Anda di halaman 1dari 19

Konsep Dasar Keperawatan

I.
Pengkajian Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya
dan
pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang datang ke rumah sakit sudah
mengalami gejala pada stadium lanjut, klien biasanya kurang mengetahui penyebab terjadinya
serta penanganannya dengan cepat. Kebiasaan makan makanan yang terpapar ebstein barr virus,
makanan
yang
mengandung
pengawet
(karsinogenik), terpapar bahan-bahan kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan
limbah, asap kayu bakar.
2. Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut
rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan akibat inflamasi penyakit dan proses
pengobatan kanker.
3. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
4. Pola aktivas latihan
Kaji
bagaimana
klien
menjalani
aktivitas
sehari-hari.
mengalami
kelemahan atau keletihan akibat progresivitas tumor.
Stadium pertama dan dua : Sesak nafas,
Stadium tiga
: Tidak bisa menggerakan kepala.
Stadium empat
: Sakit kepala, hambatan mobilisasi.
5.

perubahan bising

Biasanya

klien

Pola istirahat tidur


Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari?
Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat. Adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
6. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,pendengaran,
perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? Biasanya klien
mengalami gangguan pada indra penciuman.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Konsep diri pasien
terutama gambaran diri terhadap perubahan tubuh misalnya adanya massa yang nampak pada
hidung, massa yang mengalami penyebaran ke depan sehingga bermanifestasi gejala leher
gondok, polip pada hidung, tuba eustachius pada telinga. Apakah klien merasa rendah diri
terhadap penyakit yang dideritanya ? Biasanya klien akan merasa sedih dan rendah diri karena
penyakit yang dideritanya. Ideal diri terhadap kesembuhan pasien. Harga diri mengenai
penyakitnya yang mempengaruhi aktivitas sehingga tidak bias berkerja. Identitas diri mengkaji
pekerjaan pasien, peran diri pasien sebagai kepala rumah tangga.
8. Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit?
Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya? Biasanya klien lebih
sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Malu berinteraksi, takut merepotkan orang lain,
dan keluarga sangat berperan dalam proses penyembuhan pasien.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada
klien? Biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan dengan pasangan karena sakit
yang diderita oleh klien.
10. Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-obatan
untuk menghilangkan stres? Biasanya klien akan sering bertanya tentang pengobatan, proses
pengobatan yang membutuhkan waktu yang lama, kualitas hidup bagaimana?
11. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada
pantangan agama dalam proses penyembuhan klien? Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada
Tuhan Yang Maha Kuasa.

II.

Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d terdapat benda asing di jalan nafas.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri menelan
3) Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera
4) Ansietas b/d ancaman kematian.
5) Defisiensi pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.
6) Gangguan pertukan gas b/d perubahan membrane kapiler-alveolar
7) Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
8) Gangguan presepsi sensori pendengaran b/d perubahan resepsi, transmisi, dan/ integrasi sensori
9) Resiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun
10) Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular.

11) Resiko kerusakan integritas kulit b/d factor mekanik (mis: terpotong, terkena tekanan dan akibat
restrain)
12) Resiko cedera b/d disfungsi sensori.
13) Hambatan komunikasi verbal b/d defek anatomis pita suara.
III.

Intervensi dalam NIC dan NOC


I. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d terdapat benda asing di jalan nafas.
Data subyektif:
Menyatakan kesulitan untuk bernafas.
Data obyektif:
Sesak nafas
Frekuensi nafas > 20 x/menit
NOC: kepatenan jalan napas
Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi, kedalamaan, dan upaya Takipneu biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan/selama
pernapasan.
stress/adanya proses infeksi akut.

Instruksikan kepada pasien tentang batuk memudahkan pengeluaran sekret.


dan teknik napas dalam.

Atur posisi pasien dengan bagian kepala Memungkinkan untuk pengembangan maksimal
rongga dada.
tempat tidur dtitinggikan 450.

Penghisapan
nasofaring
mengeluarkan sekret.

untuk

Mempermudah pengeluaran sekret.

Kelembaban menurunkan kekentalan sekret


Berikan
udara/oksigen
yang
telah mempermudah pengeluaran dan dapat membantu
dihumidifikasi sesuai dengan kebijakan menuerunkan/mencegah pembentukan mukosa
institusi.
tebal pada nasofaring.

II. Nutrisi, ketidakseimbangan: kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri menelan.
Data subyektif:
Mengemukakan tidak nafsu makan, sakit saat mengunyah.
Kadang-kadang mual
Data obyektif:
BB menurun
Kulit kering
Turgor kurang baik
Tampak lemas.

NOC: asupan makanan dan cairan adekuat

Intervensi

Rasional

Pantau kandungan nutrisi dan kalori padaU Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
catatan asupan
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.

Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi
terjadinya
telah diprogramkan.
hipoglikemia/hiperglikemia.

Berikan pasien minuman dan kudapan Untuk memenuhi kebutuhan asupan kalori
bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap yang adekuat.
dikonsumsi

Timbang pasien pada interval yang tepat.

Mengetahui perkembangan berat badan


pasien (berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet).

Ubah posisi pasien semi Fowler atau Fowler


Untuk memudahkan menelan dan untuk
tinggi.
mencegah aspirasi.
Identifikasi perubahan pola makan.

Mengetahui
apakah
pasien
telah
melaksanakan program diet yang ditetapkan.

Konsultasikan pada ahli gizi untuk


Metode makan dan kebutuhan kalori
memeberikan makanan yang mudah dicerna, didasarkan pada situasi/kebutuhan individu
secara nutrisi seimbang.
unutk memberikan nutrisi maksimal dnegan
upaya minimal pasien/penggunaan energi.

III. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera


Data subyektif:
Menyatakan nyeri kepala
Data obyektif:
Raut muka menyeringai

Perilaku berhati-hati
Perilaku mengalihkan: menangis, merintih
NOC: pengendalian nyeri
Intervensi
Rasional
Minta pasien untuk menilai nyeri atau Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10.
intervensi
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi.
dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan
karena nyeri

Bantu pasien untuk lebih berfokus pada


aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan
melalui televisi, radio, tape, dan interaksi
dengan pengunjung.

Jadwalkan periode istirahat,


lingkungan yang tenang.

berikan1.
Penurunan kelemahan dan menghemat
energi, meningkatkan kemampuan koping.

Gunakan pendekatan yang positifUntuk


mengoptimalkan respons pasien terhadap
Membantu memurunkan ambang persepsi
analgesik.
nyeri dan mengoptimalkan respon terhadap
analgesik.
Kelola nyeri pascabedah awal dengan
pemberian opiat yang terjadwal.
Mempertahankan kadar obat lebih konstan
menghindari puncak periode nyeri.

IV.

meningkatkan relaksasi dan pengaliha


perhatian. Menghilangkan ketiadaknyamanan
dan
meningkatkan
efek
terapi
nonfarmakologis.

Ansietas b/d perubahan status kesehatan.


DS:
Pasien mengeluh ketakutan.
DO:
Gelisah
Wajah tegang
NOC: menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas.
Intervensi
Rasional
Memberikan
informasi
yang perlu untuk
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan
memilih intervensi yang tepat.
pasien.

Beri dorongan kepada pasien untuk


mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas.

Membuat kepercayaan dan menurunkan


kesalahan persepsi/salah interpretasi
terhadap informasi.
Dapat membantu menurunkan ansietas dan

V.

Pada saat ansietas berat, dampingi pasien,


bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman.

membantu memampukan pasien mulai


membuka/menerima kenyataan kanker dan
pengobatannya.

Sediakan pengalihan melalui televisi, radio,


permainan, serta okupasi.

Menurunkan ansietas dan memperluas fokus.

Dampingi pasien (misalnya, selama


prosedur) untuk meningkatkan keamanan
dan mengurangi rasa takut.

Mengurangi ansietas karena tindakan


prosedur.

Berikan obat untuk menurunkan ansietas.

Membantu menurunkan ansietas melalui


terapi farmakologis.

Defisiensi pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.


DS:
Pasien mengungkapkan masalah secara verbal
DO:
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
Pasien tampak histeris
NOC: memperlihatkan pengetahuan proses penyakit.
Intervensi
Rasional
Memberikan informasi yang perlu untuk
Lakukan penilaian terhadap tingkat
memilih intervensi yang tepat.
pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman
terhadap materi.

Bina hubungan saling percaya.

Mempermudah proses pembelajaran/penyuluhan


prosedur terapi yang diberikan.

VI.

Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar.


DS:
pasien mengatakan sulit bernapas
sakit kepala
DO:
pasien tampak sesak napas
napas cuping hidung
NOC: Pertukaran gas tidak akan terganggu
Intervensi
Kaji frekuensi, kedalam pernafasan. Catat
penggunaan otot aksesori, nafas bibir,

Rasional
Berguna dalam evaluasi derajat distress
pernafasan dan/ atau kronisnya proses

VII.

ketidak mampuan bicara/berbincang.

penyakit.

Jelaskan kepada pasien sebelum memulai


pelaksanaan prosedur.

Untuk menurunkan ansietas dan


meningkatkan rasa kendali.

Ajarkan kepada pasien teknik bernafas dan


relaksasi.

Membantu pasien agar tidak terjadi sesak


dan pasien bisa bernafas dengan normal.

Dorong pengeluaran sputum : pengisapan


bila diindikasikan.

Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah


sumber utama gangguan pertukan gas pada
jalan nafas kecil. Pengisap dibutuhkaan bila
batuk tidak efektif.

awasi tingkat kesadaran atau status mental


selidiki adanya perubahan.

Gelisah dan asietas adalan manisfestasi


umum pada hipoksia.

Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi


mekanik.

Terjadinya atau kegagalan nafas yang akan


datang memerlukan upaya tindakan
penyelamatan hidup.

Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi


DS:
Dispnea
Napas pendek
DO:
Napas dalam
Pernapasan cuping hidung
Tampak sesak napas
NOC: ventilasi tidak terganggu

Intervensi
Selidiki etiologi gagal pernafasan

Rasional
Pemahan penyebab masalah pernafasan
penting untuk perawatan pasien contoh:
keputusan tentang kemampuan pasien yang
akan datang/kebutuhan ventilasi dan tipe
paling tepat dukungan ventilator.

Auskultasi dada secara periodic catat


adanya/tak adanya dan kualitas bunyi nafas,
bunyi nafas tambahan, juga simestrisitas
gerakan dada.

Memberikan informasi tentang aliran udara


melalui trakeao bronkeal dan adanya/tak
adanya cairan, obstruksi mukosa.

Observasi pola nafas. Catat adanya/tak


adanya dan kualitas bunyi nafas,bunyi nafas
tambahan juga simetrisitas gerakan dada.

Pasien pada ventilator dapat mengalami


hiperventilasi/hipoventilasi,dyspnea/lapar
udara dan berupaya memperbaiki
kekurangan dengan bernapas berlebihan.

Pertahankan tas resusitasi disamping tempat


tidur dan ventilasi manual kapanpun
diindikasikan.

Memberikan/menyediakan ventilasi adekuat


pasien ada masalah pada alat sementara
dilepas dari ventilator

Catat tekanan jalan nafas.

Tekanan jalan nafas harus tetap relative


konstan. Peningkatan tekanan yang terbaca
di alarm menunjukkan peningkatan jalan
nafas seperti dapat terjadi pada spasme
bronkus, secret tetahan atau penurunan
complain paru.

VIII.
Gangguan presepsi sensori pendengaran b/d perubahan resepsi, transmisi, dan/ integrasi
sensori
DS:
Distorsi sensori
DO:
Perubahan ketajaman sensori
Konsentrasi buruk
Gelisah
NOC: status neurologik: fungsi motorik sensorik kranial
Intervensi
Rasional
Mengetahui perubahan dari hal-hal yang
Tentukan ketajaman pendengaran, apakah
merupakan kebiasaan pasien .
satu atau dua telinga terlibat .

IX.

Orientasikan pasien terhadap lingkungan.

2. Lingkungan yang nyaman dapat membantu


meningkatkan proses penyembuhan.
Mengetahui faktor penyebab gangguan
persepsi sensori yang lain dialami dan
dirasakan pasien.

Observasi tanda-tanda dan gejala


disorientasi.

Mengumpulkan dan menganalisis data pasien Untuk mencegah atau meminimalkan


komplikasi neurologis

Risiko infeksi b/d prosedur invasif


NOC: faktor risiko infeksi akan hilang
Intervensi

Rasional

X.

Kaji adanya tanda-tanda infeksi.

Untuk memudahkan memberikan intervensi


kepada pasien.

Monitor tanda-tanda vital.

Intruksikan untuk menjaga hygiene


personal.

Merupakan tanda adanya infeksi apabila


terjadi peradangan.
Untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
(mis: mencuci tangan)

Kolaborasi medis dengan pemberian


antibiotik.

Antibiotik dapat mencegah sekaligus


membunuh kuman penyakit untuk
berkembangbiak.

Melakukan pengendalian infeksi

Meminimalkan penyebaran dan penularan


agens infeksius.

Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan musculoskeletal


DS:
Pasien mengatakan sulit bergerak
DO:
Perubahan cara berjalan
Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
Melambatnya pergerakan
NOC: memperlihatkan mobilisasi
Intervensi

Rasional

Ajarkan dan pantau pasien dalam hal


penggunaan alat bantu.

Menilai batasan kemampuan aktivitas


optimal.

Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan


ROM aktif dan pasif.

Mempertahankan / meningkatkan kekuatan


dan ketahanan otot.

Pantau tanda-tanda vital.

Mengidentifikasi tanda-tanda peradangan


terutama bila suhu tubuh meningkat

Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi


sebagai sumber

Untuk mengembangkan perencanaan dan


mempertahakan atau meningkatkan
mobilitas.

Lakukan perawatan terhadap prosedur


inpasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dll.

Untuk mengurangi resiko infeksi


nosokomial.

XI.

XII.

kerusakan integritas kulit b/d factor mekanik (mis: terpotong, terkena tekanan dan akibat
restrain)
DS:
DO:
kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)
invasi struktur tubuh
NOC:menunjukkan penyembuhan luka
Intervensi
Rasional
Kaji warana kulit/suhu dan engisian kapiler Kulit harus berwarna merah muda atau mirip
paad area operasi dan tandur kulit
dengan warna kulit sekitarnya.
Lindugi lembaran kulit dan jahitan dari
tegangan atau tekanan.

Tekanan dari selang atau plester trakeostomi


atau tegangan pada jahitan dapat menggangu
sirkulasi atau menyebabkan cidera jaringan.

Rujuk ke perawat ahli terapi enterostoma

Untuk mendapat bantuan dalam pencegahan,


pengkajian, dan penanganan luka atau
kerusakan kulit.

Catat atau laporkan adanya drainse seperti


susu.

Drainase seperti susus biasanya tetap sedikt


setelah 24 jam pertama.

Berikan antibiotik oral, topical dan IV seuai


indikasi.

Mencegah/mengontrol infeksi.

Resiko cedera b/d factor fisik (mis: kulit rusak, hambatan)


NOC: risiko cidera akan menurun
Intervensi
Rasional
Identifikasikan factor yang mempengaruhi
Agar pasien dapat berjalan dengan seimbang
kebutuhan keamaanan, mis: perubahan
dan mampu berjalan tanpa bantuan.
status mental, derajat keracunan, keletihan,
usia kematangan, pengobatan dan defisik
motoric dan sensorik (mis: berjalan dan
keseimbangan.
Indentifikasi factor lingkungan yang
memungkinkan resiko terjatuh (mis: lantai
licin, karpet yang sobek, anak tangga tanpa
pagar pengamanan)

Menghindarkan pasien dari lingkungan yang


memudahkannya terjatuh, sehingga pasien
dapat berjalan tanpa gangguan lingkungan.

Tinjau riwayat obstetrik pasien.

Mendapatkan informasi terkait yang dapat


mempengaruhi induksi.

Berikan materi edukasi yang berhubungan


dengan strategi dan tindakan untuk
mencegah cidera.

Memberi pengetahuan/ajaran kepada klien


dalam melakukan tindakan guna pasien dapat
mencegah/menghindari cidera.

Sediakan alat bantu berjalan (mis: tongkat


dan walker)

Memudahkan pasien untuk berjalan.

XIII.
Hambatan komunikasi verbal b/d defek anatomis pita suara
DS:
DO:
Verbalisasi yang tidak sesuai
Kesulitan dalam berbicara atau mengungkapkan dengan kata-kata
Keinginan menolak untuk bicara
NOC:menunjukkan komunikasi
Intervensi
Rasional
Kaji dan dokumentasikan kemampuan
.untuk mengetahui tingat kemampuan dan
untuk berbicara, mendengar, menulis,
ketidakmampuan pasien dalam
membaca dan memahami.
berkomunikasi.

1.

Jelaskan kepada pasien mengapa ia tidak


dapat berbicara atau memahami, jika perlu.

Agar pasien mengetahui keadaannya dan


tidak berfikir lain tentang dirinya.

Konsultasikan dengan dokter tentang


kebutuhan terapi bicara.

Membantu pasien agar cepat/mudah


berkomunikasi.

Bantu pasien/keluarga untuk mencari


sumber bantuan untuk memperoleh alat
bantu dengar.

Alat bantu dengar dapat membantu


pendengaran sehingga dalam berkomunikasi
pasien bisa melakukannya.

Berikan kontinuitas dalam melaksanakan


tugas keperawatan.

Untuk memelihara kepercayaan dan


mengurangi frustasi.

Discharge Planning

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum kembali ke rumah
yaitu :
1) Memberi pengertian tentang penyakit kangker Nasofaring
2) Memberi informasi/penyuluhan untuk tetap memperhatikan keadekuatan asupan nutrisi.
3) Menjelaskan tentang penyebab penyakit

4) Memanifestasi klinik yang dapat ditanggulangi atau diketahui oleh klien dan keluarga.
5) Menjelaskan tentang penatalaksanaan yang dapat klien dan keluarga lakukan.
6) Klien dan keluarga dapat pergi ke rumah sakit atau puskesmas terdekat apabila ada gejala yang
memberatkan penyakitnya.
7) Keluarga harus mendorong atau memberikan dukungan pada pasien dalam menaati program
pemulihan kesehatan.
8) kontrol diri
9) kontrol aktivitas.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus
Seorang laki-laki berusia 58 tahun, datang berobat kedokter dengan keluhan benjolan dileher
sebelah kiri, suara serak, mimisan , hidung tersumbat dan sakit kepala selama 6 bulan yang lalu.
Kemudian dokter melakukan pemeriksaan dan diduga adanya tumor. Dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi (PA),pemeriksaan serologi secara PCR,hasil pemeriksaan serologi didapatkan
peningkatan titer antibody terhadap EBV. Tn.A mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan
asin,ikan bakar dan produksi awetan lainnya.
B. Kata kunci
Usia 58 tahun
Benjolan disebalah kiri
Suara serak
Mimisan
Hidung tersumbat
Sakit kepala sejak 6 bulan yang lalu
Pemeriksaan PA
Pemeriksaan serologi secara PCR
Peningkatan titer antibody terhadap EBV
Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin, ikan bakar, dan produk awetan lainnya.

C. Pembahasan Kata Kunci

o
o
o
o

o
o
o
o

Usia 58 tahun
Daya tahan tubuh menurun
Penurunan fungsi organ tubuh
Tidak memperhatikan kesehatannya
Pola makan yang sering mengkonsumsi bahan awetan/kimia
Benjolan disebalah kiri
Adanya pembesaran/tumor pada nasofaring
Pembesaran kelenjer yang merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap infeksi . kanker
merupakan respon imun ... imunodefisiensi/autoimun/........
Kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit yang sebelumnya normal
Pembesaran pada kelenjar getah bening

Suara serak
o Adanya poli pada pita suara
o Peradangan pada pita suara/laringitis
o Desakan karsinoma/tumor
Mimisan
o Pecahnya pembuluh darah akibat rupturnyan pada pembuluh darah di hidung
o Adanya luka pada lapisan mukosa hidung
Hidung tersumbat
o Terdapat sumbatan rongga hidung akibat adanya benda asing dimasukkan kedalam hidung.
o Terdapat polip/tumor pada hidung
o disebabkan tumor menyumbat lubang hidung posterior.
Sakit kepala sejak 6 bulan yang lalu
Biasanya terjasi karena infeksi selaput otak, Iritasi Kimiawi terhadap selaput otak, penegangan
selaput otak, gangguan pembuluh darah, gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai
hubungan dengan kepala.
Pemeriksaan PA
o Spesialisasi medis yang berhubungan/berurusan dengan dignosis penyakit berdasarkan pada
pemeriksaan kasar, mikroskopik. dan molekur atas organ, jaringan, sel.

Pemeriksaan serologi secara PCR


Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.
PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh, contohnya
cairan serebrospina.
Peningkatan titer antibody terhadap EBV
Virus EBV (Eibstain Barr Virus) dikaitkan dengan perkembangan KNF.
Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin, ikan bakar, dan produk awetan lainnya.
Ikan asin mengandung nitrosamin yang merupakan karsinogen (zat pemicu
kanker).
D. Pengkajian Pola Gordon
Pengkajian pasien :
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Keadaan sebelum sakit : Pasien mempunyai kebiasaan mengkomsumsi ikan asin, ikan bakar, dan
produk awetan lainnya.
Riwayat penyakit saat ini :
a. Keluhan utama : Sakit kepala.
b. Riwayat keluhan utama : pasien mengeluh sakit kepala sejak 6 bulan yang lalu yang terasa
memberat hingga sekarang disertai dengan benjolan dileher sebelah kiri, suara sesak, mimisan,
hidung tersumbat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
a. Keadaan sebelum sakit : Tidak ada masalah dalam mengkomsumsi makanan. Pasien suka
mengkomsumsi makanan ikan asin, ikan bakar dan produk awetan lainnya.
b. Keadaan saat sakit: Pasien mengurangi mengkomsumsi makanan yang mengandung bahan
awetan.
c) Pola eliminasi
a. Keadaan sebelum sakit : Tidak ada masalah dalam eliminasi baik BAB maupun BAK dan pasien
tidak menggunakan alat bantu dalam pola eliminasi.
b. Keadaan saat sakit : Pasien mengalami penyakit diare.
d) Pola aktifitas
a. Keadaan sebelum sakit : Tidak ada masalah dalam aktifitas dan pasien cuma merasakan sering
sakit kepala jika terlalu banyak beraktifitas.

b. Keadaan saat sakit : Sulit dalam beraktifitas kerena pasien mengalami adanya benjolan dileher
sebelah kiri, suara serak, mimisan, hidung tersumbat dan sering sakit kepala yang membuat
pasien kurang mampu untuk beraktifitas terlalu banyak.
e) Pola tidur dan istirahat
a. Keadaan sebelum sakit : Pasien mudah tidur dengan kebiasaan tidur rutin 2 jam tidur siang dan 8
jam tidur malam, namun untuk tidur malam mengalami ketidak beraturan
b. Keadaan saat sakit : Pasien mengalami kesulitan dalam tidur siang dan tidur malam karena
pasian merasa sakit pada leher sebelah kiri, hidung tersumbat mimisin. Pasien mengatakan
semenjak di rawat di RS pasien mulai bisa tidur dengan nyenyak.
f) Pola peran- hubungan
a. Keadaan sebelum sakit : Pasein tidak mengalami masalah dalam peran hungunan dangan orang
lain. Hubungan pasien dengan kelurga, pasein sangat dekat dengan keluarganya.
b. Keadaan saat sakit : Pasien mengalami penurunan peran hungunan . Keluarga pasien membantu
klien dalam pemenuhan kebutuhannya

E. Analisa Data dan Rencana Keperawatan


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d terdapat benda asing di jalan nafas.
Data subyektif:
Menyatakan kesulitan untuk bernafas.
Data obyektif:
Sesak nafas
Frekwensi nafas > 20 x/menit
Nampak kebiruan
Suara serak
NOC: kepatenan jalan napas.
Intervensi
Rasional
1.

Kaji frekuensi, kedalamaan, dan upaya Takipneu biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan/selama
pernapasan.
stress/adanya proses infeksi akut.

Instruksikan kepada pasien tentang batuk memudahkan pengeluaran sekret.


dan teknik napas dalam.

Atur posisi pasien dengan bagian kepala Memungkinkan untuk pengembangan maksimal
rongga dada.
tempat tidur dtitinggikan 450.

Penghisapan
nasofaring
mengeluarkan sekret.

untuk

Mempermudah pengeluaran sekret.

Kelembaban menurunkan kekentalan sekret


Berikan
udara/oksigen
yang
telah mempermudah pengeluaran dan dapat membantu
dihumidifikasi sesuai dengan kebijakan menuerunkan/mencegah pembentukan mukosa
institusi.
tebal pada nasofaring.

2. Nutrisi, ketidakseimbangan: kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri menelan.


Data subyektif:
Mengemukakan tidak nafsu makan, sakit saat mengunyah.
Kadang-kadang mual
Data obyektif:
BB menurun
Kulit kering
Turgor kurang baik
Tampak lemas.
NOC: asupan makanan dan cairan adekuat
Intervensi

Rasional

Pantau kandungan nutrisi dan kalori padaU Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
catatan asupan
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.

Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
komplikasi
terjadinya
telah diprogramkan.
hipoglikemia/hiperglikemia.

Berikan pasien minuman dan kudapan Untuk memenuhi kebutuhan asupan kalori
bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap yang adekuat.
dikonsumsi

Timbang pasien pada interval yang tepat.

Mengetahui perkembangan berat badan


pasien (berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet).

Ubah posisi pasien semi Fowler atau Fowler


Untuk memudahkan menelan dan untuk
tinggi.
mencegah aspirasi.
Identifikasi perubahan pola makan.

Mengetahui
apakah
pasien
telah
melaksanakan program diet yang ditetapkan.

Konsultasikan pada ahli gizi untuk


Metode makan dan kebutuhan kalori
memeberikan makanan yang mudah dicerna, didasarkan pada situasi/kebutuhan individu
secara nutrisi seimbang.
unutk memberikan nutrisi maksimal dnegan
upaya minimal pasien/penggunaan energi.

3. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera


Data subyektif:
Menyatakan nyeri kepala
Data obyektif:
Raut muka menyeringai
Perilaku berhati-hati
Perilaku mengalihkan: menangis, merintih
NOC: pengendalian nyeri

Intervensi
Rasional
Minta pasien untuk menilai nyeri atau Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10.
intervensi
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi.
dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan

karena nyeri

Bantu pasien untuk lebih berfokus pada


aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan
melalui televisi, radio, tape, dan interaksi
dengan pengunjung.

Jadwalkan periode istirahat,


lingkungan yang tenang.

meningkatkan relaksasi dan pengaliha


perhatian. Menghilangkan ketiadaknyamanan
dan
meningkatkan
efek
terapi
nonfarmakologis.

berikan1.

Penurunan kelemahan dan menghemat


Gunakan pendekatan yang positifUntuk energi, meningkatkan kemampuan koping.
mengoptimalkan respons pasien terhadap
Membantu memurunkan ambang persepsi
analgesik.
nyeri dan mengoptimalkan respon terhadap
Kelola nyeri pascabedah awal dengan analgesik.

pemberian opiat yang terjadwal.

Mempertahankan kadar obat lebih konstan


menghindari puncak periode nyeri.

4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.


DS:
Pasien mengeluh ketakutan.
DO:
Gelisah
Wajah tegang
NOC: menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas.
Intervensi
Rasional
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan Memberikan informasi yang perlu untuk
memilih intervensi yang tepat.
pasien.

Beri dorongan kepada pasien untuk


mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan
ansietas.
Pada saat ansietas berat, dampingi pasien,
bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman.

Membuat kepercayaan dan menurunkan


kesalahan persepsi/salah interpretasi
terhadap informasi.
Dapat membantu menurunkan ansietas dan
membantu memampukan pasien mulai
membuka/menerima kenyataan kanker dan
pengobatannya.

Sediakan pengalihan melalui televisi, radio,


permainan, serta okupasi.

Menurunkan ansietas dan memperluas fokus.

Dampingi pasien (misalnya, selama


prosedur) untuk meningkatkan keamanan

Mengurangi ansietas karena tindakan


prosedur.

dan mengurangi rasa takut.

Berikan obat untuk menurunkan ansietas.

Membantu menurunkan ansietas melalui


terapi farmakologis.

5. Defisiensi pengetahuan b/d keterbatasan kognitif.


DS:
Pasien mengungkapkan masalah secara verbal
DO:
Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat
Pasien tampak histeris
NOC: memperlihatkan pengetahuan proses penyakit.
Intervensi
Rasional
Memberikan informasi yang perlu untuk
Lakukan penilaian terhadap tingkat
memilih intervensi yang tepat.
pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman
terhadap materi.

Bina hubungan saling percaya.

Mempermudah proses
pembelajaran/penyuluhan prosedur terapi yang
diberikan.

Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat


pemahaman pasien, ulangi informasi bila
diperlukan.

Terdapat stresor yang berlebihan dan mungkin


disertai dengan pengetahuan yang terebatas.
Salah konsep kadang tak dapat dihindari, namun
ketidakberhasilan untuk menggali dan
memperbaikinya dapat mengakibatkan
kegagalan pasien mencapai kemajuan
kesehatan.

Ikutsertakan keluarga atau orang terdekat.

Membantu pasien untuk lebih mudah


memperoleh informasi dan memahami
mengenai masalah kesehatannya.

Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk


belajar.

Rencanakan penyesuaian dalam terapi


bersama pasien dan dokter.

Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi


stresor sehingga pemahaman informasi lebih
akurat.
Memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti
program terapi.

Anda mungkin juga menyukai