Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh
dr. Krishna Vidya Amelia
DOKTER INTERNSHIP
PUSKESMAS KEDIRI LOMBOK BARAT
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahiwabarokatuh
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan mini project
kegiatan internship dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ODF (Open
Defecation Free) di Desa Gelogor, Kediri, Lombok Barat.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.
2.
3.
Kediri,
2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................
xii
B. Perumusan Masalah.........................................................................
C. Keaslian Penelitian..........................................................................
D. Tujuan Penelitian.............................................................................
E. Manfaat Penelitian...........................................................................
22
B. Kerangka Konsep............................................................................
33
C. Hipotesis..........................................................................................
34
35
35
35
38
38
F. Instrumen Penelitian.......................................................................
40
G. Cara Kerja.......................................................................................
41
H. Analisa Data....................................................................................
42
35
35
C. Data Demografik.............................................................................
35
38
38
BAB V DISKUSI
50
2. Saran.................................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
51
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, Pemerintah
Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat dalam mencapai Millenium
Development Goals (MDGs), yang dihasilkan pada Johanesburg Summit
pada tahun 2002. Salah satu kesepakatan dalam MGDs (target 9) adalah
menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses
terhadap air bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015. Terkait dengan upaya
pencapaian target di atas pemerintah berusaha memadukan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional.
Pada saat ini setidaknya terdapat beberapa tantangan menyangkut
lingkungan hidup di Indonesia diantaranya yang berkaitan dengan
penyelamatan air dari tindakan eksploitatif yang melewati batas-batas
kewajaran dan pencemaran air, baik air tanah maupun air sungai, danau dan
rawa bahkan air laut. Berbagai kegiatan terkait dengan pencemaran air ini
misalnya pencemaran akibat kegiatan manusia di antaranya adalah kegiatan
rumah tangga dan juga aktivitas manusia yang melakukan buang air besar di
tempat terbuka.
Dalam hal sanitasi, masyarakat masih memanfaatkan toilet terbuka
yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Dengan
melakukan buang air besar di tempat terbuka hal ini akan menimbulkan
pencemaran pada permukaan tanah dan air. Perilaku semacam itu dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat
septik tank diperlukan biaya, tidak tersedianya septik tank umum dan layanan
yang baik untuk penyedotannya.
Buang air besar di area terbuka (sungai atau kebun) telah menjadi
kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya. Lingkungan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada
umumnya, karena berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
genetik individu, perilaku, serta gaya hidup. Sebagaimana dikemukakan Blum
(1974) dalam planning for health, development and application of sosial
change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan yang dimaksud
meliputi lingkungan fisik, biologi, kimia, sosial, ekonomi dan budaya.
Sampai saat ini masih banyak penduduk di negara kita terkena
penyakit yang diakibatkan karena rendahnya tingkat sanitasi. Banyaknya
penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang
bersihnya lingkungan di sekitar ataupun kebiasaan buruk yang mencemari
lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh
kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun
tidak langsung melalui perantara.
Dari hasil cangkupan program desa Gelogor bulan Mei 2012
mengenai inspeksi sanitasi air bersih dari jumlah sarana (sumur) yang
diperiksa sebanyak 165 unit, hasil resiko pencemaran rendah sebanyak 111
unit, sedang sebanyak 34 unit, tinggi sebanyak 12 unit dan amat tinggi
sebanyak 8 unit. Sedangkan mengenai survey jentik, pada 75 rumah yang
disurvey, diperoleh 54 rumah bebas jentik dan 21 rumah positif ada jentik.
Desa Gelogor pada bulan Juni 2012 masi terdapat dusun yang belum
termasuk dalam kriteria dusun dengan status ODF, seperti pada dusun Gersik
Utara dengan KK sejumlah 208 dan total penduduk 889 jiwa, yang memiliki
jamban dengan syarat terpenuhi sejumlah 170 dan presentase akses sebesar
95,6%. Itu hanya data perwakilan dusun dari dusun - dusun lainnya dengan
status belum termasuk kategori dusun dengan ODF.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap jamban telah ada
beberapa pihak yang membantu pembuatan jamban bersama untuk beberapa
keluarga di tiap dusun di Gelogor sesuai dengan kebutuhannya. Dari pihak
puskesmas pun sudah melakukan pemicuan untuk menciptakan kondisi
sanitasi yang lebih baik tanpa bantuan pihak di luar warga dan rasa takut
terhadap penyakit. Pemicuan STBM sudah dilaksanakan di semua dusun dan
hasil monitoring pasca pemicuan STBM terbangun jamban sebanyak 4 unit.
Dari uraian di atas dapat dianalisa beberapa permasalahan seperti:
1. Masih ada warga yang menggunakan air bersih yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dan minum air yang tidak dimasak,
2. Angka bebas jentik kurang dari 95%, jadi masih termasuk daerah rawan
akan penyebaran penyakit melalui nyamuk seperti Demam Berdarah dan
Cikungunya,
3. Dari semua dusun hanya dusun Gersik utara yang warga masyarakatnya
masih BAB di sungai dan kebun.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas tentang kondisi yang terjadi di kecamatan Kediri
sebagai contoh dusun Gersik Utara desa Gelogor, dapat disimpulkan
permasalahan utama yang perlu digali yaitu faktor - faktor apakah yang
mempengaruhi ODF (Open Devecation Free) terutama di lingkup dusun
Gersik Utara, desa Gelogor, kecamatan Kediri, Lombok Barat.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas,
maka kegiatan penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkaji
tingkat
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan rekomendasi dan pertimbangan mengenai pengetahuan,
sikap, dan perilaku masyarakat terhadap sanitasi pada pemukiman di desa
Gelogor, Lombok Barat.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak akademis dan juga peneliti selanjutnya
dalam hal mengkaji pola perilaku masyarakat yang ada pada daerah yang
belum termasuk kategori ODF.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 2008 telah diputuskan Strategi nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat melalui Kepmenkes No. 852/Menkes.SK/IX/2008. Strategi ini
menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dalam penyusunan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terkait dengan sanitasi total
berbasis masyarakat.
1.
Latar
Belakang
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum,
higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,
kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun
2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah:
air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia
coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare
di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun
2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi
mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 2,52.
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu
melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO
tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses
masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan
pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah
tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi
tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi
dengan menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan
komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals
(MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar
secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum
mendapatkan akses
2.
memutus mata rantai penularan penyakit. Sanitasi dasar adalah hdala sarana
sanitasi rumah tanggayang meliputi sarana buang air besar, sarana
pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
3.
Peran
dan
Tanggung
Jawab
Pemangku
Kepentingan
RT/Dusun/Kampung
a. Mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi (gotong royong)
b. Memonitor pekerjaan di tingkat masyarakat
c. Menyelesaikan permasalahan/konflik masyarakat
d. Mendukung/memotivasi
masyarakat
lainnya,setelah
mencapai
keberhasilan sanitai total (ODF) di lingkungan tempat tinggalnya
e. Membangun kapasitas kelompok pada lokasi kegiatan STBM
f. Membangun kesadaran dan meningkatkan kebutuhan
g. Memperkenalkan opsi-opsi teknologi
h. Mempunyai strategi pelaksanaan dan exit strategi yang jelas
Pemerintah Desa
a. Membentuk tim fasilitator desa yang anggotanya berasal dari kaderkader desa, Para Guru, dsb untuk memfasilitasi gerakan masyarakat.
Tim ini mengembangkan rencana desa, mengawasi pekerjaan mereka
dan menghubungkan dengan perangkat desa
b.
c.
d.
Pemerintah Kecamatan
a. Berkoordinasi dengan berbagai lapisan Badan Pemerintah dan memberi
b.
c.
d.
secara berkala
Kabupaten Pemerintah
a. Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi baru
b. Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye informasi
c.
d.
e.
Pemerintah Provinsi
a. Berkoordinasi dengan berbagai instansi/lembaga terkait tingkat Provinsi
b.
c.
strategi STBM
Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalaman antar kabupaten
Pemerintah Pusat
a.
b.
c.
strategi STBM
Mengorganisir pertukaran pengetahuan/pengalaman antar kabupaten
dan/atau provinsi serta antar negara
5.
Rencana Kerja
Setiap pelaku pembangunan STBM mengembangkan rencana aksi serta
pembiayaannya untuk pencapaian sanitasi total yang disampaikan kepada
pemerintah daerah.
b.
Indikator
Output :
-
Outcome :
-
6.
Swasta.
b. Peningkatan Kebutuhan
1) Prinsip
Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk
mendukung terciptanya sanitasi total.
2) Pokok kegiatan
- Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam
perencanaan
-
dan
pelaksanaan
sosialisasi
pengembangan
kebutuhan.
Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari
kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan
c. Peningkatan Penyediaan
1) Prinsip
Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2) Pokok kegiatan
- Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan
-
sarana sanitasi.
Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat,
koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam
kurikulum pendidikan.
e. Pembiayaan
1) Prinsip
Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
2) Pokok kegiatan
- Menggali potensi masyarakat membangun sarana sanitasi sendiri
- Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong).
- Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk sanitasi komunal.
f. Pemantauan Dan Evaluasi
1) Prinsip
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi
2) Pokok kegiatan
pengelolaan data.
Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-
1.
Rancangan Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian tentang
respon masyarakat terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sarana MCK
di desa Gelogor, Kediri, Lombok Barat adalah penelitian deskriptif. Yaitu
suatu metode dalam penelitian mengenai keadaan status manusia, objek,
kondisi suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa
sekarang. Analisa data yang telah didapat dalam penelitian ini dianalisa
menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode pengambilan dan
pengolahan data kuantitatif. Penelitian yang akan dilakukan ini termasuk
dalam penelitian eksplanasi karena ingin mengetahui hubungan antara
faktor faktor yang berpengaruh pada sikap
masyarakat terhadap
kuantitatif
ini
dipilih
karena
penelitian
ini
2.
Subyek Penelitian
Subyek yang diteliti adalah masyarakat yang tinggal di wilayah desa
Gelogor, Kediri, Lombok Barat dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Kepala keluarga di desa Gelogor
b. Bisa membaca dan menulis
c. Bersedia menjadi responden
2.
Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat
b. Variabel terikat : Penyakit Hipertensi
Dalam penelitian kali ini variabel yang akan diteliti adalah tingkat
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap penyakit hipertensi.
2.
Definisi Operasional
a.
Pengetahuan
adalah
suatu
hasil
dari
Sikap
adalah
respon
evaluatif
yang
Perilaku
dalam
penelitian
ini
adalah
peneliti dan memenuhi kriteria inklusi. Jenis data yang dikumpulkan adalah
data primer yang diperoleh langsung dari responden.
4.
Pengetahuan : 10 soal
(2)
Sikap
(3)
Perilaku
b.
: 10 soal
: 10 soal
Alat tulis
4. Teknik Analisis
1.
Peneliti menyajikan data hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang
telah disebar dalam bentuk tabel agar lebih mudah dipahami.
2.
Pengolahan Data
Editing
Coding
c.
Transfering
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mlati, Sleman yang bisa membaca dan menulis serta berusia > 60 tahun
didapatkan hasil sebagai berikut:
NO
NAMA DUSUN
Jmlh
KK
Jmlh
Jiwa
Gelogor Pusat
155
380
86
Gelogor Selatan
290
1025
148
Gelogor Tengah
230
815
65
Gelogor Utara
199
760
181
Gelogor Timur
275
1200
207
Gersik Selatan
474
1245
221
Gersik Utara
305
1325
242
Jumlah
1928
6750
1150
Tambahan Yg
dicapai bulan ini
Jml
Tambah
jamban
an
Dibangu
Pemanfa
n
at
Memenu
hi
( Jiwa )
Syarat
Jml
Dibangu
n
Memenu
i
Syarat
Pemanfaat
( Jiwa )
Sud
ah
Belum
Diare
88
439
88
439
83,6
268
1340
268
1340
132,8
150
722
151
728
80,9
181
904
182
911
123,7
279
1392
18
282
1410
133,6
289
1450
290
1456
147,5
167
835
15
170
850
95,6
S
B
Pernyataan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Mengetahui
N
%
Tidak Mengetahui
N
%
29
90,62
9,38
21,88
25
78,12
8
31
7
25,00
96,87
21,88
24
1
25
75,00
3,13
78,12
13
40,63
19
59,37
32
100,00
28,13
23
71,87
21,87
25
78,13
32
100,00
darah seseorang bisa disebut dengan hipertensi, tingkat kegawatan dari penyakit
hipertensi, penyebab hipertensi serta faktor-faktor resiko hipertensi. Faktor usia
yang sudah tergolong lansia menyebabkan mereka sudah tidak memiliki
kemampuan berfikir seperti saat mudanya yang akhirnya akan berpengaruh
langsung terhadap tingkat pengetahuannya. Selain itu kemungkinan disebabkan
juga karena tidak sampainya atau kurangnya informasi tentang penyakit hipertensi
kepada responden sehingga mereka menjadi kurang begitu mengerti tentang
penyakit hipertensi, bahkan kemungkinan besar informasi-informasi ataupun
penyuluhan-penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit hipertensi
tidak sampai ke masyarakat sehingga masyarakat kurang begitu mengerti tentang
penyakit hipertensi.
Dari 25 responden terdapat 78,12% yang tidak mengetahui penyebab
penyakit hipertensi. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bahwa pola hidup,
dan pola makan yang baik sangat mempengaruhi untuk terjadi hipertensi,
responden mengira bahwa penyakit hipertensi itu tidak berhubungan dengan pola
hidup dan pola makan yang baik.
2.
Pernyataan
Setuju
Tidak Setuju
N
%
30
93,75
6,25
6,25
30
93,75
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
18
56,25
14
43,75
21,88
25
31
96,87
3,13
6,25
30
93,75
30
93,75
6,25
31
96,87
3,13
26
81,25
18,75
27
84,37
15,63
78,12
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, sikap warga Dusun Karanglo,
Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Sleman terhadap penyakit hipertensi adalah
baik (80,62%). Hal ini terlihat dari sebagian besar responden setuju bila penderita
hipertensi harus rajin kepuskesmas atau rumah sakit untuk memeriksakan tekanan
darahnya karena hipertensi merupakan penyakit yang belum dapat disembuhkan.
Sebagian besar responden sebanyak 30 orang (93,75%) setuju bahwa penderita
hipertensi perlu mengontrol pola makannya serta mengurangi makanan berlemak
dan asin.
Tabel 5. Perilaku Responden terhadap Penyakit Hipertensi
No.
Pernyataan
1.
2.
3.
Ya
Tidak
9,38
29
90,62
9
31
28,13
96,87
23
1
71,87
3,13
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
21,88
25
78,12
13
40,63
19
59,37
16
50,00
16
50,00
2
0
6,25
0
30
32
93,75
100,00
6,25
30
93,75
10
31,25
22
68,75
Perilaku warga Dusun Karanglo, Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Sleman dalam kaitannya dengan penyakit
hipertensi adalah tergolong cukup (70,31%). Ditandai dengan persentase yang cukup untuk perilaku yaitu rutin
memeriksakan tekanan darahnya ke puskesmas dan posyandu, olah raga yang memang setiap hari sudah dilakukan
dengan durasi 20-30 menit perhari bahkan lebih karena berkaitan dengan pekerjaan mata pencaharian mereka yang
sebagian besar adalah petani. Akan tetapi sebanyak 7 responden (21,88%) dari responden memiliki kebiasaan merokok
walaupun mereka sudah mengerti dan menyadari akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari rokok, karena mereka
merasa sulit untuk berhenti merokok.
proses
pembentukan
dan
perubahan
tingkah
laku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu.
Faktor yang berasal dari dalam individu mencakup pengetahuan, kecerdasan,
persepsi, emosi, dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsang dari luar.
Faktor dari luar individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik
seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Apabila
ditelusuri lebih dalam maka perilaku memberikan pengaruh yang sangat luas
karena dapat memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung
terhadap penggunaan pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya mengenai
penyakit hipertensi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun Karanglo,
5.2.
Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan penulis berkaitan dengan penelitian
o Berhenti
merokok
dan
mengurangi
asupan
makanan-makanan
yang
banyak
penggunaan
Tensimeter
di
kesadaran
masyarakat
untuk
lebih
memperhatikan
DAFTAR PUSTAKA
American Medical Association, 2003, The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure, JAMA, vo. 289, no. 19 :2560-71
Irmanputhra, Joy. (2010). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Diakses 16 Juli
2012,
dari
http://sanitasitotalberbasismasyarakat.blogspot.com/2010/06/pengertianstbm.html
Lampiran 1
LEMBAR KUESIONER
Kediri, Juli 2012
Kepada:
Yth.
project dokter internship, bapak/ibu/saudara telah kami pilih untuk menjadi salah
satu responden dalam penelitian kami. Penelitian yang kami lakukan berjudul
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi ODF (Open Defecation Free) di Desa
Gelogor
yang
bertujuan
untuk
mengkaji
tingkat
efektifitas
program
Hormat kami,