sedimen yang terdiri dari mineral kalsit dan aragonit, yang merupakan dua varian yang berbeda dari
CaCO3 (kalsium karbonat). Sumber utama dari calcite adalah organisme laut. Organisme ini
mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai ooze pelagik (lihat
lsoklin untuk informasi tentang dissolusi kalsit).
Kalsit sekunder juga dapat terdepositkan oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah yang
mengendapkan material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk
yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (batugamping Oolitik) dan dapat dikenali dengan penampilannya
yang granular. batugamping membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen.
dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit
(MgCO3).
Kalsium karbonat (CaCO3) dengan kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak diperlukan dalam
industri tapal gigi, cat, farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain lain, baik sebagai bahan dasar maupun
bahan penolong. Untuk kebutuhan itu, Indonesia masih mendatangkan CaCO3 dari luar negeri.
Umumnya bahan itu dibuat secara kimia dari suspensi kapur padam dan gas karbon dioksid. Di
Indonesia banyak terdapat batu kapur atau marmer yang berupa serpihan atau butir kecil yang dibuang
sia sia. Di samping itu, gas CO2 juga banyak yang belum dimanfaatkan. Pembuangan kedua jenis
bahan itu dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, kalau serbuk limbah marmer disuspensikan
dalam air dan direaksikan dengan CO2 akan diperoleh Ca(HCO) yang tidak banyak tercampur zat
pengotor. Selanjutnya Ca(HCO3)2 mudah berubah menjadi CaCO3 murni. Pada penelitan ini akan
direaksikan suspensi batu kapur dan gas CO2 seperti pembentukan stalakmit dan stalaktit di alam.
A. Mula Jadi
Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau secara kimia
sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau
rumah kerang dan siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh
beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan
batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan
suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
B. Mineralogi
Batu Kapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak digunakan diindustri Aragonit
yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit (CaCO3) tetapi berbeda dengan struktur kristalnya,
merupakan mineral metas table karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena
sifat fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu sama lain, maka tidak mudah untuk
mengidentifikasinya.
C. Identifikasi Batugamping
Batugamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan batugamping klastik.
Batugamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska,
Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering jyga disebut batugamping Koral karena
penyusun utamanya adalah Koral.
Batugamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik melalui proses erosi
oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-mineral
lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari
batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan
hitam.
Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Dialam tidak jarang pula dijumpai
batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah batugamping dolomitan dengan
komposisi kimia CaCO3MgCO3
Adapun sifat dari batugamping adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga
Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah.
Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari
hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan
batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping tersebut.
Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian
atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut
dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping
yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.
2. Sifat dan Klasifikasi Batu Gamping
Batuan kapur atau batuan gamping (limestone) termasuk batuan sedimen. Batuan sedimen sering pula
disebut dengan batuan endapan. Batuan ini berwarna putih, kelabu, atau warna lain yang terdiri dari
kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur ini pada dasarnya berasal dari sisa-sisa organisme laut seperti
kerang, siput laut, radiolarit, tumbuhan/binatang karang (koral), dsb yang telah mati. Berdasarkan hal
tersebut, maka batuan kapur adalah batuan sedimen yang berbasis dari laut. Karena hal itu, batuan
kapur berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya dan tempat batuan kapur itu diendapkan termasuk
klasifikasi batuan sedimen marin. Berdasarkan proses pengendapannya, batu gamping radiolarit dan
batu karang merupakan batuan sedimen organik. Disamping hal tersebut, batuan kapur (termasuk di
dalamnya stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpai di gua-gua kapur) menurut proses
pengendapannya juga termasuk batuan sedimen kimiawi (sedimen khemis).
Klasifikasi Dunham (1962)Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena
menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar
dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila
ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada
perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham
(1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur karbonat disebut
mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung butiran yang tidak saling bersinggungan disebut
wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah
Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak perlu menentukan
jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitannya adalah di dalam
sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam
sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3
dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul
adalah grain dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir
seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam
Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal
dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi poripori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit
memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini
disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi
adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi
rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang.
Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga
hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan
sebagainya
e. Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu
dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.
f. Batu Gamping (caco3) Sebagai Pupuk Alternatif Penetralisir Keasaman Tanah
Semua material yang mengandung senyawa Ca dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk
menetralisir keasaman tanah, yaitu meningkatkan pH tanah yang pada dasarnya menambahkan Ca dan
menurunkan Al.
g. Batugamping keprus sebagai campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas b
Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemakaian batugamping keprus sebagai bahan campuran
agregat pada lapis pondasi agregat kelas B.
h. Batugamping sebagai bahan baku semen
Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen, dengan eksplorasi yang tidak
bijaksana, lambat laun warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan hilang dan hanya
menjadi cerita anak cucu kita kelak, jika kita tidak ikut membantu melestarikannya.
4. Keterdapatan dan prototipe Kars di Indonesia
Sebagian besar kawasan kars di Indonesia tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir tidak ada yang
tersusun oleh batuan lain seperti gipsum, batugaram, maupun batuan evaporit. Hampir di setiap pulau
di Indonesia memiliki batuan karbonat, tapi tidak semuanya terkartsifikasi menjadi kawasan kars. Kars
di indonesia tersebar di sebagian besar pulau-pulau di Indonesia, namun demikian tidak semuanya
berkembang dengan baik. Balazs (1968) selanjutnya mengidentifikasi terdapat tujuh belas kawasan
kars mayor di Indonesia. Diantara kawasan kars tersebut, terdapat dua kawasan kars yang paling baik
dan dianggap sebagai prototipe dari kars daerah tropis, yaitu kars Maros dan Gunung Sewu.
Hampir semua daerah yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan-bentukan yang khas di
setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar pengelompokan kawasan kars di Indonesia,
yang antara lain adalah:
a. Tipe Gunung Sewu
Tipe ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical)
dan kubah yang jumlahnya ribuan. Selain itu di dapati adanya lembah dolin dan polje diantara bukitbukit tersebut. Di dalam dolin didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke
dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk
kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang
mengair di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar. Arah aliran sungai umumnya
dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari
Jawa Timur hingga Yogyakarta.
b. Tipe Gombong
Bentang alam kars dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah selatan
Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh lereng yang
terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena batugamping berada di atas lapisan batuan
yang kedap air maka batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata air.
c. Tipe Maros
Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/mogote). Pembentukan bentan
alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya berkedudukan tegak atau
hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan datar pada bagian puncaknya.
Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk memanjang.
Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan.
d. Tipe Wawolesea
Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan di beberapa tempat terdapat
jembatan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air panas sehingga
terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin yang beraneka ragam
serta jarang dijumpai di tempat lain.
e. Tipe Semau
Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda (Kala
Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa surupan (sink) dan lorong-lorong gua yang pendek.
Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami
pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai pada P. Semau sebelah barat Kupang, NTT.
f. Tipe Nusa Penida
Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst yang tersusun atas
batugamping klastik dan non klastik. Pada batugamping klastik terdapat sisipan batuan berukuran halus
dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang bertingkat.
Bentang alam dolin dan bukit kerucut tidak berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak berkembang
dengan baik.
g. Tipe Irian
Berdasar informasi yang ada, tipe kars di Irian dicirikan oleh adanya gua-gua yang panjang. Kars
disusun oleh batugamping klastik dan bioklastik, sebagian bahkan telah terubah menjadi metasedimen
akibat kontak dengan intrusi batuan beku.
5. Macam macam bahan Kpur (Batugamping)
Pada umumnya bahan kapur untuk pertanian adalah berupa kalsium karbonat (CaCO3), beberapa
berupa kalsium magnesium karbonat [CaMg (CO3)2], dan hanya sedikit yang berupa CaO atau
Ca(OH)2. Dalam ilmu kimia kapur adalah CaO, tetapi dalam ilmu pertanian kapur umumnya adalah
berupa CaCO3.
Sebenarnya ada beberapa jenis bentuk bentuk kapur, yaitu :
1. Kapur kalsit (CaCO3)
Terdiri dari batu kapur kalsit. Proses pembentukannya yaitu batu kapur kalsit ditumbuk (digiling)
sampai kehalusan tertentu.
2. Kapur dolomite [CaMg(CO3)2]
Terdiri dari batu kapur dolomite. Proses pembentukannya yaitu batu kapur dolomite ditumbuk
(digiling) sampai kehalusan tertentu.
3. Kapur bakar, quick lime (CaO)