Anda di halaman 1dari 4

INTEGRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

DALAM PENDIDIKAN GURU DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS


(Jurnal Pendidikan dalam pengembangan TIK di Nigeria)
Oleh : Isni Dhanianto, M.Pd
Dari judul tersebut tersirat suatu esensi bahwasanya pemerintahan di Nigeria
sudah memberikan perhatian dan atau kesempatan guru untuk ikut berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pengembangan kemampuan stakeholder sekolah, terkhusus
dalam peningkatan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi. Apa yang
telah dilakukan oleh pemerintah Nigeria kiranya selaras bahwa guru yang
bertanggungjawab

dalam

pembangunan

suatu

bangsa

melalui

transfer

pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan


Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang kompeten. Asumsi ini kiranya
tidak berlebihan, karena di sana (jurnal, red) disebutkan secara konkrit bahwa
integrasi TIK dalam pendidikan guru merupakan kunci untuk menyediakan
pengembangan kapasitas bagi guru yang merupakan fasilitator dari proses
pendidikan. Oleh karena itu, United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) mengeluarkan standar kompetensi Teknologi Informasi
dan Komunikasi untuk guru. Dengan menyediakan seperangkat pedoman bahwa
penyedia pengembangan profesional dapat digunakan untuk mengidentifikasi,
mengembangkan atau mengevaluasi materi pembelajaran atau program pelatihan
guru dalam penggunaan TIK dalam proses belajar mengajar, memajukan siswa
serta meningkatkan tugas profesional lainnya
Pengembangan perangkat lunak konten yang merupakan bagian integral
proses mengajar/belajar adalah suatu keharusan. Pembuat kebijakan diperlukan
untuk membuat pilihan antara memperoleh atau membuat pendidikan konten dan
piranti lunak TIK. Kesesuaian (termasuk relevansi kurikulum), ketersediaan, dan
biaya merupakan kunci pertimbangan dalam membuat pilihan ini. Dan pemilihan

Page 1

konten yang sesuai dan perangkat lunak harus dibuat tidak hanya sekali tapi
berkali-kali, karena konteks belajar yang berbeda akan memiliki berbeda
persyaratan, misalnya dalam hal usia dan kemampuan belajar, tuntutan subjekspesifik, budaya dan bahasa. Pembuat kebijakan juga harus memperhatikan
kebutuhan tenaga terlatih yang akan menerapkan teknologi integrasi di sekolah
dan mereka harus melakukannya dari awal. Teknologi dengan sendirinya tidak
cukup untuk mengubah proses pendidikan dan meningkatkan hasil pendidikan.
Penggunaan teknologi yang sesuai dan efektif melibatkan kompeten,
intervensi yang dilakukan oleh orang-orang. Para kompetensi yang diperlukan dan
komitmen tidak dapat dimasukkan ke proyek sebagai wacana saja, tetapi harus
dibangun ke dalam konsepsi dan desain dengan partisipasi orang yang
bersangkutan.
Pendekatan berbasis sekolah dan kelas yang berfokus pada pelatihan guru
dalam penggunaan TIK memperhitungkan fakta bahwa guru perlu 'belajar tentang
teknologi dalam konteks materi pelajaran dan pedagogis mereka. Guru belajar
bagaimana untuk menggunakan TIK lebih efektif ketika mereka melihat teknologi
tidak sebagai alat generik dan tidak dapat dihubungkan dengan keadaan tetapi
sebagai alat untuk mengajar, yaitu, untuk memotivasi, mengelola, memfasilitasi,
meningkatkan, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru juga perlu untuk melihat
hubungan langsung antara teknologi dan kurikulum untuk pertanggung jawaban
mereka
Pada era globalisasi saat ini, masyarakat Indonesia di tuntut untuk mampu
menggunakan teknologi agar mampu bersaing dengan Negara lain. Saat ini, masih
banyak masyarakat Indonesia yang belum mampu menggunakan Teknologi
dengan baik, contohnya saja dalam hal pengoperasian komputer, masih banyak
yang belum menguasai Microsoft Office, sehingga Sumber Daya Manusia yang
ada belum mencapai tingkat yang sesuai dalam menghadapi era globalisasi saat
ini. Pihak sekolah, menjadikan TIK (Teknologi Komunikasi dan Informasi)
sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Dan belum semua guru
mampu mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran, sehingga membuat
proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan.

Page 2

Masalah besar yang masih ada saat ini diantaranya adalah fasilitas dan
kemampuan sumber daya manusia. Fasilitas untuk mendukung adanya pendidikan
jarak jauh masih jauh melampaui biaya yang dimiliki pihak sekolah. Tidak semua
sekolah mampu menyediakan fasilitas tersebut dengan biaya yang sedikit. Sumber
daya guru yang masih sedikit dalam memiliki kemampuan mengoperasikan
komputer dan program-program E-Learning. Adanya rasa gengsi guru untuk
merubah pola mengajar mereka yang tradisional menjadi pembelajaran berbasis
aneka sumber termasuk media pembelajaran juga merupakan salah satu kendala
dalam pengintegrasian TIK. Alasan yang selalu ada yaitu kurangnya mereka
menguasai media, dan ketidakmampuan itu terkadang tidak mau mereka
hilangkan dan tidak mau mempelajari bagaimana media tersebut bekerja
membantu proses pembelajaran. Masalah-masalah ini yang selalu menjadi kendala
dalam mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran.

Berbeda jauh dengan integrasi teknologi komunikasi dan informasi di


kota-kota besar. Adanya pelatihan-pelatihan dan rasa keingintahuan guru untuk
menguasai komputer membantu mereka untuk mengintegrasikan TIK dalam
proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang ada tidak lagi monoton,
seperti penggunaan Power Point dalam pelajaran sejarah, adanya CD
pembelajaran dalam pembelajaran Matematika, Biologi, Bahasa Inggris, adanya
penggunaan audio dalam proses pembelajaran Listening pada pelajaran Bahasa
Inggris dengan disediakannya Lab Bahasa pada beberapa sekolah, penggunaan
Website (baik yang berbayar maupun tidak, misalnya Blog, dsb) pada beberapa
sekolah yang mengerti manfaat website tersebut bagi siswa dan sekolah, juga
dengan adanya pendidikan jarak jauh tentunya dengan didirikannya Universitas
Terbuka dan SMP Terbuka. E-Learning saat ini menjadi satu kebutuhan penting
dalam proses pembelajaran agar mampu meratakan pendidikan di Indonesia.
Tinggal bagaimana pemerintah mengalokasikan dana pendidikan secara tepat dan
merata agar terpenuhinya pemerataan pendidikan dan mengurangi kesenjangan
pendidikan yang ada di kota besar dan daerah terpencil.
Dalam hal ini pusat permasalahan yang digunakan untuk membangun
kapasitas dalam integrasi TIK adalah antara pembuat kebijakan dan guru. Maka

Page 3

dari itu antara pembuat kebijakan dan juga guru harus berkomunikasi dengan baik
agar integrasi TIK dalam pendidikan berjalan dengan baik sehingga dapat
memajukan pendidikan di suatu negara. Pembuat kebijakan harus memikirkan
dengan matang antara kebijakan yang dibuat dan disesuaikan dengan sumber daya
finansial dan SDM. Bukan dengan menghapus mata pelajaran TIK yang akan
dilakukan pemerintah ketika berlakunya Kurikulum 2013 (Draft kurikulum 2013).
Padahal jika pemerintah lebih jeli memperhatikan kondisi daerah-daerah
tertinggal, para peserta didiknya terutama di tingkat sekolah dasar dan Sekolah
menengah pertama masih awam terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Mereka belum mengenal microsotf office, dan tidak mengenal internet. Begitu
juga dengan guru, masih ada fenomena guru yang tidak bisa mengoperasikan
komputer dengan baik, terutama dalam pemanfaatan Microsoft power point yang
dapat digunakan dalam pengajaran di kelas. Dalam hal ini pemerintah seharusnya
memfasilitasi, membantu dan memberi dorongan kepada mereka agar tetap
bekerja dan berkolaborasi dengan baik, sehingga rencana untuk mengintegrasikan
TIK ke dalam pendidikan bisa terwujud dan dapat mencapai hasil yang maksimal
pula. Bukan dengan menghapus mata pelajaran TIK yang masih dalam tahap
perkembangan.

Page 4

Anda mungkin juga menyukai