Anda di halaman 1dari 15

1

Rekonsiliasi Pajak

PT Corner mempunyai bisnis usaha di bidang penjualan grosir dan eceran bagi segmen
konsumen bisnis maupun segmen konsumen akhir. Dari modal yang disetor, 45% saham PT
Corner dimiliki oleh publik dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan
melaksanakan pembukuan terkait kegiatan akuntansinya. Data berikut diperoleh dari laporan
keuangan PT Corner untuk tahun 2012.
Akun
Nominal Akuntansi
Penjualan bruto
72.850.000.000
Retur Penjualan
(1.975.000.000)
Diskon Penjualan
(976.500.000)
Penjualan Netto
69.898.500.000
Harga Pokok Penjualan
Inventory merchandise awal
(15.932.500.000)
Pembelian inventory
(57.484.500.000)
Inventory merchandise akhir
36.857.500.000
(36.559.500.000)
Laba Bruto
33.339.000.000
Biaya Marketing
Salary dan bonus pegawai tetap
(1.764.000.000)
Tunjangan pajak penghasilan
(92.740.000)
Sumbangan bahan pokok (sembako)
(364.835.000)
Training Pegawai
(1.086.320.000)
Promosi dan iklan
(3.776.500.000)
Jamuan makan/ entertainment
(284.250.000)
Telepon, air, dan listrik
(734.250.000)
Depresiasi
(50.625.000)
Biaya bahan bakar dan tol
(54.320.000)
Total biaya marketing
(8.207.840.000)
Biaya umum dan administrasi (G & A)
Salary dan bonus pegawai tetap
(2.315.000.000)
PPh 21 ditanggung perusahaan
(143.400.000)
Honorarium/komisi pegawai tidak tetap
(1.386.542.000)
Baju seragam satpam gudang
(84.560.000)
Telepon, air, dan listrik
(1.055.600.000)
Biaya sewa kantor
(1.633.500.000)
Depresiasi
(1.254.000.000)
Royalti
(660.000.000)
Biaya pembangunan pabrik baru
(4.365.000.000)

Penghapusan piutang
Pemeliharaan kendaraan
Alat tulis kantor
Biaya bahan bakar dan tol
Asuransi kendaraan
PBB gudang
Riset
Pendidikan pegawai
Family gathering
Total biaya umum dan administrasi (G&A)
Laba operasional
Pendapatan non operasi
Dividen dari PT Arjuna
Dividen dari PT Sentosa
Sewa mesin
Bunga deposito (setelah pajak)
Dividen dari Japan Co.
Total pendapatan non operasi
Biaya non operasi
Dividen bagi PT Internal
Dividen bagi PT Dewa
Dividen bagi umum lainnya
Bunga pinjaman
Sumbangan
Denda pajak
Rugi selisih kurs
Biaya lain - lain
Total biaya non operasi
Laba (Rugi) sebelum pajak

(4.763.480.000)
(87.200.000)
(164.380.000)
(328.600.000)
(364.700.000)
(692.300.000)
(3.860.000.000)
(1.340.000.000)
(154.700.000)
(24.652.962.000)
478.198.000
382.500.000
134.900.000
67.400.000
34.280.000
276.500.000
895.580.000
(28.700.000)
(16.300.000)
(60.000.000)
(76.275.000)
(764.820.000)
(452.300.000)
(124.890.000)
(742.950.000)
(2.266.235.000)
(892.457.000)

Berikut merupakan keterangan yang menjelaskan perincian berbagai elemen yang terdapat di
laporan keuangan PT Corner.
1. Perusahaan mencatat penjualan berdasar prinsip akrual. Atas jumlah tercantum, terdapat nilai
pendapatan sebesar Rp650.000.000,00 atas penjualan merchandise Olimpiade 2012 yang
diharapkan hanya akan terjadi di tahun penyelenggaraan event olahraga tersebut.
2. Retur dan diskon penjualan dicatat ketika serah terima barang telah dilakukan.
3. Inventory merchandise dicatat menggunakan metode FIFO.
4. Salary dan bonus pegawai tetap bidang martketing, sebesar Rp1.250.000.000,00 diberikan dalam
bentuk salary bulanan dan sisanya dalam bentuk bonus tahunan.

5. Atas tunjangan pajak penghasilan, Rp34.500.000,00 diberikan bagi pegawai dengan level
supervisor, sedangkan sisanya diberikan bagi pegawai dengan level manajer dan direktur.
6. Atas biaya pendidikan pegawai bidang marketing, Rp175.000.000,00 diberikan sebagai tunjangan
cuti pengganti salary bulanan.
7. Atas biaya promosi dan iklan, 25% di antaranya diwujudkan melalui sampling produk secara
cuma cuma kepada konsumen akhir.
8. Atas biaya jamuan makan/entertainment, Rp180.000.000 telah dilengkapi daftar nominatif
penerima secara lengkap.
9. Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang martketing, meliputi Rp334.250.000,00 untuk biaya air
dan listrik. Seperempat dari biaya telepon dianggarkan dalam bentuk penyediaan pulsa bagi
Direktur martketing, seperempat lain dianggarkan atas pembelian perangkat PDA baru bagi
salesperson.
10. Atas biaya depresiasi bidang martketing, meliputi Depresiasi dengan metode garis lurus atas:
a. Handphone direktur, dibeli tahun 2011 dengan nilai tercatat Rp25.000.000, disusutkan selama
5 tahun. Sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
b. Smartphone bagi salesperson yang berdinas di luar lapangan, dibeli tahun 2009 dan
disusutkan selama 4 tahun dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
c. PDA baru bagi salesperson yang dibeli di akhir Juni tahun 2012, disusutkan dengan masa
manfaat 2 tahun, dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1.
11. Atas biaya bahan bakar dan tol bidang martketing, separuh di antaranya dialokasikan bagi
Direktur martketing.
12. Atas honorarium dan komisi pegawai tidak tetap, termasuk pembayaran senilai
Rp786.542.000,00 kepada mantan pegawai yang masih dimanfaatkan jasanya secara lepas.
13. Atas biaya sewa kantor, meliputi pembayaran bagi kurun 30 bulan dan dibayarkan di bulan
Januari 2012.
14. Biaya Depresiasi bidang G&A meliputi Depresiasi dengan metode garis lurus atas:
a. Gedung pabrik lama dengan nilai kapitalisasi awal Rp13.850.000.000,00 yang diperoleh tahun
1990 dan disusutkan dengan masa manfaat 25 tahun.
b. Kendaraan niaga bagi keperluan distribusi dengan nilai kapitalisasi awal Rp6.000.000.000,00
yang diperoleh tahun 2008 dan disusutkan dengan masa manfaat 10 tahun. Peraturan
perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
c. Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal Rp2.400.000.000,00 yang
diperoleh akhir September 2012 dan disusutkan dengan masa manfaat 6 tahun. Peraturan
perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2.
15. Atas royalti, merupakan pembayaran bagi suatu perusahaan di luar negeri. Di dalamnya termasuk
beban PPh 26 yang ditanggung PT Corner.

16. Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp3.763.480.000,00 telah diberitahukan kepada Ditjen
Pajak, namun Rp500.000.000,00 di antara jumlah terlapor tersebut belum didaftarkan ke BUPLN.
17. Atas biaya pemeliharaan kendaraan, Rp10.000.000,00 merupakan biaya pemasangan sistem
keamanan di kendaraan Direktur Utama.
18. Atas biaya bahan bakar dan tol bidang G&A, 15% di antaranya dialokasikan bagi Direktur Utama.
19. Atas biaya riset, 50% di antaranya ditenderkan dan dilaksanakan di luar Indonesia.
20. Atas dividen PT Arjuna, separuhnya berasal dari laba ditahan. PT Corner memiliki proporsi
kepemilikan 35%.
21. Atas dividen PT Sentosa, seluruhnya diberikan dalam bentuk instrumen investasi. PT Corner
memiliki proporsi kepemilikan 15%.
22. Atas dividen dari Japan Co., PT Corner telah mencatatnya secara netto terhadap pajak di luar
negeri dengan tarif 30%.
23. Bunga sebesar 8% p.a. atas deposito PT Corner dibayarkan di akhir tahun. Pokok deposito
bernilai tetap sepanjang tahun.
24. Bunga pinjaman sebesar 12% p.a. dibayarkan di akhir tahun, dengan nilai pokok pinjaman
bernilai tetap sepanjang tahun.
25. Sumbangan diberikan untuk pembangunan panti asuhan rubuh di sekitar perusahaan dan
pengadaan sarana bermain di dalamnya.
26. Biaya lain lain tidak memenuhi ketentuan perpajakan sebagai deductible expense.
27. Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
a. PPh 22 dikenakan atas impor senilai DPP PPN Rp19.250.000.000,00. PT Corner memiliki
API.
b. PPh 23 telah dipotong pihak lain, senilai Rp481.250.000,00.
c. Angsuran PPh 25 telah dibayar, senilai Rp710.750.000,00.
d. STP PPh 25 senilai Rp401.500.000,00 termasuk denda Rp55.500.000,00.
Pertanyaan:
a. Bagaimanakah rekonsiliasi fiskal ditetapkan atas PT Corner?
b. Berapakah besar PPh terutang dan kredit pajak di periode berjalan?
c. Berapakah pajak kurang (lebih) bayar di periode berjalan?
d. Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode mendatang?
Analisis Kasus:

1. Perusahaan mencatat penjualan berdasar prinsip akrual. Atas jumlah tercantum, terdapat
nilai pendapatan sebesar Rp650.000.000,00 atas penjualan merchandise Olimpiade 2012
yang diharapkan hanya akan terjadi di tahun penyelenggaraan event olahraga tersebut.
Analisis:
Pendapatan sebesar Rp650.000.000,00 atas penjualan merchandise Olimpiade 2012 =
taxable income dan pendapatan tidak berkesinambungan, dan akan dikeluarkan dalam
perhitungan angsuran PPh 25 periode mendatang (Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP537/PJ/2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Dalam Tahun Pajak
Berjalan dalam Hal-Hal Tertentu). Tidak ada koreksi.
2. Retur dan diskon penjualan dicatat ketika serah terima barang telah dilakukan.
Analisis:
Retur dan diskon penjualan diakui ketika terjadi realisasi serah terima barang, Tidak ada
koreksi.
3. Inventory merchandise dicatat dengan metode FIFO.
Analisis:
Sesuai UU Pajak Penghasilan Pasal 10 (6), metode perhitungan persediaan dan HPP
menggunakan metode rata-rata atau FIFO. Tidak ada koreksi.
4. Atas salary dan bonus pegawai tetap bidang martketing, Rp1.300.000.000,00 diberikan
dalam bentuk salary bulanan dan sisanya dalam bentuk bonus tahunan.
Analisis:
Deductible expense. Tidak ada koreksi.
5. Atas tunjangan pajak penghasilan, Rp32.500.000,00 diberikan bagi pegawai dengan level
supervisor, sedangkan sisanya diberikan bagi pegawai dengan level manajer dan direktur.
Analisis:
Tunjangan pajak penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai, merupakan deductible
expense. Tidak ada koreksi.
>>> informasi lainnya dari laporan keuangan:
A. Koreksi positif biaya sumbangan bukan untuk bencana atau penelitian:
Sumbangan bahan pokok (sembako), non deductible expense.
= Rp364.835.000.
6. Atas biaya pendidikan pegawai bidang martketing, Rp175.000.000,00 diberikan sebagai
tunjangan cuti pengganti salary bulanan.
Analisis:
Deductible expense. Tidak ada koreksi.
7. Atas biaya promosi dan iklan, 25% di antaranya diwujudkan melalui sampling produk
secara cuma cuma kepada konsumen akhir. Analisis:
Berdasarkan PMK No. 02/PMK.03/2010 tentang Biaya Promosi yang Dapat
Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, pasal 4, biaya promosi dan iklan, dengan daftar
nominatif, serta sampling produk merupakan deductible expense. Tidak ada koreksi.

8. Atas biaya jamuan makan, Rp180.000.000 telah dilengkapi daftar nominatif penerima
secara lengkap.
Analisis:
SE-27/PJ.22/1986 tentang Biaya "entertainment" dan sejenisnya (Seri PPh Umum 18),
angka 1: Biaya "entertainment", representasi, jamuan dan sejenisnya untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh.
B. Koreksi positif = jamuan makan tidak didukung dengan daftar nominatif
=Rp284.250.000 - Rp180.000.000 = Rp104.250.000.
9. Atas biaya telepon, air, dan listrik bidang martketing, meliputi Rp334.250.000,00 untuk
biaya air dan listrik. Seperempat dari biaya telepon dianggarkan dalam bentuk
penyediaan pulsa bagi Direktur marketing, seperempat lain dianggarkan atas pembelian
perangkat PDA baru bagi salesperson. Analisis:
Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas
Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan Kendaraan Perusahaan, pasal 1: atas biaya
perolehan telepon seluler, pulsa dan kendaraan yang digunakan manajemen dapat
dibebankan 50% sebagai deductible expense.
C. Koreksi positif atas biaya telepon, air, dan listrik bidang marketing:
Biaya telepon = Rp334.250.000,00 - Rp334.250.000,00 = Rp400.000.000,00
Perhitungan koreksi:
= 50% Biaya pulsa direktur + Pembelian PDA yang seharusnya dikapitalisasi
= 50% * * 400.000.000 + * 400.000.000
= 50.000.000
+ 100.000.000
= 150.000.000
10. Atas biaya Depresiasi bidang martketing, meliputi Depresiasi dengan metode garis lurus
atas:
a. Handphone direktur, dibeli tahun 2011 dengan nilai tercatat Rp25.000.000, disusutkan
selama 5 tahun (20%). Sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1 (4 tahun,
25%).
b. Smartphone bagi salesperson yang berdinas di luar lapangan, dibeli tahun 2009 dan
disusutkan selama 4 tahun dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1 (4 tahun,
25%).
c. PDA baru bagi salesperson yang dibeli di akhir Juni tahun 2012, disusutkan dengan
masa manfaat 2 tahun (50%), dan sesuai peraturan pajak termasuk aset kelompok 1 (4
tahun, 25%).
Analisis:
Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas
Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan Kendaraan Perusahaan, pasal 1: atas biaya
perolehan telepon seluler, pulsa dan kendaraan yang digunakan manajemen dapat
dibebankan 50% sebagai deductible expense.
D. Koreksi positif Depresiasi bidang martketing.
Depresiasi bidang martketing menurut akuntansi
= 20% * 25.000.000 + Depresiasi smartphone + 6/12 * 50% * 100.000.000
= 5.000.000
+ Depresiasi smartphone + 25.000.000

= 30.000.000

+ Depresiasi smartphone

Depresiasi bidang martketing menurut fiskal


= 50% * 25% * 25.000.000 + Depresiasi smartphone + 6/12 * 25% * 100.000.000
= 3.125.000
+ Depresiasi smartphone + 12.500.000
= 15.625.000
+ Depresiasi smartphone
Koreksi positif atas Depresiasi bidang martketing
= Depresiasi menurut akuntansi
- Depresiasi menurut fiskal
= (30.000.000 + depresiasi smartphone) - (15.625.000 + depresiasi smartphone)
= Rp14.375.000.
11. Atas biaya bahan bakar dan tol bidang martketing, separuh di antaranya dialokasikan bagi
Direktur marketing. Analisis:
E. Koreksi positif biaya bahan bakar buat Direktur marketing
= 50% x x 54.320.000 = Rp13.580.000.

Akun
Nominal Akuntansi Ref
Penjualan bruto
72.850.000.000
Retur penjualan
(1.975.000.000)
Diskon penjualan
(976.500.000)
Penjualan netto
69.898.500.000
Harga Pokok Penjualan
Inventory merchandise awal
(15.932.500.000)
Pembelian Inventory
(57.484.500.000)
Inventory merchandise akhir
36.857.500.000
(36.559.500.000)
Laba bruto
33.339.000.000
Biaya Marketing
Salary dan bonus pegawai
(1.764.000.000)
tetap
Tunjangan pajak penghasilan
(92.740.000)
Pembagian sembako
(364.835.000) A
Pendidikan pegawai
(1.086.320.000)
Promosi dan iklan
(3.776.500.000)

Koreksi Positif

Koreksi Negatif
0
0
0
0
0
0
0
0

Nominal Fiskal
72.850.000.000
(1.975.000.000)
(976.500.000)
69.898.500.000

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

(15.932.500.000)
(57.484.500.000)
36.857.500.000
(36.559.500.000)
33.339.000.000

(1.764.000.000)

0
364.835.000
0
0

0
0
0
0

(92.740.000)
0
(1.086.320.000)
(3.776.500.000)

Jamuan makan
Telepon, air, dan listrik
Depresiasi
Biaya bahan bakar dan tol
Jumlah Biaya Marketing

(284.250.000)
(734.250.000)
(50.625.000)
(54.320.000)
(8.207.840.000)

B
C
D
E

104.250.000
150.000.000
14.375.000
13.580.000
647.040.000

0
0
0
0
0

(180.000.000)
(584.250.000)
(36.250.000)
(40.740.000)
(7.560.800.000)

Penjelasan:
12. Atas honorarium dan komisi pegawai tidak tetap, termasuk pembayaran senilai
Rp786.542.000,00 kepada mantan pegawai yang masih dimanfaatkan jasanya secara
lepas. Analisis:
Deductible expense. Tidak ada koreksi.
>>> informasi lainnya dari laporan keuangan:
F. Koreksi Positif PPh 21 Ditanggung Perusahaan.
PPh 21 ditanggung perusahaan, bukan tunjangan PPh 21, merupakan non deductible
expense, sehingga koreksi positif Rp143.400.000.
13. Atas biaya sewa kantor, meliputi pembayaran bagi kurun 30 bulan dan dibayarkan di
bulan Januari 2012. (sudah terealisasi 12 bulan)
Analisis:
G. Koreksi positif atas biaya sewa kantor
= Proporsi Biaya sewa dibayar di muka
= (30 bulan - 12 bulan) / 30 * 1.633.500.000 = Rp980.100.000
14. Biaya Depresiasi bidang G&A meliputi Depresiasi dengan metode garis lurus atas: a.
Gedung pabrik lama dengan nilai kapitalisasi awal Rp13.850.000.000,00 yang diperoleh
tahun 1990 dan disusutkan dengan masa manfaat 25 tahun. (Kelompok Bangunan
Permanen, 20 tahun, 1990 + 20 = 2010, sudah habis disusutkan di fiskal.)
b. Kendaraan niaga bagi keperluan distribusi dengan nilai kapitalisasi awal
Rp6.000.000.000,00 yang diperoleh tahun 2008 dan disusutkan dengan masa manfaat 10
tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2 (8 tahun, 12,5%).
c. Kendaraan dinas bagi Direktur Utama dengan nilai kapitalisasi awal
Rp2.400.000.000,00 yang diperoleh akhir September 2012 dan disusutkan dengan masa
manfaat 6 tahun. Peraturan perpajakan menggolongkan aset ke dalam kelompok 2 (8
tahun, 12,5%).
Analisis:
Gedung pabrik lama tidak disusutkan menurut fiskal, sebab telah melewati batas masa
manfaat fiskal selama 20 tahun.
H. Koreksi positif atas Depresiasi bidang G&A
Depresiasi bidang G&A menurut fiskal
= Depresiasi kendaraan niaga + Depresiasi kendaraan direktur
= 12,5% *6.000.000.000
+ 50% * 3/12 * 12,5% * 2.400.000.000
= 750.000.000
+ 37.500.000 = 787.500.000
Perhitungan Koreksi:

= Depresiasi menurut akuntansi - Depresiasi menurut fiskal


= 1.254.000.000
- 787.500.000 = Rp466.500.000.
15. Atas royalti, merupakan pembayaran bagi suatu perusahaan di luar negeri. Di dalamnya
termasuk beban PPh 26 yang ditanggung PT Corner. Analisis:
UU PPh Pasal 6 ayat 1 (a), deductible expense: pajak kecuali pajak penghasilan.
I. Koreksi positif atas biaya royalti
Beban PPh 26 yang tidak boleh dibebankan. Nilah PPh 26 yang ditanggung oleh PT
Corner:
= 20% / 120% * 660.000.000
= Rp110.000.000
>>> informasi lainnya dari laporan keuangan:
J. Koreksi positif biaya pembangunan gedung baru.
Analisis:
Biaya pembangunan gedung baru seharusnya tidak dibiayakan namun, dikapitalisasi dan
disusutkan.
= Rp4.365.000.000.
16. Atas biaya penghapusan piutang, senilai Rp3.763.480.000,00 telah diberitahukan kepada
Ditjen Pajak, namun Rp500.000.000,00 di antara jumlah terlapor tersebut belum
didaftarkan ke BUPLN. Analisis:
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan
dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
K. Koreksi positif atas piutang.
Penghapusan piutang belum diberitahukan ke Ditjen Pajak = 1.000.000.000
Penghapusan piutang belum didaftarkan ke BUPLN
=
500.000.000
Jumlah koreksi
= Rp1.500.000.000.
17. Atas biaya pemeliharaan kendaraan, Rp10.000.000,00 merupakan biaya pemasangan
sistem keamanan di kendaraan Direktur Utama. Analisis:
Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas
Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan Kendaraan Perusahaan.
L. Koreksi positif atas biaya sistem keamanan kendaraan Direktur Utama.
Deductible expense 50% dari biaya fasilitas manajemen.
= 50% x 10.000.000 = Rp5.000.000.
18. Atas biaya bahan bakar dan tol bidang G&A, 15% di antaranya dialokasikan bagi
Direktur Utama. Analisis:

10

Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan Atas


Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan Kendaraan Perusahaan.
M. Koreksi Positif biaya bahan bakar dan tol Direktur Utama.
Deductible expense 50% dari biaya fasilitas manajemen.
= 50% x 15% x Rp328.600.000 = Rp24.645.000.
19. Atas biaya riset, 50% di antaranya ditenderkan dan dilaksanakan di luar Indonesia.
Analisis:
UU PPh Pasal 6 ayat 1 (f), deductible expense: biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
N. Koreksi Positif biaya riset.
Biaya riset yang ditenderkan dan dilaksanakan diluar Indonesia, merupakan
nondeductible expense.
= 50% x Rp3.860.000.000 = Rp1.930.000.000,00

Akun
Nominal Akuntansi
Biaya umum dan administrasi
(G&A)
Salary dan bonus pegawai
(2.315.000.000)
tetap
PPh 21 ditanggung
(143.400.000)
perusahaan
Honorarium dan komisi
(1.386.542.000)
pegawai tidak tetap
Seragam satpam gudang
(84.560.000)
Telepon, air, dan listrik
(1.055.600.000)
Biaya sewa kantor
(1.633.500.000)
Depresiasi
(1.254.000.000)
Royalti
(660.000.000)
Biaya pembangunan pabrik
(4.365.000.000)
baru
Penghapusan piutang
(4.763.480.000)
Pemeliharaan kendaraan
(87.200.000)
Alat tulis kantor
(164.380.000)
Biaya bahan bakar dan tol
(328.600.000)
Asuransi kendaraan
(364.700.000)

Ref

Ref

Koreksi Positif Koreksi Negatif

Nilai Fiskal

(2.315.000.000)

143.400.000

(1.386.542.000)

G
H
I

0
0
980.100.000
466.500.000
110.000.000

0
0
0
0
0

(84.560.000)
(1.055.600.000)
(653.400.000)
(787.500.000)
(550.000.000)

4.365.000.000

K
L

1.500.000.000
5.000.000
0
24.645.000
0

0
0
0
0
0

(3.263.480.000)
(82.200.000)
(164.380.000)
(303.955.000)
(364.700.000)

11

PBB gudang
Riset
Pendidikan pegawai
Family gathering
Total biaya umum dan
administrasi (G&A)

(692.300.000)
(3.860.000.000) N
(1.340.000.000)
(154.700.000)
(24.652.962.000)

0
1.930.000.000
0
0

0
0
0
0

(692.300.000)
(1.930.000.000)
(1.340.000.000)
(154.700.000)

9.524.645.000

(15.128.317.000)

Penjelasan:
20. Atas dividen PT Arjuna, separuhnya berasal dari laba ditahan. PT Corner memiliki
proporsi kepemilikan 35%. Analisis:
UU PPh Pasal 4 ayat 3 (f), dikecualikan dari objek pajak, dividen diperoleh PT sebagai
WPDN dari PT yang berkedudukan di Indonesia, dengan syarat: berasal dari laba ditahan
dan kepemilikan > 25% dari modal disetor.
O. Koreksi negatif atas dividen bukan objek pajak
50% dividen yang dibayar berasal dari laba ditahan dan porsi kepemilikan 35%,
dikecualikan dari objek pajak.
Koreksi negatif = 50% x 382.500.000 = Rp191.250.000.
21. Atas dividen PT Sentosa, seluruhnya diberikan dalam bentuk instrumen investasi. PT
Corner memiliki proporsi kepemilikan 15%.
Analisis:
UU PPh Pasal 4 ayat 1 (g), termasuk objek pajak dividen, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk dividen dalam bentuk instrumen investasi. Tidak ada koreksi.
22. Atas dividen dari Japan Co., PT Corner telah mencatatnya secara netto terhadap pajak di
luar negeri dengan tarif 30%.
Analisis:
Penghasilan dari luar negeri tidak boleh di nettokan, karena pajak yang dipungut di luar
negeri dapat dikreditkan (PPh Pasal 24)
P. Koreksi positif atas dividen dari Japan Co.
= Beban pajak luar negeri yang seharusnya tidak di-netto-kan
= 30% / 70% * 276.500.000 = Rp118.500.000.
23. Bunga sebesar 8% p.a. atas deposito PT Corner dibayarkan di akhir tahun. Pokok
deposito bernilai tetap sepanjang tahun. Analisis:
Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga
Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia, Pasal 1 ayat (1): Atas
penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Q. Koreksi negatif bunga deposito
Bunga deposito dikenakan PPh Final, dan oleh karena itu, tidak dimasukan dalam
perhitungan pajak penghasilan.
Koreksi Negatif = (Rp34.280.000)

12

>>> informasi lainnya dari laporan keuangan:


R. Koreksi positif beban dividen
Analisis:
UU PPh Pasal 9 ayat 1 (a): pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen, merupakan non deductible expense.
Koreksi Positif =
Dividen bagi PT Internal
28.700.000
Dividen bagi PT Dewa
16.300.000
Dividen bagi umum lainnya 60.000.000.
24. Bunga pinjaman sebesar 12% p.a. dibayarkan di akhir tahun, dengan nilai pokok
pinjaman bernilai tetap sepanjang tahun. Analisis:
Surat edaran SE-46/PJ.4/1995 tentang Perlakuan Biaya Bunga yang Dibayar atau
Terutang dalam Hal Wajib Pajak Menerima atau Memperoleh Penghasilan Berupa Bunga
Deposito atau Tabungan Lainnya, angka 4 (b).
S. Koreksi positif biaya bunga yang dapat dibebankan
Perhitungan Pokok deposito:
= 100% / 80% * 34.280.000 / 8% = 535.625.000
Perhitungan Pokok pinjaman
= 100% / 12% * 76.275.000
= 635.625.000
Bunga pinjaman yang boleh dibebankan
= Selisih pokok pinjaman dan pokok deposito * Tingkat bunga pinjaman
= (635.625.000 - 535.625.000)
* 12%
= 12.000.000
Koreksi positif atas bunga pinjaman
= Bunga pinjaman menurut akuntansi - Bunga pinjaman menurut fiskal
= 76.275.000
12.000.000 = 64.275.000
25. Sumbangan diberikan untuk pembangunan panti asuhan rubuh di sekitar perusahaan dan
pengadaan sarana bermain di dalamnya.
Analisis:
UU PPh Pasal 9 Ayat 1 (g): sumbangan, kecuali yang ditetapkan pemerintah, merupaka
nondeductible expense.
T. Koreksi positif biaya sumbangan bukan untuk bencana atau penelitian:
Sumbangan diberikan untuk pembangunan panti asuhan, non deductible =
Rp764.820.000
>>> informasi lainnya dari laporan keuangan:
Denda Pajak
Analisis:
UU PPh Pasal 9 Ayat 1 (k): sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di
bidang perpajakan.
U. Koreksi positif denda pajak
Denda pajak merupakan non deductible expense, jadi koreksi positif = Rp452.300.000.
26. Biaya lain lain tidak memenuhi ketentuan perpajakan sebagai deductible expense.

13

Analisis:
V. Koreksi positif biaya lain-lain, non deductible expense:
Biaya lain-lain, non deductible = Rp742.950.000

Akun
Nominal Akuntansi Ref
Koreksi Positif Koreksi Negatif
Pendapatan non operasi
Dividen dari PT Arjuna
382.500.000 O
0
(191.250.000)
Dividen dari PT Sentosa
134.900.000
0
0
Sewa mesin
67.400.000
0
0
Bunga deposito (setelah
34.280.000 Q
0
(34.280.000)
pajak)
Dividen dari Japan Co.
276.500.000 P
118.500.000
0
Total pendapatan non
895.580.000
118.500.000
(225.530.000)
operasi
Biaya non operasi
Dividen bagi PT Internal
(28.700.000) R
28.700.000
0
Dividen bagi PT Dewa
(16.300.000) R
16.300.000
0
Dividen bagi umum lainnya
(60.000.000) R
60.000.000
0
Bunga pinjaman
(76.275.000) S
64.275.000
0
Sumbangan
(764.820.000) T
764.820.000
0
Denda pajak
(452.300.000) U
452.300.000
0
Rugi selisih kurs
(124.890.000)
0
0
Biaya lain - lain
(742.950.000) V
742.950.000
0
Total biaya non operasi
(2.266.235.000)
2.129.345.000
0
Laba sebelum pajak
(892.457.000)
12.419.530.000
(225.530.000)
Perhitungan Pajak LN (PPh 24) Maksimal yang Dapat Dikreditkan:
UU PPh Pasal 24, pasal 2: Besarnya kredit pajak Luar Negeri adalah sebesar pajak

Nilai Fiskal
191.250.000
134.900.000
67.400.000
0
395.000.000
788.550.000
0
0
0
12.000.000
0
0
(124.890.000)
0
(136.890.000)
11.301.543.000

14

penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU PPh.
Pajak yang dibayar di luar negeri (dividen dari Japan Co.)
118.500.000
: 0.3/ 0.7 * 276.500.000
Penghasilan Luar Negeri = 276.500.000/ 0.7
395.000.000
Laba Sebelum Pajak
11.301.543.000
= (892.457.000) + 12.419.530.000 + (225.530.000)
Pajak Penghasilan terutang (20%)
2.260.308.600
Tarif 20% berlaku bagi perusahaan yang minimal 40% sahamnya
dikuasai publik dan diperdagangkan di bursa efek, sesuai ketentuan
0
Pasal 17 Ayat (2b).
Batas maksimum Kredit PPh 24
79.000.000
= (395.000.000/ 11.301.543.000) x 2.260.308.600
Kredit PPh 24
79.000.000
Perhitungan PPh Terutang dan PPh Kurang Bayar:
Laba sebelum pajak
PPh terutang (20%)
Kredit pajak
Kredit PPh 22
= 2,5% * 19.250.000.000
Kredit PPh 23
Kredit PPh 24
Kredit PPh 25
STP PPh 25
= 401.500.000 55.500.000 =
Rp346.000.000
Pajak kurang (lebih) bayar

11.301.543.000
2.260.308.600
(481.250.000)
(481.250.000)
(79.000.000)
(710.750.000)
(346.000.000) (2.098.250.000)

162.058.600

Perhitungan Angsuran PPh 25 per bulan periode 2013:


Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-537/PJ/2000 tentang Penghitungan Besarnya
Angsuran Pajak Dalam Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal-Hal Tertentu.
Pasal 3, Perhitungan PPh Pasal 25:
Estimasi Penghasilan = Penghasilan Neto Penghasilan Tidak Teratur
Estimasi PPh Kurang Bayar = 20% x Estimasi Penghasilan Kredit Pajak (21, 22, 23,
dan 24 atau LN)
Estimasi PPh 25 per bulan = Estmasi PPh Kurang Bayar / 12
Laba sebelum pajak
Pendapatan tidak berkesinambungan
Estimasi pendapatan tahun mendatang
PPh terutang (20%)
Kredit pajak

11.301.543.000
(650.000.000)
10.651.543.000
2.130.308.600

15

Kredit PPh 22 (sudah punya API; 2,5%)


= 2,5% * 19.250.000.000
Kredit PPh 23
Kredit PPh 24
Total PPh 25
Angsuran PPh 25 per bulan

(481.250.000)
(481.250.000)
(79.000.000) (1.041.500.000)
1.088.808.600
90.734.050

Anda mungkin juga menyukai