Diare Akut
Diare Akut
Bahan bahasan :
Tinjauan pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas :
Diskusi
Data pasien :
BR (6th)
Nama klinik : RS Krakatau Telp :
Terdaftar sejak :
Medika
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/gambaran klinis
Anak, Laki- laki 6 tahun datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Mencret dengan frekuensi 6 kali/hari. Mencret berwarna kuning, masih
terdapat ampas, air lebih banyak dibandingkan ampas, tidak terdapat lendir dan darah.
Jumlah sekali diare tidak diketahui, mencret tidak berbau asam tetapi berbau busuk.
Keluhan juga disertai dengan muntah sejak3 jam SMRS. Pasien muntah terus menerus
sampai ke rumah sakit, muntah berisi makanan dan air.
2. Riwayat kesehatan/penyakit
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak ada
riwayat alergi makanan maupun obat. Riwayat alergi seperti sering merah dan
gatal-gatal, bersin-bersin di pagi hari disangkal. Tidak ada riwayat berat badan
rendah atau sulit naik ataupun sulit menerima asupan.
3. Riwayat keluarga
Pada keluarga tidak ada keluhan serupa. Riwayat kejang demam di keluarga tidak
ada, dan riwayat epilepsi tidak ada.Riwayat alergi makanan maupun obat tidak
ada.
4. Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
5. Riwayat psikososial
Tidak ada
6. Pemeriksaan fisik
Kesadaran
Keadaan umum
: Compos mentis
: Tampak sakit sedang
Tekanan darah
: 90/60 mmhg
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
:24 kali/menit
Suhu
: 37,6oC (aksila)
Mata
Jantung
Paru
Abdomen
Status Hidrasi
Keadaan umum
: rewel/compos mentis
Kepala
Mata
Mulut
Turgor
: cukup
: baik
Hasil
12.1
15.780
36.8
175000
110
137
4.1
Nilai normal
10.8-12.8
6000-10000
40.0-48.0
150000-400000
70-110
135-155
3.6-5.0
Daftar pustaka :
1. Juffrie. dan Nenny Sri Mulyani. Modul Pelatihan Diare edisi pertama.
Jakarta : UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2006. hal 8-20
2. Subiyanto, dan Reza Gunadi Ranuh. Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana Gastroenterologi. Surabaya : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNAIR/ RSU Dr. Sutomo. 2006. hal. 53-62
5. Juffrie. Sri Supar Yati, Hanifa Oswari, Sjamsul Arief, Ina Rosalina, Nenny
Sri Mulyani. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2010. hal 96-118
Hasil pembelajaran :
1. Diagnosis diare akut dehidrasi ringan-sedang
2. Tatalaksana diare akut dehidrasi ringan sedang
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak ada
riwayat alergi makanan maupun obat. Riwayat alergi seperti sering merah dan
gatal-gatal, bersin-bersin di pagi hari disangkal. Tidak ada riwayat berat badan
rendah atau sulit naik ataupun sulit menerima asupan
2. Objektif
Kesan sakit
: Sakit sedang
Mobilitas
: Aktif, gelisah
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 20 kg
Frekuensi nadi
Suhu
Status Generalis
Kepala
: normocephali
Mata
Jantung
Paru
Abdomen
: bising usus (+) normal, supel, hepar tidak teraba,lien tidak teraba,
Status Hidrasi
Keadaan umum
: rewel/compos mentis
Kepala
Mata
Mulut
Turgor
: cukup
: baik
Hasil
12.1
15.780
36.8
175000
110
137
4.1
Nilai normal
10.8-12.8
6000-10000
40.0-48.0
150000-400000
70-110
135-155
3.6-5.0
3. Assasment
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan
hasil yang mendukung ke arah diagnosis diare akut dehidrasi ringan-sedang
Berikut dasar teori penegakan diagnosis di atas :
Defenisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair dengan
frekuensi lebih dari tiga kali dalam 24 jam. Sedangkan batasan untuk diare akut
atau kronik adalah:
Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, yaitu:
infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, defisiensi imun, dan disebabkan oleh
sebab lain. tetapi yang sering ditemukan di lapangam ataupun klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Pada infeksi, terdapat dua jenis, yaitu infeksi enteral dan infeksi parenteral (ISPA,
saluran kemih, OMA, dll). Untuk infeksi enteral yang paling sering menyebabkan
diare adalah :
Jamur . dll.
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain:2
1. Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan
pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko
untuk menmderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI
penuh dan kemunkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan
pencernakan oleh kuman, karena botol susah dibersihkan
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar
dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah
sehat pula. Yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.
Patofisiologi dan Patogenesis
Ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit berperan penting pada
patogenesis diare, terjadi perubahan absorbsi dan sekresi cairan dan elektrolit,
yang dapat meningkatkan terjadinya dehidrasi.
Peningkatan pengeluaran cairan dapat terjadi oleh karena :
Gangguan osmotik (diare osmotik)
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap sehingga
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare yang disebut diare osmotik. Biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa,
perbedaan tekanan osmolar tinja > 40. Disebabkan oleh defisiensi disakaridase,
insufisiensi pankreas, pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake
laktulosa atau sorbitol dan tropical sprue.
Gangguan sekresi (diare sekretorik)
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena peningkatan isi rongga usus. Ini disebut diare sekresi. Sekresi ion
yang aktif menyebabkan hilangnya cairan obligat. Diare yang terjadi biasanya
memiliki ciri-ciri BAB yang cair, tidak terpengaruh dengan berpuasa, adanya
peningkatan Na+ dan K+ dalam tinja.
Disebabkan oleh infeksi virus (Rotavirus), infeksi bakteri (Kolera, Entamoeba coli
enterotoxigenik, Escherichia coli, Stafilokokus aureus), protozoa (Giardia,
Isospora, Cryptosporidium) kelainan yang berhubungan dengan AIDS (termasuk
Mycobakteri), obat-obatan (teofilin, kolkisin, prostaglandin, diuretik).
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan terjadi gangguan osmotik. Ciri-ciri BAB pada kasus diare ini
memiliki rentang waktu yang teratur, atau disertai dengan konstipasi.
Kerusakan epitel
Bakteri
o Menempel di mukosa kapasitas penyerapan menurun
sekresi cairan
o Mengeluarkan toksin:
lamblia, Cryptosporidium)
Invasi mukosa (merusak mukosa); contoh: E.hystolitica
Gejala klinis
Frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari
biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, dapat juga disertai gejala lain,
anoreksia panas, muntah atau kembung. Dapat disertai gejala komplikasi,
gangguan elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah/asidosis.
Penilaian derajat dehidrasi dapat dilakukan dengan tabel berikut:
Tabel 1. Derajat dehidrasi
Derajat
Tanpa dehidrasi
dehidrasi
Keadaan
Baik,
umum
mentis
(5-10% BB)
kompos Rewel gelisah
(>10% BB)
Letargi, lemah, kesadaran
menurun,nadi dan napas
Rasa haus
Minum normal
cepat
Minum dengan Tidak mau minum, malas
Kelopak
Normal
lahap
Mata cekung
mata
Mulut
Kulit
Basah
Normal
Kering
Sangat kering
Turgor kembali Turgor kembali
Normal
mabat
Berkurang
Urin
minum
Mata cekung
sangat
Diagnosis
Cara mendiaknosis diare adalah dengan menentukan persistensinya, etiologinya
dan derajat dehidrasinya. Untuk menentukan persistensi kita tentukan waktu dari
diare dan tentukan apakah diare termasuk pada daiare akut apakah diare persisten.
Hal ini penting berkaitan dengan penyulit ataupun komplikasi yang terjadi pada
diare tersebut.
Cara menentukan etiologi adalah dengan menganamnesis dengan teliti
karakteristik diare, gejala penyerta seperti demam. Selain itu juga dapat juga
dilakan pemeriksaan fisik yang tepat. pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
analisa feses juga dapat membantu untuk menentukan diagnosis etiologi.
Untuk menentukan derajat dehidrasi dapat dilakukan anamnesis dengan cermat
Dehidrasi, Rehidrasi
% defisit
Tanpa dehidrasi
(<5% BB)
Ringan sedang
(5-10% BB)
Berat
(> 10% BB)
Penggantian cairan
Tidak perlu
peningkatan
nafsu
makan
menandakan
fase
Pemberian zinc
kerja
zinc
yang
dapat
mengespresikan
SOD.
SOD
mengubah
anion
sel B.
Zinc juga dapat berperan dalam aktivasi limfosit T, karena
zinc berperan sebagai kofaktor dari protein-protein sistem
transduksi signal dalam sel T. Protein ini misalnya
Hanya
sebagian
kecil
disare
yang
dapat
Antibiotik pilihan
Tetracycline
12,5 mg/kg BB
4x sehari selama 3 hari
Ciprofloxacin
15 mg/kgBB
2x sehari selam 3 hari
Alternatif
Erythromycin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Pivmecilinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis
Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selam 5 hari
(10 hari pada kasus
berat)
Metronidazole
5 mg/kgBB
3x sehari selam 5 hari
sumber : WHO 2006
5. Edukasi orang tua
Edukasi orang tua atau pengasuh cara pemberian rehidrasi
Giardiasis
4. Planning
Tatalaksana :
1.
2.
3.
4.
5.