anesthesia)

Hypnotic

Sevo, Iso, Enf, Hal, Desfluran

Propofol,Pentotal,
Ketamin,Midazolam

Analgesic
Relaxation
2.2.8

Fentanyl, alf, suf, Mo, pethidine, Fentanyl, alf, suf, Mo, pethidine,
remifentanil

remifentanil

Depol & Nondepol

Depol & Nondepol

Rumatan Inhalasi
Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1 ditambah halotan

0,5-2 vol% atau enfluran 2-4 vol% atau isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4 vol%
bergantung apakah pasien bernafas spontan, dibantu (assisted) atau dikendalikan (controlled).

2.3.

Anestesi Intravena (IV)


Digunakan untuk induksi, rumatan anestesi, tambahan pada analgesia regional atau

untuk membantu prosedur diagnostik. Obat-obat intravena sering kali diberikan untuk
menghasilkan induksi sedasi anestesi yang cepat atau memberikan sedasi pada monitor
anesthesia care (MAC). Dikombinasi dengan anestesi inhalasi, obat-obat ini dapat digunakan
untuk rumatan anestesi dengan intermitten atau continous infusion.Obat-obat yang lazim
digunakan pentothal, propofol dan ketamin. Propofol digunakan untuk anesthesia IV total.
2.3.1

Propofol
Propofol telah menjadi obat induksi anesthesia yang paling banyak dipilih terutama

bila pasien diharapkan untuk cepat bangun. Propofol adalah isopropylphenol yang diberikan
secara IV dengan konsentrasi 1% solusi dalam solven berwarna putih susu. Campuran 1%
obat dalam air dan emulsi yang berisi 10% soya bean oil, 1.2% phosphatide telur, 2.25%
glycerol.
Propofol merupakan golongan sedatif-hipnotik yang akan berinteraksi dengan
gamma-amino-butyric acid atau dikenali sebagai GABA (neurotransmitter inhibitori utama di
SSP) dan menyebabkan depresi Sistem Saraf Pusat (SSP).
Propofol memberi efek penurunan tekanan darah akibat dari relaksasi otot-otot polos
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh inhibasi simpatetik, Efek ini berlebihan pada
pasien hipovolemia, pasien tua, dan pasien yang mempunyai penyakit jantung koroner.
Terdapat juga efek depresi pernafasan dan apnea sementara pada beberapa pasien setelah
induksi IV. Pemberian rumatan propofol dapat menurunkan volume tidal dan frekuensi
napas. Propofol juga dapat menghasilkan dilatasi bronkus dan menurunkan kejadian

wheezing pada pasien asma. Selain itu, propofol turut menurunkan metabolik serebral untuk
oksigen (CMRO2), aliran darah serebral (CBF), dan tekanan intrakranial (ICP).
Dosis :
a)

Induksi = 1.5-2.5mg/kg IV, menyebabkan hilang kasadaran dalam 30 detik.


Pemulihan hampir sempurna tanpa efek residu, penurunan rasa mual-muntah postoperatif merupakan alasan utama propofol lebih dipilih dari thiopental untuk induksi
anestesi.

b)

Infus kontinu = 25-100 ug/kg/min IV (IV total)

c)

Rumatan anestesi: 100-300ug/kg/min IV ( biasanya digabung dgn opiod)

d)

ICU: 0.2mg/kg

2.3.2

Barbiturat
Obat yang termasuk dalam golongan barbiturate adalah thiopental dan pentothal. Obat

ini merupakan golongan sedatif-hipnotik yang berkemungkinan juga berinteraksi dengan


GABA (neurotransmitter inhibitori utama di SSP) dan menyebabkan depresi Sistem Saraf
Pusat (SSP). Barbiturat juga menurunkan transmisi impuls melalui ganglia sistem saraf
simpatis, yang dapat menjelaskan penurunan tekanan darah sewaktu induksi anestesi atau jika
terjadinya overdosis.
Barbiturat memberi efek sedikit penurunan tekanan darah dari tekanan sistemik (1020 mmHg) utamanya terjadi karena vasodilatasi perifer. Efek ini adalah sementara karena
terjadinya kompensasi dari baroreseptor yang meningkatkan denyut jantung. Terdapat juga
efek depresi nafas dan apnea sementara yang terjadi akibat penekanan pada pusat pernapasan
medular. Barbiturat juga menurunkan metabolik serebral untuk oksigen (CMRO2), aliran
darah serebral (CBF), dan tekanan intrakranial (ICP) karena barbiturat merupakan
vasokonstriktor serebral yang poten.
Dosis :
Induksi = 3-5 mg/kg IV dalam larutan 2,5-5%, onset kurang daripada 30 detik.
2.3.3

Ketamin
Ketamin merupakan derivatif fensiklidin yang menghasilkan anestesi disosiatif yang

menyerupai keadaan kataleptik dimana mata pasien tetap terbuka, dengan nistagmus lambat.
Pada saat yang sama pasien tidak dapat berkomunikasi, terjadi amnesia, dan analgesi yang
sangat baik. Pada EEG terlihat disosiasi antara thalamus dan system limbik.

Ketamin akan berinteraksi dengan reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA), reseptor


opoid, reseptor monoamine, reseptor muskarinik, dan saluran voltage sensitif sensitif ion
kalsium (tidak berinteraksi dengan GABA).
Ketamin akan memberi efek peningkatan tekanan darah, tekanan arteri pulmoner,
denyut jantung dan curah jantung. Akan terjadi peningkatan progresif tekanan darah sistemik
3 sampai 5 minit setelah pemberian IV, dan kemudian menurun ke tekanan sebelum diberikan
ketamin dalam waktu 10 sampai 20 minit. Ketamin tidak menghasilkan depresi pernafasan
yang signifikan, meski apnea sementara dapat terjadi pada pemberian obat IV yang cepat atau
telah diberikan opiod sebelumnya. Ketamin adalah vasodilator serebral yang poten sehingga
dapat meningkatkan aliran darah serebral (CBF), dan meningkatkan tekanan intrakranial
(ICP). Delirium setelah pemberian ketamin mempunyai karakter ilusi visual, auditori,
proprioseptif dan perasaan bingung. Efek delirium ini dapat diatasi dengan memberikan
midazolam sebelum pemberian ketamin.
Dosis :
a)

Induksi: 1-2 mg/kg/ IV (Hilang Kasadaran=30 detik) atau 4-8 mg/kg/ IM (Hilang
Kasadaran=2-4min)

b)

Efek analgesik: 0.2-0.5 mg/kg/ IV

Komplikasi:
a)

Menekan pusat pernafasan

b)

Merangsang jantung dan meningkatkan tekanan darah, harus hati-hati pada kelainan
jantung, dan pembuluh darah otak

c)

Peningkatan sekresi kelenjar ludah dan saluran pernafasan

Penggunaan:
a)

Operasi-operasi singkat

b)

Indikasi utama pada pasien dengan tekanan darah rendah

Kontraindikasi : Penyakit jantung, kelainan pembuluh darah otak dan hipertensi

2.3.4

Benzodiazepin
Benzodiazepin yang sering dipakai pada waktu preoperatif ialah diazepam,

midazolam, dan lorazepam. Obat-obat ini menghasilkan efek penenang dan sedatif. Selain
itu, obat-obat ini juga dapat menyebabkan anterograde amnesia, depresi pernafasan minimal,

antikonvulsan, relative aman pada overdosis, jarang menyebabkan ketagihan dan tidak
adanya reaksi alergi.
Benzodiazepin bekerja dengan meningkatkan fungsi saluran ion klorida yang
menyebabkan hiperpolarisasi pada membrane sel melalui neurotransmitter inhibitor GABA.
Obat ini termasuk obat yang sangat larut dalam lemak sehingga cepat memasuki SSP. Obat
ini dimetabolisme di hati.
Benzodiazepin memberi efek penurunan tekanan darah, efek ini kemungkinan dari
vasodilatasi perifer dimana cardiak output tidak berubah. Terdapat juga efek depresi nafas
yang minimal. Juga menurunkan metabolic cerebral untuk oksigen (CMRO2), aliran darah
serebral (CBF). Mempunyai efek antikonvulsan yang baik yang dapat digunakan untuk
penatalaksanaan status epileptikus dan kejang kerana anestesi lokal.
Dosis :
a)

Induksi (midazolam) = 0.1-0.2mg/kg IV, efek hilang kasadaran lebih lambat dari
pentothal

b)

Sedasi pada regional anestasi = 1-1.25 mg IV

c)

Antikonvulsan: 0.1mg/kg IV

2.3.5

Opioid
Opioid (morfin,petidin,fentanil,sufentanil) untuk induksi diberikan dosis tinggi.

Opioid tidak mengganggu kardiovascular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien
dengan kelainan jantung.
Dosis fentanil :
Induksi 20 50mg/kgbb dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3 1 mg / kg / menit.

2.4.

Anestesi inhalasi
Mekanisme kerja anestesi inhalasi masih belum jelas namun, dapat diasumsikan

bahwa efek utamanya berhubungan dengan konsentrasi pada SSP. Tiga faktor utama yang
mempengaruhi uptake anestesi inhalasi adalah kelarutan dalam darah, aliran darah ke alveoli
dan perbedaan tekanan parsial antara gas alveolar dan darah vena.
Konsentrasi uap anestetik dalam alveoli selama induksi ditentukan oleh :

1)

Konsentrasi inspirasi secara teori kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah
penuh, maka ambilan paru berhenti, dan konsentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli.

2)

Ventilasi alveolar ventilasi alveolar miningkat, konsentrasi alveolar semakin tinggi


dan sebaliknya.

3)

Koefisien darah / gas makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin
rendah konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.

4)

Curah jantung atau aliran darah paru makin tinggi curah jantung, makin tinggi uap
diambil darah.

5)

Hubungan ventilasi dan perfusi gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas
anestetik.
Eliminasi
Sebagian besar gas anestetik dikeluarkan lagi oleh badan lewat paru. Sebagian
lagi dimetabolisme oleh hepar dengan system oksidasi sitokrom P 450. Sisa
metabolism yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.

2.4.1 Nitrous Oxide (N2O)

Nitrous oxide merupakan gas anorganik yang tidak berwarna dan tidak berbau. N 2O
wujud dalam gas pada suhu dan tekan ruangan dan dapat disimpan dalam berupa cairan bila
diberi tekanan.

NH4NO3 2 H2O + N2O

N2O secara langsung menekan kontraksi jantung namun tekanan darah darah, curah
jantung dan denyut jantung tidak berubah. Gas ini dapat meningkatkan frekuensi napas dan
menurunkan volume tidal sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada minute
ventilation. Gas ini juga meningkatkan aliran dan volume darah ke otak hingga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial dan CMRO2. N2O tidak diberikan pada
pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen yang tinggi karena gas ini sangat larut di
dalam darah. Gas ini juga tidak pernah diberikan secara tersendiri karena mempunyai MAC
(minimum alveolar concentration) yang tinggi.
2.4.2

Halotan
Merupakan alkaline yang berhalogen dan merupakan anestetika volatile yang murah.

Gas ini menekan miokardium secara langsung sehingga mengakibatkan penurunan tekanan
darah. Gas ini juga menekan fungsi kompensasi baroreseptor di arkus aorta dan bifurkasi

aorta sehingga akan menurunkan konduksi nodal sinoartrial yang dapat menghasilkan
junctional rhythm atau bradikardi. Halotan dapat menyebabkan napas cepat dan dangkal
sehingga alveolar-ventilation akan menurun dan resting PaCO2 menurun. Halotan dianggap
sebagai bronkodilator yang poten, biasanya dipakai pada bronkospasme karena asma. Gas ini
juga melebarkan pembuluh darah serebral, lalu menurunkan resistensi vaskular serebral dan
meningkatkan aliran darah serebral dan peningkatan tekanan intrakranial. Gas ini dapat
menyebabkan otot skeletal lemas dan menjadi pencetus terjadinya malignant hyperthermia.
Penggunaan halotan dihindari pada pasien dengan disfungsi hepar.
2.4.3

Enfluran
Merupakan ether yang terhalogen, mempunyai bau ether yang lembut dan tidak

mudah terbakar. Gas ini dapat mendepresi kontraktilitas miokardium seperti halotan. Enfluran
dapat menurunkan minute ventilation dan meningkatkan PaCO2. Gas ini juga menyebabkan
peningkatan aliran darah serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
2.4.4

Isofluran
Merupakan volatile anetetik yang mudah terbakar dengan bau ether yang menyegat.

Gas ini hanya menyebabkan depresi kardiak yang minimal. Depresi respirasi pada isofluran
sama seperti volatile anestetik yang lain. Gas ini dapat meningkatkan aliran darah serebral
dan tekanan serebral.
2.4.5

Desfluran
Strukturnya menyerupai isofluran dengan perbedaan substitusi atom C1 dengan atom

F. gas ini sangat cepat untuk masuk dan keluar dari tubuh karena solubilitas darah yang
rendah. Efek kardiovaskularnya menyerupai isofluran. Desfluran dapat menurunkan volume
tidal dan meningkatkan jumlah respirasi. Bau yang menyengat dapat menyebabkan salivasi,
pasien menahan napas, batuk dan laringospasme sewaktu induksi. Desfluran menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah serebral, meningkatkan aliran darah ke serebral dan
meningkatkan tekanan intrakranial.
2.4.6

Sevofluran
Sama seperti desfluran namun tidak berbau menyengat dan peningkatan konsentrasi di

alveolar yang cepat membuatnya sebagai pilihan yang baik untuk induksi inhalasi. Sevofluran
menekan kontraktilitas miokardium dan mendepresi respirasi. Gas ini mempunyai efek
bronkodilator. Gas ini juga menyebabkan peningkatan aliran darah serebral dan tekanan
intrakranial.

2.5.

MESIN DAN PERALATAN ANESTESIA


Fungsi mesin anesthesia (mesin gas) ialah menyalurkan gas atau campuran gas

anestetik yang aman ke rangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan
membuang sisa campuran gas dari pasien. Mesin yang aman dan ideal ialah mesin yang
memenuhi persyaratan berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Dapat menyalurkan gas anestetik dengan dosis tepat


Ruang rugi (dead space) minimal
Mengeluarkan CO2 dengan efisien
Bertekanan rendah
Kelembaban terjada dengan baik
Penggunaannya sangat mudah dan aman

Komponen dasar mesin anestetik terdiri dari:


1) Sumber O2, N2O dan udara tekan
2) Alat pantau tekanan gas (pressure gauge), untuk mengetahui tekanan gas pasok
3) Katup penurunan tekanan gas (pressure reducing valve), untuk menurunkan tekanan
4)
5)
6)
7)

gas pasok yang masih tinggi


Meter aliran gas (flowmeter), untuk mengatur aliran gas setiap menitnya
Satu atau lebih penguap cairan anestetik (vaporizers)
Lubang keluar campuran gas (common gas outlet)
Kendali O2 darurat (oxygen flush control), untuk keadaan darurat yang dapat
mengalirkan O2 murni sampai 35-37 liter/menit tanpa melalui meter aliran gas
Tabung gas beserta alat tambahannya dan penguap diberi warna khusus untuk

menghindari kecelakaan yang mungkin timbul. Kode warna international yang telah
disepakati ialah seperti tabel dibawah ini.
Oksigen N2O
Putih
Biru

Udara
Putih-

CO2
Abu-

hitam

abu

Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran


Merah Jingga
Ungu
Biru
Kuning

Mesin anestesi sebelum digunakan harus diperiksa apakah berfungsi baik atau tidak.
Beberapa petunjuk di bawah ini perlu diperhatikan.

1) Periksa mesin dan peralatan kaitannya secara visual apakah ada kerusakan atau tidak,
apakah rangkaian sambungannya sudah benar
2) Periksa alat penguap (vaporizer) apakah sudah terisi obat dan penutupnya tidak
longgar atau bocor
3) Periksa apakah sambungan silinder gas atau pipa gas ke mesin sudah benar
4) Periksa flowmeter apakah berfungsi baik
5) Periksa aliran gas O2 dan N2O

2.6.

SISTEM/SIRKUIT ANESTESIA
Sistem penghantar gas/sistem anesthesia/sirkuit anesthesia adalah alat yang
berfungsi untuk menghantarkan gas/uap anastetik dan oksigendari mesin ke jalan
napas atas pasien dan membuang CO2 dengan mendorongnya dengan aliran gas
segar/dengan mengisapnya dengan kapur soda.
Sirkuit anesthesia terdiri dari:
a) Sungkup muka, sungkup laring, atau pipa trakea.
b) Katup ekspirasi dengan per atau pegas.
c) Pipa ombak, pipa cadang.
d) Kantong cadang
e) Tempat masuk campuran gas anestetik dan O2
Sirkuit anestesi yang masih popular sampai saat ini adalah :
1) Sistem Lingkar
a) Sistem ini popular di Amerika, menggunakan dua katup ekspirasi (di dekat
b)
c)

d)

e)

pasien dan dekat kantong cadangan).


Aliran gas cukup 2-3 liter/menit asalkan kadar O2 > 25%
Komponen-komonenya sebagai berikut :
- Tempat masuk campuran gas segar
- Katup inspirasi dan ekspirasi searah
- Pipa ombak inspirasi dan ekspirasi
- Konektor Y
- Katup Pop-off
- Kantong cadang
- Canister berisi kapur soda
Keuntungan :
- Ekonomis (aliran gas rendah)
- Konsentrasi gas inspirasi relative stabil
- Ada kehangatan dan kelembaban pada jalan napas
- Tingkat polusi rendah dan risiko kebakaran rendah
Kerugian :
- Resistensi tinggi
- Tidak ideal untuk anak
- Pengenceran oleh udara ekspirasi

2) Sistem Mapleson

f) Disebut juga sistem Magill atau Magill attachment, atau disebut juga
sebagai sistem semi tertutup yang terdiri dari :
- Sungkup muka
- Katup ekspirasi
- Pipa ombak
- Kantong cadang
- Lubnag masuk untuk aliran gas segar
g) Sistem ini tidak dilengkapi dengan penyerap CO2, sehingga aliran gas
harus sanggup membuang CO2.
h) Sistem ini terdiri dari beberapa kelas, yaitu :
- Sistem Mapleson A : Paling cocok digunakan pada anestesi dengan

2.7.

pernapasan spontan.
Sistem Mapleson B dan C : kadang sistem ini digunakan di ruang

pulih pada pasien dengan napas spontan.


Mapleson D
Mapleson E dan F : cocokk untuk bayi dan anak.

PELUMPUH OTOT
Relaksasi otot lurik dapat dicapai dengan mendalamkan anesthesia umum
inhalasi, melakukan blockade saraf regional dan memberikan pelumpuh otot. The
Triad of Anesthesia terdiri dari anesthesia yang tidak begitu dalam, analgesic (opioid)
tingkat tinggi) dan pemberian pelumpuh otot. Pelumpuh otot terdiri dari:
1) Pelumpuh Otot Depolarisasi (nonkompetitif)
a) Bekerja seperti asetil kolin, tetapi di celah saraf otot tidak dapat dirusak oleh
kolinesterase dapat bertahan lebih lama di celah depolarisasi yang disusul
oleh relaksasi otot lurik.
b) Yang termasuk golongan ini adalah suksinil-kolin (diasetil-kolin) dan
dekamentonium.
c) Efek samping suksinil:
Nyeri otot pasca pemberian
Peningkatan tekanan intraocular
Peningkatan tekanan intracranial
Peningkatan tekanan intragastrik
Peningkatan kadar kalium plasma
Aritmia jantung
Salvias
Alergi, anafilaksis

2) Pelumpuh Otot Non-Depolarisasi (Inhibitor kompetitif)

a) Berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tapi tidak menyebabkan


depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempati celah syaraf sehingga
asetilkolin tidak dapat bekerja.
b) Berdasarkan susunan molekul, dibagi menjadi:
Bensiliso-kuinolinum : d-tubokurarin, metokurin, artakurium, doksakurium,
mivakurium
Steroid : pankuronium,

vekuronium,

pipekuronium,

ropakuranium,

rokuronium
Efek-fenolik : gallamin
Nortoksiferin : alkuronium
c) Pilihan pelumpuh otot:
Gangguan faal ginjal : atrakurium, vekuronium
Gangguan faal hati : atrakurium
Mistenia gravis : jika dibutuhkan dosis 1/10 atrakurium
Bedah singkat : atrakurium, rokuronium, mivakuronium
Kasus obstetric : semua dapat digunakan kecuali gallamin
d) Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot
Cegukan
Dinding perut kaku
Ada tahanan pada inflasi paru
3) Penawar pelumpuh otot
1) Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase bekerja pada sambungan saraf
otot mencegah asetil kolin esterase bekerja sehingga asetilkolin dapat bekerja.
2) Antikolinesterase yang sering digunakan adalah:
neostigmin/prostigmin (0,04-0,08 mg/kg)
piridostigmin (0,1-0,4 mg/kg)
edrophonium (0,5-1 mg/kg)
fisostigmin (0,01-0,03 mg/kg, hanya peroral).
3) Penawar pelumpuh otot dapat menyebabkan:
Hipersalivasi
Keringatan
Bradikardia
Kejang bronkus
Hipermotilitas usus
Pandangan kabur
Sehingga pemberiannya harus diertai obat vagolitik seperti atropine (0,01-0,02
mg/kg) atau glikopirolat (0,005-0,01 mg/kg sampai 0,2-0,3 mg pada orang
dewasa).

2.8.

VENTILATOR MEKANIK

VM adalah alat yang mengahsilkan tekanan positif secara ritmik untuk


mengembangkan paru selama ventilasi artificial.
Fungsi ventilator yaitu :
a) Mengembangkan paru selama inspirasi
b) Dapat mengatur waktu, dari inspirasi ke ekspirasi
c) Mencegah paru untuk menguncup sewaktu ekspirasi
d) Dapat mengatur waktu, fase ekspirasi ke fase inspirasi
Semua ventilator canggih dilengkapi monitor sebagai berikut :
a) Pengukur tekanan (pressure gauge)
b) Pembatas tekanan untuk mencegah paru dari barotraumas (pressure limiting
device)
c) Pengaman (alarm) tekanan tinggi dan rendah
d) Pengatur volum paru (spirometer)
Fase-fase yang dapat dibantu menggunakan ventilator :
1) Fase Inspirasi
a) Semua VM dijalankan oleh : Gas bertekanan (compressed gas), Motor gas
(electric motor)
b) Jika gas dialirkan ke jalan napas atas, aliran udara ke paru dan volu, inspirasi
ditentukan oleh rumus berikut ini :
Aliran = Perbedaan tekanan (pressure gradient) jalan napas alveolar
Resistensi jalan napas
Volum = Kenaikan tekanan dalam alveolar x komplien
2) Fase Perubahan Inspirasi ke Ekspirasi
a) VM harus berhenti secara periodic untuk membiarkan paru menguncup.
b) Ada 4 jenis perubahan, yaitu:
- Putaran volum (volume cycling) : perubahan terjadi setelah ventilator
mengirimkan volum yang telah ditentukan. Jika ada kebocoran volum
-

berubah.
Putaran waktu (time cycling) : terjadi setelah tercapainya waktu inspirasi

yang sebelumnya telah ditentukan.


Putaran tekanan (pressure cycling) : terjadi setelah tercapainya tekanan
inspirasi dalam jalan napas atas yang sebelumnya telah ditentukan.

Volum yang dikirimkan oleh VM tergantung keadaan paru.


Putaran aliran (flow cycling) : terjadi setelah aliran inspirasi menurun
sesuai yang ditentukan sebelumnya.

3) Fase Ekspirasi
Selama ekspirasi, paru dibiarkan menguncup sendiiri sampai tercapai tekanan 1
atmosfer atau setelah tercapai tekana akhir ekspirasi positif.
Sebelum ventilator digunakan, harus diperiksa beberapa hal berikut :

a) Gunakan kantong cadang (reservoir bag) sebagai modelparu untuk memeriksa


apakah VM bekerja baik
b) Alirkan oksigen sekitar 200-300 ml/menit
c) Tentukan volume tidal, frekuensi laju napas, rasio inspirasi-ekspirasi sesuai
kebutuhan pasien
d) Isi balon dengan oksigen secara mendadak
e) Awasi pengembangan kantong cadang sewaktu inspirasi
f) Periksa semua alat monitor VM apakah bekerja normal
Pada paru normal, ventilasi efektif dianjurkan menggunakan patokan berikut :
a) Volume tidal : 10-12 cc/kgBB (pasien sadar normal 7 cc/kgBB)
b) Laju napas : 10-12 kali/menit. Pada sistem sirkel 8 kali /menit.
c) Rasio inspirasi : ekspirasi = 1 : 2 pasien hipovolemik 1 : 3 atau 1 : 4 untuk member
kesempatan darah vena masuk jantung)
d) Aliran inspirasi lambat. Tekanan jangan > 35 cmH2O (barotrauma paru)
e) Jika mungkin disediakan kapnografi untuk menyesuaikan :
Besarnya aliran gas segar
Besarnya volume tidal
Frekuensi laju jalan napas
Menjaga supaya end tidal CO2 antara 35-45 mmHg
2.9.

TATALAKSANA NYERI
Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual.
Kalsifikasi berdasarkan waktu dibagi menjadi:
a) Nyeri Akut : nyeri somatik luar (nyeri tajam di kulit, subkutis, mukosa), nyeri
somatik dalam (nyeri tumpul otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat), nyeri
visceral (nyeri karena penyakit atau disfungsi organ dalam)
b) Nyeri Kronik : sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan, kebiasaan dan
lainnya.
Klasifikasi berdasarkan kualitasnya dibagi menjadi :
a) Nyeri Cepat (fast pain) : nyeri yang singkat sesuai rangsang yang diberikan (nyeri
tusuk, nyeri pembedahan), dihantarkan oleh serabut saraf A-delta dengan
kecepatan konduksi 12-30 meter/detik.
b) Nyeri Lambat (slow pain) : nyeri yang sulit dilokalisir dan tidak berhubungan
dengan rangsang (rasa terbakar, rasa berdenyut/ngilu/linu), dihantarkan serabut
saraf C dengan kecepatan konduksi 0,5-2 meter/detik.
Mekanisme nyeri sebagai berikut :

1) Transduksi : rangsang nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang


kemudian menjadi impuls saraf.
2) Transmisi :
Saraf sensoris perifer yang melanjutkan rangsang ke terminal di medulla
spinalis disebut sebagai neuron aferen primer.
Jaringan saraf yang naik dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus
disebut neuron penerima kedua.
Neuron yang menghubungkan dari thalamus ke kortex serebri disebut neuron
penerima ketiga.
3) Modulasi : dapat timbul di nosiseptor perifer, medulla spinalis atau supraspinal.
Modulasi ini dapat menghambat atau member fasilitasi.
4) Persepsi : nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subjektif, walaupun mekanismenya
belum jelas.
Metode penghilang nyeri adalah :
Biasanya digunakan analgetik golongan opioid untuk nyeri hebat dan
golongan anti inflamasi non-steroid (NSAID) untuk nyeri sedang atau ringan.

2.10.

ANESTESIA INHALASI ETER


1) Eter ditemukan oleh Cordus pada 1540, pertama kali digunakan 1841 oleh Long.
2) Eter berbau sangat menyengat, tajam dank keras, sehingga sekarang sudah tidak
digunakan lagi di Negara maju, tapi di Negara berkembang masih digunakan.
3) Eter dapat dirusak oleh udara, cahaya dan panas, karena itu harus disimpan dalam
botol gelas berwarna atau dalam kaleng dilingkungan sejuk.
4) Sebanyak 85-90% eter dikeluarkan lagi dalam bentuk asli lewat paru, 15% eter
dimetabolisme di hati dengan hasil akhir CO2 dan H2O dan 4% diubah menjadi
asetaldehid dan etanol.
5) Farmakodinamik eter sebagai berikut :
Sistem saraf pusat : Induksi, pemeliharaan dan pulih dari anesthesia umum eter
lambat.
Sistem pernapasan : Eter merangsang jalan napas, batuk, tahan napas,
hipersalivasi, hipersekresi, kejang laring, merangsang ventilasi, meninggikan
volum semenit pada stadium bedahmenyebabkan dilatasi bronkus. Premedikasi
dengan atropine, hiosin dan skopolamin.
Sistem kardiovaskular : menyebabkkan bradikardi, depresi vagal dan pelepasan
katekolamin. Pada dosi klinis anesthesia ringan tidak benyak mempengaruhi
curah jantung, nadi dan resistensi perifer.

Sistem pencernaan : anesthesia ringan merangsang sekresi kelenjar pencernaan


dan sebaliknya pada anesthesia dalam.
Otot Skelet : relaksasi otot skelet dengan cara depresi refleks spinal dan blockade
motor-end-plate.
Uterus palsenta : Anestesi ringan tidak mengganggu uterus hamil. Anestesi
dalam membuat relaksasi uterus. Eter melewati sawar uri dan mendepresi fetus.
6) Pelaksanaan anestesi :
PREMEDIKASI
1. Sulfas atropin atau skopolamin 0,01 mg/kgBB i.m. atau i.v. (vagolitik, anti
sekresi)
2. Droperidol 0,05-0,10 mg/kgBB i.m atau i.v. (anti mual-muntah)
3. Opioid, misalnya morfin 0,1-0,2 mg/kgBB i.m. atau i.v. (vagomimetik
mengimbangi simpatomimetik eter)
INDUKSI
Eter tidak digunakan untuk induksi karena baunya yang tidak enak, merangsang
mual-muntah, sehingga induksi akan lama. Induksi dapat dilakukan dengan cara :
1. Induksi inhalasi tetes terbuka dengan kloretil atau halotan
Tuankan cairan kloretil pada gelas pengukur sebanyak 3-10 ml. teteskan sedikit
demi sedikit pada sungkup muka khusus sampai pasien tidur dan teruskan
tetesan sampai pembedahan selesai.
2. Induksi intravena atau intramuscular
Biasanya digunakan thiopental 3-5 mg/kgBB i.v. atau ketamin 1-2 mg/kgBB i.v.
atau ketamin 5 mg/kgBB i.m.
2.11.

MONITORING PERIANESTESIA
Monitoring artinya memperhatikan, mengawasi atau memeriksa dengan suatu
tujuan tertentu. Monitor artinya yang memberi peringatan atau perintah. Tujuan utama
monitoring adalah menilai diagnosis adanya permasalahan, perkiraan kemungkinan
terjadi kegawatan, evaluasi hasil suatu tindakan, termasuk efektifitas dan adanya efek
tambahan.
Adapun yang perlu dimonitoring adalah:
1) Tingkat kedalaman anestesi
Sesuai dengan tingkat depresi terhadap fungsi susunan saraf pusat (SSP), antara
lain dapat dilihat pada perubahan tekanan darah, nadi, pupil, respirasi, reflex-refleks,
pergerakan bola mata, kesadaran.
Depresi pada SSP tampak dengan berkurangnya respon rangsang terhadap:

a) kulit/mukosa
b) saraf simpatis : airmata dan keringat tidak keluar, tidak terjadi vasokonstriksi,
kulit menjadi hangat
c) pernafasan : tidak terjadi takipnu, nafas menjadi teratur.
d) Kardiovaskular : tidak terjadi takikardi, hipertensi.
Jika tingkat anestesi terlalu ringan maka nafas bertambah dalam dan cepat,
tekanan darah meningkat dan nadi bertambah cepat atau sebagian anggota badan
bergerak.
2) Monitoring Kardiovaskular
NON INVASIF
a) Nadi : Palpasi A.radialis, A.femoralis, A,carotis. Observasi frekuensi, kekuatan
dan irama.
b) Tekanan Darah : Diukur secara manula atau otomatis. Tekanan sistolikdiastolik diketahui dengna cara auskultasi, palpasi sedangkan Mean Arterial
Pressure (MAP) adalah tekanan arteri rata-rata. MAP=(tekanan sistolik+2
tekanan diastolik)/3.
c) Banyaknya perdarahan : Menimbang kain kassa ketika sebelum kena darah
dan sesudahnya, mengukur jumlah darah di botol pengukur darah ditambah
10-20% untuk yang tidak dapat diukur.
INVASIF
a) Biasanya dikerjakan untuk bedah khusus atau pasien keadaan umum kurang baik.
b) Kanulasi arteri a. radialis, a. dorsalis pedis, a. karotis dan a. femoralis
c) Kanulasi vena sentral vena sentral, v. jugularis interna-eksterna, v. subklavia,
dan v. femoralis
d) Kanulasi a. pulmonalis (Swan-Ganz) dapat menganalisa curah jantung
e) Arteri atau vena umbilikalis pada bayi baru lahir
3) Monitoring Respirasi
a) Tanpa Alat Pernafasan dinilai jenis pernafasan (torakal atau abdominal),
apakah ada nafas paradoksal, retraksi interkostal atau supraklavikula. Untuk
oksigenasi warna mukosa bibir, kuku pada ujung jari.
b) Stetoskop dengan alat stetoskop prekordial atau esophageal dapat didengar
suara pernafasan
c) Oksimetri denyut (pulse oximetry) mengukur saturasi oksigen

d) Kapnometri mengukur secara kontinu kadar CO2 dalam udara inspirasi atau
ekspirasi
4) Monitoring Suhu Badan
a) Karena terjadi depresi pusat pengaturan suhu di otak.
b) Harus dipantau terutama pada operasi yang lama atau pada anak-anak dan bayi
karena mudah kehilangan panas secara radiasi, konveksi, evaporasi, dan
konduksi.
c) Tempat pemeriksaan : aksila, oral-sublingual, rektal, nasofaring (berbentuk
kateter).
5) Monitoring Ginjal
a) Untuk mengetahui keadaan sirkulasi ginjal
b) Produksi air kemih normal minimal 0,5 1,0 ml/kgBB/jam dimonitor pada
bedah lama untuk menghindari retensi urin atau distensi buli-buli.
6) Monitoring Blokade Neuromuskular
Stimulasi saraf untuk mengetahui apakah relaksasi otot sudah cukup baik atau
sebaliknya setelah selesai anesthesia apakah tonus otot sudah kembali normal.
7) Monitoring Sistem Saraf
a) Pada pasien sadar oksigenasi pada otaknya adekuat kalau orientasi terhadap
personal, waktu dan tempat baik.
b) Pada pasien tidak sadar monitoring SSP respon pupil terhadap cahaya,
respon terhadap trauma pembedahan, respon terhadap otot apakah relaksasi
cukup atau tidak

Anda mungkin juga menyukai