Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
Masyarakat muslim Indonesia yang menunaikan ibadah haji mencapai 200
ribu orang lebih setiap tahun, dengan risiko kesehatan yang masih cukup tinggi.
Pada sepuluh tahun terakhir ini, jemaah haji Indonesia wafat di Arab Saudi selama
pelaksanaan operasional haji mencapai 2,1 - 3,2 per 1000 jemaah yang
menunjukkan 2-3 kali lipat lebih besar dibandingkan pada kondisi normal di tanah
air.1
Masih tingginya angka jamaah haji yang sakit dan meninggal di tanah
suci, pantas mendapat perhatian serius. Apalagi terbukti adanya jamaah haji yang
hamil berangkat menunaikan haji. Wakil Menteri Kesehatan, Ali Ghufron Mukti
mengatakan kondisi-kondisi tersebut menjadi kritikan paling banyak dari DPR
dan pemerintah Saudi. Karena tidak dibenarkan jamaah yang ternyata tidak sehat
menunaikan ibadah haji.2
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pemerintah wajib menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Haji agar jemaah haji dapat menunaikan ibadah dengan baik
sesuai ketentuan ajaran Islam. Kementerian Kesehatan bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan haji sejak sebelum keberangkatan ke
Arab Saudi, di perjalanan pergi dan pulang, selama di Arab Saudi dan setelah
kembali ke Indonesia.3
Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan
yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh
karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan
optimal dan mempertahankannya. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh
adalah pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya
identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan
penentuan cara eliminasi faktor risiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur dan
jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksanakan secara holistik.3

BAB II
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN KESEHATAN JEMAAH HAJI
A. PENDAHULUAN
I.

Dasar Hukum1,2,3,5
1.

Al-Quran dan Al-hadits.6,7

2.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang


Karantina Udara.

3.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang


Wabah Penyakit Menular.

4.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan.

5.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Ibadah Haji.

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah.

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991


tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang

Pembagian

Pemerintahan

Urusan

Daerah

Pemerintahan

Provinsi,

dan

Antara

Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota.

9.

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang


Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 94 Tahun 2006.

10.

Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 1995


tentang Penyelenggaraan Urusan Haji sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 1998.

11.

Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun


1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

12.

Surat Keputusan Bersama Menteri Agama


dengan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 458 Tahun
2000 dan Nomor 1652.A/Menkes-Kesos/SKB/XI/2000 tentang Calon
Haji Wanita Hamil Untuk Melaksanakan Ibadah Haji.

13.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1575/Menkes/Per/XI/ 2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja


Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007.

14.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1159/Menkes/SK/X/2007 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan


Haji.
II. Tujuan1,3

1.

Tujuan Umum
Terselenggaranya pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan
kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan melalui pendekatan etika,
moral, keilmuan, dan profesionalisme dengan menghasilkan kualifikasi
data yang tepat dan lengkap sebagai dasar pembinaan dan perlindungan
kesehatan jemaah haji di Indonesia dan pengelolaan kesehatan jemaah haji
di Arab Saudi.

2.

Tujuan Khusus
a) Tercapainya identifikasi status kesehatan jemaah haji berkualitas.
b) Tersedianya data kesehatan sebagai dasar upaya perawatan dan
pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jemaah
haji.
c) Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dan faktor risiko jemaah
haji secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji
(BKJH) Indonesia.

d) Terwujudnya fungsi BKJH sebagai sumber informasi medik jemaah


haji untuk kepentingan pelayanan kesehatan haji.
e) Tersedianya bahan keterangan bagi penetapan laik kesehatan
(istithoah) jemaah haji.
f)

Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit


menular berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masyarakat
Internasional/Indonesia.

III.

Pengertian1,3
1. Jemaah haji adalah Warga Negara Indonesia beragama Islam yang telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan penunjang medis dan
penetapan diagnosis jemaah haji.
3. Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang
secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah
haji, meliputi :
a. jemaah haji lanjut usia
b. jemaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh
terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang
berlaku
c. jemaah haji wanita hamil
d. jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis
dan atau penyakit tertentu lainnya.

B. PEMERIKSAAN KESEHATAN JEMAAH HAJI


Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan
kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, SKD dan respon

KLB, penanggulangan KLB dan musibah massal, kesehatan lingkungan dan


manajemen penyelenggaraan kesehatan haji.1
Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah penilaian status kesehatan
bagi jemaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai upaya penyiapan
kesanggupan berhaji melalui mekanisme baku pada sarana pelayanan
kesehatan

terstandar

yang

diselenggarakan

secara

kontinu

(berkesinambungan) dan komprehensif (menyeluruh). Yang dimaksud


kontinu dan komprehensif yaitu : bahwa proses dan hasil pemeriksaan selaras
dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan dalam rangka perawatan dan
pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jemaah haji.3
Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan
kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra haji
dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan di embarkasi dan
debarkasi, pelayanan kesehatan selama di penerbangan, pelayanan kesehatan
selama di Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan di kelompok terbang. Dalam
hal ini puskesmas melaksanakan beberapa tugas yakni :1
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan pada jemaah haji
2) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kesehatan pada jemaah haji
3) Melakukan pengamatan penyakit pada jemaah haji, SKD dan respon

I.

KLB
4) Melakukan pencatatan dan pelaporan
Pengorganisasian1
a. Panitia Penyelenggara Kesehatan Haji Pusat

Gambar 1.1 Panitia Penyelenggara Kesehatan Haji Pusat1

b. Tim Operasional Penyelenggaraan Kesehatan Haji

G
ambar 1.2 Tim Operasional Penyelenggaraan Kesehatan Haji 1

II.

Penjadwalan Kegiatan Kesehatan haji1

Tabel 1.1 Jadwal kegiatan kesehatan haji1

III.

Biaya1

Biaya pemeriksaan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah di


Puskesmas dan Rumah Sakit bervariasi antar daerah dan antara satu jemaah
dengan jemaah yang lain. Oleh karena itu diatur sendiri oleh masing-masing
pemerintah daerah sesuai dengan kebijakan dan peraturan perundangan yang
ada.
IV.

Pelaksanaan Pemeriksaan1,3
1) Sebelum keberangkatan ke tanah suci, jemaah haji memeriksakan
kesehatannya ke unit pelayanan pemeriksa kesehatan haji di daerah
(pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji).
2) Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji meliputi Pemeriksaan
Kesehatan Pertama yang merupakan pemeriksaan dasar di Puskesmas bagi
semua jemaah haji, dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua yang merupakan
pemeriksaan rujukan bagi jemaah yang dirujuk oleh unit pelaksana
Pemeriksa Kesehatan Pertama sesuai dengan status kesehatan setiap
jemaah haji, serta pelaksanaan imunisasi meningitis bagi jemaah haji
Indonesia.
3) Jemaah haji usia lanjut (60 tahun atau lebih), jemaah menderita penyakit
menular, atau jemaah yang menderita penyakit yang diperkirakan
berpengaruh terhadap kesehatan selama perjalanan ibadah haji (berisiko
tinggi) harus dirujuk ke Pemeriksaan Kesehatan Kedua untuk mendapat
pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
4) Pemeriksaan Kesehatan Pertama dilaksanakan oleh tim pemeriksa
kesehatan pertama di Puskesmas yang ditunjuk. Pemeriksaan Kesehatan
Kedua dilaksanakan oleh tim pemeriksa kesehatan kedua (rujukan) di
Rumah Sakit yang ditunjuk. Frekuensi dan Jenis Pemeriksaan Kesehatan
Pertama dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua sesuai status kesehatan dan
kebutuhan pemeriksaan kesehatan masing-masing jemaah haji.
5) Berdasarkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Pemeriksaan
Kesehatan

Kedua, Tim

Pemeriksa

Kesehatan

menerbitkan

Surat

Keterangan Kesehatan Jemaah Haji dan dicatat dalam Buku Kesehatan

Jemaah Haji. Buku Kesehatan Jemaah Haji akan menjadi salah satu
dokumen kesehatan yang akan diperiksa oleh petugas di Embarkasi Haji.
6) Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Pemeriksaan Kesehatan Kedua
dilaksanakan

antara

waktu

sejak

selesainya

masa

Operasional

Penyelenggaraan Haji tahun sebelumnya dan jemaah telah ditetapkan


sebagai jemaah haji yang akan melaksanakan perjalanan ibadah haji pada
tahun berjalan. Pemeriksaan kesehatan sudah selesai seluruhnya 1 bulan
sebelum dimulainya Operasional Haji tahun berjalan.
7) Mekanisme kerja dan Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama dan Tim
Pemeriksa Kesehatan Kedua ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai peraturan yang ada. Kerjasama pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan jemaah haji antar Kabupaten/Kota di kordinasikan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
8) Jemaah haji baru saja tiba di daerah (14 hari pertama kedatangan) dan
kemudian memeriksakan diri ke Puskesmas, klinik atau Rumah Sakit
segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat sebagai bagian dari
kewaspadaan kemungkinan adanya penyakit menular yang dibawa jemaah
dari Arab Saudi.

Gambar 1.3 Skema Pemeriksaan Kesehatan sebelum keberangkatan haji dilaksanakan


antara Pasca Haji (Januari) sebelum puasa Ramadhan (Agustus) 1

C. PEMERIKSAAN KESEHATAN TAHAP PERTAMA


Pemeriksaan

kesehatan

tahap

pertama

ini

berfungsi

sebagai

identifikasi, karakterisasi dan prediksi, serta penentuan metode eliminasi


faktor risiko kesehatan jemaah haji. Selain itu juga menjadi dasar upaya
perawatan dan pemeliharaan kesehatan, serta upaya-upaya pembinaan dan
perlindungan kesehatan jemaah haji.3
I.

Standar pemeriksaan kesehatan3,5,8


a. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Pemeriksa Kesehatan Tahap

Pertama yang memenuhi kualifikasi/standar pemeriksa.


b. Pemeriksaan Jemaah Calon Haji Wanita dilakukan oleh Dokter wanita,
atau Dokter Pria dengan didampingi perawat wanita. Pemeriksaan
Jemaah Calon Haji Pria dilakukan oleh Dokter Pria, atau Dokter Wanita
dengan didampingi perawat Pria.
c. Pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Calon Haji (JCH) dapat
dikelompokkan menjadi pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjut dan
pemeriksaan khusus.
1)

Pemeriksaan Pokok adalah pemeriksaan yang harus


dilakukan pada semua JCH. Data yang diperoleh meliputi identitas,
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (tanda vital, postur, syaraf
kranial, toraks, abdomen), kesehatan jiwa dan laboratorium klinik
rutin. Pemeriksaan pokok meliputi :
a) Identitas, terdiri dari :

Nama, dilengkapi dengan bin/binti

Tempat dan tanggal lahir

Alamat tempat tinggal/domisili

Pekerjaan

Pendidikan terakhir

Status perkawinan

10

b) Riwayat Kesehatan, meliputi :


(1). Riwayat penyakit sekarang

Penyakit menular tertentu.

Penyakit tidak menular/disabilitas.

(2) Riwayat Penyakit Dahulu, meliputi penyakit yang pernah


diderita (termasuk

operasi yang pernah dijalani), ditulis

secara kronologis.
(3) Riwayat Penyakit Keluarga, meliputi jenis penyakit yang
diderita anggota keluarga yang berhubungan secara genetik.
c). Pemeriksaan fisik, meliputi :
(1). Tanda vital:

Tekanan darah

Nadi meliputi : frekuensi, volume, tegangan, ritme.

Pernapasan meliputi : frekuensi, ritme.

Suhu, diukur di aksila dengan termometer air raksa.

(2) Postur tubuh termasuk tinggi badan (TB), berat badan (BB),
dan indeks massa tubuh (IMT/BMI).
(3) Kepala : pemeriksaan saraf kranial, mata, Telinga, Hidung,
Tenggorok dan Leher.
(4) Paru/toraks
Inspeksi : simetrisitas, retraksi, venektasi, bentuk dada,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : fremitus
Perkusi : (sonor/hipersonor, pekak/redup)
Auskultasi : vesikuler, ronki, mengi/wheezing
(5) Kardiovaskuler
Inspeksi : pergeseran impuls apikal
Palpasi : tekanan vena jugularis, kuat angkat impuls
apikal, pergeseran impuls apikal
Perkusi : batas jantung (konfigurasi jantung)

11

Auskultasi : bunyi jantung, bising jantung


(6) Abdomen
Inspeksi : vena ektasi, hernia
Palpasi : nyeri epigastrium, pembesaran organ abdomen,
perabaan ginjal, massa abnormal
Perkusi : nyeri ketok sudut kostovertebral, asites
Auskultasi : bising usus
(7) Ekstremitas : bentuk, kekuatan otot, refleks
(8) Pemeriksaan jiwa, menggunakan instrumen pemeriksaan
Barthel Indeks Bagian 3: Fungsi Perilaku dan Algoritme
Pemeriksaan Kesehatan Jiwa (lampiran 1).
d). Pemeriksaan Penunjang
(1) Darah
(a). Semua jemaah meliputi ; hemoglobin, hematokrit,
lekosit, trombosit, golongan darah (A-B-0 dan bila perlu
Rhesus), laju endap darah (LED), hitung jenis leukosit,
dan jumlah leukosit.
(b). Jemaah dengan indikasi meliputi : gula darah sewaktu
dan profil lemak darah.
(2). Urin
(a). Makro : warna, bau, kejernihan, derajat keasaman, berat
jenis
(b). Mikro : sedimen (lekosit, eritrosit, sel epitel, kristal)
(c). Glukosa urin
(d). Protein urin
2)

Pemeriksaan Lanjut adalah pemeriksaan tambahan


yang perlu dilakukan pada JH WUS-PUS (Wanita Usia Subur-Pasangan
Usia Subur), memiliki indikasi gangguan metabolik (metabolic syndrome),
JH usia 40 tahun, Lansia (usia 60 tahun) dan pendamping jemaah
uzur/sakit. Pemeriksaan lanjut meliputi :

12

a) Calon haji Wanita Usia Subur (WUS) dilakukan pemeriksaan tes


kehamilan, dengan reagen beta-HCG.
i. Bagi yang tidak hamil:
Diinformasikan ketentuan Surat Keputusan Bersama (SKB)
Menteri Agama dan Menteri Kesehatan kepada setiap Jemaah
Calon Haji Wanita Usia Subur (WUS).
Dianjurkan mengikuti program Keluarga Berencana (KB) untuk
mencegah kehamilan.
Bagi Jemaah Calon Haji Wanita WUS yang khawatir terjadi
kehamilan

pada

masa

pemeriksaan

tahap

kedua,

dapat

menghendaki imunisasi Meningitis meningokokus secara dini.


Imunisasi tersebut dapat diperoleh di Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) tertentu.

KKP menerbitkan International Certificate of Vaccination (ICV)


yang resmi dikeluarkan sesuai ketentuan International Health
Regulation (IHR).

Biaya yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut ditanggung


sepenuhnya oleh Jemaah Calon Haji yang bersangkutan.
ii.

Bagi yang hamil :

Diberikan KIE (konsultasi, informasi dan edukasi) tentang


ketentuan penyelenggaraan kesehatan haji, khususnya ketentuan
tentang Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan
Menteri Kesehatan, serta diberikan alternatif solusi yang dapat
diambil oleh calon jemaah bersangkutan. Salinan SKB terlampir.
(Lampiran 2).

Tidak dilakukan pemberian imunisasi meningitis meningokokus


ACW 135Y.

iii. Setiap Jemaah Calon Haji WUS diharuskan menanda tangani surat
pernyataan di atas meterai tentang kesediaan menunda/ membatalkan
keberangkatannya untuk musim haji yang akan datang, bila di
kemudian hari pada saat menjelang keberangkatannya ternyata hamil
13

dengan usia kehamilan di luar ketentuan yang diperkenankan


menurut SKB Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Formulir
Surat Pernyataan terlampir (Lampiran 3).
b) Untuk JCH berusia 40 tahun, dilakukan pemeriksaan radiologis
toraks PA, GDS (Gula Darah Sewaktu), LDL (cholesterol) dan EKG
(bila perlu dengan Masters Test).
c) Untuk JCH lansia (usia 60 tahun), dilakukan pemeriksaan fungsional
Barthel Indeks Bagian 1 (Penilaian fungsi
(Penilaian Fungsi

Perawatan Diri) dan 2

Kerumahtanggaan dalam Aktivitas keseharian).

(Lampiran 1).
d) Untuk JCH yang bertugas sebagai pendamping, dilakukan tes
kebugaran. Pemeriksa dapat memilih salah satu metode yang sesuai
dengan kondisi jemaah dan ketersediaan sarana-prasarana. Petunjuk
pemeriksaan terlampir (Lampiran 4).
3) Pemeriksaan Khusus adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan atas dasar
indikasi medis pada JCH yang menderita suatu penyakit, dimana penyakit
tersebut belum dapat ditegakkan diagnosisnya dengan data pemeriksaan
pokok dan lanjut. Pemeriksaan Khusus, meliputi:
a) Bagi Jemaah Calon Haji yang membutuhkan penegakan diagnosis dan
pembinaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain atas indikasi
sesuai baku emas (golden standard) pemeriksaan untuk penyakit
tersebut.
b)

Bagi Jemaah Calon Haji yang membutuhkan penegakan diagnosis dan


pembinaan, dapat dilakukan rujukan ke dokter spesialis yang
berkompeten.

d. Dokter Pemeriksa Kesehatan Puskesmas bertanggungjawab atas kelengkapan


isi BKJH.
e. Dokter pemeriksa harus menuliskan diagnosis kerja sesuai dengan hasil
pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji untuk keperluan pembinaan. Kode
diagnosis ditulis sesuai dengan kode ICD 10.
f. Kesimpulan hasil pemeriksaan dibuat dalam kategori Mandiri, Observasi,
Pengawasan dan Tunda.
14

g. Hasil pemeriksaan kesehatan ditulis dengan lengkap dan benar dalam Buku
Kesehatan Jemaah Haji (sesuai petunjuk pengisian BKJH) dengan dilampirkan
catatan medik.
h. Dokter pemeriksa membuat Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan yang
memuat kesimpulan hasil Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama dan
diserahkan kepada jemaah haji.
i. Bagi jemaah haji Non-Risiko Tinggi (risti), BKJH disimpan di sarana
Pemeriksaan

Kesehatan

sampai

satu

bulan

sebelum

dimulainya

operasional embarkasi haji tahun berjalan. BKJH tersebut selanjutnya


diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sebagai kelengkapan
dokumen penetapan kalaikan dan selanjutnya diserahkan kepada jemaah
haji sebelum keberangkatan ke embarkasi (asrama) haji.
j. Bagi jemaah haji Risiko Tinggi (risti), BKJH dapat digunakan sebagai
dokumen rujukan oleh Puskesmas ke rumah sakit rujukan untuk
mendapatkan pemeriksaan kesehatan lanjut dan atau khusus.
k. Jemaah haji dibekali Surat Pengantar Rujukan Pemeriksaan yang dibuat
oleh dokter Pemeriksa Kesehatan Puskesmas untuk mendatangi rumah
sakit yang ditunjuk agar mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan. Contoh
surat Rujukan Pemeriksaan Kesehatan terlampir (Lampiran 5)
l. Dokter Pemeriksa melaporkan data hasil pemeriksaan dan rekapitulasinya
kepada Pusat Kesehatan Haji secara periodik, secara langsung atau
berjenjang melalui Dinas Kesehatan.
m. Data Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji dikompilasi dan disampaikan
melalui surat elektronik ke Pusat Kesehatan Haji up Bidang yang ruang
lingkupnya meliputi kegiatan pemeriksaan kesehatan jemaah haji.
n. Rekapitulasi hasil pemeriksaan kesehatan menggunakan format formulir
yang disediakan. Rekapitulasi disampaikan dapat disampaikan kepada
pihak-pihak tertentu sebagai informasi kesehatan jemaah haji.
o. Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksanaan Pemeriksaan
Kesehatan Puskesmas dan melaporkan hasil akhir pemeriksaan kesehatan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya tiga
minggu sebelum operasional embarkasi haji dimulai.
II. Standar pemeriksa kesehatan3,5

15

Standar pemeriksa adalah rumusan kriteria ketenagaan minimal yang


harus tersedia untuk mencapai standar pemeriksaan yang ditetapkan.
Pemeriksa Kesehatan tahap Pertama adalah Tim Pemeriksa Kesehatan JCH
untuk menjalankan fungsi pemeriksaan tahap pertama yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi atas usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Tim Pemeriksa yang dibentuk di tiap Puskesmas berjumlah sekurangkurangnya empat orang, terdiri dari:
a) satu orang dokter pria atau wanita,
b) satu orang perawat wanita,
c) satu orang perawat pria, dan
d) satu orang analis laboratorium kesehatan.
b. Dokter yang ditunjuk melakukan pemeriksaan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Mempunyai SIP.
2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim Pemeriksa
Kesehatan.
3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam pemeriksaan kesehatan
dengan pendekatan manajemen risiko.
c. Perawat yang ditunjuk membantu pemeriksaan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Mempunyai SK jabatan fungsional sebagai perawat.
2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim Pemeriksa
Kesehatan.
3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam membantu pemeriksaan
kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko.
d. Analis laboratorium kesehatan yang ditunjuk membantu pemeriksaan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Mempunyai SK jabatan fungsional sebagai pranata laboratorium
kesehatan.

16

2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim Pemeriksa


Kesehatan.
3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam membantu pemeriksaan
kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko.
III.

Standar fasilitas pemeriksaan kesehatan3,5


Standar fasilitas adalah rumusan kriteria tempat dan fasilitas
minimal yang harus tersedia untuk mencapai standar pemeriksaan yang
ditetapkan. Pemeriksaan Kesehatan Pertama dilakukan di Puskesmas yang
ditunjuk. Puskesmas yang ditunjuk sebagai tempat Pemeriksaan Kesehatan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Memiliki prasarana gedung yang memadai bagi pelayanan
b. Memiliki staf pemeriksa.
c. Memiliki fasilitas laboratorium sederhana
d. Memiliki sarana dan manajemen catatan medik yang baik.

IV.

Prosedur pemeriksaan kesehatan3,5


Prosedur pemeriksaan Jemaah Calon Haji adalah tata cara
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Calon Haji bertempat di
puskesmas meliputi :
a. Pendaftaran pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji di puskesmas.
b. Pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji menggunakan protokol
standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan sebagai berikut:
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan penunjang
c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir bantu dan disimpan di
puskesmas.
d. Catatan medik JCH terbaru dalam formulir bantu dijadikan dasar
pengisian BKJH. BKJH diisi setelah JCH mendapatkan bukti pelunasan
BPIH atau terdaftar di SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu).

17

e. BKJH disimpan di puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua


untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksa Kesehatan tahap
kedua.
f. JCH diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut.
g. Untuk kepentingan pembinaan, pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan
berulang sesuai dengan kebutuhan.
h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan bagi Jemaah Calon Haji dan melaporkan hasil pemeriksaan
kesehatan Jemaah Calon Haji ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
D. PANDUAN PENGISIAN BKJH3,5
I.

Sampul Buku
a. Kulit Muka Luar

Berwarna cover hijau.

Pada sisi atas terdapat nomor seri buku tercetak perforasi sebagai
penanda keaslian buku.

Terdapat kotak jendela untuk melihat isi tulisan kotak RISTI pada
halaman Identitas Jemaah Haji.

Terdapat tulisan : Buku Kesehatan Jemaah Haji Indonesia


(Indonesians Hajj Pilgrims Medical Record). Disisi bawah terdapat
tulisan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ministry of
Health of The Republic of Indonesia)

Biarkan laman ini tanpa tambahan tulisan/corat-coret.

b. Kulit Muka Dalam. Biarkan halaman ini tanpa tulisan.


c. Kulit Belakang Luar

Informasi tentang Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji


1. Bilamana anda tetap sehat dalam waktu 2 minggu sejak
kedatangan dari Tanah Suci. Kirimkanlah kartu ini ke Puskesmas
terdekat dimana saudara berada.
2. Bilamana anda jatuh sakit dalam waktu 2 minggu sejak
kedatangan dari Tanah Suci. Diwajibkan berobat dengan

18

membawa Buku Kesehatan Jemaah Haji ini ke dokter Puskesmas


setempat.

Terdapat keterangan tahun cetakan buku.

d. Kulit Belakang Dalam. Terdapat amplop sebagai tempat lembar cetak


lepas.
Formulir cetak lepas terdiri dari:
1. Form Surat Pernyataan Jemaah Haji Wanita Usia Subur (WUS)
2. Form Surat Rujukan Pemeriksaan Kesehatan
3. Form Rujukan Balik Pemeriksaan Kesehatan
4. Form Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Pertama, dibuat
rangkap 3 untuk :
a. Kantor Kementerian Agama
b. Jemaah Haji yang bersangkutan
c. Arsip Puskesmas
5. Form Surat Keterangan Pengobatan Jemaah Haji
6. Form Surat Keterangan Pendamping Jemaah Haji
II. Identitas Jemaah Haji (BKJH)
a. Kotak Jenis RISTI
Diisi nama diagnosis RISTI oleh petugas kesehatan Rumah Sakit atau
Puskesmas (bukan kode diagnosis). Contoh nama diagnosis : Diabetes
Melitus tipe II terkontrol, Hipertensi Sedang, Penyakit Jantung Koroner,
dll.
Boleh berisi lebih dari satu jenis diagnosis. Contoh pengisian :
DIABETES MELITUS tipe II Terkontrol
HIPERTENSI Sedang
OBESITAS dll.

Pengisian dilakukan berdasar hasil akhir pemeriksaan kesehatan tahap

pertama, kedua dan pemeriksaan kesehatan di Embarkasi.


Yang berwenang menuliskan nama diagnosis RISTI adalah Dokter
Pemeriksa Kesehatan tahap pertama, kedua dan Dokter Pemeriksa di
Embarkasi.
19

Bila kotak ini terisi, maka berikan stempel risiko tinggi (RT) dengan
tinta warna merah, sehingga tampak dari kotak transparan. Contoh
stempel :

b. Kotak Nama

Ditulis nama lengkap jemaah haji (nama lengkap sesuai dengan nama
yang tercantum dalam PASPOR dengan HURUF BALOK.

Ditulis oleh petugas Puskesmas.

c. Kotak Nomor Paspor

Diisi sesuai nomor paspor

Ditulis oleh petugas kesehatan di Embarkasi.

d. Kotak Nomor Kloter

Diisi sesuai nomor Kloter. Contoh ; 046-SOC, 012-BTJ, 025-SUB.

Ditulis oleh petugas kesehatan di Embarkasi (dibantu petugas Kloter)

e. Kotak Nomor Maktab

Diisi sesuai nomor Maktab di Mekkah/Madinah (Contoh ; 123MEKKAH, 100-MADINAH)

Ditulis oleh petugas kesehatan di Kloter

f. Kotak Pas foto

Ditempelkan pas foto jemaah haji terbaru (foto 3 bulan terakhir) dengan
ketentuan sesuai rekomendasi DEPAG, berukuran 4x6.

Ditempel oleh petugas Puskesmas

Di cap dengan stempel dari sarana layanan kesehatan di Puskesmas atau


Rumah Sakit, dengan mengenai sebagian lembar pas foto.

III.

INTERNATIONAL

CERTIFICATE

OF

VACCINATION

PROPHYLAXIS International Health Regulations (2005)


1. Lembar depan:
20

OR

a) Diisi oleh petugas Puskesmas (pemeriksaan kesehatan pertama), agar


proses pemeriksaan dokumen di Embarkasi lebih cepat
b) Issued to: diisi dengan nama jemaah haji (tidak boleh di hapus atau di
type ex atau dicoret)
c] Passpor number or travel document number: diisi nomor paspor jemaah
haji atau nomor dokumen travel jemaah haji
2. Lembar belakang:
a) Diisi oleh petugas Puskesmas (pemeriksaan kesehatan pertama), agar
proses pemeriksaan dokumen di Embarkasi lebih cepat
b) This is to certify that (name), diisi Nama jemaah haji; date of birth, diisi
tanggal lahir; sex diisi jenis kelamin; Nationality, diisi kebangsaan
jemaah haji; national identification document, if applicable, diisi Kartu
Tanda Penduduk (KTP) nomer KTP Whose signature follows, tanda
tangan jemaah; Has on the date indicated been vaccinated or received
prophylaksis against: (name of disease or condition) in accordance
with IHR : diisi jenis vaksinasi yang diberikan pada jemaah haji; Tabel
sertifikat vaksinasi atau profilaksis:
Diisi oleh dokter/petugas kesehatan yang memberikan vaksinasi, kecuali
tanda tangan pada kolom signature an professional of supervising
clinicians
Vaccine or prophylaxis: diisi nama vaksin atau profilaksis yang
digunakan telah diakui oleh WHO;
Date: diisi dengan tanggal vaksinasi;
Signature an professional status of supervising clinicians, Keputusan
soal ini telah final : tanda tangan oleh petugas KKP, setelah jemaah
menunjukkan Surat Keterangan Vaksinasi, jika diisi oleh petugas bukan
dari KKP, maka ICV harus diganti. Dokter pemeriksa kesehatan yang
memberikan vaksinasi membuat Surat Keterangan Vaksinasi
Manufacturer and batch no. of vaccine or prophylaxis, diisi dengan
nama pabrik vaksin atau prpfilaksis dan no. Batch vaksin atau
profilaksis; Contoh: GSK ACW135Y, Lot : N.358-A.41A;

21

Certificate valid from...until.., diisi sertifikat berlaku dari tanggal sampai


tanggal yang dicantumkan;
Official stamp of administering center, Hanya boleh cap KKP, jika ada
stempel selain KKP, maka ICV harus diganti.
IV. SURAT KETERANGAN VAKSINASI
Lembar pernyataan ini diberikan kepada:
a) Nama: diisi nama jemaah haji serta diisi nama bin/binti
b) Lahir : diisi tempat lahir, tanggal: diisi/bulan/tahun. Kelamin : dipilih
pria/wanita ( coret salah satu)
c) No. identitas: diisi nomor Kartu Tanda Penduduk/SIM/Passpor*) Suku
bangsa : diisi jenis suku bangsa
d) Tabel surat keterangan vaksinasi:
Vaksin atau profilaksis dan dosis: diisi nama vaksin atau profilaksis
serta dosis yang diberikan pada jemaah haji
Tanggal pemberian: diisi tanggal pemberian vaksin atau profilaksis
Tanda tangan dan nama dokter penanggung jawab: diisi tanda tangan
dan nama dokter penanggung jawab
Pabrikan dan nomor batch vaksin/profilaksis: diisi nama pabrik dan
nomor batch vaksin atau profilaksis
Masa berlaku: Berlakunya proteksi penyakit untuk masing-masing jenis
vaksinasi
Stempel

Instansi

yang

memberikan

SURAT

KETERANGAN

VAKSINASI
V. IDENTIFICATION CARD (tulisan Arab)
Jemaah Haji Indonesia (tulisan Arab)
Embarcation (tulisan Arab), diisi nama Embarkasi
Flight group (tulisan Arab), diisi nomor kelompok terbang
Isian di dalam kotak:
1. Name (tulisan Arab)
a. Ditulis nama jemaah haji
b. Bisa ditulis oleh Jemaah sendiri, Ketua Regu atau Ketua Rombongan.

22

2. Nasionality (tulisan Arab), diisi Indonesia


3. Pass. No. (tulisan Arab)
a. Ditulis sesuai ketentuan penulisan nomor paspor.
b. Bisa ditulis oleh Jemaah sendiri, Ketua Regu atau Ketua Rombongan.
4. Muttawwaf (tulisan Arab)
a. Ditulis sesuai ketentuan penulisan Maktab, ditambahi alamat Maktab.
Misal : Maktab 15, Sektor IV-Jarwal.
b. Bisa ditulis oleh Jemaah sendiri, Ketua Regu atau Ketua Rombongan.
5. Guide (tulisan Arab)
a. Ditulis nama pengurus Maktab atau organisasinya oleh Petugas
Kloter (TPHI). Misal : Syech Muhammad.
b. Bisa ditulis oleh Jemaah sendiri, Ketua Regu atau Ketua Rombongan.

6. Past history (tulisan Arab)


Ditulis oleh Petugas kesehatan di Embarkasi ;
a. Pneumonia, ditulis Yes untuk Ada atau No untuk Tidak Ada.
b. Epilepsi, ditulis Yes untuk Ada atau No untuk Tidak Ada.
c. Drugs, ditulis jenis obat yang menjadi alergen atau dihindari atau
tidak boleh dipakai.
d. Diabetes, ditulis Yes untuk Ada atau No untuk Tidak Ada.
e. Alergy, ditulis Yes untuk Ada dan sebutkan jenis alergennya atau No
untuk Tidak Ada.
f. Others, ditulis keterangan lain yang perlu.
VI. Lembar-Lembar Informasi
a. Kata Pengantar Dirjen PP & PL
b. Hak Jemaah Haji Indonesia
c. Kewajiban Jemaah Haji Indonesia
d. Kesiapan Jemaah Haji Menghadapi Musim Dingin
e. Anjuran
VII. Keterangan Tentang Jemaah Haji

23

Diisi oleh Petugas Pemeriksa di Puskesmas Pemeriksaan secara legeartis


a. Nama (Name)
1. Ditulis nama lengkap jemaah haji dan bin/binti
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
b. No. paspor (Passport number)
1. Ditulis nomor paspor
2. Diisi oleh petugas embarkasi haji
c. Jenis Kelamin (Sex)
1. Ditulis sesuai jenis kelamin Pria/wanita (male/female)
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
d. Tempat lahir (Place of birth)
1. Ditulis sesuai data identitas pada kartu tanda pengenal
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
e. Tanggal lahir (Date of birth)
1. Ditulis sesuai data identitas pada kartu tanda pengenal
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
f. Umur (Age)
1. Ditulis umur dalam tahun sesuai data identitas pada kartu tanda
pengenal
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
g. Alamat (Address)
1. Ditulis diisi lengkap alamat tempat tinggal/korespondensi yang bisa
dihubungi sesuai data identitas pada kartu tanda pengenal disertai no
telephon
Provinsi: diisi asal provinsi jemaah haji
Kabupaten/Kota: diisi asal kabupaten/kota jemaah haji
Kecamatan: disi asal kecamatan jemaah haji
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
h. Pendidikan terakhir (Education)
1. Ditulis sesuai data pemeriksaan terakhir

24

2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok


i. Pekerjaan (Occupation)
1. Ditulis sesuai data identitas pada kartu tanda pengenal
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
j. Status Perkawinan (Marital status)
1. Ditulis sesuai data identitas pada kartu tanda pengenal
2. Diisi oleh Pemeriksa di Puskesmas menggunakan huruf balok
k. Embarkasi (Embarcation)
1. Ditulis sesuai asal Embarkasi
2. Diisi oleh petugas Embarkasi dengan menggunakan huruf balok
l. Kloter (Flight group)
1. Ditulis sesuai Kloter Jemaah Haji
2. Diisi oleh petugas Embarkasi dengan menggunakan huruf balok
m. Maktab
1. Ditulis sesuai tempat tinggal (maktab) jemaah haji
2. Diisi oleh petugas Embarkasi (dibantu dengan petugas Kloter)
DATA PEMERIKSA
1. Nama dokter, diisi nama jelas dokter pemeriksa, berikut gelar.
2. Jabatan, diisi jabatan fungsional sebagai Dokter Pemeriksa atau Dokter
Puskesmas.
3. Alamat Puskesmas, diisi dengan alamat lengkap surat dan telpon.
4. Tanggal pemeriksaan, diisi sesuai dengan tanggal penetapan diagnosis.
1) FAKTOR RISIKO JEMAAH HAJI
1.

Pengisian bagian ini dilakukan seusai pengisian


bagian lain.

2.

Urutkan

nomor

pengisian

faktor

risiko

berdasarkan potensi ancaman terhadap keselamatan jemaah. Faktor


risiko paling berbahaya ditulis paling atas.

25

3.

Bila

ada

jenis

mirip/bersinggungan/berhubungan erat,

faktor

risiko

yang

pilihkan istilah yang paling

ringkas dan informatif yang mampu menampung seluruhnya.


4.

Upayakan agar semua faktor risiko jemaah haji


dapat tertulis, termasuk perilaku beresiko (Mis: Merokok).

2) RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Bila memiliki penyakit maka isilah dengan lengkap dan jelas secara
naratif menurut kronologis-nya, mencakup : awitan masalah,
keadaan

pemicu

kejadian,

manifestasinya,

serta

semua

pengobatannya (yang telah diberikan).


b. Gejala-gejala penting digambarkan dengan jelas (letak, kualitas,
kuantitas atau keparahan, awitan, durasi, frekuensi, faktor-faktor
yang memperberat atau mengurangi). Terutama perhatian pada :
penyakit menular tertentu dan penyakit/disabilitas

2. Riwayat Penyakit Dahulu.


a. Diisi lengkap secara kronologis meliputi penyakit yang pernah
diderita pada masa kanak-kanak, dewasa, penyakit psikiatri,
kecelakaan dan cedera, operasi dan perawatan di rumah sakit.
b. Bila terdapat keterangan yang panjang, buatlah resume secara
terpisah untuk memudahkan penyampaian informasi secara lengkap.
Misal : Fraktur Patologis, dengan tindakan operasi.
3. Riwayat Penyakit Keluarga.
Diisi lengkap tentang riwayat penyakit dan atau penyebab
kematian pada anggota keluarga yang berhubungan secara genetik.
Misalnya: penyakit diabetes, jantung, hiperkolesterolemia, kanker,
asma, alergi, stroke, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, epilepsi,
penyakit mental, anemia, artritis, dll.
C. PEMERIKSAAN FISIK

26

1. Tanda Vital
a. Tekanan Darah, diisi tekanan sistol dan diastol dengan alat tensimeter
air raksa.
b. Nadi, diisi hasil pemeriksaan nadi arteria radialis dengan 3 jari selama
1 menit, meliputi: frekuensi berapa kali/menit, volume apakah
kecil/cukup/besar dan ritme apakah reguler/irreguler
c. Pernafasan, diisi hasil pemeriksaan selama 1 menit, meliputi:
frekuensi berapa kali/menit dan volume dangkal/cukup/dalam
d. Suhu, diisi hasil pemeriksaan dengan termometer air raksa di axila
selama 2 menit atau termometer digital di axila
2. Postur
a. Bentuk/habitus, diisi proposional/tidak proposional (dicoret salah
satu), atau sebutkan dengan pilihan : leptosom, picnicus atau atletikus,
simetris atau tidak simetris
b. IMT (indeks massa tubuh), diisi Tinggi Badan (TB) dalam cm dan
Berat Badan (BB) dalam kg. IMT diisi sesuai dengan hasil
pemeriksaan, rumus:
BB (kg)
TB (m2)
Hasil Penilaian : Kategori BB lebih sekali ( > 27) ; Kategori BB lebih
(25 -27,0) ; Kategori BB normal (18,5 - 24,9) ; Kategori BB kurang
(17 - 18,4) ;Kategori BB kurang sekali (< 17).
c. Rasio LPP (lingkar pinggang pinggul) diisi bila dilakukan
pemeriksaan. Nilai normal: 0,8 1,2.
3. Kulit
Diisi sesuai hasil pemeriksaan saat inspeksi dan palpasi, meliputi warna
kulit, kontinuitas, ujud kelainan kulit, turgor, intak, dll
4. Kepala
Diisi

sesuai

dengan

hasil

pemeriksaan,

termasuk

bentuk

dan

simestrisitasnya dan kualitas rambut. Pemeriksaan syaraf kranial (diisi


hasil pemeriksaan fungsi syaraf kranial dan tanda kelaian); mata (diisi

27

hasil pemeriksaan tajam penglihatan/visus, kornea, lensa mata, dsb);


Telinga (diisi fungsi pendengaran, membran timpani,dsb); Hidung (diisi
kondisi anatomis dan fungsinya); Tenggorokan dan mulut (diisi hasil
pemeriksaan tonsil, gigi-geligi, lidah, rongga mulut,dsb).
5. Leher
Diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan saat inspeksi dan palpasi. Nilailah
simetrisitasnya, pembesaran kelenjar, kelainan organ, tanda-tanda
kelainan lain yang dapat dilihat di bagian ini.
6. Kelenjar dan pembuluh getah bening
Diisi sesuai dengan hasil pemeriksaan saat inspeksi dan palpasi. Nilailah
jumlah, kekenyalan, nyeri tekan pada bijih kelenjar.
7. Dada:
A. Pemeriksaan Umum dan Paru
Diisi sesuai hasil pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi.

Inspeksi

simetrisitas,

retraksi,

venektasi,

bentuk

dada,

penggunaan otot bantu napas

Palpasi : fremitus

Perkusi : (sonor/hipersonor, pekak/redup)

Auskultasi: vesikuler, ronki, mengi/wheezing

B. Jantung
Diisi sesuai hasil pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan
Auskultasi.

Inspeksi : pergeseran impuls apikal

Palpasi : tekanan vena jugularis, kuat angkat impuls apikal,


pergeseran impuls apikal

Perkusi : batas jantung (konfigurasi jantung)

Auskultasi : bunyi jantung, bising jantung

8. Perut
a. Diisi pemeriksaan perut meliputi semua organ dalam perut (lambung,
usus, hati, limpa) dan massa abnormal

28

b. Diisi Isi sesuai hasil pemeriksaan Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan


Auskultasi.
Inspeksi : vena ektasi, hernia

Palpasi : nyeri epigastrium, pembesaran organ abdomen, perabaan


ginjal, massa abnormal

Perkusi : nyeri ketok sudut kostovertebral, asites

Auskultasi : bising usus

9. Ekstremitas
Diisi hasil pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi meliputi bentuk,
kekuatan otot dan refleks. Refleks termasuk refleks biseps, triseps, patela,
Achiles, Babinski
10 Rektum dan Urogenital
Pemeriksaan meliputi:

Traktus Urinarius, diisi hasil pemeriksaan meliputi inspeksi dan


palpasi, termasuk palpasi ginjal

Genitalia, diisi hasil pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi

Rektum, diisi hasil pemeriksaan rektum

D. PEMERIKSAAN JIWA
Menggunakan instrumen pemeriksaan Barthel indeks bagian 3: Fungsi Perilaku
dan Algoritme Pemeriksaan Kesehatan Jiwa.
1. Keluhan somatik tanpa kelainan organik, diisi jika ada keluhan dengan
jelas
2. Keluhan psikosomatis, diisi jika ada keluhan dengan jelas
3. Keluhan mental emosional, diisi jika ada keluhan dengan jelas
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium ( diisi bila dilakukan pemeriksaan )
Darah, diisi sesuai hasil pemeriksaan: Hemoglobin, laju endap darah,
jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah dan rhesus, gula
darah sewaktu, Kolesterol (LDL), dan pemeriksaan darah lain atas
indikasi

29

Urin, diisi sesuai hasil pemeriksaan: makroskopis,mikroskopis, glukosa


urin, protein urin, dan pemeriksaan urin lain atas indikasi

Tes Kehamilan, diisi positive/negative termasuk (tgl/bl/th: / / )

2. Elektrokardiografi (EKG) Diisi bila dilakukan pemeriksaan EKG


3. Radiologi Diisi bila dilakukan pemeriksaan Radiologi
4. Penilaian Kemandirian (Barthel Indeks)
Skor : diisi sesuai dengan 2 hasil penilaian pemeriksaan yaitu:
Penilaian fungsi perawatan diri dan penilaian fungsi kerumah
tanggaan dalam aktifitas keseharian/ (.../....)
Keterangan: diisi hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari
ke-2 hasil penilaian Barthel Indeks
5.

Tes Kebugaran

Metode : diisi jenis metode yang digunakan dalam menilai kebugaran


pendamping jh

Nilai : Dicoret pilihan yang salah ( istimewa/baik/cukup/kurang )


Diagnosa
1.Isi dengan nama penyakit sesuai pola penamaan diagnosa pada ICD-X
2.Sertakan kode ICD-X
Kesimpulan
1.

Kategori: Pilih salah satu


kategori :(Mandiri/Observasi/Pengawasan/Tunda)
Status kesehatan dikategorikan menjadi empat, yaitu :
1) Jemaah Haji Mandiri adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan
alat/obat dan orang lain.
2) Jemaah Haji Observasi adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat.
3) Jemaah Haji Pengawasan adalah jemaah haji yang memiliki
kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat
dan/obat dan orang lain.

30

4) Jemaah Haji Tunda adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya


tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.
2.

Saran/anjuran:

Isilah

sesuai dengan saran/anjuran dokter pemeriksa.

Gambar 1.4 Kategori penilaian kesehatan jemaah haji indonesia 1

Dokter Pemeriksa
1. Isilah lengkap pada isian tanda tangan Dokter Pemeriksa, nama lengkap
dokter, NIP/NRPTT dan stempel Puskesmas.
2. Tanda tangan harus asli (bukan stempel).Gunakan tinta hitam dan awet
(tidak luntur).
3. Nama boleh disingkat, bila terlampau panjang. Boleh dengan cap. Gunakan
tinta sewarna dengan NIP/NRPTT.
4. NIP/NRPTT boleh dengan cap. Gunakan tinta sewarna (dengan nama),
dianjurkan berwarna hitam.
5. Stempel Puskesmas/Sarana Kesehatan, sesuai ketentuan berlaku.

31

BAB III
PEMERIKSAAN KESEHATAN HAJI TAHAP PERTAMA PUSKESMAS
TARAKAN9
A. Keadaan Geografis
Puskesmas Tarakan terletak di Kecamatan Wajo di Kelurahan Mampu.
Luas wilayah Puskesmas Tarakan yaitu 1,75 km2 yang meliputi 4 Kelurahan,
yaitu :

Kelurahan Butung terdiri dari 4 RW & 17 RT dengan luas 0,27 km2

Kelurahan Mampu terdiri dari 6 RW & 22 RT dengan luas 0,40 km2

Kelurahan Malimongan terdiri dari 6 RW & 26 RT dengan luas 0,41km2

Kelurahan Malimongan Tua terdiri 6 RW & 24 RT dengan luas 0,41 km2

32

Gambar 1.5 Peta wilayah kerja Puskesmas Tarakan

Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Tarakan adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bontoala

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ujung Pandang.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selat Makassar.


( Sumber data : Kantor Kecamatan Wajo, 2013 )

B. Keadaan Demografis
Jumlah Penduduk di wilayah

Kerja Puskesmas tarakan sebanyak

17.839 jiwa di 4 kelurahan. Jumlah Penduduk di Kecamatan Wajo per


Desembar 2013 adalah 35.127 jiwa dimana penduduk laki laki sebanyak
17.657 jiwa, sedangkan jumlah Penduduk Wanita sebanyak 17.470 jiwa.
Berikut rincian data penduduk menurut Kelurahan & Jenis Kelamin.
Tabel 1.2 Distribusi penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarakan Tahun
2013
No
1
2
3
4

Kelurahan
Laki Laki
Perempuan
Malimongan Tua
1944
2915
Malimongan
1758
2636
Butung
904
1356
Mampu
1282
1924
Jumlah
5888
8832
Sumber : kantor Kecamatan Wajo per Desember 2013

C. Pendidikan

33

Total
4859
4394
2261
3206
14720

Status Pendidikan di empat kelurahan yang merupakan batas Wilayah


kerja Puskesmas Tarakan tersedia sarana pendidikan antara lain : TK, SD/MI,
SLTP/Madrasah Tsanawiyah, SLTA/MAN serta Akedemi.
Tabel 1.3 Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tarakan
N
o
1
2
3
4

Sarana Pendidikan

Jumlah

TK
SD
SLTP / MTs
Akademi
Sumber : Kantor Kecamatan Wajo Tahun 2013

4
4
4
1

D. Pekerjaan
Penduduk di Wilayah Keja Puskesmas Tarakan memiliki mata
pencaharian yang beraneka ragam antara lain : pedagang, pegawai negeri sipil,
ABRI, pegawai swasta, buruh harian, jualan dan lain sebagainya.
Tabel 1.4 Jenis pekerjaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tarakan
N
o
1
2
3
4
5
6

Jenis Pekerjaan

Jumlah

Pedagang
PNS
Pegawai Swasta
Buruh harian
ABRI
Lain lain
Jumlah
Sumber : Kantor Kecamatan Wajo Tahun 2013

1601
901
3632
622
477
1911
10120

E. Agama & Kepercayaan


Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Tarakan mayoritas beragama
Islam Sekitar 90% dan jumlah penduduk lainnya beragama Kristen Katolik,
Protestan dan Budha.
F. Sosial Ekonomi & Budaya
Masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Tarakan mayoritas suku Bugis
Makassar, Warga keturunan (Tionghoa). Mata Pencaharian di Wilayah kerja
Puskesmas Tarakan sebagian besar adalah pedagang dan buruh harian.
Mayoritas masyarakat Puskesmas Tarakan beragama Muslim.
G. Derajat Kesehatan
34

Faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan antara lain


perilaku, lingkungan dan sosial budaya.
H. Sarana Kesehatan / Fasilitas Kesehatan
Luas Gedung Puskesmas Tarakan 360m2. dengan jumlah ruangan
sebanyak 13 ruangan 2 buah Kamar mandi sebanyak 3 buah taman toga.
Sarana kesehatan di Puskesmas Tarakan tertera pada tabel berikut :
Tabel 1.5 Jumlah Sarana/Fasilitas Di Wilayah Puskesmas Tarakan Tahun 2013
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Sarana / Fasilitas Kesehatan

Jumlah

Ruang Kepala Puskesmas


Aula
Ruang Tata Usaha
Ruang Kartu
Ruang Apotik
Ruang Gudang Obat
Ruang Laboratorium
Ruang UGD
Ruang Poli Umum
Ruang Poli Gigi
Ruang KIA
Ruang Imunisasi / KB
Dapur
WC

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2

Tabel 1.6 Jumlah Sarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarakan


N
o
1

Sarana Yankes

Jumlah

Puskesmas

Posyandu

16

Rumah Bersalin

Rumah Sakit Bersalin

Apotek

11

I. Tenaga Kesehatan

35

Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tarakan sebanyak 22


Orang, jumlah Posyandu aktif sebanyak 16 Posyandu, jumlah kader
posyandu sebanyak 75 orang, Serta jumlah Kader aktif 54 orang.
Tabel 1.7 Jumlah Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Tarakan
No

Jenis Tenaga

Jumlah

Dokter Umum

Dokter Gigi

Bidan

Perawat

Perawat Gigi

Sanitarian

Pelaksana Gizi

Laboran

Asisten Apoteker

10

Tenaga Teknis

Jumlah

22

J. Struktur Organisasi Puskesmas Tarakan


Berikut adalah struktur organisasi Puskesmas Tarakan:
Kepala Puskesmas
Wakil
manajemen

Kepala Sub-Bagian Tata


Usaha

----- --------------

- Umum
-Kepegawaian
- Sarana Prasarana - Keuangan

Kelompok Jabatan Fungsional

36

Jaringan Pelayanan Puskesmas

Unit Pelaksanan Teknis Fungsional Puskesmas

Unit Kesehatan
Masyarakat

Unit
Penunjang

Upaya promosi kesehatan


Upaya kesehatan
lingkungan
Upaya KIA-KB
Upaya perbaikan gizi
Upaya P2M/PTM
Program pengembangan

Upaya Kesehatan
Perorangan

Unit PKM
Keliling

Unit Bidan

Upaya Pengobatan
Rawat Jalan
UGD

Gambar 1.6 Struktur organisasi puskesmas tarakan

K. Visi Dan Misi Puskesmas Tarakan


1. Visi Puskesmas Tarakan
Puskesmas Tarakan menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang
bermutu, terjangkau dan berorientasi kepada keluarga dan masyarakat agar
tercapai Indonesia Sehat 2015.
2. Misi Puskesmas Tarakan
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu, paripurna dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat.
b. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang

37

kesehatan sehingga masyarakat bisa mandiri.


c. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pelayanan
kesehatan.
d. Menjadikan Puskesmas sebagai pusat pengembangan pembangunan
kesehatan masyarakat.
e. Meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan.
f. Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan dalam pengembangan kesehatan masyarakat.
Visi dan misi tersebut dilakukan dengan cara melaksanakan :
a. Enam Upaya Kesehatan Wajib, yaitu :
2) Upaya Promosi Kesehatan
3) Upaya Kesehatan Lingkungan
4) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencna
5) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
6) Upaya pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
7) Upaya Pengobatan
b. Lima Upaya Kesehatan Pengembangan, yaitu :
1) Upaya Kesehatan Sekolah
2) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
3) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
4) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
5) Upaya kesehatan mata
6) Upaya Kesehatan pengobatan Tradisional
L. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji tahap pertama dan Pengisian BKJH
di puskesmas tarakan
1) Pendaftaran pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji di puskesmas.
2) Pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji menggunakan protokol
standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan sebagai berikut:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan penunjang

38

3) Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir bantu dan disimpan di


puskesmas.
4) Catatan medik JCH terbaru dalam formulir bantu dijadikan dasar
pengisian BKJH. BKJH diisi setelah JCH mendapatkan bukti
pelunasan BPIH atau terdaftar di SISKOHAT (Sistem Komputerisasi
Haji Terpadu).
5) BKJH disimpan di puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua
untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksa Kesehatan tahap
kedua.
6) JCH diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut.
7) Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan bagi Jemaah Calon Haji dan melaporkan hasil pemeriksaan
kesehatan Jemaah Calon Haji ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Gambar 1.7 Puskesmas tarakan

39

Gambar 1.8 bukti

40

41

Gambar 1.9 formulir pemeriksaan kesehatan tahap pertama

42

43

44

DAFTAR PUSTAKA

1.

Keputusan
menteri
kesehatan
RI
no.
442/menkes/SK/VI/2009 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan haji

45

Indonesia. Diakses dari www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK


%20No.%20442%20ttg%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Kesehatan
%20Haji%20Indonesia.pdf
2.

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan


Umrah - Kementerian Agama Republik Indonesia. Syarat sehat calhaj mulai
diperketat.
Jakarta
:2014.
Diakses
dari
http://haji.kemenag.go.id/v2/content/syarat-sehat-calhaj-mulai-diperketat

3.

Kementerian kesehatan RI. Pedoman teknis


pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Jakarta: Pusat kesehatan haji Kementerian
kesehatan RI; 2010.

4.

Dasar hukum pemeriksaan kesehatan haji.


Diakses dari http://haji.kemenag.go.id/v2/regulasi/undang-undang

5.

Departemen kesehatan RI. Bahan bacaan


peserta pelatihan petugas pemeriksa kesehatan jemaah calon haji (tahap I dan
II). Jakarta: Departemen kesehatan RI; 2008. Diakses dari
http://www.lrckesehatan.net/kurikulum/KURMOD%20HAJI
%20PDF/PETUGAS%20PEMERIKSA%20KES%20JCH/bahan%20bacaan
%20peserta_PPKJCH%202008.pdf

6.

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi


Kalimantan Barat. Dalil dan Kewajiban Pelaksanaan Haji Bagi Umat Islam.
Pontianak: Pusat informasi dan humas kementerian agama; 2013. Diakses dari
http://kalbar.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=14329

7.

Rumah Zakat. Hukum Naik Haji Tetapi


Berhutang.
Bandung;
Rumah
Zakat;
2013.
Diakses
dari
https://www.rumahzakat.org/hukum-naik-haji-tetapi-berhutang3/#.VAXR38V_vgR

8.

Keputusan bersama menteri kesehatan &


menteri kesejahteraan sosial RI no. 458 tahun 2000 tentang calon haji wanita
hamil
untuk
melaksanakan
ibadah
haji.
Diakses
dari
http://www.scribd.com/doc/173075913/Kep-Bersama-Menkes-Dan-MenagNo-458-Tahun-2000

9.

Profil Puskesmas Tarakan

46

Anda mungkin juga menyukai