Anda di halaman 1dari 13

Tekanan Darah Tinggi dalam Masa Kehamilan

McGirt Lamberth Robert Uniplaita


102011088
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email :girtrobert@gmail.com
Pendahuluan
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit
hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi
sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih
kurang dimengerti.Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi
dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi
definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.Pemeriksaan
antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting
dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian terhadap
faktor-faktor predisposisi yang lain.1,2
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter
dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) atau
keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis).
Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas,
berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di
balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh
pasien.3
Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal
mengenai hal-hal berikut :Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari
keluhan pasien (kemungkinan diagnosis). Penyakit atau kondisi lain yang menjadi
kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien (diagnosis banding). Faktor-

faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor


predisposisi dan faktor risiko). Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi).
Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan). Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan diagnosisnya.3
Selain

pengetahuan

kedokterannya,

seorang

dokter

diharapkan

juga

mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien


dan keluarganya untuk mendapatkan datayang lengkap dan akurat dalam anamnesis.
Lengkap artinya mencakup semua data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis,
sedangkan akurat berhubungan dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi
yang diperoleh.3
Berdasarkan skenario dimana seorang perempuan 23 tahun datang ke IGD
dirujuk oleh bidan dengan tekanan darah tinggi 180/110 mmHg, pada kehamilan
pertama dengan usia kehamilan 33 minggu. Dari keterangan bidan, pasien selama ini
periksa kehamilan rutin di bidan tersebut, dan sejak 1 minggu yang lalu tekanan darah
pasien menjadi 160/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Pasien sudah dianjurkan
kedokter namun menolak.
Pada anamnesis pasien dengan penyakit PEB dengan sindrome HELLP dapat
ditanyakan tentang hal hal yang berkaitan dengan manifestasi klinisnya, namun
yang pertama pasti akan menanyakan keluhan utamanya dan keluhan penyerta yang
dirasakan pasien seperti ada / tidaknya sakit kepala, pusing dapat dipastikan untuk
menanyakan pasien pusing seperti apa yang dia rasakan, sejak kapan? Apakah
pusingnya itu sampai menganggu aktivitasnya sehari-hari, apakah sampai membuat
pasien pingsan? Apakah pusing yang pasien rasakan berlangsung sepanjang hari/
tidak, tanyakan juga faktor yang memperburuk gejalanya dan faktor yang
memperingan gelaja pasien. tanyakan juga apakah ada pandangan kabur, sesak nafas,
nyeri uluhati, mual muntah, rasa kenyang di perut, adakah perdarahan pervaginam
atau spontan? Karena posisi pasien sedang dalam keadaan hamil bisa ditanyakan pula
HPHT pasien, riwayat menstruasi, riwayat kehamilannya, rutin atau tidak melakukan
kontrol kehamilannya. Apakah pernah mengalami kejang saat kehamilan? Tanyakan
juga Riwayat hipertensi di luar kehamilan, riwayat hipertensi selama kehamilan,
penyakit ginjal, diabetes mellitus, penyakit jantung, alergi obat . dan Riwayat
Penyakit KeluargaRiwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan asma
disangkal. Riwayat darah tinggi selama kehamilan.3

Berdasarkan hasil anamnesi pada skenario didapatkan seorang ibu rumah


tangga, G1P0A0 HPHT 33 minggu, ANC rutin dan mengalami kenaikan TD sejak
satu minggu yang lalu, riwayat jipertensi disangkal. Sakit kepala, pusing, pandangan
kabur, sesak napas, nyeri ulu hati, mual, muntah, rasa kenceng di perut, perdarahan
pervaginam atau spontan lainnya disangkal. Kehamilan pertama, riwayat keguguran
disangkal. Riwayat ibu pasien pernah kejang saat kehamilan terahirnya.
Setelah mendapatkan hasil dari anamnesis maka selanjutnya akan dilakukan
pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum pasien yang
meliputi kesadaran, tanda-tanda vital (nadi, pernapasan, tekanan darah, suhu).
Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik lain seperti pf toraks dan abdomen,
lalu ekstremitas pasien, serta pemeriksaan fisik status obtretikus :3
Palpasi
Sebelum dilakukan, kandung kemih dikosongkan terlebih dahulu, pasien
berbaring dengan bahu dan kepala lebih tinggi. Dinding perut harus lemas dan bila
kontraksi harus ditunggu dulu. Lalu suhu tangan pemeriksa disesuaikan dengan pasien
supaya tidak kontraksi (gosokkan kedua tangan sebelum palpasi).
Beritahu pasien bahwa perutnya akan diperiksa sehingga perut pasien tidak
menegang dan bernapas biasa, kedua tungkai ditekuk sedikit dan pasien disuruh
bernapas dalam.
Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian ;2
a. Leopold I
o Menentukan tinggi fundus uteri sehingga usia kehamilan bisa
diketahui.
o Menentukan bagian janin mana yang ada di uteri

b. Leopold II

Menentukan batas samping uterus dan

letak punggung janin pada letak memanjang


Pada letak lintang ditentukan letak kepala

c. Leopold III
o Menentukan bagian janin yang terletak disebelah bawah
d. Leopold IV
o Menentukan berapa bagian dari kepala yang masuk pintu atas panggul (PAP)
o Bila kepala belum masuk PAP maka akan teraba balotement kepala
Leopold 4 tidak dilakukan kalau kepala masih tinggi.

Sebelum bulan ke tiga fundus uteri dapat diraba dari luar

Akhir bulan ke-3 (12 mg) F.U 1-2 Jari diatas


symphisis

Pertengahan antara sympisis dengan pusat = 16


mg

3 jari dibawah pusat = 20 minggu

pusat procesus xympoideus = 32 Minggu

Sampai arcus costa atau 3 jari dibawah


proc. Xympoideus = 36 minggu

pusat procesus xympoideus = 40 Minggu

Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop fetal heart detector (Doppler).
Pada auskultasi bunyi jantung anak dengan Doppler dapat didengar sejak umur
kehamilan 12 minggu sedang dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan
26 minggu. Frekuensi bunyi jantung anak antara 120 - 140 per menit. Frekuensi
jantung orang dewasa antara 60-80 per menit.3
dari kasus didapatkan :
Status Generalis
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital

: Tekanan Darah

: 180/110 mmHg

Frekuensi Nadi

: 104 x/menit

Frekuensi Nafas

: 24 x/menit

Suhu

: 36,7oC

SpO2 : 98 %, Urine dipstick +3, Mata CA -/-, SI -/-, Jantung dan paru-paru dibawah
normal, abdomen lemas, tanda akut (-), extremitas akral hangat, edema (++),
lateralisasi (-)
Status Obstetrikus
TFU: 28 cm, kontraksi (-), DJJ 150, letak janin memanjang, bagian terbawah
janin kepala, punggung kiri, belum masuk pintu atas panggul, inspeksi genitalia vulva
dan uretra tampak tenang, VT : portio kenyal, arah belakang, tebal 3cm, tidak ada
pembukaan, kepala hodge 1.

Setelah mendapatkan hasil dari pemeriksaan fisik dapat dibantu dengan


pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Penunjang3
Pada kasus dimana pasien hamil 33 minggu datang dengan keluhan
peningkatan tekanan darah dapat di periksakan beberapa pemeriksaan penunjang
seperti :

Pemeriksaan darah lengkap ( Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit, MCV,


MCH, MCHC, hitung jenis leukosit, Laju Endap Darah ). Tujuannya untuk

melihat apakah ada penurunan dari hemoglobin, atau terdapat infeksi, dll.
Pemeriksaan fungsi ginjal ( Ureum, Kreatinin, As.Urat)
Pemeriksaan fungsi hati ( SGOT, SGPT, LDH)
Pemeriksaan urin lengkap ( untuk melihat adanya proteinuria, dll)
Pemeriksaan USG transabdominal ( untuk melihat perkembangan bayi, dan

apakah ada masalah pada kehamilan)


Cardio Tochographi (NST)
Dari hasil pemeriksaan penujang didapatkan hasi sebagai berikut :

Hb : 13,2 g/dL , Ht : 40%, L ; 14.400/uL, Trombosit : 65.000/uL, MCV : 90


fL, MCH : 33pg, MCHC : 34 g/dL, Ur/Cr : 20/0.9, OT/PT : 110/98. LDH :

720, As.Urat : 9.0 uL, protein urin : +3


USG : janin presentasi kepala tunggal hidup, TVJ 1900/g, plasenta corpus

depan, ICA 11, biometri sesuai masa kehamilan 32 minggu


NST : kategori 1

Diagnosis1,2
Preeklamsia Berat dengan HELLP Syndrome
Preeklamsia dapat dibagi dalam bentuk ringan dan berat.Perbedaan anatara
keduanya adalah berdasarkan derajat hipertensi dan proteinuria, dan keterlibatan
organ lainnya.Diperlukan pengawasan ketat terhadap pasien dengan preeklamsia
ringan maupun berat, karena keduanya dapat berkembang menjadi sebuah penyakit
yang fulminant. Sebuah bentuk khusus dari preelmasia berat adalah HELLP
Syndrome, yang merupakan akronim dari hemolysis, elevated liver enzymes, dan low
platelet count. Sindrom ini memiliki manifestasi dalam bentuk temuan klinis yang
konsisten dengan hemolysis, peningkatan kadar fungsi hati, dan trombositopenia.
Seorang pasien yang didagnosa dengan sindrom ini secara otomatis diklasifikasikan
dalam preeklamsia berat.
Definisi dari preeklamsia berat itu sendiri adalah preeklamsia dengan tekanan
darah sistolik dan diastolik lebih samadengan 160/110 mmHg disertai dengan
proteinuria lebih 5g/24 jam.
Eklamsia

Istilah eklamsia berasal dari bahasa Yunani dan berati halilintar .Kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejalanya timbul tiba-tiba tanpa didahului gejala
lainnya.Sekarang diketahui bahwa eklampsia umumnya timbul pada wanita hamil
atau dalam nifas dengan tanda preeklamsia. Pada wanita menderita eklamsia timbul
serangan kejang yang akan diikuti koma. Kejang tersebut akibat dari perdarahan dari
malformasi arterivena, ruptir aneurisma, atau idiopatik. Dan waktu tersering biasanya
48-72 jam pascamelahirkan.
Jika dilihat pada kasus berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang diagnosa kerja pada pasien mengarah kepada preeklamsia berat dengan
HELLP (Hemolysis, Elevated liver enzymes, Low platelet count) Syndrome.Dalam
status obstetric disebut G1P0A0, hamil 33 minggu, janin presentasi kepala tunggal
hidup, tidak inpartu.PEB dengan HELLP Syndrome.
Etiologi1
Preeklamsia merupakan suatu sindrom sistemik dalam kehamilan yang
bermula dari plasenta.Diperkirakan akibat dari sitotrofoblas plasenta yang inadekuat
diikuti dengan disfungsi endotel maternal yang meluas. Selain itu, berbagai faktor
seperti sitem RAA (renin-angiotensin-aldosteron), stress oksidatif berlebihan,
inflamasi, maladptasi sitem imun, dan genetic diduga berperan dalam patogenis
preeklamsia.
Normalnya, sititrofoblas ekstravilli dari janin menginvasi lapisan endotel arteri
spiralis ibu. Arteri spiralis akan diubah dari pembuluh darah yang kecil dengan
resistensi tinggi menjadi lebar sehingga perfusi plasenta untuk nutrisi janin akan
cukup. Pada preeklamsia, transformasi ini tidak terjadi dengan sempurna.Invasi
sitotrofoblas kearteri spiralis terbatas hanya sampai desidua superfisialis sehingga
segmen arteri myometrium tetap sempit.
Sitotrofoblas juga tidak mengalami pseudovaskulogenesis karena normalnya
terjadi perubahan fenotip epitel menjadi seperti sel endotel yang memiliki permukaan
adhesi.Hal tersebut meneybabkan buruknya daya invasi ke arteri spiralis yang berada
dimiometrium.Defek awal inilah yang meneybabkan iskemia plasenta.
Plasentasi yang abnormal diperkirakan menyebabkan pelepasan berbagai
factor yang masuk ke sirkulasi maternal sehingga menyebabkan berbagai tanda dan

gejala klinis preeklamsia.Semua gejala klinis preeklamsia disebabkan oleh edoteliosis


glomerulus, peningkatan permeabilitas vaskuler, dan respon inflamasi sistemik yang
menyebabkan jejas dan atau hipoperfusi pada organ. Manifestasi klinis biasanya
terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Epidemiologi1,2
Preeklamsia mempengaruhi 10% dari kehamilan diseluruh dunia, Juga
merupakan penyumbang mortalitas serta morbiditas maternal dan perinatal
terbesar.Dan diperkirakan sebagai penyebab kematian 50.000-60.000 ibu hamil setiap
tahunnya.Selain itu juga merupakan kontribusi utama prematuritas.Preeklamsia
diketahui sebagia faktor resiko penyakit kardiovaskular dan metabolic pada
perempuan.Insiden eklamsia adalah 1-3 dari 1000 pasien preeklamsia.
Patofisiologi4
Pada tubuh perempuan hamil dengan preeklamsia terjadi beberapa perubahan
patofisiologis pada beberapa organ dan system organnya.Diperkirakan akibat
vasospasme, dsfungsi endotel, dan iskemia yang terjadi. Berikut dijelaskan perubahan
yang terjadi :
-

Sistem

kardiovaskular

hipertensi.

Pada

preeklamsia,

endotel

mengeluarkan vasoaktif yang didominiasi oleh vasokonstriktor, seperti


endotelin dan tromboksan A2. Selain itu, terjadi penurunan kadar Renin
-

angiotensin I, dan II dibandingkan kehamilan normal.


Sistem perdarahan dan koagulasi. Pada perempuan dengan preeklamsia
terjadi trombositopenia, penurunan kadar beberapa factor pembekuan, dan
eritrosit dapat memilki bentuk yang tidak normal sehingga mudah mengalami
hemolysis. Jejas pada endotel dapat menyebabkan peningkatan agregasi

trombosit, menurunkan lama hidupnya, serta menekan kadar antitrombin III.


Hemeostasis cairan tubuh. Pada preeklamsia terjadi retensi natrium karena
meningkatnya sekresi deoksikortikosteron yang merupakan hasil konversi

progesterone.
Ginjal. Selama kehamilan normal terjadi penurunan aliran darah keginjal dan
laju filtrasi glomerulus. Pada preeklamsia terjadi perubahan seperti
peningkatan resistensi arteri aferen ginjal dan perubahan bentuk endotel

glomerulus. Filtrasi yang menurun mengakibatkan kreatinin serum meningkat.


-

Proteinuria belum dapat dijelaskan dengan baik sampai dengan saat ini.
Hepar .ditemukan infark hepar dan nekrosis yang dapat berlanjut menjadi
perdarahan dan hematom. Jika meluas dpat menjadi rupture subkapsular.
Nyeri perut kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium disebabkan oleh

tereganggnya kapsula Glisson.


Serebrovaskular dan gejala neurologis lain. Seperti sakit kepala dan
gangguan penglihatan. Mekanisme pasti penyebab keang belum jelas.
Diperkirakan akibat dari vasospasme serebral, edema,dan kemungkinan

hipertensi mengganggu autoregulasi serta sawar-darah otak


Mata. Dapat terjadi vasospasme retina, edema retina, ablasio retina, sampai
kebutaan pada preekalmsia.

Manifestasi klinis5
Pasien preeklamsia dapat mengeluhkan hal-hal berikut :

Sakit kepala
Gangguan penglihatan : kabur atau skotoma
Gangguan status mental
Kebutaan dapat bersifat kortikal atau retina
Sesak napas
Bengkak pada kedua kaki atau wajah
Nyeri perut kuadran kanan atas atau epigastrium
Kelemahan atau malaisemerupakan manifestasi dari anemia hemolitik

Preeklamsia dengan tanda bahaya, apabila ditemukan salah satu dari


gejala/tanda berikut :

TD sistol dan diastol lebih atau sama dengan 160/110 mmHg pada dua
pengukuran dengan selang waktu 4 jam saat pasien berada dalam tirah

baring
Trombosit <100.000 uL
Gangguan fungsi hati

yang

ditandai

dengan

meningkatnya

transaminase dua kali dari nilai normal, nyeri perut kanan atas
persisten yang berat atau nyeri epigastrium yang tidak membaik

dengan obat atau keduanya


Insufisiensi renal yang progresif dengan peningkatan kreatinin serum
Edema paru
Gangguan serebral atau penglihatan.

Faktor resiko dari preeklamsia adalah sebagai berikut :

Primipara
Riwayat kehamilan dengan preeklamsia
Hipertensi kronis atau penyakit ginjal kronis atau keduanya
Riwayat trombofilia
Kehamilan multifetus
Fertilisasi in vitro
Riwayat preekalmsia keluarga
Diabetes mellitus tipe I atau tipe II
Obesitas
Lupus eritematosus sistemik
Usia kehamilan ibu tua ( lebih dari 40 tahun )

Komplikasi1,2
Komplikasi terberat ialah kematian ibu dan janin.Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari penderita preeklamsia. Diantaranya adalah :

Solusio plasenta. Komplikasi ini sering terjadi pada preeklamsia.


Hipofibronogenemia. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

fibrinogen secara berkala


Hemolisis. Pada penderita berat sering ditemukan icterus, penyebabnya
belum diketahui pasti apakah karena kerusakan sel hati atau destruksi
sdm. Namun nekrosis periportal sering ditemukan pada autopsy
penderita eklamsia akibat dari vasopasmus steriol umum. Dapat juga

diketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama penentuan enzim.


Perdarahan otak. Merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklamsia
Kelainan mata. Kehilangan penglihatan sementara, yang berlangsung
selama satu minggu dapat terjadi. Kadang pada retina terjadi

perdarahan dan merupakan tanda gawat terjadinya apopleksia serebri.


Edema paru. Merupakanakibat dari payah jantung
HELLP Syndrome yaitu haemolysis, elevated live enzymes, dan low

platelet.
Kelainan ginjal. Pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus
ginjal tanpa klainan structural. Dapat timbul anuria sampai gagal

ginjal.
Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh
akibat kejang pneumonia aspirasi, dan DIC

Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janinintra-uterin

Penatalaksanaan6
Nonmedikamentosa
Tatalaksana preeklamsia yang paling utama adalah terminasi kehamilan, yakni
dengan melahirkan bayi. Namun, pendekatan ini sering kurang sesuai untuk sang
bayi, misalnya usia kehamilan masih preterm. Keputusan terminisasi kehamilan
bergantung kepada beberapa hal, seperti beratnya penyakit, kematangan janin, kondisi
ibu dan janin, serta kondisi serviks.
Pilihan cara melahirkan pasien preeklamsia tidak selalu melalui sesar. Tetapi
berdasarkan usia kehamilan, presentasi janin, status serviks, dan kondisi ibu janin. Jia
dimungkinkan partus pervaginam dengan induksi kelahiran dapat dilakukan.
Medikamentosa
Pada pasien preeklamsia berat diberikan :

Antihipertensi, target penurunan tekanan darah sistolik <160 mmHg dan


diastolic <105 mmHg. Jangan terlalu rendah karena dapat mengganggu suplai

darah ke janin
MgSO4 (larutan 20%) untuk pencegahan kejang, diberikan 4g IV bolus pelan
dalam 20 menit dilanjutkan dosis rumatan 1-2 g/jam dalam infus ringer laktat
drip pelan selama 24 jam. Selama pemberian MgSO4 harus tersedia
antidotum, yakni Ca glukonas (10 ml dalam larutan 10%) jika terjadi
hipermagnesemia. Hipemagnesemia ditandai dengan hilangnya reflek patella
sampai paralisis napas. MgSO4 juga harus diberikan 24 jam pascamelahirkan

untuk pasien tersebut.


Pada HELLP Syndrome. Jika didapatkan kadar trombosit <100.000 uL makan
diberikan deksamatason 10 mg IV tiap 12 jam. Pada post partum diberikan 10
mg IV tiap 12 jam 2 kali, kemudian diikuti 5 mg IV tiap 12 jam 2 kali. Teriapi
dihentikan (tapering off) jika sudah terdapat perbaikan kadar trombosit
>100.000 dan penurunan LDH serta perbaikan gejala klinik preeklamsiaeklamsia. Dapat dipertimbangkan pemberian tranfusi trombosit, bila kada
<50.000 uL dan antioksidan.

Pencegahan7
Beberapa poin terbaru dikeluarkan oleh ACOG pada tahun 2003 mengenai
pencegahan preeklamsia :

Pemberian aspirin 60-80 mg/hari dimulai pada ahir trimester pertama


disarankan pada perempuan dengan riwayat eklamsia dan kelahiran preterm
kurang dari 34 minggu atau preeklamsia pada lebih dari satu kehamilan

sebelumnya
Pemberian vitamin C dan E untuk preeklamsia tidak dianjurkan
Asupan garam harian disarankan untuk tidak direstriksi selama kehamilan

untuk pencegahan preeklamsia


Tirah baring atau pembatasan aktivitas fisik lain tidak disarankan sebagai
pencegahan primer preeklamsia dan komplikasinya

Prognosis2
Eklamsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi.Dari berbagai pengumuman, diketahui
kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian bayi yakni 42,2% 48,9%.Diakibatkan oleh kurangnya pengawasan antenatal dan natal, penderita sering
terlambat mendapatkan pengobatan yang tepat.Prognosis baik untuk penanganan yang
tepat.
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksan penunjang.Kemungkinan
pasien G1P0A0, hamil 33 minggu, janin presentasi kepala tunggal hidup, tidak
inpartu. Menderita PEB ( preeklamsia berat ) dengan HELLP Syndrome. Penanganan
yang cepat dan tepat serta pemeriksaan antenatalcare yang rutin dapat mempercepat
diagnose terhadap preeklamsia.

Daftar Pustaka
1) F, Leveno K, Bloom S, Spong CY, Dashe J, penyunting .William obstetrics. Edisi ke24. Philadelphia: McGraw-Hill;2014.

2) Prawirohardjo S. Imu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo;2014
3) Rudjianto A. Macleode pemeriksaan klinis.Edisi ke-13. Singapura:Elsevier;2014
4) Young BC, Levine R.J, Karumachi A. Pathogenesis of preeclampsia. Annu Rev
Pathol Mec Dis; 2013.
5) Hladunewich M, Karumanchi A, Lafayette R. Patophysiology of the clinical
manifestation of preeclampsia. Clin J Am Soc Nephrol; 2011.
6) Miller DA. Hypertension in pregnancy. Dalam : Cherney AH, Nathan L, Goodwin
TM, LAufer N, Roman A, penyunting. Current diagnosis & treatment obstetrics &
gynecology. Edisi ke-11. Singapura:McGraw-Hill;2013
7) Roberts JM, August PA, BAksris G, Barton JR, Bernstein IM, Druzin M, dkk.
Hypertension in pregnancy.Washington: American Collage of Obstetrician and
Gynecologist;2013.

Anda mungkin juga menyukai