Ikm Haji
Ikm Haji
PENDAHULUAN
Masyarakat muslim Indonesia yang menunaikan ibadah haji mencapai 200
ribu orang lebih setiap tahun, dengan risiko kesehatan yang masih cukup tinggi.
Pada sepuluh tahun terakhir ini, jemaah haji Indonesia wafat di Arab Saudi selama
pelaksanaan operasional haji mencapai 2,1 - 3,2 per 1000 jemaah yang
menunjukkan 2-3 kali lipat lebih besar dibandingkan pada kondisi normal di tanah
air.1
Masih tingginya angka jamaah haji yang sakit dan meninggal di tanah
suci, pantas mendapat perhatian serius. Apalagi terbukti adanya jamaah haji yang
hamil berangkat menunaikan haji. Wakil Menteri Kesehatan, Ali Ghufron Mukti
mengatakan kondisi-kondisi tersebut menjadi kritikan paling banyak dari DPR
dan pemerintah Saudi. Karena tidak dibenarkan jamaah yang ternyata tidak sehat
menunaikan ibadah haji.2
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah wajib menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Haji agar jemaah haji dapat menunaikan ibadah dengan baik
sesuai ketentuan ajaran Islam. Kementerian Kesehatan bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan haji sejak sebelum keberangkatan ke
Arab Saudi, di perjalanan pergi dan pulang, selama di Arab Saudi dan setelah
kembali ke Indonesia.3
Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan
yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh
karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan
optimal dan mempertahankannya. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh
adalah pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya
identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan
penentuan cara eliminasi faktor risiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur dan
jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksanakan secara holistik.3
BAB II
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN KESEHATAN JEMAAH HAJI
A. PENDAHULUAN
I.
Dasar Hukum1,2,3,5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pembagian
Pemerintahan
Urusan
Daerah
Pemerintahan
Provinsi,
dan
Antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota.
9.
10.
11.
12.
13.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
14.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1.
Tujuan Umum
Terselenggaranya pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan
kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika,
moral, keilmuan, dan profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi
data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan dan perlindungan
kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji
di Arab Saudi.
2.
Tujuan Khusus
a) Tercapainya identifikasi status kesehatan jemaah haji berkualitas.
b) Tersedianya data kesehatan sebagai dasar upaya perawatan dan
pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jemaah
haji.
c) Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko jemaah
haji secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji
(BKJH) Indonesia.
III.
Pengertian1,3
1. Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia beragama Islam yang telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan penunjang medis dan
penetapan diagnosis jemaah haji.
3. Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang
secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah
haji, meliputi :
a. jemaah haji lanjut usia
b. jemaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh
terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang
berlaku
c. jemaah haji wanita hamil
d. jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis
dan atau penyakit tertentu lainnya.
terstandar
yang
diselenggarakan
secara
kontinu
I.
KLB
4) Melakukan pencatatan dan pelaporan
Pengorganisasian1
a. Panitia Penyelenggara Kesehatan Haji Pusat
G
ambar 1.2 Tim Operasional Penyelenggaraan Kesehatan Haji 1
II.
III.
Biaya1
Pelaksanaan Pemeriksaan1,3
1) Sebelum keberangkatan ke tanah suci, jemaah haji memeriksakan
kesehatannya ke unit pelayanan pemeriksa kesehatan haji di daerah
(pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji).
2) Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji meliputi Pemeriksaan
Kesehatan Pertama yang merupakan pemeriksaan dasar di Puskesmas bagi
semua jemaah haji, dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua yang merupakan
pemeriksaan rujukan bagi jemaah yang dirujuk oleh unit pelaksana
Pemeriksa Kesehatan Pertama sesuai dengan status kesehatan setiap
jemaah haji, serta pelaksanaan imunisasi meningitis bagi jemaah haji
Indonesia.
3) Jemaah haji usia lanjut (60 tahun atau lebih), jemaah menderita penyakit
menular, atau jemaah yang menderita penyakit yang diperkirakan
berpengaruh terhadap kesehatan selama perjalanan ibadah haji (berisiko
tinggi) harus dirujuk ke Pemeriksaan Kesehatan Kedua untuk mendapat
pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
4) Pemeriksaan Kesehatan Pertama dilaksanakan oleh tim pemeriksa
kesehatan pertama di Puskesmas yang ditunjuk. Pemeriksaan Kesehatan
Kedua dilaksanakan oleh tim pemeriksa kesehatan kedua (rujukan) di
Rumah Sakit yang ditunjuk. Frekuensi dan Jenis Pemeriksaan Kesehatan
Pertama dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua sesuai status kesehatan dan
kebutuhan pemeriksaan kesehatan masing-masing jemaah haji.
5) Berdasarkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Pemeriksaan
Kesehatan
Kedua, Tim
Pemeriksa
Kesehatan
menerbitkan
Surat
Jemaah Haji. Buku Kesehatan Jemaah Haji akan menjadi salah satu
dokumen kesehatan yang akan diperiksa oleh petugas di Embarkasi Haji.
6) Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua
dilaksanakan
antara
waktu
sejak
selesainya
masa
Operasional
kesehatan
tahap
pertama
ini
berfungsi
sebagai
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Status perkawinan
10
secara kronologis.
(3) Riwayat Penyakit Keluarga, meliputi jenis penyakit yang
diderita anggota keluarga yang berhubungan secara genetik.
c). Pemeriksaan fisik, meliputi :
(1). Tanda vital:
Tekanan darah
(2) Postur tubuh termasuk tinggi badan (TB), berat badan (BB),
dan indeks massa tubuh (IMT/BMI).
(3) Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, Telinga, Hidung,
Tenggorok dan Leher.
(4) Paru/toraks
Inspeksi : simetrisitas, retraksi, venektasi, bentuk dada,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : fremitus
Perkusi : (sonor/hipersonor, pekak/redup)
Auskultasi : vesikuler, ronki, mengi/wheezing
(5) Kardiovaskuler
Inspeksi : pergeseran impuls apikal
Palpasi : tekanan vena jugularis, kuat angkat impuls
apikal, pergeseran impuls apikal
Perkusi : batas jantung (konfigurasi jantung)
11
12
pada
masa
pemeriksaan
tahap
kedua,
dapat
iii. Setiap Jemaah Calon Haji WUS diharuskan menanda tangani surat
pernyataan di atas meterai tentang kesediaan menunda/ membatalkan
keberangkatannya untuk musim haji yang akan datang, bila di
kemudian hari pada saat menjelang keberangkatannya ternyata hamil
13
(Lampiran 1).
d) Untuk JCH yang bertugas sebagai pendamping, dilakukan tes
kebugaran. Pemeriksa dapat memilih salah satu metode yang sesuai
dengan kondisi jemaah dan ketersediaan sarana-prasarana. Petunjuk
pemeriksaan terlampir (Lampiran 4).
3) Pemeriksaan Khusus adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan atas dasar
indikasi medis pada JCH yang menderita suatu penyakit, dimana penyakit
tersebut belum dapat ditegakkan diagnosisnya dengan data pemeriksaan
pokok dan lanjut. Pemeriksaan Khusus, meliputi:
a) Bagi Jemaah Calon Haji yang membutuhkan penegakan diagnosis dan
pembinaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain atas indikasi
sesuai baku emas (golden standard) pemeriksaan untuk penyakit
tersebut.
b)
g. Hasil pemeriksaan kesehatan ditulis dengan lengkap dan benar dalam Buku
Kesehatan Jemaah Haji (sesuai petunjuk pengisian BKJH) dengan dilampirkan
catatan medik.
h. Dokter pemeriksa membuat Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan yang
memuat kesimpulan hasil Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama dan
diserahkan kepada jemaah haji.
i. Bagi jemaah haji Non-Risiko Tinggi (risti), BKJH disimpan di sarana
Pemeriksaan
Kesehatan
sampai
satu
bulan
sebelum
dimulainya
15
16
IV.
17
Sampul Buku
a. Kulit Muka Luar
Pada sisi atas terdapat nomor seri buku tercetak perforasi sebagai
penanda keaslian buku.
Terdapat kotak jendela untuk melihat isi tulisan kotak RISTI pada
halaman Identitas Jemaah Haji.
18
Bila kotak ini terisi, maka berikan stempel risiko tinggi (RT) dengan
tinta warna merah, sehingga tampak dari kotak transparan. Contoh
stempel :
b. Kotak Nama
Ditulis nama lengkap jemaah haji (nama lengkap sesuai dengan nama
yang tercantum dalam PASPOR dengan HURUF BALOK.
Ditempelkan pas foto jemaah haji terbaru (foto 3 bulan terakhir) dengan
ketentuan sesuai rekomendasi DEPAG, berukuran 4x6.
III.
INTERNATIONAL
CERTIFICATE
OF
VACCINATION
OR
21
Instansi
yang
memberikan
SURAT
KETERANGAN
VAKSINASI
V. IDENTIFICATION CARD (tulisan Arab)
Jemaah Haji Indonesia (tulisan Arab)
Embarcation (tulisan Arab), diisi nama Embarkasi
Flight group (tulisan Arab), diisi nomor kelompok terbang
Isian di dalam kotak:
1. Name (tulisan Arab)
a. Ditulis nama jemaah haji
b. Bisa ditulis oleh Jemaah sendiri, Ketua Regu atau Ketua Rombongan.
22
23
24
2.
Urutkan
nomor
pengisian
faktor
risiko
25
3.
Bila
ada
jenis
mirip/bersinggungan/berhubungan erat,
faktor
risiko
yang
2) RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Bila memiliki penyakit maka isilah dengan lengkap dan jelas secara
naratif menurut kronologis-nya, mencakup : awitan masalah,
keadaan
pemicu
kejadian,
manifestasinya,
serta
semua
26
1. Tanda Vital
a. Tekanan Darah, diisi tekanan sistol dan diastol dengan alat tensimeter
air raksa.
b. Nadi, diisi hasil pemeriksaan nadi arteria radialis dengan 3 jari selama
1 menit, meliputi: frekuensi berapa kali/menit, volume apakah
kecil/cukup/besar dan ritme apakah reguler/irreguler
c. Pernafasan, diisi hasil pemeriksaan selama 1 menit, meliputi:
frekuensi berapa kali/menit dan volume dangkal/cukup/dalam
d. Suhu, diisi hasil pemeriksaan dengan termometer air raksa di axila
selama 2 menit atau termometer digital di axila
2. Postur
a. Bentuk/habitus, diisi proposional/tidak proposional (dicoret salah
satu), atau sebutkan dengan pilihan : leptosom, picnicus atau atletikus,
simetris atau tidak simetris
b. IMT (indeks massa tubuh), diisi Tinggi Badan (TB) dalam cm dan
Berat Badan (BB) dalam kg. IMT diisi sesuai dengan hasil
pemeriksaan, rumus:
BB (kg)
TB (m2)
Hasil Penilaian : Kategori BB lebih sekali ( > 27) ; Kategori BB lebih
(25 -27,0) ; Kategori BB normal (18,5 - 24,9) ; Kategori BB kurang
(17 - 18,4) ;Kategori BB kurang sekali (< 17).
c. Rasio LPP (lingkar pinggang pinggul) diisi bila dilakukan
pemeriksaan. Nilai normal: 0,8 1,2.
3. Kulit
Diisi sesuai hasil pemeriksaan saat inspeksi dan palpasi, meliputi warna
kulit, kontinuitas, ujud kelainan kulit, turgor, intak, dll
4. Kepala
Diisi
sesuai
dengan
hasil
pemeriksaan,
termasuk
bentuk
dan
27
Inspeksi
simetrisitas,
retraksi,
venektasi,
bentuk
dada,
Palpasi : fremitus
B. Jantung
Diisi sesuai hasil pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi.
8. Perut
a. Diisi pemeriksaan perut meliputi semua organ dalam perut (lambung,
usus, hati, limpa) dan massa abnormal
28
9. Ekstremitas
Diisi hasil pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi meliputi bentuk,
kekuatan otot dan refleks. Refleks termasuk refleks biseps, triseps, patela,
Achiles, Babinski
10 Rektum dan Urogenital
Pemeriksaan meliputi:
D. PEMERIKSAAN JIWA
Menggunakan instrumen pemeriksaan Barthel indeks bagian 3: Fungsi Perilaku
dan Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa.
1. Keluhan somatik tanpa kelainan organik, diisi jika ada keluhan dengan
jelas
2. Keluhan psikosomatis, diisi jika ada keluhan dengan jelas
3. Keluhan mental emosional, diisi jika ada keluhan dengan jelas
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium ( diisi bila dilakukan pemeriksaan )
Darah, diisi sesuai hasil pemeriksaan: Hemoglobin, laju endap darah,
jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah dan rhesus, gula
darah sewaktu, Kolesterol (LDL), dan pemeriksaan darah lain atas
indikasi
29
Tes Kebugaran
30
Saran/anjuran:
Isilah
Dokter Pemeriksa
1. Isilah lengkap pada isian tanda tangan Dokter Pemeriksa, nama lengkap
dokter, NIP/NRPTT dan stempel Puskesmas.
2. Tanda tangan harus asli (bukan stempel).Gunakan tinta hitam dan awet
(tidak luntur).
3. Nama boleh disingkat, bila terlampau panjang. Boleh dengan cap. Gunakan
tinta sewarna dengan NIP/NRPTT.
4. NIP/NRPTT boleh dengan cap. Gunakan tinta sewarna (dengan nama),
dianjurkan berwarna hitam.
5. Stempel Puskesmas/Sarana Kesehatan, sesuai ketentuan berlaku.
31
BAB III
PEMERIKSAAN KESEHATAN HAJI TAHAP PERTAMA PUSKESMAS
TARAKAN9
A. Keadaan Geografis
Puskesmas Tarakan terletak di Kecamatan Wajo di Kelurahan Mampu.
Luas wilayah Puskesmas Tarakan yaitu 1,75 km2 yang meliputi 4 Kelurahan,
yaitu :
32
B. Keadaan Demografis
Jumlah Penduduk di wilayah
Kelurahan
Laki Laki
Perempuan
Malimongan Tua
1944
2915
Malimongan
1758
2636
Butung
904
1356
Mampu
1282
1924
Jumlah
5888
8832
Sumber : kantor Kecamatan Wajo per Desember 2013
C. Pendidikan
33
Total
4859
4394
2261
3206
14720
Sarana Pendidikan
Jumlah
TK
SD
SLTP / MTs
Akademi
Sumber : Kantor Kecamatan Wajo Tahun 2013
4
4
4
1
D. Pekerjaan
Penduduk di Wilayah Keja Puskesmas Tarakan memiliki mata
pencaharian yang beraneka ragam antara lain : pedagang, pegawai negeri sipil,
ABRI, pegawai swasta, buruh harian, jualan dan lain sebagainya.
Tabel 1.4 Jenis pekerjaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tarakan
N
o
1
2
3
4
5
6
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Pedagang
PNS
Pegawai Swasta
Buruh harian
ABRI
Lain lain
Jumlah
Sumber : Kantor Kecamatan Wajo Tahun 2013
1601
901
3632
622
477
1911
10120
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
Sarana Yankes
Jumlah
Puskesmas
Posyandu
16
Rumah Bersalin
Apotek
11
I. Tenaga Kesehatan
35
Jenis Tenaga
Jumlah
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Sanitarian
Pelaksana Gizi
Laboran
Asisten Apoteker
10
Tenaga Teknis
Jumlah
22
----- --------------
- Umum
-Kepegawaian
- Sarana Prasarana - Keuangan
36
Unit Kesehatan
Masyarakat
Unit
Penunjang
Upaya Kesehatan
Perorangan
Unit PKM
Keliling
Unit Bidan
Upaya Pengobatan
Rawat Jalan
UGD
37
38
39
40
41
42
43
44
DAFTAR PUSTAKA
1.
Keputusan
menteri
kesehatan
RI
no.
442/menkes/SK/VI/2009 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan haji
45
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
46