PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
World Health organization (2008) melaporkan pada tahun 2005 terdapat
536.000 wanita meninggal akibat dari komplikasi kehamilan dan persalinan, dan
400 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality Ratio).
Angka Kematian Ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran
hidup dan 450 per 100.000 kelahiran hidup di negara yang berkembang, hal ini
berarti 99% dari kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari
negara berkembang.1
Indonesia sebagai Negara berkembang mempunyai AKI yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN. Pada tahun 2005 terdapat
AKI sebesar 13/100.000 kelahiran hidup di Brunei Darussalam, 62/100.000
kelahiran hidup di Malaysia, 110/100.000 kelahiran hidup di Thailand,
380/100.000 kelahiran hidup di Myanmar dan 420/100.000 kelahiran hidup di
Indonesia.1
Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetrik terbanyak pada
tahun 2006 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas
lainnya dengan proporsi 47,3 %, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus
dengan proporsi 31,5%. Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang
berakhir abortus, dan sekitar 16 % kematian oleh sebab perdarahan dalam
kehamilan dilaporkan disebabkan oleh kehamilan ektopik yang pecah. 1
Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh
dan berkembang di luar endometrium normal. Kehamilan ektopik ini merupakan
kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan
besarnya kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi
apabila Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) dimana terjadi abortus maupun
ruptur tuba. Abortus dan ruptur tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum
abdominalis yang bila cukup banyak dapat menyebabkan hipotensi berat atau
syok. Bila tidak atau terlambat mendapat penanganan yang tepat penderita akan
meninggal akibat kehilangan darah yang sangat banyak.1
ektopik. Tetapi tidak semua pasien yang didiagnosis dengan KE harus mendapat
terapi medisinalis dan terapi ini tidak 100% efektif. Para dokter harus
memperhatikan dengan hati-hati indikasi, kontraindikasi dan efek samping dari
terapi medisinalis. 4
BAB I
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS
Tanggal 21 Juni 2016 pukul 18.59
1. Identitas Penderita
Nama
: Ny. D
Umur
: 38 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Pernikahan
: Menikah (1 kali)
HPHT
: 9 Mei 2016
UK
: 6+1 minggu
Tanggal Masuk
: 21 Juni 2016
Berat badan
: 58 Kg
Tinggi Badan
: 158 cm
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak + 3 jam SMRS.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G2P0A1, 38 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah sejak 3 jam SMRS. Sejak 2 hari SMRS keluar flek
kecoklatan, namun pasien menyangka dirinya sedang menstruasi. Hari
pertama haid terakhir tanggal 9 Mei 2016. Pada tanggal 9 Juni 2016 keluar
darah selama 2 hari, darah berwarna kecoklatan sebanyak 1 cc. Setelah
itu pasien tidak merasakan adanya keluhan perdarahan dan keluhan
lainnya. Keluhan mual dan muntah tidak dirasakan sebelumnya. Riwayat
demam, diare, dan nyeri saat BAK tidak ada. Pasien saat ini tidak
menggunakan KB.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
: Disangkal
6. Riwayat Obstetri
Hamil I : Abortus pada usia kehamilan 6 bulan, kuret (+) di RS
7. Riwayat Haid
-
Menarche
: 12 tahun
Lama menstruasi
: 5-7 hari
Siklus menstruasi
: 26 hari
8. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali
9. Riwayat Keluarga Berencana : (-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi cukup
Tanda Vital
2.
a. Tensi
: 150/90 mmHg
b. Nadi
: 94 x / menit
c. Respiratory Rate : 20 x/menit (Saturasi 98%)
d. Suhu
: 36,5 0C
Pemeriksaan fisik umum
Kepala
Mesocephal
Wajah
Mata
THT
a.
b.
c.
d.
Leher
Thoraks
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
a.
b.
c.
d.
Abdomen
a.
Inspeksi
:
: Simetris, abdomen datar, bekas luka operasi (-),
striae (-), linea (-)
b.
Palpasi
c.
Perkusi
d.
Auskultasi
Ekstremitas
: Timpani
: Bising usus (+) normal
: CRT < 2 detik, oedema (-) , akral dingin (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
: 9,8 gr/dl ()
Hematokrit
: 29,1 %
Leukosit
: 11.3 x 103/uL
Trombosit
: 297 x 103/uL
Plano test
: (+)
KESIMPULAN
Seorang G2P0A1, 38 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 3 jam SMRS. Sejak 2 hari SMRS keluar flek kemerahan. Hari
pertama haid terakhir tanggal 9 Mei 2016. Pada tanggal 9 Juni 2016 keluar darah
selama 2 hari, darah berwarna kecoklatan sebanyak 1 cc. Usia kehamilan 6+1
minggu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan abdomen punctum
maksimum di inguinal dekstra, fundus uteri tidak teraba. Pada pemeriksaan
laboratorium di IGD didapakan anemia ringan (HB 9,8). Pada hasil pemeriksaan
USG Abdomen gestasional sac belum tampak.
E.
DIAGNOSIS AWAL
Wanita, 38 tahun, usia kehamilan 6+1 minggu dengan Perdarahan Pervaginam
Suspek Kehamilan Ektopik Belum Terganggu (KEBT).
F.
TERAPI
1.
2.
Infus RL 20 tpm
3. HB serial / 3 jam
4. Pengawasan dan bed rest total
G.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
H.
FOLLOW UP ( terlampir )
BAB III
Tinjauan Pustaka
A. Definisi Kehamilan Ektopik
Kehamilan
ektopik
ialah
kehamilan,
dengan
ovum
yang
dibuahi,
dosis
rendah.
Meningkatnya
prevalensi
infeksi
tuba
juga
terhadap
peningkatan
risiko
kehamilan
ektopik.
Tidak
jelas
2.
5.
Merokok
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan insiden kehamilan
ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas
reseptor andrenergik dalam tuba. 1
E. Patofisiologi
Pada proses awal kehamilan, apabila embrio tidak bisa mencapai
endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan
kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada
umumnya. Karena tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami perubahan dalam
bentuk berikut ini.3
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2.
dari
dinding
tersebut
bersama-sama
dengan
robeknya
hematokel retrouterina.3
gambar 2. Abortus Tuba
3.
F.
operasi
yang
dilakukan
adalah
laparatomi
untuk
membersihkan isi kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta
menutup sumber perdarahan dengan melakukan irisan baji (wedge resection)
pada kornu uteri dimana tuba pars interstisialis berada. 3
2. Kehamilan ektopik ganda
Sangat jarang kehamilan ektopik ini berlangsung bersamaan dengan
kehamilan intrauterine. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda
(combined ectopic pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara 15.00-40.000
persalinan. Di Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus.3
Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi
kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparatomi ditemukan uterus yang
membesar sesuai dengan usia kehamilan dan 2 korpora lutea. 3
3. Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan
tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg yaitu :
a. Tuba pada kehamilan harus normal
b. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium
c. Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary proprium.
d. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin.3
Diagnosa yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh
jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan
ovarial biasanya terjadi rupture pada kehamilan muda dengan akibat
perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian
sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan dengan
berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, villi
korialis dan mungkin juga mudigah.3
4. Kehamilan servikal
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi
dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada
kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan
ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang
melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena
perdarahan. Pengeluaran konsepsi pervaginam yang menyebabkan banyak
perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi
totalis.3 Paalman dan Mc Ellin membuat kriteria klinik sebagai berikut :
a. Ostium uteri intertum tertutup
b. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian
c. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoserviks
d. Peradarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri
e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga
terbentuk hour-glass uterus.3
5. Kehamilan ektopik kronik
Umumnya terjadi setelah ruptur tuba atau abortus tuba dan selanjutnya
janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen
dari plasenta yang dapat meluaskan insersinya pada jaringan sekitarnya. Bila
janin cukup besar dapat terus hidup sebagai kehamilan abdominal. Kehamilan
ini merupakan komplikasi obstetrik yang mempunyai morbiditas dan mortalitas
janin yang tinggi dan sangat membahayakan ibu sehingga tidak bijaksana bila
kita menemukan kehamilan abdominal masih berupaya untuk mempertahankan
sampai genap bulan. Dianjurkan bila diagnosis kehamilan abdominal sudah
tegak harus dilakukan laparotomi untuk penghentian kehamilan tersebut.3
G. Gambaran Klinik
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita
menunjukkan gejala-gejala seperti pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran
disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului keterlambatan haid. Di
samping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah nyeri di perut bawah
yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadangkadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.1
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari
perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.1
Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri
dapat unilateral atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen,
atau hanya di bagian atas abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut
yang sangat menyiksa pada suatu ruptur kehamilan ektopik, disebabkan oleh
darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi karena ternyata terdapat
nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak berat pada
perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul
nyeri. Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi.1
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan
ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya.1
Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda yang
penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin,
dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit,
berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus.1
Pada pemeriksaan dalam ditemukan bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri dan kavum Doglas teraba menonjol, berkisar dari
diameter 5 sampai 15 cm, dengan konsistensi lunak dan elastik.1
H.
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta penunjang
1.
Anamnesis
Amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan
atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil
muda dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. 1
Kehamilan ektopik harus dipikirkan pada semua pasien dengan test kehamilan
positif, nyeri pada pelvis, dan perdarahan uterus abnormal.8
Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut
2.
4.
Apabila test positif, dapat membantu diagnosis khusunya terhadap tumortumor adneksa, yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. Tes kehamilan
yang negatif tidak banyak artinya, umunya tes ini menjadi negatif beberapa
hari setelah meninggalnya mudigah.5
5.
6.
Laparoskopi
Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk
diagnosis kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak
terganggu.5
7. Ultrasonografi
Keunggulan, bahwa tidak invasif atau tidak perlu memasukkan alat dalam
rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium,
adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi
cairan.5
8. Kuldosintesis
Kuldosintesis adalah prosedur klinik diagnostik untuk mengidentifikasi
adanya perdarahan intra peritoneal, khusunya pada kehamilan ektopik
terganggu. Kuldosintesis diindikasikan pada kasus kehamilan ektopik dan
abses pelvik. 9
Teknik :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam
serviks dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
d. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan
semprit 10 ml dilakukan pengisapan.
e. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada
kain kasa dan diperhatikan apakah darah merah yang dikeluarkan
merupakan :
1. Darah segar berwarna merah dan akan membeku; darah berasal dari
arteri atau vena yang tertusuk
2. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku,darah
menunjukkan adanya hematokel retrouterina.3
I. Diagnosis Deferensial
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial adalah :
1.
2.
3.
4.
Infeksi pelvik
Abortus
Tumor ovarium
Ruptur korpus luteum 5
J. Penalaksanaan
1.
Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik
terutama pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba.
Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan
konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Ada dua
kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan yaitu: 1. Salpingotomi linier, atau
2. Reseksi segmental. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini mungkin
dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga
belum terjadi ruptur pada tuba. 4
a. Salpingotomi linier
Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal
dilakukan pada kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih
dari 75% kehamilan ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur
ini dimulai dengan menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba.
Satu insisi linier kemudian dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Insisi
kemudian diperlebar melalui dinding antimesenterika hingga memasuki ke
dalam lumen dari tuba yang meregang. Tekanan yang hati-hati diusahakan
dilakukan pada sisi yang berlawanan dari tuba, produk kehamilan
dikeluarkan dengan hati-hati dari dalam lumen. Biasanya terjadi pemisahan
trofoblas dalam jumlah yang cukup besar maka secara umum mudah untuk
melakukan pengeluaran produk kehamilan ini dari lumen tuba. Tarikan yang
hati-hati dengan menggunakan sedotan atau dengan menggunakan gigi
forsep dapat digunakan bila perlu, hindari jangan sampai terjadi trauma pada
mukosa. Setiap sisa trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan melakukan
irigasi pada lumen dengan menggunakan cairan ringer laktat yang hangat
untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada mukosa. 4
Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena
kegagalan pada tindakan ini akan menyebabkan perdarahan postoperasi
yang akan membawa pada terjadinya adhesi intralumen.4
Batas mukosa kemudian ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus
diperhatikan hanya dilakukan untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan
otot dan tidak ada tegangan yang berlebihan. Perlu juga diperhatikan bahwa
jangan ada sisa material benang yang tertinggal pada permukaan mukosa,
karena sedikit saja dapat menimbulkan reaksi peradangan sekunder yang
diikuti dengan terjadinya perlengketan. 4
b. Reseksi segmental
Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai
satu alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat
bagian implantasi, jadi prosedur ini tidak dapat melibatkan kehamilan tuba
yang terjadi berikutnya. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur
normal tuba. Prosedur ini baik dilakukan dengan mengunaka loupe
magnification atau mikroskop. Penting sekali jangan sampai terjadi trauma
pada pembuluh darah tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit
dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang
berdekatan harus
diinsisi
dan dipisahkan
Medikamentosa
Saat ini dengan adanya tes kehamilan yang intrauterin dan ultrasonografi
transvaginal, memungkinkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik
secara dini. Keuntungan dari ditegakkannya diagnosis kehamilan ektopik
secara dini adalah bahwa penatalaksanaan secara medisinalis dapat dilakukan.
Penatalaksanaan medisinalis memiliki keuntumngan yaitu kurang intrauterin,
menghilangkan risiko pembedahan dan anestesi, mempertahankan fungsi
fertilitas dan mengurangi biaya serta memperpendek waktu penyembuhan. 4
Terapi medisinalis yang utama pada kehamilan ektopik adalah methotrexate
(MTX). Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan mempengaruhi
sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi kerja enzim
Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan menghentikan proliferasi trofoblas. 4
Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im) atau injeksi lokal dengan
panduan USG atau laparoskopi. Efek sampingyang timbul tergantung dosis
yang diberikan. Dosis yang tinggi akan menyebabkan enteritis hemoragik dan
perforasi usus, supresi sumsum tulang, nefrotoksik, disfungsi hepar permanen,
alopesia, dermatitis, pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada dosis rendah akan
menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis, disfungsi hepar, supresi sumsum
tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai pemberian folinic acid
(leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu zat yang mirip asam folat
namun tidak tergantung pada enzim dihydrofolat reduktase. Pemberian folinic
acid ini akan menyelamatkan sel-sel normal dan mengurangi efek MTX pada
sel-sel tersebut. 4
Regimen yang dipakai saat ini adalah dengan pemberian dosis tungal MTX
2
50 mg/m luas permukaan tubuh. Sebelumnya penderita diperikasa dulu kadar
hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah. Pada hari ke-4 dan ke-7 setelah
pemberian MTX kadar hCG diperiksa kembali. Bila kadar hCG berkurang 15%
atau lebih, dari kadar yang diperiksa pada hari ke-4 maka mTX tidak diberikan
lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu sampai hasilnya negatif atau
evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan USG transvaginal setiap
minggu. Bila kadar hCG tidak berkurang atau sebaliknya meningkat
dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap selama interval setiap minggunya,
2
maka diberikan MTX 50 mg/m kedua. Stoval dan Ling pada tahun 1993
melaporkan keberhasilan metoda ini sebesar 94,3%. Selain dengan dosis
tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis atau kombinasi
dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB.4
a. Kriteria
untuk
terapi
Methotrexate
adalah
sebagai
berikut:
d. Hemodinamik stabil
e. Diagnosis kehamilan ektopik telah pasti dan tidak memerlukan diagnosis
laparoskopi.
f. Pasien menginginkan kesuburan di masa depan (jika fertilitas masa depan
tidak diinginkan, pertimbangkan laparoskopi dengan ligasi tuba dari tuba
kontra-lateral)
g. Anestesi umum menimbulkan risiko yang signifikan Pasien dapat
diandalkan dan bersedia untuk kembali control
h. Pasien tidak memiliki kontra-indikasi untuk Methotrexate
i. Hasil + / - Serum -hCG kurang dari 6.000 - 15.000 mIU / mL10
BAB IV
PEMBAHASAN
I.
Anamnesa
Teori
Kasus
Terjadi implantasi pada ampulla tuba
Definisi
Kehamilan ektopik terganggu :
uterina dekstra
terjadi
diluar
cavum Riwayat
endometrium
abortus
pada
kehamilan
pertama
Trisemester pertama
Faktor Resiko :
-
operasi,
sterilisasi,
riwayat
riwayat
penggunaan
riwayat
infeksi,
hormon
Riwayat
kehamilan
ektopik
sebelumnya
-
Umur tua
perokok
Dari anamnesa, faktor resiko pada kasus ini adalah abortus pada kehamilan
pertama.
Teori
Keluhan :
Kasus
Keluhan :
SMRS.
Perdarahan pervaginam
Keluhan gastrointestinal
Pada anamnesis pasien ini mengalami perdarahan pervaginam berwarna
Beberapa diagnosis dengan keluhan hamil muda dengan nyeri perut bagian
bawah disertai dengan perdarahan dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyakit, seperti kehamilan ektopik terganggu, abortus immines/abortus
incomplet, penyakit radang panggul, torsi kista ovarii, dan appendisitis. Akan
tetapi, adanya gejala dan tanda kehamilan serta adanya perdarahan pervaginam
yang
ovarii.
II.
Pemeriksaan Fisik
Teori
Pemeriksaan fisik
Kasus
Pemeriksaan fisik :
Anemis
nyeri
goyang
portio
Pada pasien ini gejala klinis yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik
yang dilakukan dan sesuai dengan diagnosis terjadinya kehamilan ektopik
terganggu.
Diagnosis banding seperti abortus immines dan abortus incomplit dapat
disingkirkan karena pada abortus perdarahan yang terjadi berwarna lebih
kemerahan (segar), rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median, serta pada
abortus tidak terdapat nyeri goyang portio. Selain itu, diagnosis kehamilan disertai
apendisitis akut juga dapat disingkirkan karena pada apendisitis tidak ditemukan
nyeri pada goyang portio seperti yang ditemukan pada pasien. Nyeri perut bagian
bawah pada apendisitis sebagian besar terletak pada titik Mc Burney. Jadi, dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kemungkinan diagnosis pasien adalah
kehamilan ektopik terganggu.
III. Pemeriksaan Penunjang
Teori
Pemeriksaan penunjang :
Kasus
Pemeriksaan penunjang :
Darah Rutin
Test kehamilan
USG
USG
gestasional
sac
belum
Penatalaksanaan
Teori
Fakta
Penatalaksaan :
Penatalaksaan :
1) Pembedahan
Dilakukan
pembedahan
Laparotomi
laparotomi
eksplorasi
2) Medikamentosa
pengeluaran
Methotrexate
massa
yaitu
dengan
konsepsi
pada
tidak
dilakukan,