DASAR TEORI
2.1 Termoelektrik
T2
T1
A
V
a
Jika sirkuit pada gambar 2.1 mengalami hubungan arus pendek dengan
memindahkan voltmeter, arus listrik stasioner akan mengalir. Besarnya arus listrik
yang mengalir tergantung dari rasio potensial termoelektrik yang diukur dengan
voltmeter dan total hambatan dari sirkuit tanpa voltmeter. Bila nilai potensial
termoelektrik yang dihasilkan kecil (pada logam dengan ukuran millivolt),
thermocurrent yang terjadi bisa cukup besar jika hambatan kecil.
)(
(2.1)
(2.2)
Konduktor A
Konduktor B
Pada gambar 2.2 di atas, nilai W bisa saja positif atau negatif. Nilai negatif
menandakan pendingin dari junction. Berlawanan dengan pemanasan joule, efek
peltier sifatnya reversible dan tergantung dari arah arus listrik.
Efek peltier terjadi karena adanya arus listrik yang memiliki arus kalor
dalam konduktor homogeny, yang terjadi walaupun temperatur dalam keadaan
konstan. Akibat dari arus kalor menurut I . Persamaan kalor peltier merupakan
keseimbangan aliran kalor dari dan menuju interface. Arus kalor bersama arus
listrik dapat dijelaskan melalui perbedaan kecepatan aliran elektron yang
membawa arus listrik. Kecepatan aliran bergantung pada energi dari elektron yang
mengalami konduksi. Sebagai contoh, jika kecepatan aliran suatu elektron dengan
energi lebih dari potensi kimia (energi Fermi) lebih besar dari elektron dengan
energi yang rendah, arus listrik bersama arus kalor dengan arah yang berlawanan
(karena beban listrik negatif). Dalam hal ini koefisien Peltier bernilai negatif.
Dalam keadaan yang sama akan terjadi juga untuk semikonduktor, dimana arus
listirk yang dibawa oleh elektron dalam kedaan ikatan konduksi.
Koefisen Seebeck dan Peltier Q dan menurut hubungan
(2.3)
yang sudah ditemukan oleh Lord Kelvin, untuk setiap nilai derivasi yang valid
hanya dapat dibuktikan setelah menggunakan teori kinetik dari konduksi elektron
atau termodinamika irreversible. Kelvin menghubungkan material semikonduktor
untuk menghasilkan dua efek yang berbeda dengan konsekuensi seperti yang
dijelaskan pada efek Peltier di atas.
panas
Temperatur dT
dingin
Konduktor
Tegangan dV
panas
dingin
Elemen peltier yang sedang dialiri oleh arus listrik yang menimbulkan
perbedaan suhu pada kedua interkoneksi. Interkoneksi yang dialiri arus listrik dari
arah semikonduktor tipe n menuju tipe p akan menyerap kalor atau dengan kata
lain menjadi dingin. Sedangkan, interkoneksi yang dialiri arus dari arah
semikonduktor tipa pa menuju tipe n akan membuang/mendisipasi kalor atau
dengan kata lain menjadi panas.
Permukaan Dingin
Panas Buang
Hal yang menyebabkan sisi dingin elemen peltier menjadi dingin adalah
mengalirnya electron dari tingkat energi yang lebih rendah pada semikonduktor
tipe p, ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu semikonduktor tipe n. Agar
elektron tipe p yang memiliki tingkat energi yang lebih rendah dapat mengalir
maka elektron akan menyerap kalor yang mengakibatkan sisi tersebut menjadi
dingin. Sedangkan pelepasan kalor ke lingkungan terjadi pada sambungan sisi
panas, dimana elektron mengalir dari tingkat energi yang lebih tinggi
(semikonduktor tipe n) ke tingkat energi yang lebih rendah (semikonduktor tipe
p), untuk dapat mengalir ke semikonduktor tipe p, kelebihan energi pada tipe n
akan dibuang ke lingkungan dan sisi tersebut menjadi panas.
Penyerapan kalor dari lingkungan terjadi pada sisi dingin yang kemudian
akan dibuang pada sisi panas dari elemen peltier. Membuat nilai kalor yang
dilepas pada sisi panas sama dengan nilai kalor yang diserap ditambah dengan
daya yang diberikan pada modul termoelektrik, atau sesuai dengan persamaan :
(2.4)
Dengan :
Qh = kalor yang dilepaskan pada bagian hot side elemen Peltier (Watt)
Qc = kalor yang diserap pada bagian cold side elemen Peltier (Watt)
Pm = daya input (Watt)
semikonduktor tipe p dan seterusnya. Seperti yang dilukiskan pada gambar 2.2 di
bawah ini :
Semikondutktor
P
Temperatur Relatif
Beban Pendinginan
Isolator Listrik
Penghantar Listrik
T beban
T isolator
Penghantar Listrik
Isolator Listrik
T dingin
N P
T panas
T isolator
Pelepas Panas
Temperatur Ambien
Ambien
dT sistem
T ambien
dT pada elemen
elemen-elemen peltier dan heat sink baik pada sisi dingin elemen peltier maupun
pada sisi panas, seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.4 di bawah ini.
Keterangan:
1. Sisi Dingin (Cool Sink)
2. Plat Keramik Dingin
2
4. Sel Termoelektrik
6. Sirip-sirip (Fins)
6
disebut
hygrometer
dan
untuk
mengukur
temperatur
digunakan
hysteresis (RH @25 0C) maksimal 2%RH, sangat linier, respon waktu (63
% perubahan step) 1 (satu) menit.
Semua standart alat ini berdasarkan variasi kelembaban di bawah
60%RH pada saat 25 0C. Kelengkapan semua tes-tes yang ada, modul ini
akan melewati batas bawah nominal lingkungan, juga kelembaban untuk
24 jam.
Pada grafik 2.1 dapat terlihat jelas bagaimana hubungan antara
nilai kelembaban dan tegangan keluaran yang membentuk garis linier
karena kelembaban kberbanding lurus dangan tegangan keluaran.
Pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa range atau batas untuk nilai
kelembaban pada sensor HSM-20G sebagaimana terlihat bahwa nilai
tegangan keluaran berbanding lurus dengan presentase kelembaban. Nilai
yang tertera di atas nilai batas kelembaban maksimum 90% RH dan batas
minimum 10%RH dengan tegangan 0,74 volt dan maksimal 3,19 volt.
Fungsi
Outpu Temperatur
Ground
Output Kelembaban
Vcc (-5.0V)
Dengan setiap kaki atau pin tentu memiliki fungsi yang berbeda-beda
untuk dihubungkan antara satu dengan yang lainnya. Pada sensor HSM20G terdapat 4 kaki yaitu kelembaban, temperatur, ground dan juga Vcc.
2.5 Relay
Contact