Anda di halaman 1dari 12

MS 2260 PROSES MANUFAKTUR 1

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 2


MODUL PM1-02 BUBUT
Kelompok

: 27

Aggota Kelompok : Gigih Wira Wicaksana

13114027

Edric Keane

13114031

Ari Akbariyanto Wenas

13114039

M. Faroqi Jayadi

13114040

Arif Iswari

13114045

Tanggal Praktikum

: 12 Maret 2016

Tanggal Penyerahan Laporan

: 15 Maret 2016

Nama Asisten

: Steven Claudio

13113YYY

Laboratorium Teknik Produksi


Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institur Teknologi Bandung
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Mesin mempermudah pekerjaan manusia, pernyataan seperti itu tidak

dapat dipungkirilagi kebenarannya. Dimulai ketika revolusi Inggris dimulai dan


industri-industri di dunia mulai berkembang dengan sangat pesat, dimulainya
pula terciptanya mesin-mesin konvensional. Manusia menciptakan mesin
berfungsi untuk mempermudah pekerjaan manusia khususnya pekerjaanpekerjaan teknik dan berhubungan dengan bahan teknik dan bahan metal
sehingga pekerjaan dapat lebih efisien dan mempercepat waktu kerja.
Salah satu mesin konvensional tersebut adalah mesin bubut. Mesin
bubut digunakan untuk proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan
membuat sayatan pada benda kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan
sejajar dengan sumbu dari benda kerja yang berputar.
Mesin bubut berguna untuk menghasilkan atau memperbaiki bendabenda kerja seperti memotong, membuat alur, membuat ulir, meratakan
permukaan benda putar, pembuatan tirus, dll. Dengan berbagai fungsi yang
telah disebutkan, mesin bubut memiliki fungsi penting dalam mempermudah
pekerjaan manusia dalam berbagai pekerjaan teknik.
Dilakukannya pratikum ini, juga dalam rangka memenuhi syarat
kelulusan Mata Kuliah Proses Manufaktur

1.2.

Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum adalah :
1. Membuat produk sesuai gambar teknik yang diminta pada desain
menggunakan mesin bubut.
2. Menentukan pahat yang sesuai dalam membuat untuk setiap proses pada
mesin bubut

BAB 2
LANDASAN TEORI

BAB 3
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Nama : Arif Iswari

BAB 4

NIM

: 13114045

BAB 4
ANALISIS
Prosedur Pratikum
1. Tanyakan kepada asisten mesin bubut mana yang akan dipakai

2. Pinjam peralatan yang diperlukan untuk pratikum kepada asisten atau petugas
dan periksa dengan teliti bahwa kondisi peralatan yang dipinjam dalam kondisi
baik
3. Minta benda kerja kepada asisten, kemudia ukur dan pilih benda kerja yang
dimensinya sesuai dengan permintaan pada desain
A. Persiapan Mesin, Pemasangan Pahat dan Benda Kerja
1. Setelah dijelaskan oleh asisten tentang komponen-komponen mesin beserta
fungsinya. Tanpa menghidupkan mesin, periksa kondisi mesin secara visual
dan cobalah menggerakkan komponen-komponen mesin menggunakan
tenaga tangan. Periksa juga baut-baut yang terpasang pada komponen,
apakah ada yang longgar ataupun hilang.
2. Tanpa menyalakan mesin, pahami arah pergerakan dari masing-masing
komponen.
3. Longgarkan chuck menggunakan kunci chuck, lalu pasang benda kerja,
usahakan tepat ditengah-tengah chuck (self-centering).
4. Longgarkan baut-baut yang mencengkram pahat (tool-post) dengan kunci
pahat,

pasang

pahat

yang

telah

dipilih,

sebelum

baut-baut

pahat

dikencangkan, pastikan mata pahat tepat di center dari selubung tail stock
dengan menumpukkan plat di bawah pahat.
5. Pilih putaran spindle mesin bubut sesuai dengan kondisi pemotongan.
6. Dengan menyalakan mesin, perhatikan putaran dari benda kerja, jika benda
kerja sudah self-centering, maka putarannya tenang. Jika belum, matikan
putaran spindle, lalu perbaiki posisi benda kerja
B. Proses Meratakan Permukaan (Facing)
1. Hidupkan mesin sehingga spindle berputar.
2. Pilih putaran spindel
3. Pakai mata pahat reduksi dan posisikan sama tinggi dengan sumbu putar
benda kerja dan mata pahat hampir menyentuh ujung benda kerja,
selanjutnya posisi ini disebut posisi nol
4. Setelah diatur ke posisi nol, atur skala tuas yang mengatur kedalaman
makan pahat ke nol sebagai patokan awal.
5. Lalu atur kedalaman makan pahat secara bertahap menjadi lebih dalam
setiap selesai satu kali nilai kedalaman sampai dirasa permukaan sudah rata.
6. Pergerakan mata pahat dalam meratakan permukaan bisa dilakukan secara
otomatis maupun digerakkan manual dengan memutar tuas dengan tangan
C. Proses Reduksi Diameter
1. Hidupkan mesin sehingga spindle berputar.
2. Pilih putaran spindel
3. Proses reduksi dilakukan searah dengan sumbu putar benda kerja
4. Pakai mata pahat reduksi dan posisikan ke posisi nol

5. Atur skala tuas yang mengatur kedalaman makan menjadi nol sebagai
patokan awal nilai pengurangan diameter.
6. Putar tuas yang mengatur kedalaman makan ke kedalamn yang diinginkan
secara bertahap, kedalam setiap kali proses makan bergantung pada kondisi
pemotongan, benda kerja dan pahat serta kondisi mesin yang digunakan.
D. Proses Pembuatan Alur
1. Ganti pahat dengan pahat alur dan posisikan pahat self-centering
2. Posisikan setinggi sumbu benda kerja dan posisi ujung pahat hampir
menyentuh ujung benda kerja, posisi alur yang akan dibuat diposisikan dekat
dengan spindle
3. Pilih kecepatan putaran spindle
4. Pilih kedalam gerak makan dan gerak potong
5. Ulangi proses pembubutan secara bertahap dengan gerakan pahat searah
radial benda kerja
E. Proses Pembuatan Ulir
1. Pasang benda kerja ke spindle melalui chuck.
2. Bila benda kerja panjang, lubangi bagian sumbu benda kerja dengan center
dril yang dipasang di tail-stock.
3. Lepas center drill dang anti dengan center jalan, yang berfungsi sebagai
penumpu agar benda kerja dapat berputar tenang.
4. Ganti pahat dengan pahat ulir dan posisikan sama tinggi dengan sumbu
benda kerja dan posisi ujung pahat hampir menyentuh ujung benda kerja
5. Pilih putaran spindle dan atur konfigurasi gear-box berdasarkan nilai pitch.
6. Setiap nilai pitch akan memberikan konfigurasi berbeda-beda pada gear box,
konfigursi bisa dilihat pada tabel yang ditempel pada mesin.
7. Atur kedalaman makan (feeding) sekitar 0,2 mm 0,5 mm.
8. Pahat ulir melakukan gerak makan sepanjang benda kerja yang dibuat ulir.
Pada akhir pembuatan ulir, mundurkan pahat ke posisi nol
9. Atur kembali kedalaman makan pahat
10. Perhatikan ketepatan waktu untuk memulai lagi pergerakan pahat
11. Ulangi proses mengatur kedalaman pahat dan proses selanjutnya secara
bertahap.
Pada proses meratakan permukaan (facing), semua langkah kerja
dilakukan sesuai prosedur. Namun tidak didapatkan hasil seperti seharusnya, hal
ini diakibatkan dari hilangnya salah satu baut daru compound rest, sehingga
pada saat mesin dinyalakan, aliran gaya pada compound rest karna putaran
benda kerja mengakibatkan ia berotasi pada satu bautnya yang lain, sehingga
hasil bubut yang didapatkan sangat tidak teliti dan tidak tepat. Hal ini semakin
diperparah jika kedalaman facing cukup besar, sehingga gaya yang dialirkan ke

compound rest semakin besar mengakibatkan compound rest berotasi lebih


banyak.

Setelah mengetahui hal tersebut, compound rest dipasangi baut, namun


diameter baut yang dipasang lebih kecil dari diameter lubang.Namun cukup
mengurangi besar nya rotasi compound rest.
Pada proses reduksi dimater, kecepatan putaran spindle mempengaruhi
kekasaran permukaan yang dihasilkan dan kecepatan pembubutan. Semakin
tinggi putaran spindle, maka permukaan yang dihasilkan semakin halus, karna
untuk luas daerah yang sama, permukaan tersebut akan bergesekan dengan
mata pahat lebih banyak. Semakin cepat putaran spindle semakin cepat juga
prosos pereduksian diameter.Namun karena kondisi coumpund rest yang salah
satu bautnya tidak ada, maka, kedalaman potong untuk setiap tahap tidak dibuat
terlalu jauh perbedaannya, hal ini dilakukan untuk menghindari rotasi compound
rest pada salah satu bautnya. Meskipun telat dipasang baut baru, karna ukuran
yang tidak sesuai, compound rest akan bergetar jika kedalaman potong cukup
besar. Fenomena yang terjadi yaitu pertama permukaan tidak merata, hal ini
diakibatkan pertama pemasangan benda kerja pada chuck yang tidak tepat di
tengah-tengah

(self-centering)

sehingga

permukaan

hasil

bubut

sedikit

bergelombang, kedua gram yang menumpuk dan menyangkut dipahat dan


benda kerja, gram tersebut ikut bergesek antara pahat dan benda kerja,
menciptakan

alur-alur

pada

permukaan,

dan

yang

ketiga

bergetarnya

compundrest karena baut yang tidak sesuai. Fenoma kedua yaitu pada hasil
akhir proses facing terdapat sedikit sisa pada bagian tengah. Hal ini

menunjukkan lintasan gerakan pahat tidak melalui center putaran. Gram yang
dihasilkan kebanyakan diskontinu.

Pada proses pembuatan alur, pergerakan mata pahat dilakukan secara


manual dengan memutar tuas. Semakin kuat mata pahat menekan benda kerja
dan semakin cepat putaran spindle, maka semakin cepat terbuatnya alur.
Fenomena yang terjadi adalah suara yang dihasilkan antar gesekan mata pahat
dengan benda kerja sangat keras, hal ini diakibatkan oleh tumpulnya mata pahat
Pada pembuatan ulir, mesin bubut yang digunakan bukan lagi mesin yang
digunakan pada proses-proses sebelumnya. Proses pembuatan ulir berjalan
dengan lancer. Namun harus diperhatikan konfigurasi dari roda gigi transmisi,
konfigurasinya harus sesuai dengan tabel pemilihan pitch yang tertera di mesin.
Karna kecepatan putar spindle, mempengaruhi besarnya pitch. Kedalaman
potong harus sesuai dengan pitch yang diminta pada desain. Pada proses ini,
dihasilkan ulir yang masih kasar, terdapat gram-gram yang melekat pada
permukaan ulir. Tidak ada fenomena khusus yang didapatkan dari proses
pembuatan ulir.
Setelah dibuat ulir dengan mesin bubut, lalu proses selanjutnya adalah
memperhalus ulir dengan snei. Parameter yang harus diperhatikan adalah posisi
sumbu benda kerja (baut) harus tegak lurus dengan snei.Jika miring,
dikhawatirkan, ulir akan rusak sehingga mur tidak dapat masuk. Proses snei
disebut juga proses tap, sebelum menge-tap, lumuri dulu ulir dengan pelumas,
lalu putar tap beberapa kali searah jarum jam, jika dirasa sudah terhalang, maka
putar tap berlawanan arah jarum jam, tujuannya supaya gram-gram nya dapat
keluar. Lalu ulangi lagi langkah tersebut sampai selesai.
Namun secara keseluruhan, dimensi produk yang dihasilkan tidak sesuai
dengan dimensi yang diminta pada desain. Panjang ulir kurang 2 mm, kepala
baut berlebih 4 mm, dan secara keseluruhan panjang total berlebih 2 mm. Hal
ini disebabkan kurangnya ketelitian pratikan dalam mengukur dimensi benda
kerja untuk setiap proses yang dilakukan

Nama : Arif Iswari


NIM

: 13114045

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Dalam Pratikum Proses bubut, kami tidak dapat membuat produk sesuai dimensi

yang diminta pada desain. Terdapat kesalahan dimensi, panjang ulir kurang sekitar 2
mm dan kepala baut berlebih sekitar 4 mm. Panjang keseluruhan menjadi 102 mm,
sedangkan yang diminta pada desain adalah 100 mm. Namun, diameter dari produk
sesuai dengan desain, sehingga mur yang telah ditentukan dapat masuk.
Untuk setiap proses permesinan pada mesin bubut menggunakan pahat yang
berbeda-beda berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pratikum ini memakai 3
jenis pahat yang berbeda-beda untuk setiap proses. Untuk meratakan permukaan dan
reduksi diamter memakai pahat reduksi, untuk membuat alur menggunakan pahat alur,
dan membuat ulir menggunakan pahat ulir.
5.2. Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, praktikan mencoba memberikan saran
berupa :

a. Selalu gunakan peralatan keamanan dan patuhi prosedur keselamatan.


b. Periksa kondisi mesin terlebih dahulu, apakah komponen-komponen dari mesin
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
c. Usahakan posisi mata pahat self-centering, sejajar dengan sumbu putar benda
kerja, agar dalam proses facing tidak ada sisa benda kerja akibat tidak
terpotong.
d. Apabila menggunakan mesin yang sudah cukup berumur, kedalaman makan
pahat sebaiknya jangan diatur terlalu dalam, karna pada ketika gerak makan,
landasan pahat (compound rest) akan bergetar signifikan sehingga kedalaman
makan menjadi tidak sama.
e. Pada proses reduksi diameter, apabila dimensi benda kerja sudah mendekati
dimensi yang diminta, sebaiknya naikkan putaran spindle agar menghasilkan
permukaan yan lebih halus.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai