GLAUKOMA AKUT
Disusun Oleh:
Lusye Diana Jscob
11 2015 265
Pembimbing:
dr. Amalia Yuli L.S, Sp.M
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. E
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 49 Tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: Cempaka Putih
Tanggal pemeriksaan
: 06 Juni 2016
ANAMNESIS
Diambil dari
: Autoanamnesis
Keluhan utama
Mata kanan nyeri makin hebat sejak 3 hari SMRS
Keluhan tambahan
Mata kanan merah,buram, terasa pegal, lapangan pandang menyempit
Riwayat Penyakit Sekarang
Perempuan 49 tahun datang ke polikilinik RSPAD Gatot Subroto dengan keluhan nyeri
hebat pada mata kanan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mulai merasakan nyeri hebat yang
mendadak pada bulan bulan lalu. Nyeri dirasakan selama beberapa jam dan berkurang setelah
tidur. Nyeri pada mata kanan pasien diikuti dengan mata merah namun tidak ada secret. Pasien
2
mengatakan nyeri disertai dengan penglihatan yang menurun dan air mata keluar terus menerus
sejak 1 bulan yang lalu. selain itu pasien juga mengatakan merasakan pegal pada mata . Pasien
mengakatan tidak ada demam. Pasien juga tidak ada keluhan tambahan seperti mual dan
muntah Pasien mengatakan akhir-akhir ini sering tidak melihat benda pada sisi kanan dan
kiri dan sering menabrak pintu. Pasien sering melihat bayangan seperti pelangi ketika
melihat lampu. Pasien mengatakan bahwa ia memiliki kebiasaan didepan layar komputer
sampai tengah malam. Pada saat nyeri pasien meminum obat panadol dan nyeri mereda
sesaat tapi setelah itu nyeri pada mata kanan mucul kembali. Sejak 1 bulan yang lalu
nyeri dirasakan terus menerus pasien ingin ke dokter tetapi tidak memiliki biaya yang
cukup sehingga tidak ke dokter. Tiga (3) hari yang lalu nyeri pada mata kanan memberat
makin hebat sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke dokter mata. Pasien tidak ada
riwayat alergi makanan maupun obat-obat tertentu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien memiliki riwayat darah tinggi.
Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes, katarak disangkal, riwayat glaucoma ada
Riwayat Trauma
Pasien tidak memiliki riwayat trauma seperti jatuh dan terkena bahan-bahan kimia pada mata.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah
Frekuensi napas
Frekuensi nadi
Suhu
Kepala
Mulut
THT
KGB
Abdomen
Ekstremita
STATUS OPHTALMOLOGIS
KETERANGAN
Visus
OD
OS
ketajaman penglihatan
4/60
6/60
Koreksi
Tidak ada
Tidak ada
Addisi
Tidak ada
Tidak ada
Distansia pupil
62/
64 mm
Kacamata lama
Kedudukan Bola Mata
Tidak ada
Eksoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Enoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Hitam
Hitam
Simetris
Simetris
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Tidak ada
4
Entropion
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Fissure palpebra
Lebar 10 mm
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Punctum lakrimal
Terbuka
Terbuka
Tes Anel
Konjungtiva Tarsal Superior dan
Tidak dilakukan
Lebar 10 mm
Tidak dilakukan
Inferior
Hiperemis
Ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Anemia
Konjungtiva Bulbi
Tidak ada
Tidak ada
Injeksi konjungtiva
Ada
Tidak ada
Injeksi siliar
Ada
Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Pterigium
Tidak ada
Tidak ada
Pinguekula
Tidak ada
Tidak ada
Nevus pigmentosus
Tidak ada
Tidak ada
Kista dermoid
Tidak ada
Tidak ada
Kemosis
Sklera
Tidak ada
Tidak ada
Warna
putih
putih
Ikterik
Tidak ada
Tidak ada
Kejernihan
Keruh
jernih
Permukaan
licin
licin
12 mm
12 mm
Tidak menurun
Tidak menurun
Tidak ada
Tidak ada
Kornea
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik presipitat
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Arcus senilis
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Bulat konsentris
Bulat konsentris
Kedalaman
dangkal
dalam
Kejernihan
keruh
jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
Flare negative
Flare negative
Warna
hitam
hitam
Kripta
Tidak ada
Tidak ada
Sinekia
Tidak ada
Tidak ada
Koloboma
Pupil
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tes Placido
Bilik Mata Depan
Efek Tyndall
Iris
Letak
sentral
sentral
Bentuk
bulat
bulat
Ukuran
5 mm
2 mm
Positif
Positif
Positif
Positif
Refleks pupil
Lensa
Kejernihan
Keruh
jernih
Tes Shadow
Badan Kaca
Positif
negatif
Kejernihan
Fundus Oculi
Sulit di nilai
a. Refleks fundus
b. Papil
Sulit di nilai
positif
Bentuk
Sulit di nilai
bulat
Batas
Sulit di nilai
Tegas
jernih
Warna
Sulit di nilai
Jingga
C/D ratio
Sulit di nilai
0.3-0.4
Sulit di nilai
2:3
Sulit di nilai
Tidak ada
Sulit di nilai
Tidak ada
Sulit di nilai
Tidak ada
Sulit di nilai
Tidak ada
Sulit di nilai
Tidak ada
Sulit di nilai
Positif
Refleks fovea
Sulit di nilai
Tidak ada
Edema
Sulit di nilai
Tidak ada
c. Retina
Edema
Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio
d. Macula lutea
Pigmentosa
Palpasi
Nyeri tekan
Ada
Tidak ada
Massa Tumor
Tidak ada
Tidak ada
TIO
N+2
Tes Konfrontasi
menyempit
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tekanan bola mata
V.
RESUME
Perempuan 49 tahun datang ke RSPAD dengan keluhan mata kanan nyeri hebat sejak 3 hari
SMRS. Pasien juga merasa pada mata kanan di ikuti dengan mata merah. Mata terasa
pegal dan dirasakan sepanjang hari. Pasien juga merasa pada mata kanan pandangan
7
kabur, dan terasa pegal. Pasien sering melihat bayangan seperti pelangi ketika melihat
lampu. Tiga hari yang lalu nyeri memberat dengan mata merah sehingga pasien memutuskan
untuk ke dokter mata.
OD
OS
Tajam penglihatan
4/60
6/6
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Kornea
COA
Dalam, jernih
Pupil
Bulat, diameter: 2 mm
Nyeri tekan
Ada (+)
Tidak ada
Tensi Okuli
N+2
Konfrontasi
Menyempit
inferior
Konjungtiva bulbi
DIAGNOSIS BANDING
Iritis akut OD
Keratitis OD
konjungtivitis akut OD
VII.
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN:
Medika mentosa
Topikal
Oral
IX.
Patuh minum obat, dan kontrol rutin sesuai waktu yang ditentukan (1 minggu kemudian)
Hindari membaca dekat karena akan mengakibatkan pupil miosis sehingga menimbulkan
antispasmodik.
PROGNOSIS:
Ad vitam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
1.
2.
b. Sindom Sturge-Weber
Akibat steroid
10
.
D. Glaukoma Absolut: hasil akhir semua glaucoma yang tidak terkontrol adalah mata yang keras,
tidak dapat melihat, dan sering nyeri.
Patofisiologi Glaukoma 3
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar aqueous humor akibat kelainan system drainase sudut bilik mata depan (glaukoma sudut
terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke system drainase (glaukoma sudut tertutup).
Terapi ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular dan, apabila mungkin, memperbaiki
sebab yang mendasarinya. Walaupun tekanan intraokular glaukoma tekanan normal berada
dalam kisaran normal, penurunan tekanan intraokular mungkin masih ada manfaatnya.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion
retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta
berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran
cawan optic.
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular baik disebabkan oleh mekanisme sudut
terbuka maupun yang tertutup akan dibahas sesuai dengan entitas penyakitnya. Efek
peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan
tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80
mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema kornea dan
kerusakan nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intraokular biasanya
tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu yang
lama, sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel ganglion retina
mungkin rentan mengalami kerusakan akibat tekanan intraokular dalam kisaran normal, atau
mekanisme iskemia caput nervi optici.
Glaukoma Sudut Tertutup Primer 4
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis tanpa
disertai kelainan lain. peningkatan tekanan intraokular terjadi karena sumbatan aliran keluar
aqueous humor akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini dapat
bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik sampai
timbul penuruanan penglihatan. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan segmen
anterior dan gonioskopi yang cermat. Istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya digunakan
bila penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus dan kehilangan
13
lapangan pandang. Faktor-faktor resikonya antara lain bertambahnya usia, jenis kelamin
perempuan, riwayat keluarga glaukoma, dan etnis Asia Tenggara, China, dan Inuit.
Palpasi
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Caranya
adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan di atas bola mata sambil
penderita disuruh melihat ke bawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab
menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke
depan bola mata, sehingga apa yag kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu
member kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi, dimana satu jari
menahan dan jari lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya
tekanan dicatat sebagai berikut:
-
N : normal
N-1
N-2
: dicurigai glaukoma
: glaukoma
15
16
17
Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan
untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
Oftalmoskop
Diskus optikus memiliki indentasi yang disebut optic cup. Pada keadaan
peningkatan tekanan intraokular yang persisten, optic cup menjadi membesar dan
dapat dievaluasi dengan oftalmoskop. Pemeriksaan stereoskopik dari diskus optikus
melalui slit lamp biomicroscope dicoba dengan lensa kontak memberikan gambaran
3 dimensi. Optic cup dapat diperiksa stereoskop dengan pupil yang dilatasi. Nervus
opticus memurapakan glaucoma memory. Evaluasi struktur ini akan memberikan
informasi pada pemeriksa keruasakan akibat glaukoma terjadi dan berapa jauh
kerusakan tersebut.
Optic cup normal, anatomi normal dapat berbeda jauh. Optic cup besar yang
normal selalu bulat dan elongasi vertikal dari optic cup didapatkan pada mata dengan
glaukoma. Pengukuran diskus optikus, area diskus optikus, opticus cup dan
pinggiran neuroretinal (jaringan vital diskus optikus) dapat diukur dengan planimetri
pada gambaran 2 dimensi dari nervus opticus.
18
pucat. Perubahan progresiv dari diskus optikus pada glaukoma berhubungan dekat
dengan peningkatan defek dari lapang pandang.
lapang
pandang
sentral
atau
parasentral
dengan
Kampimeter
Alat pengukur atau pemetaan lapang pandang terutama daerah sentral atau
para sentral.Disebut juga uji tangent screen. Caranya adalah pasien duduk 2
meter dari layar tangent screen Bjerrum (sebuah tabir kain berwarna hitam)
dengan berfiksasi dengan satu mata pada titik tengahnya objek digeser perlahanlahan dari tepi kearah titik tengah. Dicari batas-batas pada seluruh lapang
pandang pada saat mena benda mulai terlihat.Pada akhirnya didapatkan
pemetaan daripada lapang pandang pasien.Dengan cara ini dapat ditemukan
defek lapang pandang dan adanya skotoma.
Etiologi dan faktor resiko
Etiologi :
Blok pupil adalah penyebab paling sering dari glaukoma sudut tertutup. Biasanya, aqueous
humor dibuat oleh sel-sel epitel silia di ruang posterior dan mengalir melalui pupil ke segmen
anterior, di mana ia dapat mengalir keluar dari mata melalui anyaman trabecular dan kanal
Schlemm. Jika kontak terjadi antara lensa dan iris, aqueous humor terakumulasi di belakang
pupil, meningkatkan tekanan ruang posterior dan memaksa iris perifer untuk menggeser maju
dan memblokir sudut ruang anterior. Permukaan anterior iris mungkin menutupi peran ke
permukaan posterior kornea atau anyaman trabecular. Sumbatan ini menyebabkan akumulasi
air di ruang anterior dan kenaikan akut pada tekanan intraokular.
Penyebab lain: Beberapa mekanisme dapat menyebabkan diafragma iris-lensa yang akan
didorong ke depan. Sebuah lesi menempati ruang (misalnya, tumor, pembengkakan yang
terkait dengan peradangan badan siliar) dapat menyebabkan iris untuk memblokir anyaman
trabecular.9
Faktor resiko :
Hipermetropi, yang cenderung ruang anterior dangkal dan panjang axial mata lebih pendek.
20
Pertambahan usia lensa cenderung meningkat dalam ukuran dan kepadatan struktur segmen
anterior pada mata. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Wanita > laki laki karena mempunyai ruang anterior lebih dangkal dan lebih panjang.10
Epidemiologi
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat
terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Sekitar 6
juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika,
menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika
Serikat.
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih. Persentase ini
jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut tertutup primer berperan pada
lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di China. Glaukoma tekanan normal
merupakan tipe yang paling sering di Jepang. 6
Diagnosa banding
1. Iritis akut
Radang uvea dapat mengenai hanya depan jaringan uvea atau selaput pelangi (iris) dan
keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut
sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior.3
Uveitis anterior (iritis) yang merupakan peradangan pada iris dan badan siliar adalah tipe
uveitis yang paling sering ditemukan.7 Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat
gambaran kliniknya saja.3 Penyebab uveitis anterior akut non granulomatosa dapat oleh trauma,
diare kronis, penyakit reiter, herpes simplek, sindrom Bechet, pascabedah, infeksi adenovirus,
parotitis, influenza dan klamidia. Nongranulomatosa uveitis anterior kronis dapat disebabkan
arthritis rheumatoid dan Fuchs heterokromik iridosiklitis. Granulomatosa akut terjadi akibat
sarkoiditis, sifilis, tiberkulosis, virus, jamur (histoplasmosis) atau parasit (toksoplasmosis).3
21
Gambar 8. Iritis
Tanda-tanda dan gejala dari uveitis tergantung dari lokasi dan berat-ringannya peradangan.
Uveitis anterior paling sering memberikan gejala-gejala, biasanya berupa sakit, kemerahan pada
mata, fotofobia, dan penurunan penglihatan. Tanda-tanda uveitis anterior berupa miosis pupil dan
injeksi konjungtiva yang berbatasan dengan kornea (kemerahan perilimbus). Dengan slit-lamp
dapat ditemukan adanya sel-sel radang dan flare pada humor akueus dan keratik presipitat.3,7
Uveitis anterior dibedakan dalam bentuk granulomatosa akut-kronis dan non granulomtosa
akut-kronis.3,7
Perjalanan penykit iritis adalah sangat khas yaitu penyakit berlangsung hanya antara 2-4
minggu.3 Kadang-kadang penyakit ini memperlihatkan gejala-gejala kekambuhan atau menjadi
menahun.7 Penyulit uveitis anterior adalah terbentuknya sinekia posterior dan sinekia anterior
perifer yang akan mengakibatkan glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder terjadi akibat
tertutupnya trabekulum oleh sel radang atau sisa sel radang.7
Diperlukan pengobatan segera untuk mencegah kebutaan. Pengobatan uveitis anterior dalah
dengan steroid yang diberikan pada siang hari bentuk tetes dan malam hari bentuk
salep.sikoplegik diberikan untuk mengurangi rasa sakit, melepas sinekia yang terjadi, member
istirahat pada iris yang meradang.
2. Keratitis/tukak kornea2
Tukak kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk tukak pada kornea yaitu
sentral dan marginal atau perifer.
22
Penyebab tukak kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan herpes simpleks. Pada tukak
kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel yang dikelilingi leukosit
polimorfnuclear. Bila infeksi disebabkan virus, akan terlihat reaksi hipersensitivitas disekitarnya.
Tukak kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma enteng yang merusak epitel
kornea. Tukak kornea akan memberikan gejala mata merah sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun, dan kadang kotor. Tukak kornea akan memberikan kekeruhan
berwarna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan
berwarna hijau ditengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi
sel radang pada kornea. Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan
Descement, reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), berupa suar, hipopion,
hifema, dan sinekia posterior.2
3. Konjungtivitis2
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata.3 Konjungtivitis dapat disebabkan oleh konjungtivitis akut
bacterial (konjungtivitis blenore, konjungtivitis gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis
folikuler, konjungtivitis kataral), konjungtivitis akut viral (keratokonjungtivitis epidemik,
demam
faringokonjungtiva,
keratokonjungtivitis
herpetic),
konjungtivitis
akut
jamur,
konjungtivitis akut alergik. Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi,
nutrisi kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga merupakan
etiologi dari konjungtivitis.8
Patofisiologi konjungtivitis dimulai dari mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan
alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan
23
konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan
konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.3,8
Gambar10. Konjungtivitis
Gejala klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi,
lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak mata
membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran, granulasi, flikten,
mata merasa seperti adanya benda asing dan adenopati preaurikular.3
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak
mata, atau kompres hangat.3,8
Perbedaan antara glaucoma akut, konjungtivitis, keratitis/tukak kornea, dan iritis akut :1
Konjungtivitis
Keratitis/tukak
kornea
Iritis akut
Glaukoma akut
Sakit
Kesat pada
gerakan
kelopak, gatal,
membakar
Sedang
Sedang sampai
hebat
Hebat dan
menyebar
Tanda
Absen
Fotofobia
Fotofobia hebat
Serangan
Perlahan
Perlahan
Perlahan
Mendadak
Penglihatan
<N
<N
<N
Sekret
(+)
(-)
(-)
(-)
Kotoran
Sering purulen
Hanya refleks
Ringan
-24
epifora
Visus
Normal
Turun sedikit
Sangat turun
Konjungtiva
hiperemis
(+)
(+)
(+)
(+)
Kornea
Fluoresin
Deposit pada
endotel kornea
(keratik
presipitat)
TIO
Normal
Normal
Normal /
rendah
Meninggi
Penatalaksanaan
1. Medika mentosa
Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intraocular. Azetazolamid
intravena dan oral, ditambah dengan obat hiperosmotik dan penghambat beta topical,
biasanya akan menurunkan tekanan intraocular. Kemudian dapat digunakan pilokarpin 4%
secara intensif, misalnya 1 tetes setiap 15 menit selama 1-2 jam. Epinefrin jangan digunakan
karena obat ini dapat meningkatkan penutupan sudut. Steroid topical dalam dosis tinggi
mungkin bermanfaat untuk menurunkan kerusakan iris dan jalinan trabekular. Mungkin
diperlukan analgesik sistemik.6
Miotik
-
Simpatomimetik
Epinefrin 0,5-2%, 1-2 kali 1 tetes sehari (menghambat produksi aqueous
humor)
Beta-blocker
25
belakang pasien secara teliti. Ada beberapa teknik operasi yang dapat dilakukan dalam
menangani glaukoma namun erdasarkan prinsipnya terbagi dalam tiga cara
Teknik filtrasi, yaitu membuat sebuah lubang kecil pada limbus kornea
untuk menciptakan jalur bagi aqueous humour antara bilik mata depan dan
subconjuctional space.
Teknik rekonstruksi saluran aqueous
Teknik operasi membebaskan blok pupil
Iridektomi dilakukan pada glaukoma kongestif akut dini. Pada tindakan ini dibuat insisi
pada kornea bagian perifer. Pada tempat insisi kornea ini, iris dipegang dengan pinset iris
dan ditarik keluar. Iris yang keluar digunting. Pada iris akan didapatkan celah untuk
mengalirnya cairan bilik mata secara langsung tanpa melalui pupil dari belakang ke bilik
mata depan. Tindakan ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
Komplikasi
1. Sinekia Anterior Perifer
Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran humour akueus
2. Katarak
Lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang membengkak
mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan menambah hambatan pupil dan pada
gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
3. Atrofi Retina dan Saraf Optik
27
Daya tahan unsur-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah
buruk. Terjadi gaung glaukoma pada papil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan
sel-sel ganglion.
4. Glaukoma Absolut
Tahap akhir glaukoma sudut tertutup yang tidak terkendali adalah glaukoma absolut.
Mata terasa seperti batu, buta dan sering terasa sangat sakit. Keadaan semacam ini
memerlukan enukleasi atau suntikan alkohol retrobulbar.8-10
Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila tidak mendapat
pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan atau prognosis buruk akan terjadi dalam waktu
yang pendek sekali. Pengawasan dan pengamatan mata yang tidak mendapat serangan diperlukan
karena dapat memberikan keadaan yang sama seperti mata yang dalam serangan.9-10
Pencegahan
Orang-orang yang memiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya menjalani
pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalani iridektomi untuk
mencegah serangan akut.10
Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh
peninggian tekanan intraokular, penggaungan dan degenerasi papil saraf optik serta dapat
menimbulkan skotoma ( kehilangan lapangan pandang).
Glaukoma akut hanya timbul pada orang-orang yang mempunyai sudut bilik mata yang
sempit. Pemeriksaan glaukoma akut yaitu : pemeriksaan slit-lamp, pemeriksaan tekanan bola
mata (tonometri Schiotz, tonometri aplanasi, tonometri digital), gonioskopi, funduskopi,
pemeriksaan lapang pandang, dan tes provokasi.
28
Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan mendapat terapi yang sesegera
mungkin. Penanganan yang terlambat akan menyebabkan sinekia sudut tertutup permanen dan
bahkan menyebabkan kebutaan permanen.
BAB III
ANALISA KASUS
Analisa kasus berdasarkan SOAP
III.1
S ( Subjektif)
Dari hasil anamnesa terhadap pasien didapatkan pasien mengeluh mata kanan nyeri.
Nyeri dirasakan selama beberapa jam dan berkurang setelah tidur. Nyeri pada mata kanan di ikuti
dengan mata merah namun tidak ada secret. Pasien juga merasa mata kanan pegal, dan
pandangan kabur. Pasien sering melihat bayangan seperti pelangi ketika melihat lampu. Pasien
memiliki riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat DM, atau penyakit infeksi sebelumnya serta
tidak memiliki riwayat alergi dan riwayat terjadinya trauma sebelumnya.
III.2
O (Objektif)
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap Ny. S ditemukan hasil
keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran compos mentis. Status oftalmologi :
VOD : 4/60
VOS
: 6/60
A (Assesment)
29
Dari hasil anamnesa mengarah ke hipotesis glaukoma akut yaitu serangan muncul 3 hari
SMRS dengan keluhan berupa nyeri pada mata kanan, mata kanan merah, pandangan kabur, dan
pegal yang terjadi karena peningkatan tekanan intraokular. Pasien sering melihat bayangan
seperti pelangi ketika melihat lampu (halo) yang merupakan ciri dari glaukoma fase prodromal.
Dari pemeriksaan visus didapatkan
P (Planning)
Medika mentosa
Topikal
Timol (Timolol Maleate) 0,5% ed. 2 kali 1 tetes sehari pada mata kanan
Berguna untuk mengurangi produksi aquous humour sehingga tekanan intraokular
tidak terus meningkat.
Oral
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, H. Sidarta. Ilmu penyakit mata. Ed. 3. Jakarta : Balai penerbit FKUI ; 2010. h. 14-51,
121-78.
2. P. Riordan-Eva, John PW. Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. 2010. Jakarta:
EGC.
3. Kanski, Jack J. Clinical Ophthalmology. Edisi 5. 2003
4. Noecker, Robert J. Glaucoma, angle closure, acute. Januari 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1206956-overview. 30 mei 2016.
5. ABC of eyes. Ed. 4. London : BMJ Publishing Group Ltd ; 2007. h. 54-5.
6. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. Sistem saraf : indera khusus. Dalam : Buku ajar fisiologi
kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC ; 2007. h. 652.
7. Dahl,AndrewA.2010.Glaucoma.Available
at:
31