Anda di halaman 1dari 15

PORTOFOLIO

No. ID Peserta : Nama Peserta : dr. Iin Citra Liana Hasibuan


No. ID Wahana : Nama Wahana : RS Krakatau Medika
Topik
: Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang
Tanggal kasus : 23 februari 2016
Nama pasien : An. BR (6th)
Tanggal presentasi : Nama pendamping :
Tempat presentasi : RS Krakatau Medika
Obyek presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Management
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Deskripsi :
Anak, Laki- laki 6 tahun datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Mencret dengan frekuensi 6 kali/hari. Mencret berwarna kuning, masih
terdapat ampas, air lebih banyak dibandingkan ampas, tidak terdapat lendir dan darah.
Jumlah sekali diare tidak diketahui, mencret tidak berbau asam tetapi berbau busuk.
Keluhan juga disertai dengan muntah sejak 3 jam SMRS. Pasien muntah terus menerus
sampai ke rumah sakit, muntah berisi makanan dan air.
Tujuan : Diagnosis serta tata laksana diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

Bahan bahasan :
Tinjauan pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas :
Diskusi

Presentasi dan diskusi


Email
Pos

Data pasien :

Nama : An. Nomor Registrasi :

BR (6th)
Nama klinik : RS Krakatau Telp :

Terdaftar sejak :

Medika
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/gambaran klinis
Anak, Laki- laki 6 tahun datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Mencret dengan frekuensi 6 kali/hari. Mencret berwarna kuning, masih
terdapat ampas, air lebih banyak dibandingkan ampas, tidak terdapat lendir dan darah.
Jumlah sekali diare tidak diketahui, mencret tidak berbau asam tetapi berbau busuk.
Keluhan juga disertai dengan muntah sejak3 jam SMRS. Pasien muntah terus menerus
sampai ke rumah sakit, muntah berisi makanan dan air.

2. Riwayat kesehatan/penyakit
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak ada
riwayat alergi makanan maupun obat. Riwayat alergi seperti sering merah dan
gatal-gatal, bersin-bersin di pagi hari disangkal. Tidak ada riwayat berat badan
rendah atau sulit naik ataupun sulit menerima asupan.
3. Riwayat keluarga
Pada keluarga tidak ada keluhan serupa. Riwayat kejang demam di keluarga tidak
ada, dan riwayat epilepsi tidak ada.Riwayat alergi makanan maupun obat tidak
ada.
4. Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
5. Riwayat psikososial
Tidak ada
6. Pemeriksaan fisik
Kesadaran
Keadaan umum

: Compos mentis
: Tampak sakit sedang

Tekanan darah

: 90/60 mmhg

Frekuensi nadi

: 124 kali/menit, regular, kuat, isi cukup.

Frekuensi napas

:24 kali/menit

Suhu

: 37,6oC (aksila)

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Jantung
Paru

: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)


: Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

:bising usus (+) normal, supel, hepar tidak teraba,lien tidak

teraba, nyeri tekan (-), turgor <3 detik


Ekstremitas

: akral hangat +, CRT <3, edema ()

Status Hidrasi

Keadaan umum

: rewel/compos mentis

Kepala

: UUB tidak cekung

Mata

Mulut

: mukosa lembab, tampak kehausan (+)

Turgor

: cukup

Buang air kecil

: baik

: palpebra cekung (+), air mata (-)

Kesan: dehidrasi ringan-sedang


7. Hasil laboratorium
Jenis pemeriksaan
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
GDS
Na
Kalium

Hasil
12.1
15.780
36.8
175000
110
137
4.1

Nilai normal
10.8-12.8
6000-10000
40.0-48.0
150000-400000
70-110
135-155
3.6-5.0

Daftar pustaka :
1. Juffrie. dan Nenny Sri Mulyani. Modul Pelatihan Diare edisi pertama.
Jakarta : UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2006. hal 8-20
2. Subiyanto, dan Reza Gunadi Ranuh. Pedoman Diagnosis dan
Tatalaksana Gastroenterologi. Surabaya : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNAIR/ RSU Dr. Sutomo. 2006. hal. 53-62

3. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.


Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Pertama
Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2008. hal 132-142.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Kesehatan
Anak Edisi I. Jakarta : IDAI;2004. 49 -53.

5. Juffrie. Sri Supar Yati, Hanifa Oswari, Sjamsul Arief, Ina Rosalina, Nenny
Sri Mulyani. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2010. hal 96-118
Hasil pembelajaran :
1. Diagnosis diare akut dehidrasi ringan-sedang
2. Tatalaksana diare akut dehidrasi ringan sedang

Rangkuman Hasil pembelajaran portofolio


1. Subjektif
Anak, Laki- laki 6 tahun datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Mencret dengan frekuensi 6 kali/hari. Mencret berwarna kuning, masih
terdapat ampas, air lebih banyak dibandingkan ampas, tidak terdapat lendir dan darah.
Jumlah sekali diare tidak diketahui, mencret tidak berbau asam tetapi berbau busuk.
Keluhan juga disertai dengan muntah sejak3 jam SMRS. Pasien muntah terus menerus
sampai ke rumah sakit, muntah berisi makanan dan air.

Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak ada
riwayat alergi makanan maupun obat. Riwayat alergi seperti sering merah dan
gatal-gatal, bersin-bersin di pagi hari disangkal. Tidak ada riwayat berat badan
rendah atau sulit naik ataupun sulit menerima asupan
2. Objektif

Kesan sakit

: Sakit sedang

Mobilitas

: Aktif, gelisah

Kesadaran

: Compos mentis

Berat badan

: 20 kg

Tekanan darah : 90/60

Frekuensi nadi

Frekuensi Napas : 24kali/menit, regular, kedalaman cukup

Suhu

: 124 kali/menit, regular, kuat, isi cukup.


: 37,6oC (aksila)

Status Generalis
Kepala

: normocephali

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Jantung
Paru

: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)


: Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

: bising usus (+) normal, supel, hepar tidak teraba,lien tidak teraba,

nyeri tekan (-), turgor <3 detik


Ekstremitas

: akral hangat +, CRT <3, edema ()

Status Hidrasi

Keadaan umum

: rewel/compos mentis

Kepala

: UUB tidak cekung

Mata

Mulut

: mukosa lembab, tampak kehausan (+)

Turgor

: cukup

Buang air kecil

: baik

: palpebra cekung (+), air mata (-)

Kesan: dehidrasi ringan-sedang


Hasil laboratorium
Jenis pemeriksaan
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
GDS
Na
Kalium

Hasil
12.1
15.780
36.8
175000
110
137
4.1

Nilai normal
10.8-12.8
6000-10000
40.0-48.0
150000-400000
70-110
135-155
3.6-5.0

3. Assasment
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan
hasil yang mendukung ke arah diagnosis diare akut dehidrasi ringan-sedang
Berikut dasar teori penegakan diagnosis di atas :
Defenisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair dengan

frekuensi lebih dari tiga kali dalam 24 jam. Sedangkan batasan untuk diare akut
atau kronik adalah:

Diare Akut : Terjadi akut dan berlangsung paling lama 7 hari.

Diare berkepanjangan : Berlangsung lebih dari 7 hari.

Diare kronik : Berlangsung lebih dari 14 hari.

Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, yaitu:
infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, defisiensi imun, dan disebabkan oleh
sebab lain. tetapi yang sering ditemukan di lapangam ataupun klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Pada infeksi, terdapat dua jenis, yaitu infeksi enteral dan infeksi parenteral (ISPA,
saluran kemih, OMA, dll). Untuk infeksi enteral yang paling sering menyebabkan
diare adalah :

Virus: Rotavirus, adenovirus, dan lain-lain

Bakteri : Salmonella, shigella, E-Coli, Yersinia,


Campylobacter.

Parasit, Protozoa (ent. Histolitika)

Jamur . dll.

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain:2
1. Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan
pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko
untuk menmderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI
penuh dan kemunkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan
pencernakan oleh kuman, karena botol susah dibersihkan
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar
dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah

tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah,


Perncemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan
tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah
membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6. Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar. Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal
sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar
sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.
Selain prilaku, terdapat faktor penjamu yang dapat meningkatkkan terjadinya
diare dan keparahan penyakit. Faktor tersebut adalah:
1. Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi
yang dapat melindungi terhadap berbagai kuman penyebab diare
seperti : Shigella dan cholerae.
2. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena
diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi
terutama pada penderita gizi buruk.
3. Campak. diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada
anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu
terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh
penderita.
4. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya
berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti
campak ) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada
penderita AIDS ( Automune Deficiensy Syndrome ) pada anak
imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak
parogen dan mungkin juga berlangsung lama.
5. Diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita ( 55 % ).
Faktor selanjutnya adalah faktor lingkungan. terdapat dua faktor yang dominan,
yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua faktor ini akan berinteraksi
bersamadengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak

sehat pula. Yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.
Patofisiologi dan Patogenesis
Ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit berperan penting pada
patogenesis diare, terjadi perubahan absorbsi dan sekresi cairan dan elektrolit,
yang dapat meningkatkan terjadinya dehidrasi.
Peningkatan pengeluaran cairan dapat terjadi oleh karena :
Gangguan osmotik (diare osmotik)
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap sehingga
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare yang disebut diare osmotik. Biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa,
perbedaan tekanan osmolar tinja > 40. Disebabkan oleh defisiensi disakaridase,
insufisiensi pankreas, pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake
laktulosa atau sorbitol dan tropical sprue.
Gangguan sekresi (diare sekretorik)
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena peningkatan isi rongga usus. Ini disebut diare sekresi. Sekresi ion
yang aktif menyebabkan hilangnya cairan obligat. Diare yang terjadi biasanya
memiliki ciri-ciri BAB yang cair, tidak terpengaruh dengan berpuasa, adanya
peningkatan Na+ dan K+ dalam tinja.
Disebabkan oleh infeksi virus (Rotavirus), infeksi bakteri (Kolera, Entamoeba coli
enterotoxigenik, Escherichia coli, Stafilokokus aureus), protozoa (Giardia,
Isospora, Cryptosporidium) kelainan yang berhubungan dengan AIDS (termasuk
Mycobakteri), obat-obatan (teofilin, kolkisin, prostaglandin, diuretik).
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan terjadi gangguan osmotik. Ciri-ciri BAB pada kasus diare ini
memiliki rentang waktu yang teratur, atau disertai dengan konstipasi.

Disebabkan oleh penyakit Diabetes melitus (DM), insufisiensi adrenal, hipertiroid,


penyakit vaskular kolagen, antibiotik (eritromisin).
Gangguan mukosa usus (diare eksudativa)
Inflamasi, nekrosis dan kerusakan mukosa dari koloni saluran pencernaan adalah
akibat dari pelepasan prostoglandia oleh sel-sel inflamasi menyebabkan diare
yang bersifat sekretorik. Tinja mengandung sel PMN (Poli Morfonuklear) dan
darah dalam jumlah yang banyak (Gross Blood).
Disebabkan oleh infeksi bakteri (Campilobakter, Salmonella, Shigella, Yersinia,
E-coli), parasit (Entamoeba histolytica), penyakit Crohn, iskemik intestinal.
Gangguan absorpsi
Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang luas)
sehingga menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak dan
karbohidrat, cairan dan elektrolit dapat pula terjadi spontan karena fistul
enteroenterik.
Patogenesis pada virus, bakteri serta parasit dapat terjadi sebagai berikut:
Virus

Berkembang biak dalam epitel vili usus shg menyebabkan:

Kerusakan epitel

Pemendekan vili sekresi air dan elektrolit

Enzim disakarida hilang (intoleransi laktosa; dikasi


susu mencret-mencret) Sekarang ada non-lactose/
free-lactose

Bakteri
o Menempel di mukosa kapasitas penyerapan menurun
sekresi cairan
o Mengeluarkan toksin:

Menurunkan absorbsi natrium

Meningkatkan sekresi klorida

o Invasi merusak mukosa darah di tinja


Protozoa

Menempel di mukosa pemendekan vili (misalnya G.

lamblia, Cryptosporidium)
Invasi mukosa (merusak mukosa); contoh: E.hystolitica

Gejala klinis
Frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari
biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, dapat juga disertai gejala lain,
anoreksia panas, muntah atau kembung. Dapat disertai gejala komplikasi,
gangguan elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah/asidosis.
Penilaian derajat dehidrasi dapat dilakukan dengan tabel berikut:
Tabel 1. Derajat dehidrasi
Derajat

Tanpa dehidrasi

dehidrasi

Dehidrasi ringan Dehidrasi berat


sedang

Keadaan

Baik,

umum

mentis

(5-10% BB)
kompos Rewel gelisah

(>10% BB)
Letargi, lemah, kesadaran
menurun,nadi dan napas

Rasa haus

Minum normal

cepat
Minum dengan Tidak mau minum, malas

Kelopak

Normal

lahap
Mata cekung

mata
Mulut
Kulit

Basah
Normal

Kering
Sangat kering
Turgor kembali Turgor kembali

Normal

mabat
Berkurang

Urin

minum
Mata cekung

sangat

lambat (> 2 detik)


Tidak ada

Diagnosis
Cara mendiaknosis diare adalah dengan menentukan persistensinya, etiologinya
dan derajat dehidrasinya. Untuk menentukan persistensi kita tentukan waktu dari
diare dan tentukan apakah diare termasuk pada daiare akut apakah diare persisten.
Hal ini penting berkaitan dengan penyulit ataupun komplikasi yang terjadi pada
diare tersebut.
Cara menentukan etiologi adalah dengan menganamnesis dengan teliti
karakteristik diare, gejala penyerta seperti demam. Selain itu juga dapat juga
dilakan pemeriksaan fisik yang tepat. pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
analisa feses juga dapat membantu untuk menentukan diagnosis etiologi.
Untuk menentukan derajat dehidrasi dapat dilakukan anamnesis dengan cermat

meneganai tanda-tanda dehidrasi. Perlu juga ditanyakan tentang asupan peroral,


frekuensi miksi, volume tinja dan muntah yang keluar. kita dapat menentukan
status dehidrasi sesuai dengan tabel 1.
Tatalaksana
Terdapat lima hal tatalaksana pada pasien diare :
1. Rehidrasi
Pedoman tatalaksan rehidrasi pada diare dapat dilihat pada tabel2.
Tabel 2. Pedoman Tatalaksana diare berdasarkan dehidrasi.
Derajat

Dehidrasi, Rehidrasi

% defisit
Tanpa dehidrasi
(<5% BB)
Ringan sedang
(5-10% BB)
Berat
(> 10% BB)

Penggantian cairan

Tidak perlu

10 ml/kg tiap diare


2-5 ml/kg tiap muntah
CRO 75 ml/kg/3 jam
10 ml/kg tiap diare
2-5 ml/kg tiap muntah
Cairan intravena:
10 ml/kg tiap diare
<12 bulan: 30ml/kg/1 jam 2-5 ml/kg tiap muntah
kemudian 70ml/kg/5 jam
>12 bulan : 30ml/kg/30 menit
kemudia 70 ml/kg/2 jam.
Cara memberikan cairan rehidrasi oral adalah berikan
minum sedikit demi sedikit. Berikan oralit formulasi baru
(osmolalitas rendah) stu sendok teh pada bayi di bawah dua tahun
setiap 1-2 menit. Untuk anak yang lebih besar berikan beberapa
teguk dari gelas. Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian
berikan cairan lebih lama (misalnya 2-3 menit).
2. Dukungan nutrisi
Asupan makanan perlu dipertahankan seperti pada saat
anak sehat. Hal ini dimaksudkan untuk mengganti nutrisis yang
hilang serta untuk menghindari terjadinya gizi buruk. Pada
diare dengan feses berdarah nafsu makan menjadi menurun.
Adanya

peningkatan

nafsu

makan

menandakan

fase

kesembuhan. ASI diberikan lebih sering pada semua jenis diare.


Anak usia 6 bulan ke atas diberi makanan tambahan selain ASI
seperti sebelum sakit.
3. Suplemen Zinc

Pemberian zinc

dilakukan selama 10 samapi 4 hari

berturut-turut. pemberian seperti ini, telah terbukti mencegah


berulangnya diare 2-3 bulan. Nafsu makan pada anak juga
dapat kembali dengan pemberian zinc.
Dosis pemberian zinc pada yang dianjurkan oleh WHO dan
UNICEF pada tahun 2004 adalah pada bayi kurang dari 6
bulan dengan dosis 10 mg. Dan pada anak pada usia di atas 6
bulan sebanyak 20 mg per hari.
Ada beberapa mekanisme

kerja

zinc

yang

dapat

menangulangi diare. mekanisme tersebut adalah :


- Zinc merupakan kofaktor enzim yang superoxide dismutase
(SOD). Enzim SOD hampir terdapat pada seluruh sel pada
tubuh. Dalam setiap sel, ketika terjadi transport elektron
untuyk mensintetis ATP selalu timbul hasil sampingan yaitu
anion super oksida. Anion Superoksida merupakan radikal
bebas yang sangat kuat yang dapat merusak semua struktur
dalam sel. untuk melindungi dirinya dari kerusakan, setiap
sel

mengespresikan

SOD.

SOD

mengubah

anion

superoksida menjadi H2O2 selanjutnya senyawa H2O2


diubah menjadi senyawa yang lebih aman, yaitu H2O dan
O2 oleh enzim katalase; atau bisa juga diubah menjadi H2O
oleh enzim glutation peroksidase. dengan demikian SOD
-

sangat penting untuk menjaga integritas epitel usus.


Zinc dapat menjadi antioksidan secara langsung. Zinc
bekerja sebagai stabilisator interamolekular, mencegah
ikatan disulfida, dan berkompetisi dengan Cu dan Fe. Cu

dan Fe bebas dapat menjadi radikal bebas.


Zink dapat menghambat sintetis Nitric Oxide (NO). NO di
induksi oleh IL-1dari sel imun dan LPS (lipopolisakarida)
dari bakteri. NO berperan untuk menghancurkan kuman.
Namun NO yang berlebih dapat merusak berbagai macam

struktur dalam sel.


Zinc dapat berperan dalam menginduksi sel imun. telah
terbukti bahwa zinc berperan dalam memodulasi sel T dan

sel B.
Zinc juga dapat berperan dalam aktivasi limfosit T, karena
zinc berperan sebagai kofaktor dari protein-protein sistem
transduksi signal dalam sel T. Protein ini misalnya

fosfolipase C. Aktivasi sel T mengenali antigen.


Zinc dapat menjaga keutuhan epitel usus. Zinc berperan
sebagai kofaktor berbagai faktor transkipsi, sehingga

transkripsi dalam usus dapat terjaga.


4. Antibiotik selektif
Pada umumnya antibiotik tidak dibutuhkan pada diare akut.
diare akut paling banyak disebabkan oleh Rotavirus yang
bersifat self limited. Dan virus tidak dapat dieliminasi oleh
antibiotik.

Hanya

sebagian

kecil

disare

yang

dapat

membutuhkan antibioti. yaitu berkisar antara 10-20% dari


semua kasus diare akut.
Tabel 3. Antibiotik yang digunakan pada diare
Penyebab
Kolera
Shigela dysentery

Antibiotik pilihan
Tetracycline
12,5 mg/kg BB
4x sehari selama 3 hari
Ciprofloxacin
15 mg/kgBB
2x sehari selam 3 hari

Alternatif
Erythromycin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Pivmecilinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari

Amoebiasis

Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selam 5 hari
(10 hari pada kasus

berat)
Metronidazole
5 mg/kgBB
3x sehari selam 5 hari
sumber : WHO 2006
5. Edukasi orang tua
Edukasi orang tua atau pengasuh cara pemberian rehidrasi

Giardiasis

di rumah. Selain itu faktor prilaku yang dapat memicu diare


perlu juga untuk diketahui oleh orang tua.

Nasihati ibu atau pengasuh untuk kembali segera ke rumah


sakit bila ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan
atau minum yang sedikit, sangat haus, diare makain sering atau
belum membaik dalam waktu 3 hari.
Selain dari 5 pilar terapi diare akut, pada beberapa center diberikan probiotik dan
prebiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan
mikroflora intestinal yang lebih baik. sedangkan prebiotik adalah bahan makanan
yang dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan
kesehatan. Prebiotik biasanya berbentuk kompleks kaebohidrat.
Disimpulkan pemberian probiotik potensial memberi efek protektif terhadap diare,
tetapi masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk efektivitas dan
keamanannya. Saat ini penggunaan probiotik pada percobaan klinis dikatakan
aman.
PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini secara umum adalah baik. Dengan tatalaksana yang
baik prognosis pada pasien ini baik, tidak mengancam kematian (ad vitam),
terjadinya penurunan fungsi organ atau sistem (ad fungsionam) terutama sistem
pencernaan dapat ditanggulangi dengan baik. Pada tingkat kekambuhan (ad
sanationam), prognosis pada pasien ini masih meragukan. Pada Pasien diare akut
yang ditatalaksana dengan zinc dapat mencegah kekambuhan sampai 3 bulan.
Namun pasien tinggal di daerah padat penduduk dan memiliki tingkat higient
yang buruk, yang dapat memicu kekambuhan. Tingakat sosial ekonomi keluarga
juga turut berperan dalam menentukan tingkat kekambuhan pada pasien.

4. Planning
Tatalaksana :
1.
2.
3.
4.
5.

IVFD RL 1500 dalam 4 jam


Selesai loading Tridex 25 tpm (makro)
Ceftum 3x650 mg (IV)
Acran 2x20mg (IV)
Jika demam Tempra Forte 4x1 cth

6. Lacto B 3x1 bks

Anda mungkin juga menyukai