TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
krusibel dan tungku induksi, Berikut ini uraian tentang tungku peleburan. Pada
unit ini memperkenalkan tungku dan refraktori dan menjelaskan berbagai aspek
perancangan dan operasinya (Abrianto Akuan, 2009).
Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk mencairkan logam pada
proses pengecoran (casting) atau untuk memanaskan bahan dalam proses
perlakuan panas (heat Treatmet).maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi
penting. Sebagai contoh, beberapa bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan
bakar. Bahan bakar padat akan menghasilkan bahan partikulat yang akan
mengganggu bahan baku yang ditempatkan didalam tungku. Untuk alasan ini,
maka (Abrianto Akuan, 2009).:
1. Hampir seluruh tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas
atau listrik sebagai masukan energinya.
efisiensi lebih dari 90 %). Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi
didalam tungku (Abrianto Akuan, 2009).
Dapur Crucible adalah dapur yang paling tua yang digunakan dalam peleburan
logam. Dapur ini mempunyai konstruksi paling sederhana. Dapur ini ada yang
menggunakan kedudukan tetap dimana penmgambilan logam cair dengan
memakai gayung. Dapur ini sangat fleksibel dan serba guna untuk peleburan yang
skala kecil dan sedang. Bahan bakar dapur Crucible ini adalah minyak karena
akan mudah mengawasi operasinya. Ada pula dapur yang dapat dimiringkan
sehingga pengambilan logam dengan menampung dibawahnya. Dapur ini
biasanya dipakai untuk skala sedang dan skala besar. Dapur Crucible jenis ini ada
yang dioperasikan dengan tenaga listrik sebagai alat pemanasnya yaitu dengan
induksi listrik frekuensi rendah dan juga dapat dengan bahan bakar gas atau
minyak, sedangkan dapur Crucible yang memakai burner sebagai alat pemanas
dengan kedudukan tetap dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Abrianto Akuan, 2009).
minyak. Udara pembakaran dan bahan bakar biasanya dipanaskan mula dengan
melewatkan pada ruang pemanas dibawah tanur. Pemanasan ini bertujuan untuk
mempercepat terjadinya pembakaran dan menjaga agar tidak terjadi perubahan
suhu yang mencolok didalam tanur. Pintu pengisian terletak di sisi depannya.
Tanur udara terbuka biasanya digunakan untuk peleburan baja (Abrianto Akuan,
2009).
Tanur udara adalah bentuk yang dimodifikasi dari tanur udara terbuka.
Bentuknya hampir sama dengan tanur udara terbuka, penampang tempat logam
cair berbentuk lebar dan dangkal. Tanur dipanaskan dengan alat pemanas dengan
bahan bakar minyak . Burner dan udara pembakaran ditempatkan pada salah satu
ujung tanur dan udara sisa pembakaran akan keluar dari ujung yang lain.
Komposisi kimia dapat dikontrol lebih baik pada dapur ini dibanding dengan
dapur kupola. Bila ingin melakukan penambahan dilakukan dengan membuka
tutup tanur dan menuangkannya dari atas (Abrianto Akuan, 2009).
Tanur ini biasanya digunakan untuk melebur besi cor putih dan besi cor
mampu tempa, dan kadang juga digunakan untuk peleburan logam non besi.
Biaya operasi tanur ini lebih tinggi dibandingkan dengan kupola . Sering juga
tanur ini dikombinasikan dengan kupola dalam operasinya. Mula-mula peleburan
dilakukan dengan kupola kemudian cairan dipindahkan ke tanur udara untuk
diatur komposisinya.
Tanur induksi listrik adalah tanur yang melebur logam dengan medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik, baik yang berfrekuensi rendah
maupun yang berfrekuensi tinggi. Tanur induksi biasanya berbentuk Crucible
yang dapat dimiringkan. Tanur ini dipakai untuk melebur baja paduan tinggi, baja
perkakas, baja untuk cetakan, baja tahan karat,dan baja tahan panas yang tinggi.
Tanur ini bekerja berdasarkan arus induksi yang timbul dalam muatan
yang menimbulkan panas sehingga memanasi crucible dan mencairkan logam di
dalam Crucible. Bentuk dari tanur induksi listrik dapat dilihat pada Gambar 2.2 di
bawah ini (Abrianto Akuan, 2009)..
Kupola merupakan tungku yang memiliki bentuk silinder vertikal yang memiliki
kapasitas besar. Tungku ini diisi dengan material pengisi antara lain besi, kokas,
flux atau batu kapur, dan elemen paduan yang memungkinkan. Tungku ini
memiliki sumber energi panas dari kokas dan minyak yang diberikan untuk
meningkatkan temperatur pembakaran. Hasil peleburan dari tungku ini akan
ditapping
secara
periodik
untuk
mengeluarkan
besi
cor
yang
telah
Tungku induksi adalah tungku yang menggunakan energi listrik sebagai sumber
energi panasnya, arus listrik bolak-balik (alternating current) yang melewati
kumparan akan menghasilkan medan magnetik pada logam pengisi (charging
material) didalamnya. Medan magnet ini juga akan melakukan mixing pada logam
cair akibat adanya gaya magnet antara koil dan logam cair yang akan
menimbulkan efek pengadukan (stiring effect) untuk menghomogenkan
komposisi pada logam cair . (Abrianto Akuan, 2009).
Converter ialah sebuah tabung baja dengan dinding berlapis dan tahan terhadap
temperatur tinggi serta ditempatkan pada sebuah dudukan yang dibentuk
sedemikian rupa agar posisinya dapat diubah secara vertikal mapun secara
horizontal dengan posisi mulut berada disamping atau diatas bahkan dibawah.
Posisi ini diperlukan untuk pengisian, penghembusan karbon dioksida dan
penuangan hasil pemurnian (Abrianto Akuan, 2009).
Pada dasarnya berbagai metoda dalam proses pembuatan baja ini ialah
proses pemurnian unsur besi dari berbagai unsur yang merugikan sebagaimana
telah dikemukakan terdahulu, oleh karena itu dalam proses pembuatan baja
dengan menggunakan sistem converter ini ialah salah satu proses pemurnian atau
pemisahan besi dengan menggunakan bejana sebagai alat pemanasan (peleburan)
besi kasar tersebut (Abrianto Akuan, 2009).
.
Gambar 2.8 Proses oxigen pada dapur basa untuk pemurnian besi kasar
pembuatan baja ini pada prinsipnya sama yakni menggunakan Converter, namun
Bessemer menggunakan Converter dengan dinding yang dilapisi dengan Flourite
dan Kwarsa sehingga dinding Converter menjadi sangat keras kuat dan tahan
terhadap temperature tinggi, akan tetapi dinding converter ini menjadi bersifat
asam sehingga tidak dapat mereduksi unsur Posphor, oleh karena itu dapur
Bessemer hanya cocok digunakan dalam proses pemurnian besi kasar dari bijih
besi yang rendah Posphor (Low-Posphorus Iron Ores).
austria, proses dengan hembusan udara bertekanan hingga 12 bar di atas convertor
dengan posisi vertical, setelah besi mentah (pig iron) bersama dengan sekrap
dimasukan yang kemudian dibakar, udara yang dihembuskan menghasilkan
pembakaran dengan unsur karbon, belerang dan phosphor yang terkandung
didalam besi mentah tersebut, hal ini terjadi pada saat converter dalam posisi
miring (Abrianto Akuan, 2009).
.
Batu bata silika merupakan suatu refraktori yang mengandung paling sedikit 93 %
SiO2. Bahan bakunya merupakan batu yang berkualitas. Batu bata silika berbagai
kelas memiliki penggunaan yang luas dalam tungku peleburani baja dan industri
kaca. Sebagai tambahan terhadap refraktori jenis multi dengan titik fusi yang
tinggi, sifat penting lainnya adalah ketahanannya yang tinggi terhadap kejutan
panas (spalling) dan kerefraktoriannya. Sifat batu bata silika yang terkemuka
adalah bahwa bahan ini tidak melunak pada beban tinggi sampai titik fusi
terdekati. Sifat ini sangat berlawanan dengan beberapa refraktori lainnya,
contohnya bahan silikat alumina, yang mulai berfusi dan retak pada suhu jauh
lebih rendah dari suhu fusinya. Keuntungan lainnya adalah tahanan flux, stabilitas
volum dan tahanan spalling tinggi (Bambang Suharno, 2008).
SiO2 (%)
Al2O3 (%)
Kandungan
lainnya
(%)
0Super Duty
49-53
40-44
5-7
1745-1760
High Duty
50-80
35-40
5-9
1690-1745
Menengah
60-70
26-36
5-9
1640-1680
Low Duty
60-70
23-33
6-10
1520-1595
PCE (0C)
1. Kehilangan gas buang: merupakan bagian dari panas yang tinggal dalam
gas pembakaran dibagian dalam tungku. Kehilangan ini juga dikenal
dengan kehilangan limbah gas atau kehilangan cerobong.
2. Kehilangan dari kadar air dalam bahan bakar: bahan bakar yang biasanya
mengandung kadar air dan panas digunakan untuk menguapkan kadar air
dibagian dalam tungku.
6. Kehilangan lainnya: terdapat beberapa cara lain dimana panas hilang dari
tungku, walupun menentukan jumlah tersebut seringkali sulit. Beberapa
diantaranya adalah:
Logam cair adalah cairan seprti air, tetapi berbeda dengan air dalam beberapa hal.
Pertama, kecairan logam sangat tergantung pada temperatur, dan logam cair akan
mencair seluruhnya pada temperatur tinggi, sedangkan pada temperatur rendah
akan membentuk inti-inti kristal. Kedua, berat jenis logam cair lebih besar
daripada berat jenis air, oleh karena itu dalam segi alirannya juga akan sangat
berbeda, aliran logam mempunyai kelembaban dan gaya tumbuk yang besar
disbanding dengan air. Ketiga, air menyebabkan permukaan dinding wadah
menjadi basah, sedangkan logam cair tidak(Rahmat Saptono, 2008)..
Aliran logam cair dipengaruhi oleh kekentalan logam cair dan kekasaran
permukaan cetakan. Sedangkan kekentalan bergantung kepada temperatur,
dimana pada temperatur tinggi kekentalan menjadi lebih rendah, dan pada
temperatur rendah kekentalan menjadi lebih tinggi (Rahmat Saptono, 2008).
saat yang sama. Akhirnya seluruhnya ditutupi oleh butir kristal sampai logam cair
habis. Ini mengakibatkan seluruh logam menjadi susunan kelompok-kelompok
butir kristal dan batas-batasnya yang terjadi diantaranya disebut batas butir.
(Rahmat Saptono, 2008).
Kalau logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih didinginkan dari keadaan cair,
maka butir-butir kristalnya akan berbeda dengan butir-butir kristal logam murni.
Apabila satu paduan yang terdiri dari komponen A dan komponen B membeku,
maka sukar didapat susunan butir-butir kristal A dan kristal B tetapi umumnya
didapat butir-butir kristal campuran dari A dan B. Secara terperinci ada dua hal,
pertama bahwa A larut dalam B atau B larut dalam A dan kedua bahwa A dan B
terikat satu sama lain dengan perbandingan tertentu. Hal pertama disebut larutan
padat dan yang kedua disebut senyawa antar-logam (Rahmat Saptono, 2008).
Pembekuan coran dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan,
yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam
yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sa mpai titik beku. Bagian dalam
dari coran lebih lambat mendingin daripada bagian luar, sehingga kristal-kristal
tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam coran dan butir-butir kristal
tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom, disebut struktur kolom.
Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradien temperatur yang besar terjadi
pada permukaan coran besar, umpamanya pada pengecoran dengan cetakan
logam. Sebaliknya pengecoran dengan cetakan pasir menyebabkan gradien
temperatur yang kecil dan membentuk struktur kolom yang tidak jelas (Rahmat
Saptono, 2008).
Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi yaitu penghasil timah putih,
tembaga, nikel, alumunium dan sebagainya. Dalam keadaan murni logam bukan
besi ini memiliki sifat yang sangat baik namun untuk meningkatkan kekuatan
umumnya dicampur dengan logam lain sehingga membentuk paduan. Ciri dari
logam non besi adalah mempunyai daya tahan terhadap korosi yang tinggi, daya
hantar listrik yang baik dan dapat berubah bentuk secara mudah. Pemilihan dari
peduan logam non besi ini tergantung pada banyak hal antara lain kekuatan,
kemudahan dalam pemberian bentuk, berat jenis, harga bahan baku, upah
pembuatan dan penampilannya.
Logam bukan besi ini di bagi dalam dua golongan menurut berat jenisnya,
yaitu logam berat dan logam ringan. Logam berat adalah logam yang mempunyai
berat jenis diatas 5 kg/m3.
Berat jenis dari masing-masing non besi ini dapat dilihat pada tabel 2.2
Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin berat suatu logam bukan besi maka
makin banyak daya tahan korosinya. Bahan logam bukan besi yang sering dipakai
adalah paduan tembaga, paduan alumunium, paduan magnesium, dan paduan
timah. Tabel 2.2 ini memperlihatkan perbandingan berat jenis serta berbagai
logam bukan besi (Rahmat Saptono, 2008).
Tembaga diperoleh dari bijih tembaga yang disebut Chalcoporit. Chalcoporit ini
merupakan campuran Cu2S dan Cu Fe S2 dan terdapa dalam tambang-tambang
dibawah permukaan tanah.
1. Brons
Brons adalah paduan antara tembaga dengan timah dimana kandungan
dari timah kurang dari 15% karena mempunyai titik cair yang kurang
baik maka brons biasanya ditambah seng, fosfor, timbal dan sebagainya.
2. Kuningan
Kuningan adalah paduan antara tembaga dan seng, dimana kandungan
seng sampai kira-kira 40%. Dalam ketahanan terhadap korosi dan aus
kurang baik disbanding brons tetapi kuningan mampu cornya lebih baik
dan harganya lebih murah.
3. Brons Alumunium
Brons alumunium ini adalah paduan dari tembaga dan alumunium
dengan tambahan nikel dan mangan. Kandungan alumunium 8-15,5%,
nikel kurang dari 6,5% mangan kurang dari 3,5% dan sisanya adalah
tembaga.
Untuk diagram fasa dan paduannya dapat dilihat pada gambar 2.13.
kesetimbangan fasa tembaga dimana pada diagram ini dapat dilihat temperature
terbentuknya fasa cairan, fasa dan fasa pada logam tembaga serta mengetahui
Universitas Sumatera Utara
temperatur cair dari kadar komposisi tembaga dengan kadar 100% Cu atau
tembaga murni adalah 1084C (Rahmat Saptono, 2008)..
Seng adalah logam bukan besi kedua setelah tembaga yang diproduksi secara
besar yang mana lebih dari 75% produk cetak tekan terdiri dari paduan seng.
Logam ini mempunyai kekuatan yang rendah dengan titik cair yang juga rendah
dan hampir tidak rusak di udara biasa. Dan dapat digunakan untuk pelapisan pada
besi, bahan baterai kering dan untuk keperluan percetakan.
Selain itu seng juga mudah dicetak dengan permukaan yang bersih dan
rata, daya tahan korosi yang tinggi serta biaya yang murah. Dikenal seng
komersial dengan 99,995 seng disebut special high grade. Untuk cetak tekan
diperlukan logam murni karena unsur-unsur seperti timah, cadmium dan tin dapat
menyebabkan kerusakan pada cetakan cacat sepuh.
Paduan magnesium (mg) merupakan logam yang paling ringan dalam hal berat
jenisnya. Magnesium mempunyai sifat yang cukup baik seperti alumunium, hanya
saja tidak tahan terhadap korosi. Magnesium tidak dapat dipakai pada suhu diatas
150C karena kekuatannya akan berkurang dengan naiknya suhu. Sedangkan pada
suhu rendah kekuatan magnesium tetap tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Magnesium dan paduannya lebih mahal daripada alumunium atau baja dan
hanya digunakan untuk industry pesawat terbang, alat potret, teropong, suku
cadang mesin dan untuk peralatan mesin yang berputar dengan cepat dimana
diperlukan nilai inersia yang rendah. Logam magnesium ini mempunyai
temperature 650C yang perubahan fasanya dapat dilihat pada gambar 2.14.
Karena ketahanan korosi yang rendah ini maka magnesium memerlukan
perlakuan kimia atau pengecekan khusus segera setelah benda decetak tekan.
Paduan magnesium memiliki sifat tuang yang baik dan sifat mekanik yang baik
dengan komposisi 9% Al, 0,5% Zn, 0,13% Mn, 0,5% Si, 0,3% Cu, 0,03% Ni dan
sisanya Mg. kadar Cu dan Ni harus rendah untuk menekan korosi (Rahmat
Saptono, 2008).
Bauksit merupakan salah satu sumber alumunium yang terdapat di alam. Bauksit
ini banyak terdapat di daerah Indonesia terutama di daerah Bintan dan pulau
Kalimantan. Alumunium ini pertama kali ditemukan oleh Sir Humprey Davy pada
tahun 1809 sebagai suatu unsur dan kemudian di reduksi pertama kali oleh H.C.
Oersted pada tahun 1825(Rahmat Saptono, 2008)..
C.M.
Hall seorang
berkebangsaan
Amerika
dan
Paul Heroult
daya hantar listrik besi. Berat jenis alumunium 2,643 kg/m3 cukup ringan
dibandingkan logam lain.
.
2.8.3 Sistem Penomoran Alumunium
Nomor
1001
1100
2010 2029
3033 3009
4030 4039
5050 5086
6061 6069
7070 7079
Alumunium lebih banyak dipakai sebagai paduan daripada logam murni sebab
tidak kehilangan sifat ringan dan sifat-sifat mekanisnya serta mampu cornya
diperbaiki dengan menambah unsur unsur lain. Unsur-unsur paduan yang tidak
ditambahkan pada alumunium murni selain dapat menambah kekuatan
mekaniknya juga dapat memberikan sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan
korosi dan ketahanan aus (Lawrence H. Van Vlack, 1989).
2. Al-Mn
Mn adalah unsur yang memperkuat Al tanpa mengurangi ketahanan korosi
dan dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi.
3. Paduan Al-Si
Sangat baik kecairannya dam mempunyai permukaan yang bagus sekali,
mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik sangat ringan, koefisien
pemuai yang kecil, dan penghantar yang baik untuk listrik dan panas.
Karena kelebihan yang menyolok maka paduan ini sangat banyak dipakai.
4. Paduan Al-Mg
Paduan ini mempunyai kandungan magnesium sekitar 4% sampai 10%
mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik, dapat ditempa, di rol dan
di ekstruksi. Karena sangat kuat dan mudah di las maka banyak dipakai
sebagai bahan untuk tangki LNG, kapal laut, kapal terbang serta peralatanperalatan kimia.
Universitas Sumatera Utara
Seperti telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, paduan coran alumunium ini
mengandung 4-5% Cu. Ternyata dari fasa paduan ini mempunyai daerah luas dari
pembekuannya, penyusutan yang besar, resiko besar pada kegetasan panas dan
mudah terjadi retakan pada coran. Adanya Si sangat berguna untuk mengurangi
keadaan itu dan penambahan Si sefektif untuk memperhalus butir. Dengan
perlakuan panas pada paduan ini dapat dibuat bahan yang mempunyai kekuatan
tarik kira-kira 25kgf/mm2 . (Tata Surdia dan Sinroku Saito, 1995).
O
T4
Kekuatan
tarik
(kgf/mm2)
18,3
43,6
Kekuatan
mulur
(kgf/mm2)
7,0
28,1
Perpanja
ngan
(%)
-
Kekuatan
geser
(kgf/mm2)
12,7
26,7
Kekera
san
Brinel
45
105
T4
30,2
16,9
27
19,7
70
9,5
42,9
24,6
22
100
18,9
7,7
22
12,7
42
Keada
an
Setela
h
dianil
O
Batas lah
(kgf/mm2)
7,7
12,7
(2024)
14S
(2014)
T4
T36
O
T4
T4
47,8
51,3
19,0
39,4
49,0
32,3
40,1
9,8
28,0
42,0
22
18
25
13
28,8
29,5
12,7
23,9
29,5
120
130
45
100
135
Paduan Al-Cu-Mg ini dihasilkan melalui proses pencampuran paduan ini pada
temperatur 550C.
Paduan Al-Si ini sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan bagus
sekali, pada ketegasan panas dan sangat baik untuk paduan cor. Sebagai tambahan
paduan ini mempunyai ketahanan korosi yang baik dan sangat ringan, koefisien
pemuaian yang kecil dan penghantar listrik dan panas yang baik. Karena
mempunyai kelebihan yang mencolok ini maka paduan ini sangat banyak
dipergunakan (Tata Surdia dan Sinroku Saito, 1995).
.
Paduan Al-Si ini ditemukan pertama kali oleh A. Pacz pada tahun 1921
dan paduan yang telah diadakan perlakuan tersebut dinamakan silumin.Paduan
Al-Si dengan kandungan 12% sangat banyak dipakai untuk paduan cor cetak.
Tetapi dalam hal modifikasi tidak perlu dilakukan. Sifat-sifat paduan ini dapat
diperbaiki dengan perlakuan panas dan sedikit diperbaiki dengan tambahan unsure
paduan lainnya yang umum dipakai yaitu 0,15 0,4% Mn dan 0,5% Mg. paduan
yang diberi perlakuan peraturan dan ditempa dinamakan silumin . Paduan yang
memerlukan paduan panas ditambah juga dengan unsur Mg, Cu dan Ni untuk
memberikan kekerasan pada saat proses pemanasan. Bahan ini biasa dipakai
untuk torek motor. Tabel 2.5 ini menunjukkan kekuatan dan sifat mekanis Al-S
(Tata Surdia dan Sinroku Saito, 1995).
Keadaa
n
Kekuatan
tarik
(kgf/mm2)
Kekuatan
mulur
(kgf/mm2)
Perpanja
ngan
(%)
Kekuatan
geser
(kgf/mm2)
Keker
asan
Brinel
Batas
lelah
(kgf/mm2)
175
18,3
7,0
12,7
45
7,7
(2017)
T4
43,6
28,1
26,7
105
12,7
T4
30,2
16,9
27
19,7
70
9,5
Setelah
dianil
42,9
24,6
22
100
18,9
7,7
22
12,7
42
T4
47,8
32,3
22
28,8
120
T36
51,3
40,1
29,5
130
19,0
9,8
18
12,7
45
T4
39,4
28,0
25
23,9
100
T4
49,0
42,0
13
29,5
135
A175
(A2017)
RJ17
24S
(2024)
14S
(2014)
Koefisien pemuaian termal dari Si sangat rendah, oleh karena itu paduannya
mempunyai koefisien yang rendah juaga apabila ditambah Si lebih banyak.
Berbagai cara dicoba untuk memperhalus butir primer Si, seperti yang telah
dikembangkan pada paduan Hypereotektik Al-Si sampai dengan 29%Si. Paduan
Al-Si juga banyak dipakai untuk elektroda pengerasan terutama yang
mengandung 5% Si. (Tata Surdia dan Sinroku Saito, 1995).
sangat baik mampu bentuknya yang tinggi pada temperatur biasa. Mempunyai
kemampuan bentuk yang lebih baik pada ekstruksi dan tahan korosi dan sebagai
tambahan banyak digunakan untuk angka-angka konstruksi(Rahmat Saptono,
2008).
Karena paduan ini mempunyai kekuatan yang sangat baik tanpa
mengurangi sifat kehantaran listriknya maka dapat digunakan untuk kabel tenaga
listrik. Dalam hal ini pencampuran dengan Cu, Fe dan Mn perlu dihindari karena
unsur-unsur itu menyebabkan tahanan listrik menjadi tinggi. Kelebihan dari
paduan Al-Mg-Si dapat dilihat pada tabel 2.6.
Perpanjan
gan (%)
Kekuatan
geser
(kgf/mm2)
Kekeras
an
Brinell
Kekuatan
lelah
(kgf/mm2)
Paduan
Keadaan
Kekuatan
tarik
(kgf/mm2)
6061
O
T4
T6
12,6
24,6
31,6
5,6
14,8
28,0
30
28
15
8,4
16,9
21,0
30
65
95
6,3
9,5
9,5
6063
T5
T6
T83
19,0
24,6
26,0
14,8
20,8
24,6
12
12
11
11,9
15,9
15,5
60
73
82
6,7
6,7
-
31971,73 KJ
298028,99 KJ
383,8 KJ
40467,42 KJ
5270,56 KJ
376112,5 KJ
Sumber:Bramantha Ginting,,2008
3250,29 KJ/Jam
761,6797 KJ/Jam
2160,855 KJ/Jam
Total
6172,8247 KJ/Jam
Sumber:Bramantha Ginting,,2008
Table 2.9 Waktu serta bahan bakar yang dibutuhkan untuk peleburan
waktu peleburan
2,51 jam
9,43 liter
Sumber:Bramantha Ginting,,2008
334166,83 KJ
kalor tebuang
5329, 77 KJ/jam
Waktu
1,7 jam
8,4 liter
Tabel 2.11 Perbandingan data survey dengan dapur sebelum dirancang Ulang
Yang di
bandingkan
Sebelum dirancang
ulang
Data Survey
Efisiensi data
survey
Kalor terserap
376112,5 KJ
334166,83 KJ
11,15%
Kalor terbuang
6172,8247 KJ/Jam
5329, 77 KJ/jam
13,657%
Waktu peleburan
2,5 Jam
1,7 jam
32%
Bahan bakar
diperlukan
9,43 liter
8,4 liter
10,92%