Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Pembuatan Modul Latih Transceiver Frequency Modulation (FM)
Very High Frequency (VHF) diperlukan pemahaman tentang teori dasar yang
meliputi beberapa teori tentang transceiver, serta teknologi yang digunakan.
2.1

Sistem komunikasi Radio


Komunikasi radio merupakan suatu bentuk komunikasi modern yang

memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan


sampai ke tempat tujuannya. Keuntungan dari sistem komunikasi radio adalah
bisa menjangkau daerah yang cukup luas, tidak diperlukan pemasangan kabel
yang rumit. Sedangkan kerugiannya dapat terjadi gangguan komunikasi bila
terdapat suatu interferensi. Untuk mencegah suatu interferensi, maka dibutuhkan
pengaturan alokasi

frekuensi yang digunakan oleh setiap daerah atau band

frekuensi radio seperti tabel 2.1 dibawah ini


Tabel 2.1 Band frekuensi radio
NAMA
Very Low Frequency
Low Frequency
Medium Frequency
High Frequency
Very High Frequency
Ultra High Frequency
Super High Freqyency
Extremely High
Frequency

Tujuan

dari

sistem

VLF
LF
MF
HF
VHF
UHF
SHF

Frekuensi
<30 kHz
30-300 kHz
300-3000 kHz
3-30 MHz
30-300 MHz
300-3000 MHz
3-30 GHz

Panjang Gelombang
>10 km
1-10 km
100-1000 km
10-100 m
1-10m
10-100 cm
1-10 cm

EHF

30-300 GHz

1-10 mm

komunikasi

radio

adalah

memodulasi

atau

menumpangkan sinyal-sinyal frekuensi rendah (sinyal audio) sebagai sumber


informasinya, dengan sebuah sinyal frekuensi tinggi (dalam orde MHz) sebagai
gelombang pembawa, menjadi gelombang radio yang kemudian dipancarkan

dengan bantuan antena pemancar. Diagram blok dari sistem komunikasi radio
ditunjukkan pada gambar 2.1

Sinyal
Audio

Gambar 2.1

Pemancar

Penerima

Tujuan

Diagram Blok Sistem Komunikasi Radio

Sesampainya di penerima terjadi proses peminsahan sinyal audio dengan


gelombang pembawanya yang disebut dengan demodulasi. Ada dua jenis
modulasi yang biasa dipakai stasiun-stasiun penyiaran radio, yaitu modulasi
amplitudo dan modulasi frekuensi. Penamaan ini didasarkan atas bentuk
gelombang pembawa termodulasinya.
Sinyal informasi adalah sinyal yang ditumpangkan yang menyebabkan
frekuensi dari gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan frekuensi
dari sinyal informasi. Frekuensi yang ditumpangi disebut carrier / pembawa.
Sinyal carrier adalah gelombang radio yang mempunyai frekuensi jauh lebih
tinggi dari frekuensi sinyal informasi. Berbeda dengan sinyal suara yang
mempunyai frekuensi beragam/variabel dengan range 20 Hz hingga 20 kHz,
sinyal carrier ditentukan pada satu frekuensi saja. Frekuensi sinyal carrier
ditetapkan dalam suatu alokasi frekuensi. Dengan teknik modulasi, sinyal
informasi tidak dikirimkan secara langsung tetapi dengan cara ditumpangkan atau
dibawa oleh gelombang pembawa.
2.2

Modulasi Frekuensi (FM)


Modulasi frekuensi adalah suatu sistem modulasi yang mana frekuensi

pembawa dibuat berubah menurut suatu sinyal pembawa informasi / carrier yang
di spesifikasi. Amplitudo gelombang carrier relatif tetap. Setelah dilakukan
penguatan daya sinyal (agar bisa dikirim jauh), gelombang yang telah tercampur
tadi dipancarkan melalui antena. Berikut gambar proses modulasi frekuensi.

Gambar 2.2 Proses Modulasi Frekuensi


Seperti halnya gelombang termodulasi AM (Ampilude Modulation),
gelombang FM pun akan mengalami redaman oleh udara dan mendapat
interferensi dari frekuensi-frekuensi lain, noise, atau bentuk-bentuk gangguan
lainnya. Tetapi, karena gangguan itu umumnya berbentuk variasi amplitudo, kecil
kemungkinan dapat memengaruhi informasi yang menumpang dalam frekuensi
gelombang carrier. Akibatnya, mutu informasi yang diterima tetap baik. Dan,
kualitas audio yang diterima juga lebih tinggi daripada kualitas audio yang
dimodulasi dengan AM. Perbandingan S/N (Signal to Noise ratio) juga dapat
ditingkatkan tanpa harus menambah daya yang dipancarkan , dan proses modulasi
dapat dilakukan pada tingkat daya yang rendah pada pemancar, sehingga tidak
diperlukan daya yang terlalu besar. Beberapa keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh FM, diantaranya ;

Bandwith yang Lebih Lebar


Saluran siar FM standar menduduki lebih dari sepuluh kali lebar
bandwidth (lebar pita) saluran siar AM. Hal ini disebabkan oleh struktur
sideband nonlinear yang lebih kompleks dengan adanya efek-efek
(deviasi) sehingga memerlukan bandwidth yang lebih lebar dibanding
distribusi linear yang sederhana dari sideband-sideband dalam sistem AM.
Band siar FM terletak pada bagian VHF (Very High Frequency) dari
spektrum frekuensi di mana tersedia bandwidth yang lebih lebar daripada

gelombang dengan panjang medium (MW) pada band siar AM.


Fidelitas Tinggi

Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval
50 Hz sampai 15 KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan
amplitudo sangat rendah, tingkat noise yang sangat rendah, dan respon
transien yang bagus sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik.
Pemakaian saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi
audio

dan

menyediakan

hubungan

radio

dengan

noise

rendah.

Karakteristik yang lain hanyalah ditentukan oleh masalah rancangan

perangkatnya saja.
Transmisi Stereo
Alokasi saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan dengan
harmonis beberapa saluran audio pada satu gelombang pembawa,
memungkinkan pengembangan sistem penyiaran stereo yang praktis. Ini
merupakan sebuah cara bagi industri penyiaran untuk memberikan kualitas
reproduksi sebaik atau bahkan lebih baik daripada yang tersedia pada
rekaman atau pita stereo. Munculnya compact disc dan perangkat audio
digital lainnya akan terus mendorong kalangan industri peralatan dan
teknisi siaran lebih jauh untuk memperbaiki kinerja siaran FM secara
keseluruhan.

2.3

Demodulasi Frekuensi
Demodulasi adalah teknik rekonstruksi ulang sinyal yang termodulasi ke

bentuk asal. Proses merupakan kebalikan daripada teknik modulasi. Pada


demodulasi sinyal yang termodulasi akan diterima oleh sebuah penerima, yang
disebut detektor. Detektor inilah yang kemudian bertugas untuk mendeteksi sinyal
yang dikirimkan (termodulasi) untuk selanjutnya di demodulasi. Proses
demodulasi yang dilakukan haruslah sama dengan modulasi yang digunakan,
semisal jika sinyal termodulasi merupakan sinyal dengan teknik FM, maka
demodulasi menggunakan demodulasi FM. Setelah proses demodulasi terlaksana,
maka informasi yang ditumpangkan kedalam sinyal gelombang pembawa akan
dapat diterima.

2.4

Penerima FM Stereo

Perangkat penerima adalah suatu alat untuk menerima sinyal suara, juga
dapat digunakan untuk memisahkan sinyal radio yang dikehendaki dari semua
sinyal radio lain yang mungkin diterima oleh antena. Sinyal yang sudah
dipisahkan tersebut kemudian diperkuat sampai suatu tingkat yang dapat
digunakan. Akhirnya sinyal suara dipisahkan dari pembawa (carrier) radio dan
diteruskan ke pemakai.
Perangkat penerima harus mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu
yang menentukan kualitas dari perangkat tersebut. Karakteristik itu adalah :
Sensitivitas, Selektivitas, Fidelitas, Noise, Distorsi, Daya output maksimum yang
tidak cacat dan sebagainya. Akan tetapi yang terpenting adalah sensitivitas,
selektivitas, dan fidelitas. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan dijelaskan
istilah-istilah diatas.

Sensitivitas adalah kemampuan dari suatu radio penerima untuk


menangkap sinyal-sinyal yang kuat maupoun lemah sampai
didapatkan daya output tertentu. Atau, jika suatu radio penerima
dapat menerima sinyal dengan daya yang kecil, atau makin kecil
daya yang ditangkap, maka radio penerima tersebut makin
sensitive. Sensitivitas ini dapat ditingkatkan dengan penggunaan

amplifier yang baik.


Selektivitas adalah kemampuan radio penerima untuk membedakan
antara sinyal yang diinginkan dengan sinyal-sinyal lain yang
berdekatan. Dengan kata lain artinya hanya menerima sinyal
dengan band frekuensi tertentu saja, sebab di udara merambat
banyak sinyal dengan frekuensi masing-masing. Oleh sebab itu
radio penerima harus dapat mengambil satu saja frekuensi yang
diinginkan. Selektivitas ini dapat ditingkatkan dengan Band Pass

Filter yang baik.


Fidelitas adalah kemampuan untuk menjaga keaslian informasi
yang dikirimkan oleh pengirim sinyal. Keaslian informasi disini
bukan sekedar dapat menerima dengan jelas dan dapat dimengerti
melainkan

dapat

menerima

sinyal-sinyal

dengan

frekuensi

informasi yang bermacam-macam yang dikirimkan oleh pengirim


sinyal.
Agar perangkat penerima dapat menangkap sinyal modulasi yang
dipancarkan oleh pemancar dan mendeteksi informasi dari sinyal modulasi, maka
dibutuhkan rangkaian-rangkaian penunjang lain yang harus dirancang sehingga
informasi yang dipancarkan dapat diterima dengan baik oleh penerima.
Rangkaian-rangkaian tersebut bisa dilihat dalam bentuk diagram blok seperti
Gambar 2.3 dibawah ini

Gambar 2.3 Blok Diagram Penerima FM


2.4

Tuner
Sinyal yang dikirim oleh pemancar ditangkap oleh antena masuk ke dalam

rangkaian tuner. Terdapat 2 sinyal yaitu sinyal informasi dan sinyal carrier
(pembawa). Tuner digunakan untuk memilih frekuensi yang diinginkan dan
mengontrol kekuatan sinyal dan mengubah masukan Radio Frequency (RF)
menjadi Intermediate Frequency (IF). Didalam tuner terdapat penguat RF yang
digunakan untuk memberikan penguatan dan selektivitas ujung depan pada
pesawat penerima radio untuk memisahkan sinyal-sinyal yang masuk melalui
antena, sehingga didapatkan penyaringan bandpass yang tepat yang diperlukan
pada penguat-penguat frekuensi antara IF pada penerima tersebut, dan untuk
menyediakan penyaringan serta menghilangkan harmonisasi pada rangkaianrangkaian pemancar, penguat RF juga digunakan untuk menaikkan S/N dan
sebagai penyesuai antena. Di dalam rangkaian tuner juga terdapat rangkaian mixer
yang digunakan untuk mengubah masukan sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi
lainnya sebagai keluaran serta berfungsi untuk mencampur frekuensi input dengan
frekuensi osilator, sehingga keluaran dari mixer berupa dua buah sinyal meliputi
frekuensi Local Oscilator dan sinyal masukan RF, serta mempunyai dua keluaran

yang diperoleh dari penjumlahan frekuensi tersebut ( LO freq + RF freq) dan


pengurangan (LO freq RF freq). Frekuensi input berasal dari keluaran penguat
RF dan sinyal dari osilator lokal. Karena frekuensi osilator diatur agar memiliki
selisih sebesar 10,7 MHz dengan frekuensi sinyal keluaran penguat RF, maka
output mixer akan memiliki frekuensi antar IF 10,7 MHz
2.5

Audio Amplifier
Sinyal yang keluar pada output detektor sudah berupa stereo yaitu sinyal R

(Right) dan L (Left) tetapi masih terlalu lemah, sehingga perlu penguatan kembali
oleh penguat sinyal audio. Sedangkan rangkaian de-emphasis dibutuhkan untuk
mengembalikan sinyal pemodulasi ke daerah frekuensi semula, karena pada
pemancar sinyal pemodulasi telah melewati rangkaian pre-emphasis yang
menaikkan level pada daerah frekuensi tinggi. Kemudian sinyal dikirimkan ke
speaker.
2.6

Loudspeaker (Pengeras Suara)


Pada radio lama loudspeaker (corong suara) menyerupai earphone magnet

impedansi-tinggi tetapi lebih berat didalamnya untuk menangani arus anoda yang
besar. Sebuah corong, atau diafragma yang luas, digunakan agar diperoleh massa
udara yang lebih besar untuk bergetar sehingga menghasilkan suara yang keras.
Kebanyakan loudspeaker modern bekerja berdasarkan prinsip medan
magnet permanen. Ini dinamakan speaker p-m, atau dinamik. Ketika arus
mengalir melalui kumparan yang terpasang pada rakitan diafragma, kumparan
menjadi sebuah elektromagnetik. Maka sekarang kumparan akan tertarik ke dalam
atau tertolak keluar oleh magnet, tergantung pada arus di dalam kumparan dan
polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma, maka setiap
getaran kumparan akan menggerakkan diafragma bolak-balik bersamanya,
sehingga menimbulkan getaran udara yang diperlukan untuk menghasilkan suara.
Ujung kumparan dipasang pada dua buah titik pada diafragma kertas. Kawat
lentur dari kedua titik ini membawa arus sinyal AC ke kumparan dari trafo
keluaran. Impedansi loudspeaker ini berkisar dari 3 sampai 100 ohm atau lebih.
Loudspeaker elektrostatik merupanan piranti impedansi tinggi dan menyerupai
sebuah kapasitor elektrik-udaha dengan salah satu pelatnya bebas bergerak dengan

mengubah-ubah tegangan tingggi maka pelat-getak dari diaffragma ajajkan


tertarik dan terleas, sehingga bergetar.
Dalam speaker terdapat magnet dan suatu kumparan yang dapat bergerak
bebas, kumparan tersebut dihubungkan dengan suatu membran audio, bila
kumparan dilalui oleh arus AC audio, akan bergerak-gerak dan menggetarkan
membran audio. Gambar 2.4 merupakan sebuah loudspeaker yang digunakan
pada penerima FM.

Gambar 2.4 Loudspeaker


2.7 Antena
Antena adalah bagian yang paling penting dari sistem pemancar. Antena
berfungsi sebagai alat yang dapat meradiasikan gelombang radio. Sebagai bagian
dari sistem penerima, antena berfungsi sebagai bagian yang dapat menangkap
radiasi gelombang radio. Antena yang ideal akan meradiasikan gelombang radio
ke segala arah. Antena yang ideal disebut antena isotropis. Sebagai gambaran, jika
antena isotropis diletakkan pada titik pusat dari bola maka antena isotropis akan
mengisi semua ruang yang ada pada bola tersebut dengan radiasi gelombang
radio.
Untuk daerah frekuensi >30MHz, antena yang sering digunakan dalam
komunikasi gelombang radio adalah antena VHF dan UHF. Antena VHF / UHF
ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Antena Omnidirectional (pemancarannya ke segala arah)
2. Antena Bidirectional (pemancarannya ke satu arah)
Antena yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah berupa antena
telescopic dengan pancaran omnidirectional seperti pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Antena Telescopic


Beberapa parameter-parameter pada antena adalah :
1. Polarisasi
Polarisasi dibedakan menjadi polarisasi vertikal dan polarisasi horizontal.
Sebagai gambaran yang sederhana sebuah antena dapat dikatakan
mempunyai polarisasi vertikal jika antena tersebut diletakkan pada posisi
vertikal terhadap bumi. Antena dengan polarisasi vertikal akan
menghasilkan gelombang radio dengan polarisasi vertikal juga. Untuk
dapat menangkap gelombang radio yang mempunyai polarisasi vertikal
pada penerima radio juga dibutuhkan antena dengan polarisasi yang sama.
2. Penguatan Antena
Antena adalah komponen yang pasif. Secara harfiah antena tidak mungkin
menguatkan sinyal yang diberikan kepadanya. Penguatan pada antena
sebenarnya adalah seberapa banyak antena tersebut meradiasikan
gelombang radio ke arah yang diinginkan.
3. Pengarahan
Antena dibedakan menjadi Omnidirectional (segala arah) dan Bidirectional
(dua arah). Antena omnidirectional dapat dikatakan meradiasikan
2.8

gelombang radio yang sama kuat ke segala arah.


Catu Daya

Agar peralatan elektronik dapat bekerja dengan baik, maka diperlukan catu
daya (power supply) yang sesuai. Catu daya merupakan suatu rangkaian yang
mempunyai kemampuan mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
Transformator
Transformator merupakan suatu kumparan yang terdiriatas dua
kumparan kawat terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder,
yang dililitkan mengelilingi kepingan-kepingan inti besi lunak. Tujuan
digunakannya transformator yaitu untuk mengisolaso jalur tegangan AC
yang berasal dari jala-jala listrik menjadi beragam nilai teganan yang lebih
rendah atau lebih tinggi.

Gambar 2.5 Transformator

Rectifier (penyearah)
Untuk mengubah tegangan AC menjadi arus searah (DC)
dibutuhkan dioda sebagai penyearah. Penyearah yang digunakan yaitu
penyearah gelombang penuh dengan sistem pembalik fasa. Penyearah ini
menggunakan empat buah dioda untuk mendapatkan penyearah siklus
lengkap dengan memakai penyearah jembatan (bridge).

Gambar 2.6 Dioda Bridge

Regulator
Catu daya mempunyai kemungkinan untuk mengalami perubahan
level tegangan setelah dihubungkan ke beban. Jika ini terjadi, dapat

dikatakan output power supply tidak stabil. Ketidakstabilan ini tentunya


tidak diharapkan karena dapat mempengaruhi kerja peralatan yang
mendapat supply daya dari power supply tersebut. Untuk menjaga
kestabilan catu daya, maka perlu ditambahkan rangkaian regulator
tegangan.
Untuk sebagian besar pemakaian, pilihan yang paling baik untuk
regulator tegangan adalah regulator tipe sederhana dengan tiga terminal
2.9

yaitu input, ground dan output.


Kabel Koaksial
Kabel koaksial biasa digunakan untuk menghubungkan peralatan radio

dengan antena. Kabel koaksial dirancang dengan besar impedansi tertentu.


Digunakan kabel koaksial dengan impedansi 50 Ohm untuk menghubungkan
rangkaian modul latih dengan antena. Jika impedansinya-nya tidak 50 ohm maka
sinyal akan terpantul balik ke pemancar yang kemudian akan membuat perangkat
pemancar menjadi rusak.
Kabel koaksial memiliki kawat konduktor ditengahnya yang dikelilingi
oleh material non-konduktif yang dinamakan dielektrik. Dielektrik ini kemudian
dikelilingi oleh pembungkus yang seringkali terbuat dari kabel lilitan. Dielektrik
mencegah tersambungnya konektor di tengah dan kabel pembungkus. Tampilan
dari kabel koaksial adalah seperti Gambar 2.7 di bawah ini :

Gambar 2.7 Kabel Koaksial


Kabel koaksial memiliki redaman dan termasuk kabel yang banyak
meredam sinyal. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya kabel koaksial yang
digunakan tidak terlalu panjang sehingga jumlah sinyal yang teredam tidak terlalu
banyak.
2.10 Konektor Antena
Dalam menghubungkan antena dengan modul latih dan kabel koaksial,
dibutuhkan jenis konektor antena yang khusus dapat digunakan pada frekuensi

yang digunakan. Konektor akan memakan banyak daya apabila instalasinya


dilakukan dengan kurang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara
peralatan, kabel coaxial dan antena menjadi sangat penting.
Ada bermacammacam tipe konektor antena, Tipe dari konektor antena
yang dibutuhkan tergantung dengan merk dan tipe alat yang dimiliki. Jenis
konektor yang biasa digunakan pada peralatan radio komunikasi ialah UHF
konektor.
UHF Konektor dibagi menjadi dua jenis, yaitu konektor UHF male (PL-259) dan
UHF Female (SO-239).
1. UHF male (PL-259)
Konektor UHF male digunakan pada kabel koaksial yang selanjutnya
dihubungkan pada alat modul latih. Konektor UHF male dapat dilihat
pada Gambar 2.8 di bawah ini :

Gambar 2.8 Konektor UHF male


2. UHF female (SO-239)
Konektor UHF female digunakan pada kabel koaksial yang selanjutnya
dihubungkan pada antena. Konektor UHF female dapat dilihat pada
Gambar 2.9 di bawah ini :

2.11

Gambar 2.9 Konektor UHF Female


Arah Komunikasi Data

Komunikasi data merupakan suatu kegiatan bertukar data atau informasi


antar dua atau lebih pengguna melalui sebuah media komunikasi.

Konsep

komunikasi data adalah menggabungkan prinsip komunikasi antara dua buah


komputer sehingga masing-masing komputer dapat melakukan pertukaran data.
Berdasarkan arah pertukaran data, komunikasi data terbagi atas dua metode, yaitu
Simplex (Komunikasi satu arah) dan Duplex (Komunikasi dua arah).
1. Simplex (satu arah)
Simplex adalah komunikasi yang tidak memungkinkan penerima dan
pengirim saling bertukar informasi. Pada komunikasi ini sinyal-sinyal
dikirim hanya satu arah saja dalam waktu yang bersamaan. Karena
melalui satu arah saja, komunikasi ini tidak terjadi secara interaktif,
informasi hanya disampaikan melalui satu titik saja. Biasanya metode
simplex ini dimanfaatkan oleh teknologi seperti Televisi dan Radio.
Konsep ini bisa diterapkan pada metode broadcasting penyiaran
televisi dan radio. Dimana satu sumber memberikan informasi kepada
pendengar/penonton saja, namun dari pihak pendengar/penonton
tidak dapat berkomunikasi atau memberikan informasi secara
langsung melalui jalur tersebut. Blok diagram dari metode
komunikasi simplex ini dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Pengirim

Penerima

Gambar 2.10 Blok Diagram Metode Komunikasi Simplex


2. Duplex ( Dua Arah)
Duplex adalah komunikasi data yang dilakukan menggunakan dua
arah. Dimana antara penerima dan pengirim dapat saling bertukar
informasi dan saling berkomunikasi. Metode duplexing ini terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Half-Duplex (dua arah secara bergantian)
Metode ini memungkinkan komunikasi antara dua belah pihak
yaitu pengirim dan penerima dapat saling berbagi informasi dan

berkonukasi secara interaktif, tetapi tidak dalam waktu yang


bersamaan.
Contoh alat komunikasi yang memanfaatkan metode half-duplex
ini adalah handy-talkie. Dimana salah satu penggunanya harus
menekan tombol terlebih dahulu baru kemudian berbicara,
sementara pihak yang lain mendengarkan. Intinya kedua
pengguna handy-talkie ini, pada satu waktu hanya satu pihak
yang dapat berbicara sedangkan pihak yang lain hanya bisa
mendengarkan saja. Apabila keduanya mecoba berkomunikasi
secara bersama-sama, dalam artian mereka mencoba berbicara
secara bersamaan, maka akan terjadi collison (tabrakan) sehingga
tidak ada data yang terkirim maupun diterima. Modul latih ini
menggunkan metode ini. Blok diagram dari metode komunikasi
half duplex ini dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Blok Diagram Metode Komunikasi Half Duplex


b. Full-Duplex (dua arah secara bersamaan)
Metode ini memungkinkan komunikasi antar kedua belah pihak
dapat saling berbagi informasi dan berkomunikasi secara
interaktif dan dalam waktu yang bersamaan. Alat komunikasi
yang menggunakan metode ini adalah telephone, handphone, dan
sebagainya.

Umumnya

alat

yang

memanfaatkan

metode

komunikasi ini menggunakan dua jalur komunikasi. Metode


komunikasi half duplex ini dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Pengirim

Penerima

Penerima

Pengirim

Gambar 2.12 Blok Diagram Metode Komunikasi Half Duplex

Anda mungkin juga menyukai