Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rectal
terkadang disertai pendarahan. Hemoroid sering dikenal di masyarakat sebagai
penyakit wasir atau ambeien, merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah
ada sejak jaman dulu.
Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Kurang lebih 70%
manusia dewasa mempunyai wasir ( hemoroid ), baik wasir dalam, wasir luar,
maupun keduanya. Padausia ini terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh,
juga otot sfingter menjadi tipisdan atonis (Brunner & Suddarth, 1996).Menurut
data dari badan kesehatan dunia
( WHO ) angka kejadian hemoroid terjadi di seluruh Negara, dengan
presentasi 54% mengalami gangguan hemoroid. DiIndonesia berdasarkan data
dari Kementrian Kesehatan yang diperoleh dari rumah sakit di 33 provinsi
terdapat 355 rata-rata kasus hemoroid,baik hemoroid ekternal maupun internal
( kemenkes 2009). Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Hampir
sebagian wanita hamil diIndonesia mengeluh nyeri di daerah anus akibat
hemoroid dan konstipasi (kemenkes2009). Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan
hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita,
hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang
berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid bukanlah suatu
penyakit yang berbahaya. Akan tetapi hemoroid dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari. Hal ini terjadi karena gejala-gejala klinis pada penderita hemoroid
yang sangat khas yaitu perdarahan pada waktu defekasi yang merupakan gejala
utama prolapsus suatu masa pada suatu defekasi mengeluarkan lendir, hygiene
yang sulit dijaga dan rasa sakit. (sarosy, 2012).
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Hemoroid.
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hemoroid
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori hemoroid
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan dengan hemoroid
c. Mengetahui pelaksanaan tindakan Asuhan Keperawatan pasien
dengan Hemoroid di Ruang Kamar Operasi RS Hermina
Pasteur
1
Bab 1 Pendahuluan
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Pembahasan
Bab V Kesimpulan dan saran
BAB II
KONSEPDASAR
A. Hemoroid
1. Definisi
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti
kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja
mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip
dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh
darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalahvena
hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)
2. Anatomi dan Fisiologi
Rektum panjangnya 15 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya
rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi
ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang
peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan
ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak terdapat padarektum, dan lapisan otot
longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni
ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar.Di bawah ampula,
tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap sayap ke dalam lumen rektum,dua yang lebih kecil
pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yanglebih besar pada sisi
kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 8 cm dari anus.Melalui kontraksi serabut
serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot
longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.Kanalis analis pada dua pertiga bagian
bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yangsedikit bertanduk yang mengandung persarafan
sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir
kanalis analis dan mempunyaiepidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar
sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis.
Pada daerah ini, 6 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung
kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa
lapisan epitelgepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling
bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur alur diantara lipatan longitudinal
berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax.
Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal,
cabangarteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan
membentuk dasar hemorhoid interna. Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna.
Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis
mukokutan dan ditutupi olehmukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga
posisi primer, yaitu kanandepan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3).
Hemoroid yang lebihkecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Hemoroid eksterna
yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah
distal lineadentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.Kedua pleksus
hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar danmerupakan awal aliran
vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus.P
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi,
sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi
parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut
Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid.
Hemoroid berdarah mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena
yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis,
ulserasi, dan perdarahan, sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak
sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid
sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau memperberat adanya
hemoroid.
b. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan
duduk terlalu lama dan konstipasi).
4. Tanda dan Gejala
a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat
tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah
defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat
dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan
ciri hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus
rangsangan mucus.
5. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran
darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio
anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal
membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
merasa nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit
oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan
vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio
anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran
(varices) vena anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari
peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran
vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini
menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi
pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan
nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah
yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia
defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan,
jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah
beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan
nyeri hebat.
6. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat
I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat
konstipasi dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat
untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling
sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan
makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal dengan
baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terusmenerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat
diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan
pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium
moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara mukosa dan varices, dengan
harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini
adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid
interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap.
Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati
dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
a. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan
bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita
karet kecil diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal
jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas.
Tindakan ini memuaskan pada beberapa pasien, namun pasien yang lain
merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid sekunder
dan infeksi perianal.
b. Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan
jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu.
Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri. Prosedur ini tidak terpakai
luas karena menyebakan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka
yang ditimbulkan lama sembuh.
c. Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama
hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses
jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.
d. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai,
selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus
dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang
mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi
diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB,
tampon dibuka dan berikan rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan
1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang lagi tampon baru. Jika
setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan
rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama
15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat
baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung
thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
b. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila
sudah ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum
prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lubang.
8. Fokus Intervensi
a. Pre Operasi
1) Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit
rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang
minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai
riwayat kesehatan klien tentang penyakit sirorcis hepatis.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai
berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu
dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit
rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.
Kebiasaan minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien
apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri
waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah
segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar.
Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah.
Prolap varices pada anus gatal atau tidak.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya
aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak
duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan
mengangkat barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri
atau gatal pada anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami
gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat
persalinan dan kehamilan.
h) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang
digunakan dan alternatif pemecahan masalah.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
b) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
c) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
d) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
3) Intervensi Keperawatan
a) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien
tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1) Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat.
(2) Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
(4) Observasi tanda-tanda vital.
(3)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
a. Pengkajian Awal Rawat Inap
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny.E
No. RM
: G 089781
Usia
: 43 tahun 11 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal pengkajian
Pasien
Diagnosa Medis
Tindakan
e. Antropometri
f. Pemeriksaan Persistem
Sistem
Susunan
Saraf
Pusat
ubun-ubun
datar,
Sistem
Penglihata
n
Sistem
Pendengar
an
Sistem
Penciuma
n
Sistem
Pernafasa
n
ikterik.
Tidak ada kelainan.
Pola
nafas
normal,
volume
pernafasan normal, pernafasan
dada, irama nafas teratur,
kesulitan bernafas tidak ada,
batuk dan sekresi tidak ada.
Sistem
Kardiovas
kuler
Sistem
Pencernaa
n
Sistem
Genitouria
Sistem
Reproduk
si
Sistem
Integumen
Sistem
Muskulos
keletal
g. Kenyamanan
Pola
N
ut
ris
i
Pola
Ti
du
r
Pola
El
i
m
in
as
i
:
Sebelum Sakit
Aktivitas
makan/minu
m,
mandi,
eliminasi,
berpakaian,
dan
berpindah
dilakukan
secara
mandiri.
Frekuensi makan
3x
sehari,
jenis
makanan
padat, habis
1 porsi.
Lama tidur 6/7
jam,
tidak
ada
gangguan.
BAK 6/7 jam
kali sehari,
tidak
ada
keluhan,
warna
kuning
jernih. BAB
1 kali sehari,
warna
kuning,
konsistensi
lunak.
Setelah Sakit
Aktivitas
makan/minum
,
mandi,
eliminasi,
berpakaian,
dan berpindah
dilakukan
dengan secara
mandiri.
Frekuensi makan
3x
sehari,
jenis makanan
lunak, habis
1/2 porsi.
Lama tidur 10
jam, tidak ada
keluhan.
BAK 7 kali sehari,
tidak
ada
keluhan,
warna kuning
jernih. BAB 1
kali
sehari,
warna kuning,
konsistensi
lunak.
Observasi TTV
Kaji tingkat cemas pasien
Anjurkan os untuk berdoa
Libatkan keluarga untuk memberikan dorongan untuk memberikan
perhatian
5. Kolaborasi dengan DPJP
D. Pengkajian Perioperatif
1. Pre Operasi
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. TTV
: Baik
: CM, E4M6V5
: Suhu = 36C, HR = 80x/mnt, RR = 20x/mnt,
TD = 140/90 mmHg, TB = 160cm, BB = 66,3kg.
d. Golongan Darah
:0+
e. Assesment Nyeri : Tidak ada Nyeri
f. Status Mental
: Orientasi baik, pasien cukup kooperatif.
g. Status Psikologis : Pasien dan keluarga tampak tenang.
h. Riwayat Penyakit : Hipertensi 2007, asma
i. Riwayat Keluarga : Asma
j. Indikasi Operasi
: Hemoroid grade III
k. Jenis Operasi
: Hemoroidektomy
i. Keluhan Utama
: Os mengatakan cemas akan dilakukan operasi. OS
mengatakan 2 minggu yg lalu saat BAB keluar darah segar.
l. Pengobatan Saat Ini : amlodifin 5mg 1x1 tab (malam)
m. Alat Bantu
: ya, gigi palsu
n. Riwayat Operasi : Jenis operasi: wasir, 1999 Sarkansi
Jenis Operasi: usu buntu, SMA di RSHS
Jenis Operasi: tiroid, 2006 di sartika ani
o. Alergi
: Tidak ada
p. Komplikasi operasi yg lalu: tidak ada
q. Hasil Laboratorium: Pre op Besar/ kecil
r. Kebutuhan penkes : Tindakan
s. Survey Head to Toe:
Dalam Batas Normal
Lokasi
Kepala
Leher
Dada
Abdom
en
Genitali
a
Integu
me
n
Ekstrim
itas
Ya
Tidak
Jika
Tid
ak
Jel
ask
an
t. Checklist Pre Op
No
Kegiatan
1.
Periksa
gelang
identita
s dan
resiko
2.
3.
4.
5.
Ya
No
1.
Surat
pengant
ar
operasi
Surat
persetuj
uan
operasi
Surat
persetuj
uan
anastesi
Masalah
bahasa/
komuni
kasi
Tidak
2.
3.
4.
5.
Kegiat
an
Puasa
(ja
m
02
.0
0)
Protes
a
lu
ar
di
bu
ka
Protes
a
da
la
m
Make
up
,
cat
ku
ku
,
pe
rhi
as
an
di
bu
ka
Persia
pa
n
ku
lit
di
cu
ku
r/
pe
na
nd
aa
n
ar
Ya
tdk
Tdk
Tdk
No
Kegiatan
6.
Gigi palsu,
soft
lens,pa
ce
maker,
implan,
proteas
e
7.
8.
9.
10.
Periksa
kelengk
apan
RM/
RI/RJ
Hasil
Laborat
orium
Hasil
rontgen
/
CT
scan/M
RI,
EKG,
Echo/
Angiog
rafi
Konsultasi
spesiali
s lain :
penyaki
t
dalam/
jantung
/ paru
paru/an
Ya
Tidak
No
6.
7.
8.
9.
10.
Kegiat
an
ea
Pengo
so
ng
an
ka
nd
un
g
ke
mi
h/
hu
kn
ah
Infus
ter
pa
sa
ng
/
IV
lin
e
Persed
iaa
n
da
ra
h
BJJ
di
de
ng
ar
ka
n
Obat
ya
ng
dis
ert
ak
an
Ya
tdk
Tdk
Tdk
Tdk
No
11.
Kegiatan
Ya
Tidak
ak
Penandaan
area
operasi
No
11.
Kegiat
an
Obat
ter
ak
hir
ya
ng
di
be
rik
an
Ya
Tdk
ada
2. Intra Operasi
a. Time out
: Ya
b. Mulai Operasi
: 07.40
Selesai Operasi : 08.15
c. Jenis Operasi
: Hemoroidectomy
d. Tipe Operasi
: Elektif
e. Tingkat Kesadaran
: CM
f. Jenis Anastesi
: Spinal
g. Lokasi pemasangan IV line : Tangan kiri
h. Posisi Lengan
: Terletang kanan/kiri
i. Posisi Operasi
: Litotomi
j. Kateter urine
: Tidak
k. Persiapan Kulit
: Iodine 10%
l. Pemakaian cauter
: Tidak
m. Lokasi patient plat
: Tidak
n. Kondisi kulit pre op
: Utuh
o. Kondisi kulit post op
: Utuh
p. Penghangat
: Tidak
q. Pemakaian Tourniquet
: Tidak
r. Pemakaian Implant
: Tidak
s. Pemakaian drain
: Tidak
t. Irigasi Luka
: NaCl 0,9%
u. Pemasangan Tampon
: Ya jenis: Kassa 2 Buah rencana di lepas:
besok tgl 22/06/16 oleh perawat
v. Spesimen
: Tidak di PA
3. Post Operasi
a. Pasien pindah ke RR
b. Keadaan umum
c. Keluhan di RR
d. Tingkat Kesadaran
e. TTV
f.
g.
h.
i.
j.
Jalan Nafas
Pernafasan
Terapi Oksigen
Kulit
Sirkulasi
k.
l.
m.
n.
o.
Posisi Pasien
Kondisi Balutan
Assesment Nyeri
Assesment Resiko Jatuh
Intake output
Cairan Masuk
Kristal
oid
Koloid
120cc/j
am
-
Transf
usi
Total
120
Perdar
ah
an
Lain
Lai
n
Total
p. Terapi :
- Cifofroxcacin 2x500 PO
- Keterolax 2x1 PO
- Asam Tranexsamat 2x500 PO
- Ardium 3x1 PO
- Ambacin Extra (IV)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan: 10-06-2016
No. RM
: G. 089781
Nama Pasien
: Ely Yulia Ny. (P)
Tgl. Lahir/Umur
: 26-07-1972/ 43 tahun 11 bulan
Dokter Pengirim
: Dr. Liza Nursanti SpB
Pem
e
r
i
k
s
a
a
Hasil
Nilai
No
rm
al
Satu
a
n
Keteran
gan
n
H
H
e
m
a
t
o
l
o
g
i
R
u
t
i
n
Hem
o
g
l
o
b
i
n
Tro
m
b
o
s
i
t
leko
s
i
t
Tro
m
b
o
s
i
t
Gluk
o
s
a
13,1
12,016,
0
g/dl
36,9
36,046,
0
10.820
4.50010.
000
/ul
359.00
0
150.00
0400
.00
0
/ul
92,0
70,014,
0
Mg/d
l
S
e
w
a
k
t
u
G. Intervensi
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HEMOROIDECTOMY
NO
Dx
DIAG
NO
SA
1. Cemas
b.d
pengetahuan
mengenai
penyakit
dan
prosedur
pembedahan
ditandai dengan :
TGL
D
I
T
E
G
A
K
A
N
NAM
A
P
E
R
A
W
A
T
09/02
/1
6
06.30
Zr.
In
dr
PERENCANAAN
TU
J
U
A
N
Ce
KRITERIA
HASIL
m
a
s t
e
Menyatakan
kecemasan
berkurang
Menyatakan
kesiapan operasi
Ekspresi
wajah
rileks
RENCANA TINDAKAN
Kaji
tingkat
kecemasan,
catat
perilaku
pasien
(gelisah.
Kontak
mata, menolak)
Berikan lingkungan
yang tenang dan
TANG
G
AL
TE
R
AT
AS
I
N
A
M
A
PE
RA
W
AT
09/02/
16
08.00
Zr.
Ind
ria
NO
Dx
DIAG
NO
SA
Ds :
- Pasien
mengatakan
takut
untuk
dilakukan
operasi
DO :
- Ekspresi
wajah tampak
tegang
- TTV
TD
=
.mmHg
HR = x/mnt
RR = x/mnt
Suhu = C
- Skala cemas
TGL
D
I
T
E
G
A
ia
PERENCANAAN
TU
J
KRITERIA
U
HASIL
A
N
r - TTV normal
a - Skala cemas 1
t
a
s
i
s
e
t
e
l
a
h
d
i
l
a
k
u
k
a
n
RENCANA TINDAKAN
TANG
G
AL
TE
R
AT
AS
NO
Dx
DIAG
NO
SA
TGL
D
I
T
E
G
A
PERENCANAAN
TU
J
KRITERIA
U
HASIL
A
N
t
i
n
d
a
k
a
n
k
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
s
e
l
a
RENCANA TINDAKAN
TANG
G
AL
TE
R
AT
AS
NO
Dx
DIAG
NO
SA
TGL
D
I
T
E
G
A
PERENCANAAN
TU
J
KRITERIA
U
HASIL
A
N
m
a
RENCANA TINDAKAN
TANG
G
AL
TE
R
AT
AS
1
j
a
m
2. Resiko
cedera
intra
operasi
berhubungan
dengan kebutuhan
posisi
pembedahan,
pemasangan alat
elektromedik,
kehilangan
sensori protektif
sekunder terhadap
anastesi ditandai
dengan :
Ds : Do :
- Pasien
kehilangan
09/02
/1
6
07.00
Zr.
In
dr
ia
Cid
e
r
a
o
p
e
r
a
s
i
t
i
d
a
Pasien
bebas
dari
cedera
selama
operasi
(luka
bakar,
injury.
Dislokasi
sendi)
09/02/
16
09.00
Zr.
ind
ria
NO
Dx
DIAG
NO
SA
sensori pada
bagian..
Pasien
terpasang alat
elektromedik
Posisi pasien
saaat
pembedahan
.
TGL
D
I
T
E
G
A
PERENCANAAN
TU
J
KRITERIA
U
HASIL
A
N
k
RENCANA TINDAKAN
lebih dari 90 derajat
Pasang
elektromedik
sesuai protokol
5. Berikan penkes tentang efek
dari penekanan yang lama saat
pembaringan
6. Kolaborasi, selalu minta ijin
kepada ahli anastesi untuk
memindahkan pasien/ merubah
posisi pasien yang dianastesi
-
t
e
r
j
a
d
i
s
e
t
e
l
a
h
d
i
l
a
k
u
k
TANG
G
AL
TE
R
AT
AS
NO
Dx
DIAG
NO
SA
TGL
D
I
T
E
G
A
PERENCANAAN
TU
J
KRITERIA
U
HASIL
A
N
a
n
t
i
n
d
a
k
a
n
k
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
s
RENCANA TINDAKAN
TANG
G
AL
TE
R
AT
AS
NO
Dx
DIAG
NO
SA
TGL
D
I
T
E
G
A
PERENCANAAN
TU
J
KRITERIA
U
HASIL
A
N
e
l
a
m
a
2
j
a
m
RENCANA TINDAKAN
TANG
G
AL
TE
R
AT
AS
Implementasi
TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
TG
L
/
TINDAKAN
RESPON
J
A
M
22/
0
6
/
1
6
07.
0
5
07.
NAM
A
P
E
R
A
W
A
T
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
TG
L
/
TINDAKAN
RESPON
Memasang monitor
J
A
M
5
07.
1
0
07.
1
5
07.
2
0
07.25
NAM
A
P
E
R
A
W
A
T
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr. Indria
Zr.
In
dr
ia
07.40
07.45
Zr.
In
dr
TG
L
/
TINDAKAN
RESPON
07.48
5
0
Mengobservasi
operasi
J
A
M
07.
07.
5
5
08.
0
0
08.
tanda-tanda
cidera
intra
Operasi selesai
1
0
08.
NAM
A
P
E
R
A
W
A
T
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
TG
L
/
TINDAKAN
RESPON
J
A
M
1
5
08.
Merapikan pasien
2
0
08.
08.
3
0
08.
4
0
08.
4
0
DS:
NAM
A
P
E
R
A
W
A
T
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
TG
L
/
TINDAKAN
RESPON
J
A
M
08.
NAM
A
P
E
R
A
W
A
T
ia
Zr.
5
0
09.
In
dr
ia
Mengobservasi keadaan kaki pasien
Mengobservasi TTV
Hasil terlampir
1
5
09.
Zr.
4
0
10.
0
0
10.
In
dr
ia
Menjelaskan hal-hal yang
dilakukan selama bedrest
tidak
boleh
Zr
In
di
ri
a
Zr.
In
TG
L
/
TINDAKAN
RESPON
11.0
5
11.2
5
11.3
5
Hasil terlampir
J
A
M
0
NAM
A
P
E
R
A
W
A
T
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
Zr.
In
dr
ia
H. Evaluasi
I.
J. T
G
L
/
L. N
A
M
A
K. EVALUASI
J
A
M
M. 1
1
.
4
5
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
AM.
AN.
AO.
AP.
AQ.
AR.
N.
S:
O.
Os mengatakan tidak cemas lagi
P.
O:
Q.
Keadaan umum baik, os tampak tenang,
kesadaran CM, Skala cemas O, kaki dapat digerakan,
tidak terdapat nafas cuping hidung, nadi kuat teratur, nafas
normal dan teatur.
R.
A:
S.
Dx I: Cemas teratasi
T.
Dx II: Cedera intra operatif tidak terjadi
U.
Dx III: Resti injuri tidak terjadi
V.
P:
W.
Lanjutkan intervensi
P
E
R
A
W
A
T
X. Z
r
.
I
n
d
r
i
a
AS.
AT.
AU.
AV.
AW.
AY.
BA.
AX.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
AZ.
Analisa Data
BB.
BH.
BC.
Tan
g
g
a
BD. Data
l
Fokus
/
J
a
m
BG. Pre Operasi
BI. 2 BK.
Ds :
1 - Pasien
mengatakan
/
takut untuk dilakukan
0
operasi
6 BL.
DO :
/ - Ekspresi
wajah
1
tampak tegang
6 - TTV
BJ. 2
BM.TD = 123/ 76
3
mmHg
.
BN. HR = 96x/mnt
0
BO. RR = 28x/mnt
0
BP. Suhu = 36,3 C
- Skala cemas 2
BQ.
BE.Etiol
ogi
BR.Pasie
n
renca
na
dilak
ukan
tinda
kan
pemb
edaha
n
Hem
orodc
tomy
BS.
BT. Pasie
n dan
kelua
rga
kuran
g
mend
apatk
an
infor
masi
BU.
BV.Pasie
n dan
BF. Pr
ob
le
m
BZ. Ce
m
as
BB.
BC.
Tan
g
g
a
l
/
J
a
m
BD. Data
Fokus
BE.Etiol
ogi
BF. Pr
ob
le
m
kelua
rga
kuran
g
peng
etahu
an
tenta
ng
peny
akit
dan
prose
dur
pemb
edaha
n
BW.
BX. Ce
mas
BY.
CB.
CH. Pas
ien
dilak
ukan
tinda
kan
biops
i
exter
pasi
CI.
CJ. Pasie
n
dilak
ukan
anast
esi
spina
l dan
CQ.
Resiko
ce
de
ra
BB.
BC.
Tan
g
g
a
l
/
J
a
m
BD. Data
Fokus
BE.Etiol
ogi
BF. Pr
ob
le
m
pema
sanga
n alat
elektr
omed
ik
selam
a
opera
si
CK.
CL. Pasie
n
kehil
anga
n
senso
ri
dibag
ian
ektre
mitas
bawa
h
CM.
CN. Res
iko
meni
mbul
kan
ceder
a
CO.
CP.
CS.
DD. Pas
ien
dilak
ukan
tinda
kan
DL.Re
sti
inj
uri
be
rh
BB.
BC.
Tan
g
g
a
l
/
J
a
m
1
6
CU.
08.4
5
BD. Data
Fokus
BE.Etiol
ogi
CX. TD = 140/90
mmHg
CY. HR = 89x/mnt
CZ. RR = 20x/mnt
DA. Suhu = 36C
DB.
DC.
BF. Pr
ob
le
m
anast
esi
Spina
l
DE.
DF. Kele
maha
n otot
DG.
DH. Eks
pansi
paru
tidak
adek
uat
DI.
DJ. Resti
injuri
DK.
ub
un
ga
n
de
ng
an
ke
le
m
ah
an
fis
ik
DM.
DN.
I.
HASIL ANALISA
DO.
DS.
DT.Penyebab
dari
hemoroid adalah
mengejan terlalu
lama
DX.
EB.
EF.
DW.
EA.
EE.
EI.
EJ.
EK.
EL.
EM.
DQ. Tinja
uan
Khusu
s
DU.
DR. Kese
njanga
n
DY.
EC.
EG.
DZ.
ED.
EH.
DV.
EN.
EO.
EP.
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.
EW.
EX.
EY.
EZ.
II.
PEMBAHASAN
FA.
Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah merupakan pekerjaan
mencatat atau merekam peristiwa baik dari objek maupun pemberi jasa yang dianggap
berharga dan penting.
FB.
Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu pencatatan yang diisi oleh perawat
dan berisi tentang riwayat kesehatan klien. Status kesehatan klien saat ini, perawatan yang
dilakukan, perawatan dan pengobatan yang telah diberikan, serta sebagai pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.
FC.
Dokumentasi asuhan keperawatan harus dibuat dengan lengkap, jelas, objektif,
dan harus ditandatangani oleh perawat, karena mempunyai manfaat yang penting bila melihat
dari berbagai aspek yaitu:
1. Hukum
FD.
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan
bernilai hukum. Bila menjadi suatu masalah (misconduct) yang berhubungan dengan
profesi keperawatan, di mana sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa,
maka dokumentasi dapat dipergunakan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
FE.
2. Kualitas Pelayanan
FF.
Pendokumentasian data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk
mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah dapat
diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan keperawatan.
FG.
3. Komunikasi
FH.
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah
yang berkaitan dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat melihat
dokumentasi yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan.
FI.
FJ.
FK.
FL.
FM.
FN.
FO.
FP.
FQ.
FR.
FS.
FT.
FU.
BAB V
FV.KESIMPULAN DAN SARAN
FW.
FX.
FY.
FZ.
A. KESIMPULAN
GA.
Dari hasil analisa kasus yang dilakukan terhadap konsep Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan Hemoroid di Ruang Operasi RS Hermina Pasteur, maka dapat
disimpulkan:
1. Kemampuan perawat dalam menguasai suatu konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan masih perlu ditingkatkan.
2. Kepatuhan perawat terhadap proses dokumentasi asuhan keperawatan masih perlu
ditingkatkan.
GB.
B. SARAN
GC.
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, maka penulis dapat
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi perawat tentang konsep penyakit
2. Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi perawat tentang konsep asuhan
keperawatan
3. Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi perawat dalam pendokumentasian
GD.
GE.
GF.
GG.
GH.
GI.
GJ.
GK.
GL.
GM.
GN.