OLEH:
KELOMPOK 3
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini merupakan salah satu syarat telah menyelesaikan mata kuliah
Analisis Pangan pada Semester Gasal Tahun 2014 di Fakultas Teknologi Pangan
dan Agroindustri Universitas Mataram.
Mataram, 29 November 2014
Menyetujui,
Praktikan,
Chairul Anam Afgani
C1C011020
Jumratul Aini
J1A012058
Nabila Shufiandani
C1C011062
Khaerul
J1A212060
Neli Agustina
J1A012089
Nurul Muchlisah
J1A012105
Riezka Zuhriatika R.
J1A012111
Sumiati
J1A012134
Tendri Nining Lestari
J1A012136
Emi Suhaemi
J1A212036
Mengetahui,
Koordinator I
Praktikum Sanitasi Industri Pangan,
Koordinator II
Praktikum Sanitasi Industri Pangan,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Laporan
Tetap Praktikum Sanitasi Industri Pangan ini.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini. Kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi kita semua pada
umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin Ya
Rabbal Alamin.
Mataram, November 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
ACARA I. UJI SANITASI PEKERJA PENGOLAHAN PANGAN
Pendahuluan ....................................................................................... 1
Tinjauan Pustaka ................................................................................ 2
Pelaksanaan Praktikum ...................................................................... 5
Hasil Pengamatan ............................................................................... 8
Pembahasan ........................................................................................ 9
Kesimpulan ...................................................................................... 13
ACARA II. UJI SANITASI WADAH DAN ALAT PENGOLAHAN
Pendahuluan ..................................................................................... 14
Tinjauan Pustaka .............................................................................. 15
Hasil Pengamatan dan Perhitungan .................................................. 18
Pembahasan ...................................................................................... 26
Kesimpulan ...................................................................................... 29
ACARA III. UJI SANITASI RUANGAN PENGOLAHAN
Pendahuluan ..................................................................................... 30
Pelaksanaan Praktikum .................................................................... 33
Hasil Pengamatan dan Perhitungan .................................................. 35
Pembahasan ...................................................................................... 40
Kesimpulan ...................................................................................... 43
ACARA IV. UJI SANITASI BAHAN DASAR DALAM PENGOLAHAN
PANGAN
Pendahuluan ..................................................................................... 44
Tinjauan Pustaka .............................................................................. 45
Pelaksanaan Praktikum .................................................................... 48
Hasil Pengamatan dan Perhitungan .................................................. 50
Pembahasan ...................................................................................... 52
Kesimpulan ...................................................................................... 55
ACARA V. UJI SANITASI AIR DALAM PENGOLAHAN PANGAN
Pendahuluan ..................................................................................... 56
Tinjauan Pustaka .............................................................................. 57
Pelaksanaan Praktikum .................................................................... 59
Hasil Pengamatan dan Perhitungan .................................................. 61
Pembahasan ...................................................................................... 63
Kesimpulan ...................................................................................... 67
ACARA VI. UJI SANITASI MAKANAN JAJANAN SEKITAR KAMPUS
Pendahuluan ..................................................................................... 68
Tinjauan Pustaka .............................................................................. 69
Pelaksanaan Praktikum .................................................................... 71
Hasil Pengamatan Dan Perhitungan ................................................. 72
Pembahasan ...................................................................................... 75
Kesimpulan ...................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
................................................................................................. Halaman
ACARA I
UJI SANITASI PEKERJA PENGOLAHAN PANGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengolahan bahan pangan merupakan suatu proses yang sangat rentan
dicemari oleh mikroorganisme. Salah satu sumber pencemaran bahan pangan
adalah dari pekerja pengolahan pangan. Mikroorganisme yang terdapat pada
pekerja pengolahan dapat menyebabkan penyakit bagi konsumen makanan yang
diproduksinya. Media pertumbuhan mikroorganisme tersebut antara lain pada
tangan, hidung, rambut, kulit dan bagian-bagian tubuh lainnya. Untuk
menghindari terjadinya kontaminan oleh para pekerja pengolahan tersebut, maka
perlu dilakukan pengawasan terhadap sanitasi pekerja pengolahan pangan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan praktikum ini agar dapat diketahui mengenai sanitasi
pekerja pengolahan pangan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui mikroorganisme
yang tumbuh di tangan dan rambut manusia dan menguji daya antiseptik sabun
terhadap mikroorganisme.
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi
merupakan
sarana
pencegahan
penyakit
dengan
cara
tersebut
yang
akan
membantu
dalam
memperbaiki,
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 09 Oktober 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Prosedur Kerja
a. Uji Kebersihan Tangan
1. Disiapkan media cawan petri untuk media Plate Count Agar (PCA) dan
Violet Red Bile Agar (VRBA).
2. Diberi perlakuan uji kebersihan tangan pada tangan, yaitu tangan tanpa
dicuci, tangan dicuci dengan air mengalir, dan tangan dicuci dengan air yang
ditampung dalam ember.
3. Ditempel jari telunjuk kanan dan kiri pada agar cawan selama 4 detik
kemudian cawan ditutup kembali.
4. Diinkubasi semua cawan secara terbalik pada suhu 30oC selama 3 hari.
5. Diamati pertumbuhan mikroba pada PCA dan koloni koliform pada VRBA.
b. Uji Daya Antiseptik Sabun
1. Disiapkan media cawan petri untuk media Plate Count Agar (PCA) dan
Violet Red Bile Agar (VRBA).
2. Dicuci tangan pekerja untuk masing-masing kelompok dengan perlakuan
yang berbeda, yaitu tanpa dicuci, dicuci dengan air biasa, dicuci dengan
sabun non-antiseptik, dicuci dengan sabun antiseptik dan dicuci dengan
handsanitizer.
3. Ditempelkan jari telunjuk tangan kanan dan kiri pada agar cawan selama 4
detik, kemudian cawan ditutup kembali.
4. Diinkubasi semua cawan secara terbalik pada suhu 30oC selama 3 hari.
5. Diamati pertumbuhan mikroba pada PCA dan koloni koliform pada VRBA.
c. Uji Kontaminasi Rambut
1. Disiapkan media Nutrient Agar (NA) dan media Potato Dextrose Agar
(PDA).
2. Dipotong atau digunting 2 helai rambut pekerja denganpanjang 2 cm
menggunkan pinset dan gunting steril.
3. Diletakan helai rambut tersebut pada media NA dan PDA.
4. Diinkubasi media NA secara terbalik dan media PDA secara tidak terbalik
pada suhu 30oC selama 3 hari.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Uji Kebersihan Tangan
Klp.
I
II
III
IV
Perlakuan
Tanpa dicuci
Dicuci dengan air mengalir
Dicuci dengan air dalam baskom
Tangan tanpa dicuci
Dicuci air mengalir
Dicuci dalam ember
Tanpa dicuci
Dicuci dengan air mengalir
Dicuci dengan air dalam ember
Tangan tidak dicuci
Tangan dicuci dengan air mengalir
Tangan dicuci dengan air dalam ember
Media (CFU/gr)
PCA
VRBA
>250
1
>250
1
>250
>250
>250
0
>250
>250
40
4
2
2
3
>250
1
36
6
>250
16
PEMBAHASAN
Sanitasi pekerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam pengolahan pangan. Mikroorganisme yang terdapat pada pekerja dapat
menyebabkan penyakit bagi orang-orang yang mengkonsumsi makanan yang
diproduksinya. Mikroorganisme yang terdapat pada kulit terbagi menjadi flora
transien dan flora residen. Flora transien adalah flora yang diisolasi dari kulit
tetapi tidak menetap dikulit. Bisanya flora ini dapat ditemukan di telapak tangan
dan ibu jari. Contoh flora transien yang bersifat patogen adalah Escherichia coli,
Salmonella, Shigella, Clostridium perfringens, Giarda lamblia, virus Norwalk,
dan Hepatitis A. Flora transien dapat dihilangkan atau mati dengan cuci tangan,
sedangkan flora residen yang sering dijumpai di bawah kuku sulit dihilangkan.
Flora residen akan selalu ada dan bertahan hidup, apalagi jika tempat tersebut
memiliki lingkungan yan mendukung pertumbuhan mikroba. Pencucian dan
mandi tidak mengurangi secara nyata jumlah flora residen (Rachmawati, 2009).
Pencucian tangan merupakan hal pokok yang perlu dilakukan pekerja
pengolahan pangan. Cuci tangan merupakan cara menghilangkan kotoran dan
debu secara mekanis dari permukaan kulit untuk mengurangi jumlah
mikrooganisme sementara. Cuci tangan merupakan tindakan paling penting dalam
mencegah kontaminasi silang (Pramono, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan uji
kebersihan tangan di media Plate Count Agar (PCA), tangan yang dicuci dengan
air yang ditampung dalam ember menunjukan jumlah mikroorganisme terbanyak,
yaitu 3 CFU/gram, sebab air dalam ember telah tercemar bakteri dan kemudian
mengkontaminasi tangan. Jumlah mikroorganisme pada tangan tanpa dicuci
10
dengan air mengalir dan dicuci dengan air mengalir sama, yaitu 2 CFU/gram.
Kesamaan jumlah mikroorganisme pada tangan tanpa dicuci dengan air mengalir
dan dicuci degan air mengalir terjadi sebab mencuci tangan tidak cukup dengan
air saja, air tidak dapat membunuh mikroorganisme pada tangan. Salain itu hal
tersebut terjaid karena terlalu sebentarnya waktu cuci tangan dan tidak mengikuti
cara cuci tangan yang benar. Sementara itu pengamatan pada media Violet Red
Bile Agar (VRBA) menunjukan tidak ada koliform yang tumuh. Hal ini
menunjukan tidak terdapat bakteri patogen pada tangan pekerja.
Tangan yang dicuci dengan air saja belum tentu bersih, sehingga perlu
menggunakan bahan antispetik untuk menghilangkan mikroorganisme yang
menempel pada bagian kulit. Berdasarkan hasil pengamatan uji daya antiseptik
sabun di media Plate Count Agar (PCA), tangan tanpa dicuci menunjukan jumlah
mikroorganisme yang sangat banyak, bahkan jumlahnya >250 CFU/gram. Namun,
setelah tangan dicuci dengan sabun antiseptik LIFEBUOY terlihat bahwa jumlah
mikroorganisme berkurang, yaitu 43 CFU/gram. Hal ini terjadi sebab LIFEBUOY
mengandung bahan aktif berupa triclorocarbon dan triclosan. Keduanya memiliki
sifat
antiseptik,
yaitu
dapat
membunuh
dan
mencegah
pertumbuhan
11
sehingga
mendorong
pertumbuhan
mikroorganisme.
Cara
pengolahan makanan,
mengenakan pakaian yang bersih, mengenakan sarung tangan sekali pakai jika
kontak dengan peralatan atau makanan dan tidak merokok (Lukman, 2010).
12
13
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pencucian tangan berpengaruh terhadap jumlah mikroorganisme yang terdapat
paada tangan.
2. Tangan yang dicuci dengan air yang ditampung dalam ember memiliki jumlah
mikroorganisme terbanyak.
3. Sabun antiseptik LIFEBUOY efektif mengurangi jumlah mikroorganisme pada
tangan.
4. Tidak terdapat koloni koliform yang tumbuh pada tangan.
5. Rambut lebih mudah terkontamiasi oleh bakteri daripada kapang dan khamir.
14
ACARA II
UJI ANITASI WADAH DAN ALAT PENGOLAHAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wadah dan alat pegolahan memiliki peranan penting dalam proses
pengolahan makanan. Jika wadah atau alat yang digunakan dalam pengolahan itu
kotor dan tidak pernah dibersihkan maka pada wadah atau alat tersebut akan
menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme. Apalagi jika di dalam wadah
masih terdapat sisa makanan yang menempel di dinding-dinding wadah
menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang tidak diinginkan
seperti kapang, khamir dan bakteri. Jika makanan diolah dan ditempatkan di
dalam
wadah
yang
kotor
dan
tidak
pernah
dibersihkan
maka
akan
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji pertumbuhan
mikroba pada efisiensi sanitasi terhadap wadah dan alat pengolahan makanan
yang dilakukan dengan menggunakan metode bilas dan metode oles/swab.
15
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi
merupakan
sarana
pencegahan
penyakit
dengan
cara
tersebut
yang
akan
membantu
dalam
memperbaiki,
16
17
menit. Drying bertujuan supaya tidak ada genangan air yg menjadi tempat
pertumbuhan mikroorganisme (Rukmana, 2011).
18
Total
koloni
> 250
120
> 250
> 250
Tabel 2.2. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan (Metode Oles/ Swab)
Skim Milk Agar
Total
Nutrient Agar (NA)
Total
(SMA)
Perlakuan
kolon
koloni
i
Sebelum
sesudah
Sebelum sesudah
Talenan plastik 1
8
5
6,5
> 250
> 250
> 250
Talenan kayu 1
3
1
2
115
1
58
Talenan plastik 2
53
11
32
> 250
51
> 250
Talenan kayu 2
7
> 250
> 250
8
4
6
Hasil Perhitungan
1. Uji Sanitasi Wadah (Metode Bilas)
Tanpa dibilas
Media NA 0,1 ml
Sebelum
Sesudah
19
Total koloni
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
= >250 koloni
Sesudah
Total koloni
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
20
Total koloni
Sesudah
Total koloni
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
= >250 koloni
21
Sesudah
Total koloni
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
Sesudah
Total koloni
22
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
Talenan kayu
Media NA 0,1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
23
Talenan Plastik
Media NA 0,1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
Talenan Kayu
Media NA 0,1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
= >250 koloni
24
Media SMA 1 ml
Sebelum
Sesudah
Total koloni
25
26
PEMBAHASAN
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi percobaan untuk
menghilangkan kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi
dengan menggunakan germisidal dengan pencucian menggunakan air, dan
biasanya
menggunakan
deterjen
untuk
membantu
proses
pembersihan.
27
yang tumbuh pada media NA sebanyak >250 koloni dan pada media SMA yaitu
sebanyak 120 koloni. Dibilas dengan SUNLIGHT pada media NA total rata-rata
koloni yang tumbuh sebanyak > 250 koloni dan pada media SMA seanyak >250
koloni. Perlakuan botol dicuci dengan air hangat pada media NA dan SMA total
rata-rata koloni yang tumbuh yaitu >250 koloni. Hal ini bertentangan dengan
literature yang menyatakan bahwa penggunaan sanitizer berupa air panas dan
SUNLIGHT dapat membunuh sebagian besar mikroba pada wadah dan alat
pengolahan. Hasil tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kontaminasi dari udara lingkungan saat melakukan pengujian yang tidak steril,
praktikan yang tidak mengkondisikan diri dalam keadaan steril dan kesalahan
praktikan dalam melakukan pengujian.
Berdasarkan hasil uji sanitasi alat dengan metode oles/swab didapatkan
pertumbuhan koloni pada sampel talenan plastik dengan media Nutrient Agar
(NA) total rata-rata koloni yang tumbuh yaitu 6,5 koloni dan pada media Skim
Milk Agar (SMA) total rata-rata koloni yang tumbuh yaitu > 250 koloni. Pada
talenan kayu total rata-rata koloni yang tumbuh sebanyak 2 koloni pada media NA
dan 58 koloni pada media SMA. Pada percobaan kedua dengan sampel talenan
plastic terdapat pertumbuhan koloni pada media NA dengan total rata-rata 32
koloni dan pada media SMA sebanyak >250 koloni. Sedangkan pada sampel
taenan kayu total rata-rata koloni yang tumbuh sebanyak >250 koloni pada media
NA dan 6 koloni pada media SMA. Penggunaan talenan plastik lebih baik
daripada penggunaan talenan kayu. Talenan kayu memiliki celah /rongga/poripori yang dapat menyerap air dan digunakan sebagai tempat tumbuh
28
menyikat
dan
penambahan
desinfektan
setelah
selesai
peraturan
telah
dibuat
dalam
bentuk
Permenkes
RI
No.
29
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sanitasi alat dan wadah bertujuan untuk membunuh sebagian besar atau semua
mikroorganisme yang terdapat pada permukaannya.
2. Uji sanitasi wadah dan alat pengolahan dilakukan dengan dua metode yaitu
metode bilas dan metode oles/swab.
3. Faktor yang mempengaruhi hasil pengamatan yaitu kontaminasi dari udara,
lingkungan penguji dan praktikan.
4. Total rata-rata koloni yang tumbuh pada wadah botol yang dicuci dengan
SUNLIGHT yaitu >250 koloni pada media NA dan SMA.
5. Beberapa bakteri koloni yang dapat mengkontaminasi wadah dan alat yang
dapat menyebabkan penyakit yaitu Vibrio Parahaemoliticus, Staphylococcus,
Salmonella, Escherichia coli dan Clostridium perfringens.
30
ACARA III
UJI SANITASI RUANGAN PENGOLAHAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sanitasi ruangan pengolahan merupakan sanitasi yang penting untuk
dilakukan karena udara yang terdapat di ruangan kemungkinan besar akan
tercemar oleh lingkungan yang tidak bersih disekitar ruangan tersebut. udara yang
kotor akan menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap produk pangan yang
diolah diruangan tersebut, karena ruangan tersebut sudah kotor dan tidak steril.
Adanya mikroba di udara pada suatu ruangan dapat dipengaruhi oleh lingkungan
baik oleh lingkungan fisik, lingkungan kimia maupun lingkungan biologisnya.
Oleh karena sanitasi ruangan pengolahan sangat penting, maka dilakukanlah
praktikum sanitasi ruangan pengolahan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kontaminasi
apa saja yang terdapat di udara, lantai dan meja ruangan pengolahan.
31
TINJAUAN PUSTAKA
mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi dari penderita yang
mengalami infeksi saluran pencernaan dari ruang yang digunakan dalam
fermentasi dan sebagainya. Mikroba yang terdapat di udara biasanya melekat pada
bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Weslie, 2008).
Bakteri tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara dan tertawa.
Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui
debu dan udara. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang
mengandung mikroba. Setiap tetesan saliva dan mukus dapat berisi ribuan
mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar
antara 10.000 sampai 100.000 (Rukmana, 2011).
Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara ditentukan oleh
sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan
manusia disemprotkan melalui batuk dan bersih dan partikel-partikel debu dari
permukaan bumi diedarkan oleh aliran udara. Kontaminasi oleh mikroorganisme
dapat terjadi setiap saat. Oleh sebab itu karena sanitasi lingkuangan sangat perlu
untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam bidang mikrobiologi atau
pengolahan produk makanan atau industri (Mustahib, 2011).
Flora mikroorganisme udara terdiri dari mikroorganisme yang terdapat
sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu.
32
Mikroorganisme yang terdapat di udara dapat berupa bakteri, kapang dan khamir.
Bakteri yang terdapat di udara misalnya Bacillus, Staphylococcus, Streptococcus
dan lain sebagainya. Khamir yang terdapat di udara misalnya Aspergillus, Mucor,
Rhizopus dan lain sebagainya. Kapang yang terdapat di ruang pengolahan
misalnya Candida, Saccharomyces dan Pacylomyces (Lukman dan Soejoedono,
2009).
Persyaratan untuk luas ruangan pengolahan adalah sekurang-kurangnya
40% dari luas ruang makan, atau 27% luas bangunan. Permukaan langit-langit
harus menutup seluruh atap, ruang dapur, rata, berwaran terang dan mudah
dibersihkan. Ventilasi dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun
wewangian yang dipasang setinggi 2 meter dari lantai. Permukaan lantai dibuat
cukup landai kearah saluran pembuangan air limbah. Kapasitasnya disesuaikan
dengan luas dapur, udara didapur tidak boleh mngandung lebih dari 5 juta kuman
per gram. Tungku dapur lengkap dengan sungkuo asap, alat pengkap asap,
cerobong asap, saringan, saluran dan pengumpulan lemak. Pintu yang
berhubungan dengan halaman luar dibuat dengan pintu bagian luar membuka ke
luar, daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat yang dapat menutup sendiri
sehingga mencegah masuknya serangga. Ruang dapur setidaknya mencakup
tempat pencucian peralatan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan, penyiapan
dan administrasi. Tersedia pula setiknya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas
penyimpan dingin, rak peralatan dan bak pencucian yang berfungsi dan terpelihara
dengan baik (Arisman, 2009).
33
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 06 November 2014 di
Industri Tempe Abian Tubuh dan Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Prosedur kerja
a. Uji Kontaminasi Udara
1. Disiapkan media NA dan PDA masing-masing 4 buah cawan petri.
2. Masing-masing cawan media dan PDA diletakkan secara terpisah pada
beberapa tempat di dalam ruangan.
3. Dibuka tutup cawan petri dan dibiarkan selama 5 menit.
4. Ditutup dan diinkubasi pada suhu 30oC selama 3 hari.
5. Diamati dan dihitung koloni yang tumbuh pada masing-masing cawan.
34
35
Ruang
Medium NA
U1
U2
Total
Koloni
Media
PDA
U1
U2
Total
Koloni
Kerupuk
Kulit
Seganteng 1
Kerupuk
Kulit
Seganteng 2
Tempe Abian
Tubuh
Pengolahan
32
48
3657,43
72
>250
>250
Pengemasan
>250
38
>250
26
37
>250
Pengolahan
56
91
>250
>250
Pengemasan
84
51
>250
24
31
>250
Pengolahan
Pengemasan
18
10
64
10
6
21
33
51
Tahu
Abian Tubuh
Pengolahan
32
44
>250
>250
>250
27
16
>250
>250
>250
Pengemasan
67
>250
>250
21
20
>250
Hasil Perhitungan
1. Uji Sanitasi Ruang Pengolahan
Insdustri Kerupuk Kulit Seganteng 1
Ruang Pengolahan
36
Media NA =
=
= 36571,43 cm/gr
Media PDA = j
= >250
Ruang Pengemasan
Media NA =
= >250
Media PDA =
=
= 28799,82 cm/gr
Industri Kerupuk Kulit Seganteng 2
Ruang Pengolahan
Media NA =
= 73,5
= 67200,021 cm/gr
Media PDA =
=6
= 5485,716 cm/gr
Ruang Pengemasan
Media NA =
= 67,5
= 61714, 305 cm/gr
37
Media PDA =
= 27,5
= 25142,865 cm/gr
Industri Tempe Abian Tubuh
Ruang Pengolahan
Media NA =
= 41
= 37485 cm/gr
Media PDA =
= 19,5
= 17828 cm/gr
Ruang Pengemasan
Media NA =
= 10
= 9143 cm/gr
Media PDA = j
= 36
= 32914 cm/gr
Industri Tahu Abian Tubuh
Ruang Pengolahan
Media NA =
= 38
= 34743,64 cm/gr
38
Media PDA =
= 23
= 21028,44 cm/gr
Ruang Pengemasan
Media NA =
= 138
= 126170,64 cm/gr
Media PDA =
= 20,5
= 18742,74 cm/gr
2. Uji Sanitasi Meja Dan Lantai Ruang Pengolahan
Industri Kerupuk Kulit Seganteng 1
Meja
= >250 cm/gr
Lantai
= >250 cm/gr
= >250 cm/gr
Lantai
= >250 cm/gr
=
=
= 0,66 cm/gr
Lantai
=
=
= 1,33 cm/gr
39
= >250 cm/gr
Lantai
= >250 cm/gr
40
PEMBAHASAN
Sanitasi ruang pengolahan berperan penting dalam menentukan berhasil
tidaknya upaya sanitasi makanan secara keseluruhan. Ruang pengolahan yang
bersih dan dipelihara dengan baik merupakan tempat yang higienis sekaligus
menyenangkan sebagai tempat kerja. Hal yang menentukan dalam menciptakan
ruang pengolahan yang saniter adalah konstruksi dapur dan tata letak. Standar
Nasional Indonesia (SNI) terhadap ruang pengolahan yaitu tidak boleh terdapat
lebih dari 100 total koloni mikroba dan tidak boleh ada bakteri patogen. Udara di
ruang
pengolahan
dapat
menjadi
sumber
mikroorganisme
dan
media
adalah
Bacillus
subtilis,
Streptococcus
pneumoniae
dan
Listeria
41
42
43
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sanitasi ruang pengolahan berperan penting dalam menentukan berhasil
tidaknya upaya sanitasi makanan secara keseluruhan.
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap ruang pengolahan yaitu tidak boleh
lebih dari 100 total koloni mikroba dan tidak boleh ada bakteri patogen.
3. Udara di ruang pengolahan dan pengemasan pada semua industri yang
dikunjungi masih belum memenuhi standar SNI.
4. Sanitasi meja dan lantai di industri tempe Abian Tubuh cukup baik jika
dibandingkan dengan industri lainnya yang dikunjungi.
5. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi adalah faktor
fisik, faktor kimia dan faktor mikrobiologi.
44
ACARA IV
UJI SANITASI BAHAN DASAR DALAM PENGOLAHAN PANGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengolahan bahan pangan merupakan suatu proses yang sangat rentan
dicemari oleh mikroorganisme. Salah satu sumber pencemaran bahan pangan
adalah dari bahan dasarnya itu sendiri. Bahan dsasar yang terkontaminasi akan
mengalami kerusakan, khususnya kerusakan mikrobiologis. Kerusakan tersebut
akan mengurangi kualitas produk yang dihasilkan., bahkan dapat menyebabkan
penyakit yang membahayakan konsumen. Salah satu bahan dasar yang sering
digunakan dalam pengolahan adalah tepung dan gula. Tepung dan gula
merupakan sumber karbohidrat sehingga dapat menjadi media pertumbuhan yang
disukai oleh mikroba. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum ini untuk
mengetahui tentang kontaminasi mikroba pada bahan dasar.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi
bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan pangan.
45
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi
merupakan
sarana
pencegahan
penyakit
dengan
cara
46
47
siwalan (Borassus flabellifer) atau jenis palem lainnya dan berbentuk cetak atau
serbuk. Kadar air pada gula palem berkisar antara 3-10% dan kadar gula
pereduksinya berkisar antara 6-10%. Gula Kristal putih adalah gula Kristal yang
dibuat dari tebu atau bit melalui proses sulfitasi, karbonatasi atau fosfatasi
sehingga langsung dapat dikonsumsi. Kadar air gula kristal putih < 0,1%, kadar
air yang > 0,1% bisa menyebabkan gula menggumpal ataupun mikrob dapat
tumbuh subur dalam kemasan gula (Bastian, 2011).
48
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 13 November 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri,
inkubator, mikropipet, blue tip, sendok, vortex, waterbath, timbangan analitik,
botol, aluminium foil dan lampu bunsen.
b. Bahan-bahn praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung terigu
ROSEBRAND, tepung terigu SEGITIGA BIRU, tepung beras tanpa merk, tepung
terigu tanpa merk, gula putih tanpa merk, gula putih merk GULAKU, gula merah
tanpa merk, gula palem, alkohol, aquades, NaCl steril dan media Skim Milk Agar
(SMA).
Prosedur Kerja
a. Sampel Tepung
1. Ditimbang 5 gr sampel tepung dan dimasukkan ke dalam botol berisi 50
ml aquades kemudian divortex.
2. Dipipet 10 ml suspensi tersebut ke dalam botol berisi media Skim Milk
Agar (SMA) dan NaCl 45 ml kemudian divortex.
49
50
Hasil Perhitungan
a. Sampel Tepung
1. Tepung terigu tanpa merek
S
51
b. Sampel Gula
1. Gula putih tanpa merek
S
2. Gulaku
S
4. Gula palem
S
52
PEMBAHASAN
Mutu bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan pangan sangat
menentukan mutu produk akhir (produk olahan). Penggunaan bahan baku yang
tekontaminasi
oleh
mikroorganisme
dalam
jumlah
yang
banyak
akan
menghasilkan produk olahan dengan mutu rendah dan dapat menyebabkan produk
lebih mudah busuk selama penyimpanan. Salah satu jenis mikroorganisme yang
sering mengontaminasi bahan dasar adalah spora flat sour thermofilik. Menurut
Marriot (2009), spora flat sour adalah spora penyebab kebusukan asam tanpa gas
dan dapat tumbuh pada suhu 40 C- 60 C atau lebih. Contoh spora flat sour
thermofilik adalah Baciilus stearothermopilus dan Bacillus coagulans.
Bahan dasar yang diamati pertumbuhan spora flat sour thermofiliknya
pada praktikum ini adalah beberapa jenis tepung dan gula baik yang bermerk
ataupun tidak bermerk. Tepung dan gula sering terkontaminasi spora disebabkan
oleh banyaknya kandungan karbohidrat sehingga menjadi media pertumbuhan
yang baik bagi mikroorganisme. Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah total
flat sour thermofilik pada sampel tepung terigu tanpa merk dan sampel tepung
terigu SEGITIGA BIRU sama-sama >250 CFU/gr, sedangkan pada sampel tepung
beras tanpa merk dan tepung beras ROSEBRAND berturut-turut adalah 176
CFU/gr dan 148 CFU/gr. Menurut SNI 3751:2009 tentang tepung terigu dan SNI
3549:2009 tentang tepung beras, batas cemaran mikroba adalah maksimal 1x104
CFU/gr. Oleh karena itu, hanya sampel tepung beras saja yang memenuhi standar
SNI, baik yang tanpa merk maupun merk ROSEBRAND. Jumlah spora yang
tumbuh pada sampel tepung terigu lebih banyak daripada tepung beras
53
dikarenakan kadar air tepung terigu lebih rendah namun kadar protein dan lemak
lebih tinggi sehingga lebih disukai oleh mikroorganisme sebagai media
pertumbuhannya (Purnomowati, 2012).
Selama proses penyimpanan gula dapat mengalami kerusakan karena
mikroorganisme. Menurut Bastian (2011), faktor terbesar yang mempengaruhi
kadar non gula dan air pada lapisan film dan yang ada dipermukaan Kristal gula.
Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukkan bahwa jumlah spora flat sour
thermofilik pada gula putih merk GULAKU dan gula merah tanpa merk samasama >250 CFU/gr, sedangkan pada sampel gula pasir tanpa merk dan gula palem
berturut-turut adalah 148 CFU/gr dan 8 CFU/gr. Gula merah lebih cepat
mengalami perubahan mutu selama penyimpanan dikarenakan gula merah
memiliki kadar air yang lebih tinggi dari gula putih, sehingga lebih mudah
terkontaminasi oleh mikroorganisme. Menurut Bastian (2011), ketahanan gula
selama penyimpanan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain karena pengaruh
kondisi tempat penyimpanan, kemasan yang diguanakan juga dari kualitas gula
yang diproduksi oleh pabrik gula. Penggumpalan (caking) selama proses
penyimpanan merupakan kondisi yang terjadi karena adanya perbedaan
kelembaban antara Kristal gula dengan lingkungannya. Menurut Sutanto (2008),
penurunan kualitas gula dipengaruhi oleh ukuran partikel kristal yang kecil dan
tidak rata, kandungan gula reduksi yang tinggi yang berperan dalam sifat
higroskopis gula kristal, jumlah zat tak larut yang menempel pada permukaan
kristal gula dapat membawa air dan tempat tumbuhnya mikroorganisme, kadar air
gula kristal yang tinggi saat dipacking dan kelembaban atmosfer yang tinggi.
54
Bahan baku yang baik untuk digunakan adalah memiliki kandungan nutrisi
yang baik, tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan atau kebusukan, serta aman
untuk dikonsumsi. Kandungan nutrisi yang baik terdapat dalam bahan baku yang
kualitas fisik, kimia dan biologis juga baik. Beberapa macam makanan terutama
bahan tambahan makanan dapat mengancam kesehatan manusia sehingga lebih
baik tidak digunakan secara berlebihan (Purnomowati, 2012).
55
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Spora flat sour thermofilik adalah spora penyebab kebusukan asam tanpa gas
dan dapat tumbuh pada suhu 40-60C atau lebih.
2. Lebih banyak spora yang tumbuh pada sampel tepung terigu daripada tepung
beras.
3. Hanya sampel tepung beras yang memenuhi standar SNI untuk batas cemaran
mikroba, baik yang bermerk maupun tidak bermerk.
4. Sampel gula putih merk GULAKU dan gula merah tanpa merk sama-sama
memiliki jumlah total spora flat sour >250 CFU/gr.
5. Ketahanan gula dipengaruhi oleh faktor kondisi penyimpanan, kemasan,
kualitas gula saat diproduksi, kandungan gula reduksi dan zat tak larut serta
kadar air dan kelembaban atmosfer.
56
ACARA V
UJI SANITASI AIR DALAM PENGOLAHAN PANGAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan utama manusia. Makanan
dan minuman digunakan oleh manusia sebagai sumber energi yang digunakan
untuk keberlangsungan hidupnya. Akan tetapi makanan dan minuman berpotensi
membahayakan
tersebut dapat berupa mikroorganisme pathogen yang berasal dari air yang
digunakan selama peruses pengolahan. Dalam industri pangan, air harus
memenuhi
syarat-syarat
tertentu
sesuai
dengan
tujuan
penggunaannya.
Penyediaan air yang memenuhi syarat-syarat tertentu dalam jumlah yang cukup
menjadi sesuatu yang sangat penting. Kualitas air yang digunakan untuk
pembersihan bahan baku dan peralatan sangat menentukan kualitas makanan yang
dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum uji sanitasi air dalam
pengolahan pangan untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang
sering digunakan baik sebagi air minum maupun air dalam pengolahan pangan.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi
air yang digunakan dalam proses pengolahan pangan.
57
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Untuk kebutuhan pengolahan maupun diminum, mutu air harus tetap dijaga. Oleh
karena itu penanganan air biasanya diperlukan untuk persediaan air yang
diperoleh dari sumber di bawah tanah atau sumber di permukaan (Buckle et al,
2009).
Air merupakan media yang baik untuk ditumbuhi mikroba. Dari sekaian
banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia, ada
beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena
mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas lainnya.
Mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator kualitas air (Nugroho,
2006).
Bakteri Coliform bersifat aerob dan anaerob fakultatif, termasuk ke dalam
bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk batang (basil), dan dapat
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar, 1958).
Golongan bakteri Coli merupakan jasad indikator dalam air, bahan makanan, dan
sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya, yang mempunyai persamaan sifat
gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora, dan mampu
memfermentasikan laktosa pada temperatur 37C dengan membentuk asam dan
gas di dalam waktu 48 jam (Suriawiria, 1996).
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu
dan produk-produk susu. Adanya bakteri coliform di dalam makanan/minuman
58
59
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 November 2012, di
Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Prosedur Kerja
a.
60
61
1
2
3
4
U2
TBUD TBUD
NARMADA
Air Sumur
Daerah
Gomong
U1
U2
U1
U2
Total
Mikroba
(CFU/mL)
12
>1 x 10-4
10-4
1,075 x10-4
10
5,65 x10-4
12
12
15
14,06x 10-4
Koliform
< 2,0
AQUA
< 2,0
NARMADA
< 2,0
Air Sumur
Daerah Gomong
< 4,4
Hasil Perhitungan
Kelompok 1
Air Isi Ulang
10-2
10-3
10-4
62
Jumlah mikroba = 1,05 x 104 CFU/mL + 3,5 x104 CFU/mL = 4,55 x 104 CFU/mL
Kelompok 2
Air Minum AQUA
10-2
10-3
10-4
Jumlah mikroba = 0,055x 104 CFU/mL + 0,15 x 104 CFU/mL + 1,5 x 104CFU/mL
= 1,705x 104 CFU/mL
Kelompok 3
Air Minum NARMADA
10-2
= 0 CFU/mL
10-3
10-10-4
10-3
10-4
Jumlah mikroba = 0,06 x 104 CFU/mL + 0,5 x 104 CFU/mL + 13,5 x 104 CFU/mL
= 14,06 x 104 CFU/mL
63
PEMBAHASAN
Air merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Untuk kebutuhan pengolahan maupun diminum, mutu air harus tetap dijaga. Oleh
karena itu penanganan air biasanya diperlukan untuk persediaan air yang
diperoleh dari sumber di bawah tanah atau sumber di permukaan (Buckle et al,
2009). Air mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengolahan pangan.
Air digunakan sebagai bahan baku pengolahan pangan maupun sebagai pencuci
bahan baku dan peralatan pengolahan pangan. Penggunaan air dalam pengolahan
pangan memberikan peluang pencemaran produk pangan melalui air. Cemaran
tersebut dapat berupa cemaran mikrobiologis yang tidak kasat mata. Untuk
menghindari pencemaran tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan air dari
sumber yang bersih. Secara umum air yang baik untuk pengolahan pangan dapat
dikenali melalui warna, rasa dan bau. Air yang baik tentunya tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau. Adapun penentuan cemaran mikrobiologis harus melalui
pengujian laboratorium.
Pengujian sanitasi air dalam pengolahan panagn dalam praktikum ini
meliputi uji total mikroba dengan media Plate Count Agar (PCA) dan uji penduga
koliform dengan media Lactose Broth (LB). Hasil pengujian total mikroba pada
air isi ulang mengandung koloni mikroba
mengandung 1,705
64
yang diolah dengan proses penyaringan dengan menggunakan filter khusus (filter
membrane). Pengisian air isi ulang dapat dilakukan di depot isi ulang yang
berlokasi di sekitar kampus Universitas Mataram. Tingginya cemaran mikroba
pada air yang diisi ulang diduga disebabkan beberapa faktor seperti sumber air
yang kurang higienis, proses penyaringan yang kurang maksimal, penyaring yang
digunakan sudah bocor dan proses pengisian yang tidak aseptis.
Adapun air sumur Gomong yang mengandung cemaran mikroba yang
tinggi diduga karena sumur tersebut tidak di tutup sehingga mikroba dari udara
masuk ke sumur. Air sumur merupakan sumber air bersih utama yang digunakan
masyarakat, khususnya di pedesaan yang belum terjangkau layanan air bersih
PDAM. Air sumur merupakan air tanah, sehingga memperbesar peluang
tercemarnya air oleh mikroba yang hidup di tanah.
Air minum dalam kemasan bermerek AQUA mengandung cemaran
mikroba terendah dalam penggujian ini. AQUA diproduksi oleh sebuah
perusahaan air minum dengan standar tertentu, oleh sebab itu lebih terjamin.
AQUA menggunakan sumber air yang berasal dari mata air pegunungan di
beberapa daerah di Indonesia. Proses pengolahan AQUA yang terstandar dan
dilakukan secara aseptis dapat membantu mengurangi cemaran mikroba dalam air
AQUA.
Standar Nasoinal Indonesia No. 6241:2014 mensyaratkan air yang baik
mengandung cemaran mikroba maksimal 1
praktikum ini hanya dibuat pengenceran sampel air sampai 10-4, sehingga tidak
dapat ditentukan apakah sampel air yang diuji tersebut memenuhi persyaratan SNI
65
atau tidak. Hal ini sejalan dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
makanan yang membatasi cemaran mikroba pada air minum sebesar 1
105
koloni/ml.
Pengujian selanjutnya dalam praktikum ini adalah uji penduga koliform.
Hasil pebgujian menunjukkan bahwa air isi ulang mengandung
2,0 MPN/100ml,
66
Gomong positif mengandung koliform. Hal ini diduga karena air sumur Gomong
dekat dengan bak penampung kotoran (septic tank). Kandungan koliform dalam
air sumur daerah Gomong melebihi batas cemaran koliform yang diizinkan
BPOM sehingga diperlukan perlakuan terlebih dahulu agar air tersebut dapat
dikonsumsi. Perlakuan yang dimaksud antara lain penambahan klorin dan
pemanasan sebelum dikonsumsi.
Air yang digunakan untuk pengolahan pangan dan keperluan sehari-hari
sebaiknya adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih. Waluyo (2010),
menjelaskan bahwa
67
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulan
sebagai berikut:
1. Sanitasi air yang digunakan dalam pengolahan pangan sangat menentukan
keamanan produk pangan yang dihasilkan.
2. Air yang tercemar dapat menjadi perantara perpindahan penyakit ke
konsumen.
3. Bakteri koliform merupakan indikator sanitasi air.
4. Air isi ulang, air minum AQUA dan air minum NARMADA aman dikonsumsi
dan memenuhi syarat SNI No. 6241:2014.
5. Air minum dalam kemasan yang bermrek lebih aman dikonsumsi.
68
ACARA VI
UJI SANITASI MAKANAN JAJANAN SEKITAR KAMPUS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jajanan sekitar kampus merupakan jenis makanan yang sering dikonsumsi
oleh
para
mahasiswa.
Selain
mudah
didapat,
harganya
terjangkau.
Padahal, jajanan tersebut sangat rentan dicemari oleh berbagai jenis mikoorganis
me. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan penyakit bagi orang-orang yang
memakannya, yang biasa dikenal dengan foodborne illness. Untuk menghindari
hal tersebut perlu dilakukan pengawasan sanitasi terhadap berbagai jajanan sekitar
kampus tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum ini agar dapat
diketahui tentang sanitasi makanan jajanan tersebut.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi
makanan jajanan sekitar kampus.
69
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi
merupakan
sarana
pencegahan
penyakit
dengan
cara
70
71
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 20 November 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri,
tabung reaksi, mikropipet, vortex, timbangan analitik, lampu bunsen, mortar,
alumunium foil, inkubator dan tisu.
b. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cilok,
batagor, risoles, es kelapa, aquades, media Potato Dextrose Agar (PDA), media
Plate Count Agar (PCA), media Nutrient Agar (NA) dan alkohol.
Prosedur Kerja
1. Dihancurkan dan ditimbang sampel sebanyak 1 gram.
2. Dimasukkan sampel tersebut ke dalam tabung reaksi pertama (10-1)
3. Dilakukan pengenceran berturut-turut sampel 10-5
4. Ditumbuhkan secara duplo 3 pengenceran pertama dalam media PDA atau dan
3 pengenceran terakhir dalan media PCA atau media NA
5. Diinkubasi pada suhu 35oC selama 3 hari
6. Diamati dan dihitung total koloni yang tumbuh.
72
Hasil Perhitungan
1. Perhitungan Total Kapang dan Khamir Media Potato Dextrose Agar (PDA)
a. Cilok
10-1 =
U1 U 2
10 16
=
= 13 x10 = 0,13 x 103 CFU/ml
2
2
10-2 =
U1 U 2
45
=
2
2
10-3 =
U1 U 2 2 0
=
2
2
= 1 x103 CFU/ml
73
b. Batagor
10-1 =
U1 U 2 7 12
=
= 9,5 x10 = 0,095 x 103 CFU/ml
2
2
10-2 =
U1 U 2 1 1
=
2
2
10-3 =
U1 U 2 0 20
=
= 10 x 103 CFU/ml
2
2
=(
= 1 x102
+ )
c. Risoles
10-1 =
U1 U 2 5 0
=
2
2
10-2 =
U1 U 2 0 0
=
2
2
= 0 CFU/ml
10-3 =
U1 U 2
= TBUD = >250 CFU/ml
2
=>
CFU/
d. Es kelapa
10-1 =
U1 U 2 42 28
=
= 35 x10
2
2
10-2 =
U1 U 2 9 6
=
2
2
10-3 =
U1 U 2 2 1
=
2
2
Hasil Pengamatan Uji Total Mikroba Media Plate Count Agar (PCA)
a. Cilok
10-3 =
U1 U 2 0 1
=
2
2
10-4 =
U1 U 2 0 3
=
2
2
74
10-5 =
U1 U 2 0 4
=
= 2 x 105 CFU/ml
2
2
=(
+ )
b. Batagor
10-3 =
U1 U 2 3 3
=
= 3 x103
2
2
10-4 =
U1 U 2 5 7
=
2
2
10-5 =
U1 U 2 0 1
=
2
2
=(
U1 U 2 8 1
=
2
2
10-4 =
U1 U 2 3 1
=
2
2
10-5 =
U1 U 2 14 0
=
= 7 x 105 CFU/ml
2
2
=(
+ 7)
75
PEMBAHASAN
Kebanyakan mahasiswa mempunyai kebiasaan membeli makanan jajanan
di sekitar kampus. Seringkali jajanan tersebut dijual di pinggir saluran
air,
76
Total mikroba yang tumbuh di es kelapa tidak dapat dihitung sebab media yang
digunakan untuk pengamatannya rusak karena belum membeku sempurna.
Adanya mikroorganisme pada makanan jajanan yang diamati dapat
disebabkan saat makanan dijajakan tidak diletakkan dalam wadah tertutup
(makanan jajanan dibiarkan di tempat terbuka untuk dijual). Penempatan makanan
jajanan pada areal tertentu (pinggir jalan atau pinggir saluran air) juga
memudahkannya untuk kontak dengan mikroorganisme. Selain itu, tidak adanya
pemanasan ulang menyebabkan bertambahnya jumlah mikroba pada makanan
jajanan tersebut. Sumber kontaminasi mikroorganisme pada sampel es kelapa
dapat berasal dari air dan es yang digunakan. Air yang tidak mengalami proses
pemasakan menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme pada air sehingga minuman
tersebut juga ikut tercemar. Selain itu, kurangnya perhatian penjaga terhadap
kebersihan diri dan alat pengolahan juga dapat menjadi sumber kontaminasi pada
makanan jajanan yang dijajakan.
77
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang biasanya dijual di
pinggir jalan atau tempat terbuka.
2. Contoh mikroorganisme yang dapat mencemari makanan jajanan adalah
Bacillus cereus dan Escherichia coli.
3. Jumlah total mikroba, kapang dan khamir tertinggi terdapat pada sampel
risoles.
4. Jumlah total mikroba terendah terdapat pada sampel batagor (1,13 x 103
CFU/ml). Sedangkan jumlah total kapang dan khamir terendah terdapat pada
sampel cilok (1,58 x 103 CFU/ml).
5. Sumber kontaminasi makanan jajanan dapat berasal dari lingkungan yang
terbuka, pengolahan yang tidak sesuai (tidak dilakukan pemanasan ulang),
bahan baku yang telah tercemar, penjaja makanan yang tidak memperhatikan
kebersihan diri dan alat pengolahan alat yang digunakan
78
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi. Keracunan Makanan. UGC. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Surat Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang
Batas Cemaran dalam Produk Pangan. BPOM. Jakarta.
Bastian, F., 2011. Buku Ajar Teknologi Pati dan Gula. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Buckle, K.A., Edwards G.H. dan M. Woolton. 2009. Ilmu Pangan. UI Press.
Jakarta.
Chandra, B., 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta
Dwiyan, Z. dan N. Hidayat, 2012. Mikrobiologi Dasar. Universitas Hasanudin.
Makasar.
Falamy,R., E. Warganegara dan E. Apriliana, 2012. Deteksi Koliform pada
Jajanan Pasar Cincau Hitam di Pasar Tradisional dan Swalayan Kota
Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University. Vol.3 (7): 2-3.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Gobel, R.B. 2008. Mikrobiologi Umum dalam Praktek. Universitas Hasanudin.
Makasar.
Hidayat, 2006. Analisa Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Levinson, W., 2010. Review of Medical Microbiology and Immunology 11th
Edition. The McGraw-Hill Companies Inc. New York.
Lukman, D.W., 2010. Pencemaran Pangan Oleh Mikroorganisme dari Tangan
Manusia (Food Handler). IPB Press. Bogor.
Lukman dan Soejoedono, 2009. Penuntun Praktikum Hygiene Pangan. IPB Press.
Bogor.
Marissa, P., 2008. Teknologi Pengolahan Pangan. Aneka. Solo.
Marriot, N.G., 2009. Principles of Food Sanitation 10th Edition. Aspen. Maryland.
Mustahib, 2011. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. http://bos.fkip.uns.ac.
id. (Diakses pada 11 November 2014).
Nugroho, E. 2006. Teknologi Dasar. UI Press. Jakarta.
79