Anda di halaman 1dari 6

Perkembangan Gamelan Jawa

Adilla Meytiara Intan


1306393566
MPKT Seni Karawitan Jawa
Selasa 15.00-15.50

Universitas Indonesia
Juni
2016

Suara gamelan yang merdu berhasil menarik perhatian sutradara film Hollywood,
Peter Jackson, untuk mengikutsertakan warisan budaya Indonesia ini sebagai bagian
dari ilustrasi musik film the Hobbit: the Desolation of Smaug.1
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal
yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa
rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berlikuliku dan enak. 2 Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik
gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan
pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme,
memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia
dan campuran yang indah didengar. 3
Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa
Indonesia.4 Hal ini dikatakan sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya
yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari
serta ditekuni. Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang
panjang dan dalam perkembangannya juga mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan

terjadi

pada

cara

pembuatannya,

sedangkan

perkembangannya

menyangkut kualitasnya. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk
kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan
gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka (Irwan Sudjono, 1990).5

1 Dikutip dari VoA Gamelan Jawa Jadi Ilustrasi Film Kedua 'The Hobbit' tanggal 8 Januari 2014 http://www.voaindonesia.com/content/gamelan-jawa-jadi-ilustrasi-film-the-hobbit-/1825372.html

2 Purwadi, Diktat Seni Karawitan I, Universitas Negeri Yogyakarta, (Yogyakarta: 2009), hal.
4.

3 Ibid.
4 Ibid.
5 Ibid.

Secara filosofis, gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat Jawa.

Hal demikian disebabkan filsafat hidup

masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta
berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Musik-musik etnis di
Indonesia 90% jenis musik perkusif, artinya untuk memainkannya dipergunakan alat
pukul. Alat musik etnis ritualis menjadi alat musik religius, kemudian menjadi musik
sarana, yaitu gamelan untuk dakwah, untuk sarana pendidikan, untuk media
penerangan
Gamelan adalah alat kesenian yang serba luwes. Gamelan dapat digunakan
untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam
dunia karawit memiliki rasa setiakawan, tegur sapa halus serta tingkah laku yang
sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing
(Trimanto, 1984). Sebagai alat musik sarana, gamelan memang tidak bisa dipisahkan
dengan tari-tarian dan bisa untuk mengiringi semua macam tari-tarian. Lalu, Gamelan
berkembang menjadi bersifat keagamaan, sebagai sarana untuk membuat suasana
hening, untuk pemusatan perhatian dan lain-lain sebagai contoh pada saat sekatenan
Gamelan dibawa ke halaman masjid dan setelah semua orang berkumpul, barulah
acara dakwah dimulai.
Seperti yang telah diulas diatas bahwa Gamelan adalah alat kesenian yang
serba luwes, seiring dengan perkembangan zaman pun dapat menyesuaikan sesuai
kebutuhan. Gamelan tidak lagi merupakan sesuatu yang kuno dan ketinggalan
zaman yang hanya diperdengarkan pada saat-saat tertentu di keraton saja namun
sekarang Gamelan sudah merupakan seni yang bernilai ekonomis. Menurut
Collingwood, seni yang bernilai ekonomis ataupun kritik sesungguhnya masuk ke
dalam jenis seni hiburan, karena jenis seni ini menuruti tuntutan pasar (untuk seni
yang bernilai ekonomis atau menguntungkan si senimannya sendiri secara finansial)
atau bertujuan untuk mengkritik ataupun menilai seseorang, kelompok, dan lain
sebagainya (untuk seni yang bersifat kritik) di dalam mencapai kenikmatan tertinggi
antara seniman penghibur dengan penontonnya, walaupun permintaan dari
kebanyakan penonton lebih diutamakan daripada si seniman penghiburnya sendiri.

Secara umum, seorang seniman penghibur memang harus menggubah atau


6 Ibid, hal. 5.

membangkitkan emosi dari para penontonnya dalam seni hiburannya tersebut,


walaupun seni hiburan itu tidak pernah mempunyai nilai yang berharga akan seni
yang bernilai seni itu sendiri (art proper)8. Perbedaan seni hiburan ini memang tidak
begitu cukup jauh berbeda antara satu seniman dengan seniman yang lainnya (R.G.
Collingwood, 1958 : 82).

Setiap seniman penghibur tidak mempunyai jarak yang

cukup jauh antara satu seniman penghibur dengan seniman penghibur yang lainnya di
dalam menciptakan karya seni hiburan itu sendiri, mereka menciptakan suatu karya
seni yang tidak berbeda jauh, atau mungkin di dalam satu tema yang sama secara
ekonomis. 10
Merujuk kepada tajuk diatas, salah satu adegan dimana alunan gamelan
terdengar adalah ketika karakter Bilbo Baggins yang diperankan oleh aktor, Martin
Freeman, berjalan di atas harta karun di Lonely Mountain, tempat tinggal para kurcaci
yang telah diambil alih oleh sang naga atau Smaug. Suara gemerincing koin emas
yang tersimpan di Lonely Mountain tersebutlah yang dihasilkan oleh suara gamelan.
Budi Surasa, Director Gamelan Padhang Moncar menyatakan bahwa suara gamelan
itu sudah dicampur dengan suara musik-musik yang lain. Beliau menambahkan
bahwa mungkin dari banyak adegan-adegan itu terdapat suara gamelan, karena jenis
suara yang direkam itu banyak sekali.
Hal ini tentunya menunjukkan bahwa iringan Gamelan pun dapat disesuaikan
dengan kebutuhan, yang dalam hal ini adalah scoring sebuah film. Dalam memilih
instrumen untuk menjadi instrument scoring

suatu film tentunya dibutuhkan

keserasian antara suara yang dihasilkan, gambar yang direkam dan rasa yang ingin
dimunculkan. Gamelan berhasil menghasilkan suara yang mengkawinkan ketiga
unsur tersebut dan menciptakan rasa yang ingin dimunculkan. Hal ini tentunya
berkaitan dengan beberapa keistimewaan Gamelan Jawa pada aspek audio dan
7 Panji Prasetyo, Seni Gamelan Jawa Sebagai Representasi Dari Tradisi Kehidupan
Manusia Jawa: Suatu Telaah Dari Pemikiran Collingwood, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia, (Depok: 2012), hal. 65.
8 Ibid.
9 Ibid.
10 Ibid.

visualnya. Keistimewaan pada aspek audio meliputi warna bunyi (tone colour), laras
(scalesystem), embat (interval), dan pelayangan (sound wave), sedangkan
keistimewaan pada aspek visualnya meliputi bentuk, konstruksi, keindahan material
yang dipakai, dan ornamennya11.
Sehingga pada kesimpulannya, perkembangan Gamelan atau Karawitan Jawa
dapat dilihat dari segi fungsinya yang menjadi seni yang bernilai ekonomis dan dapat
menyesuaikan kebutuhan pemainnya. Karawitan atau Gamelan pun dapat dipadankan
dengan alat music modern lain untuk memberi keunikan dan warna yang berbeda
dalam bermain Gamelan.

11 Hartono, Perkembangan Estetika Musikal Seni Karawitan Jawa Dan Pengaruhnya Terhadap
Masyarakat Pendukungnya, Jurnal Online Universitas Negeri Malang
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F56FD103B4.pdfdiakses
tanggal 3 Juni 2016.

DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Perkembangan Estetika Musikal Seni Karawitan Jawa Dan Pengaruhnya Terhadap
Masyarakat Pendukungnya. Jurnal Online Universitas Negeri Malang
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F56FD103B4.pdf
diakses tanggal 3 Juni 2016.
Purwadi. Diktat Seni Karawitan I. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 2009.
Panji Prasetyo. Seni Gamelan Jawa Sebagai Representasi Dari Tradisi Kehidupan Manusia Jawa:
Suatu Telaah Dari Pemikiran Collingwood. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia. 2012.
VoA Gamelan Jawa Jadi Ilustrasi Film Kedua 'The Hobbit' tanggal 8 Januari 2014 http://www.voaindonesia.com/content/gamelan-jawa-jadi-ilustrasi-film-thehobbit-/1825372.html

Anda mungkin juga menyukai