Kejang Demam Sederhana
Kejang Demam Sederhana
Audit
Cara membahas :
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Data pasien :
(1,5th)
Nama klinik : RS Krakatau Telp :
Terdaftar sejak :
Medika
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/gambaran klinis
Pasien mengalami kejang 1 kali selama 3 menit, 2 jam SMRS, saat kejang kedua
tangan dan kaki kelonjotan, mata mendelik keatas, lidah tidak menjulur dan tidak
keluar busa. Saat dipanggil namanya tidak merespon. Setelah kejang pasien
menangis. Sebelum kejang pasien demam tinggi 39. Kejang ini merupakan kejang
pertama kali. Setiap pasien demam, ibu memberikan paracetamol hingga demam
pasien turun, tetapi demam saat ini hanya turun sebentar kemudian panas kembali.
Kelemahan pada ekstremitas, penurunan kesadaran, riwayat trauma kepala
disangkal.
2. Riwayat kesehatan/penyakit
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak ada
riwayat alergi makanan maupun obat. Riwayat alergi seperti sering merah dan
gatal-gatal, bersin-bersin di pagi hari disangkal.
3. Riwayat keluarga
Pada keluarga tidak ada keluhan serupa. Riwayat kejang demam di keluarga tidak
ada, dan riwayat epilepsi tidak ada.Riwayat alergi makanan maupun obat tidak
ada.
4. Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
5. Riwayat psikososial
Tidak ada
6. Pemeriksaan fisik
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan umum
Tekanan darah
: 90/60 mmhg
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
:30 kali/menit
Suhu
: 39oC (aksila)
Mata
Jantung
Paru
Abdomen
Berat badan
: 12 kg
Status Neurologis
GCS E4M6V5
TRM Kaku kuduk (-), Laseq > 70/> 70, Kerniq >135/>135,
Brudzinski I dan II (-/-)
7. Hasil laboratorium
Jenis pemeriksaan
Hb
Leukosit
Hasil
12.1
21.37
Nilai normal
10.8-12.8
6000-17000
Ht
Trombosit
GDS
Na
Kalium
34.8
437000
128
135
3.9
40.0-48.0
150000-400000
70-110
135-155
3.6-5.0
Daftar pustaka :
1. Behrman, Kliegman, Arvinka. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 3. Edisi
15. EGC. Jakarta: 1999; 205-9
2. Divisi Neurologi. Kejang Demam. Dalam: Sudigdo Sastroasmoro,
penyunting. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Penyakit Anak
RSCM. Cetakan pertama. Jakarta : RSCM, 2007; Hal 249-54
3. Divisi Infeksi Tropis. Kejang Demam. Dalam: Sudigdo Sastroasmoro,
penyunting. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Penyakit Anak
RSCM. Cetakan pertama. Jakarta : RSCM, 2007; Hal 153-63
4. Divisi Nefrologi. Infeksi Saluran Kemih: Sudigdo Sastroasmoro,
penyunting. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Penyakit Anak
RSCM. Cetakan pertama. Jakarta : RSCM, 2007; Hal 221-4
5. Mangunatmadja, Irawan. Kejang Demam, Apakah Menakutkan? Dalam:
Hartono Gunardi, dkk. Penyunting. Kumpulan Tips Pediatrik. Edisi 2.
Cetakan pertama. Jakarta : Balai Penerbit IDAI, 2011; Hal 191-2
6. Pusponegoro, H.D., Dwi Putro W, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan
Kejang Demam. Jakarta : IDAI Unit Neurologi, 2006.
7. Saharso,
Darto,
Hardiono
D.P.,
Irawan
mangunatmadja,
Setyo
: Composmentis
Keadaan umum
Tekanan darah
: 90/60 mmhg
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
:30 kali/menit
Suhu
: 39oC (aksila)
Mata
Jantung
Paru
Abdomen
Status Neurologis
GCS E4M6V5
TRM Kaku kuduk (-), Laseq > 70/> 70, Kerniq >135/>135,
Brudzinski I dan II (-/-)
Hasil laboratorium
Jenis pemeriksaan
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
GDS
Na
Kalium
3. Assasment
Hasil
12.1
21.37
34.8
437000
128
135
3.9
Nilai normal
10.8-12.8
6000-17000
40.0-48.0
150000-400000
70-110
135-155
3.6-5.0
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko berulangnya kejang demam:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 18 bulan
3. Temperatur tubuh saat kejang. Makin redah temperatur saat kejang makin
sering berulang
4. Lamanya demam
Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari:
1. Adanya gangguan perkembangan neurologis
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi dalam keluarga
4. Lamanya demam
KLASIFIKASI
Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah
kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi
pada suhu 38 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi , kejang baru
terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi kadang kejang yang berlangsung lama ( lebih dari
15 menit) biasanya disertai terjadinya apne, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapni,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan
meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksemia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edem otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga
terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak sehingga terjadi epilepsi.
MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, faringitis, otitis media akuta,
bronkitis, furunkulosis, dan lain-lain.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik
bilateral, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Bentuk kejang yang lain dapat juga
terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,
gerakan semakin berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang
mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan jika didapatkan karakteristik
khusus pada anak yaitu:
a. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal yang dilakukan untuk
menyingkirkan menigitis terutama pada pasien kejang demam pertama. Risiko
terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % -6,7 %. Pada bayi kecil seringkali
sulit untuk menegakkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak
jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada :
Bayi > 18 bulan tidak rutin bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak
diperlukan pungsi lumbal.
b. EEG
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan
gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam
yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit neurologis. Pemeriksaan EEG masih
dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.
c. Pemeriksaan laboratorium
Permeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau
keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula
darah.
d. Pemeriksaan imaging
Foto X-ray kepala dan pencitraaan seperti CT-Scan atau MRI jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi seperti :
DIAGNOSIS BANDING
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus
dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu didalam atau diluar susunan saraf
pusat (otak). Kelainan didalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis,
ensefalitis, abses otak dan lain-lain.
Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada
kelainan organis di otak. Baru sesudah itu dipikirkan apakah kejang demam ini
tergolong dalam kejang demam sederhana atau epilepsi yang diprovokasi oleh
demam.
PENATALAKSANAAN
Dalam penanggulangan kejang demam ada 3 faktor yang perlu dikerjakan,
yaitu: pengobatan fase akut, mencari dan mengobati penyebab, dan pengobatan
profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.
1. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan
untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas harus bebas agar
oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah,
suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan
kompres air dingin dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat untuk menghilangkan kejang adalah diazepam yang
diberikan secara intravena atau intrarektal. Kadar diazepam tertinggi dalam darah
akan tercapai dalam waktu 1-3 menit apabila diazepam diberikan intrvena dan
dalam waktu 5 menit apabila diberikan intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,30,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu
lebih dari 2 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang paling praktis dan dapat diberikan orang tua atau di rumah
adalah fiazepam rectal. Dosis diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg. Atau dengan diazepam rectal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian diazepam rektal belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cairan
serebrospinal
dilakukan
untuk
meyingkirkan
pasien. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak. Hal
yang demikian sebenarnya sukar dipenuhi. Peneliti-peneliti sekarang tidak
mendapat
intermittent.
Diazepam intermittent
Kejang fokal
Pemberian antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam, namun para ahli indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15
mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen
5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari.
Rujukan
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan berikut:
a. Kejang demam kompleks
b. Hiperpireksia
c. Usia dibawah 6 bulan
d. Kejang demam pertama
e. Dijumpai kelainan neurologis
Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
perlu menyebabkan kematian. Dua penyelidikan masing-masing mendapat angka
kematian 0,46% dan 0,74%. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya
kejang berkisar antara 25%-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.8
Berdasarkan penelitian Livingston didapati golongan kejang demam
sederhana hanya 2,9 % yang menjadi epilepsi dan dari golongan epilepsi yang
diprovokasi oleh demam ternyata 97% yang menjadi epilepsi. Risiko yang akan
dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
faktor:
4. Planning
Tatalaksana :
1.
2.
3.
4.
Kaen 3B 8 tpm
Paracetamol 120 mg (IV)
Jika kejang : O2 1 lpm (NK) + Valium 4mg (IV)
Ceftriaxone 1 X 800 mg