Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Bakteri merupakan kelompok makhluk hidup bersel tunggal, yang
hubungan kekerabatan nya dengan makhluk hidup lainnya masih diliputi
kegelapan. Mereka dimasukkan dalam golongan jasad renik atau mikroba,
mengingat tubuhnya yang amat kecil sehingga tidak terlihat dengan mata
telanjang. Studi tentang bakteri mulai berkembang setelah Anthony Van
Leuowenhoek menemukan mikroskop. Ia pertama kali malihatnya pada tahun
1683, sejak itu studi tokoh-tokoh terkemuka seperti, Louis Pasteur, Devaine,
Koch dan banyak lagi mulai mengenmbangkan ilmu tentang jasad renik.

1.2.

Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui struktur tubuh bakteri secara saksama.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk bakteri.
3. Untuk mengetahui cara perkembangbiakan bakteri.
4. Untuk mengetahui peranan bakteri dalam kehidupan manusia.
5. Untuk mengetahui klasifikasi bakteri.

BAB II
SCHIZOPHYTA (BAKTERI)
2.1 Sejarah dan Struktur Sel Bakteri
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam
artikel mengenai prokariotik, karena bakteri merupakan prokariotik, untuk
membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks,
disebut eukariotik. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariotik
atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai
hubungan mereka.

Gambar. arsitektur suatu sel bakteri yang khas

Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme.


Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari
organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka
kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 m, meski ada jenis dapat menjangkau
0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding
sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda
(peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda
dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.
Seperti prokariotik (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur
bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada
perbedaan struktur dinging sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang
terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Sementara
bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar, lipopolisakarida - terdiri atas
membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis terletak pada periplasma (di
antara lapisan luar dan membran sitoplasmik).
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan
fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa
bakteri juga memiliki kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan
bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki
kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan,
vakuola gas dan magnetosom.
Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat
mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.

2.2 Struktur Tubuh Bakteri Secara Umum


Bakteri merupakan organisme mikroskopis rata-rata berdiameter 1,25
mikrometer (m). (mikrometer = 1/1000000 meter). Bakteri yang terkecil
adalah Dialister pneumosintes dengan panjang tubuh 0,15 0,30 m,
sedangkan bakteri terbesar adalah Spirillum voluntans, panjang tubuh 13 15
m.
Ukuran bakteri adalah mikroskopis artinya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Bakteri aktif bergerak pada kondisi lembab. Pada
keadaan kekurangan air, bakteri akan tidak aktif bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu:
a. Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
1. Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
2. Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
3. Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
4. Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
5. Staphylococcus, jika bergerombol
6. Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

Gambar-gambar bakteri

b. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau


silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
a. Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
b. Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai

Bermacam-macam bentuk bakteri


c. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai
variasi sebagai berikut:
a. Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah
lingkaran
b. Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran

Bentuk bakteri

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,


medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran
bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih
muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.

Struktur DNA
Bagian-bagian dari struktur bakteri ini meliputi:
a. Membran sel
Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta
isinya, terletak di sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat erat dengan
dinding sel. Bagi membran sel sangat vital, bagian ini merupakan batas antara
bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika membran sel pecah atau rusak,
maka sel bakteri akan mati. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul
fosfolipid. Pada lapisan fosfo-lipid ini terdapat senyawa protein dan karbohidrat
dengan kadar berbeda-beda pada berbagai sel bakteri.
b. Ribosom
Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat sintesa
protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran.
Ribosom tersusun atas protein dan RNA.
c. DNA (Deoxyribonucleic Acid)
DNA merupakan materi genetik, terdapat dalam sitoplasma. DNA bakteri
berupa benang sirkuler (melingkar). DNA bakteri berfungi sebagai pengendali
sintesis protein bakteri dan pembawa sifat. DNA bakteri terdapat pada bagian
menyerupai inti yang disebut nukleoid. Bagian ini tidak memiliki membran
sebagaimana inti sel eukariotik.

d. Dinding sel
Dinding sel bakteri tersusun atas makromolekul peptidoglikan yang terdiri
dari monomer-monomer tetrapeptidaglikan (polisakarida dan asam amino).
Berdasarkan susunan kimia dinding selnya, bakteri dibedakan atas bakteri grampositif dan bakteri gramnegatif. Susunan kimia dinding sel bakteri gram-negatif
lebih rumit daripada bakteri gram-positif. Dinding sel bakteri grampositif hanya
tersusun atas satu lapis peptidoglikan yang relatif tebal, sedangkan dinding sel
bakteri gram-negatif terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar tersusun atas protein
dan polisakarida, lapisan dalamnya tersusun atas peptidoglikan yang lebih tipis
dibanding lapisan peptidoglikan pada bakteri gram-positif. Dinding sel bakteri
berfungsi untuk memberi bentuk sel, memberi kekuatan, melindungi sel dan
menyelenggarakan pertukaran zat antara sel dengan lingkungannya.
e. Flagel
Flagel merupakan cambukk getarn yang berfungsi sebagai alat gerak bagi
bakteri, meskipun tidak semua gerakan bakteri disebabkan oleh flagel. Flagel
berpangkal pada protoplas, tersusun atas senyawa protein yang disebut flagelin,
sedikit karbohidrat dan pada beberapa bakteri mengandung lipid. Jumlah dan
letak flagel pada berbagai jenis bakteri bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau
lebih, dan letaknya dapat di ujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah
dan letak flagel dijadikan salah satu dasar penggolongan bakteri.
Berdasarkan letak dan jumlah flagel yang dimiliki maka bakteri dibedakan
menjadi:
Monotrik, yaitu bakteri yang memiliki sebuah flagel pada satu
ujungnya.
Lopotrik, yaitu bakteri yang pada satu ujungnya memiliki lebih dari
satu flagel.

Amfiktrik, yaitu bakteri yang pada kedua ujungnya hanya terdapat satu
buah flagel.
Periktirk, yaitu bakteri yang memiliki flagel pada seluruh permukaan
tubuhnya.

Gambar 3. Jenis-jenis bakteri berdasarkan jumlah flagel yang dimiliki


f. Pilus
Pada permukaan sel bakteri gram-negatif seringkali terdapat banyak bagian
seperti benang pendek yang disebut pilus atau fimbria (jamak dari pilus). Pilus
merupakan alat lekat sel bakteri dengan sel bakteri lain atau dengan bahan-bahan
padat lain, misalnya makanan sel bakteri.
g. Kapsul
Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel bakteri.
Pada umumnya kapsul tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida atau
protein-polisakarida (glikoprotein). Kapsul berfungsi untuk perlindungan diri
terhadap antibodi yang dihasilkan sel inang. Oleh karenanya kapsul hanya
didapatkan pada bakteri pathogen.
h. Endospora
Di antara bakteri ada yang membentuk endospora. Pembentukan endospora
merupakan cara bakteri mengatasi keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan. Keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain:
panas, dingin, kering, tekanan osmosis dan zatkimia tertentu. Jika kondisi
lingkungan membaik maka endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri.

Endospora bakteri tidak berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, tetapi sebagai


alat perlindungan diri.
Sel-sel bakteri yang membentuk spora tampak sebagai ruangan berisi benda
bulat, yang letaknya dapat di salah satu ujung ruang itu, dapat pula di tengahtengah.
Apabila lingkungan hidup bakteri menjadi buruk, maka banyak yang mati,
akan tetapi ada juga bakteri-bakteri yang dapat membentuk spora spora yang
tahan terhadap lingkungan ynag buruk seperti kekeringan, kekurangan bahan
makanan dan lain sebagainya. Jika keadaan menjadi baik kembali, maka spora itu
akan tumbuh menjadi bakteri biasa yang disebut bentuk vegetatif. Spora-spora
pada bakteri ini dibentuk disebelah dalam dinding sel bakteri sehingga
dinamakan endospora. Proses pembentukan endospora yang di dalam sel induk
dikenal sebagai sporulasi atau sporogenesis.
Pada tahap pertama proses sporulasi ini dapat dilihat terjadinya replikasi
kromosom bakteri dan sebagai kecil dari sitoplasma terpisah oleh suatu
sekat(septum) spora. Sekat spora ini menjadi membran yang berlapis dua yang
masing-masing mengelilingi kromosom dan sitoplasma. Struktur ini seluruhnya
dibungkus dalam sel asal yang disebut fore spore. Lapisan-lapisan peptidoglikan
yang tebal terdapat diantara 2 lapisan membran. Kemudian suatu mantel spora
yang tebal yang terdiri dari protein terbentuk disebelah luar membran. Mantel ini
berfungsi untuk melindungi endospora terhadap zat-zat kimia keras. Kemudian
endospora dapat keluar atau bebas dari sel. Letaknya endospora di dalam sel
bakteri tergantung dari spesies bakterinya.
Apabila endospora telah matang dinding sel vegetatif melebur dan endospora
dibebaskan. Inti endospora yang mengalami dehidrasi yang tinggi, hanya
mengandung sedikit DNA, RNA, ribosom, enzim dan beberapa molekul yang
penting. Endospora itu dapat dianggap sebagai bentuk laten dari bakteri yang
dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama sekali. Endospora yang
kembali kepada keadaan vegetatif mengalami suatu proses yang disebut dengan
9

germinasi. Proses germinasi atau perkecambahan ini dipacu adanya kerusakan


fisik dan kemis pada mantel endospora. Enzim-enzim yang terdapat dalam
endospora akan merusak lapisan-lapisan lain terdapat di sekeliling endospora,
kemudian air dapat masuk sehingga metabolisme dapat berlangsung. Oleh karena
satu sel vegetatif hanya membentuk satu endospora, maka sporogenesis pada
bakteri bukan merupakan alat perkembangbiakkan, karena tidak ada pertambahan
jumlah sel. Dipandang dari segi klinis, endospora ini sangat penting karena tahan
terhadap pemanasan, pendinginan, penggunaan zat-zat kimia dan radiasi.
Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 700C sedangkan endospora dapat
tetap hidup pada air mendidih sampai setengah jam atau lebih.
1.7 Penggolongan Bakteri
Bakteri dapat digolongkan berdasarkan persamaan ciri-ciri morfologi,
fisiologi, biokimia, tipe-tipe nutrisi, cara reproduksi, kemampuan menghasilkan
spor, motalitas dan siklus hidupnya.
a. Berdasarkan Bentuk Tubuhnya
1) Kokus (bulat)
Bakteri yang berbentuk kokus, biasanya bulat ataupun berbentuk oval,
memanjang atau satu sisinya. Apabila bakteri berbentuk kokus ini
berkembang biak dengan membelah diri sel-selnya tetap berdempetan dan
tidak akan memisah. Bacteria yang berbentuk kokus ini masih bias dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa macam yaitu:
a) Monokokus
b) Diplokokus (dua pasang).
c) Streptokokus, misalnya Streptococcus pyrogenes, S.thermophillus,
S.lactis
d) Stafilokokus, misalnya Staphylococcus aureus.
e) Diplokokus, misalnya Diplococcus pnemoniae
2) Basil (batang)
Bakteri berbentuk hasil menyerupai bentuk batang pendek, selindris,
yang ukuran dan bentuknya bermacam-macam.
a) Basilus, misalnya Eschericcia coli, Salmonella thypi, Lactobacillus.
10

b) Diplobasil yaitu basi dapat bergandengan dua-dua.


c) Streptobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain mempunyai ujung
tumpul, sedangkan basil yang dapat bergandengan satu sama lain
mempunyai ujung tajam, misalnya Azotobacter, Bacillus anthracis.
3) Vibrio (koma)
Bakteri yang bentuknya seperti batang, melengkung dan menyerupai
bentuk koma. Misalnya Vibrio cholera
1) Spirillum (spiral)
Bakteri yang berbentuk spiral iini, bentuknya bengkok-bengkok serupa
spiral. misalnya Treponema pallidum.
b. Berdasarkan kedudukan flagela pada selnya
1) Monotrik yaitu berflagel satu pada salah satu ujung.
2) Amfitrik yaitu flagel masing-masing satu pada kedua ujung.
3) Lofotrik yaitu berflagel banyak di satu ujung.
4) Peritrik yaitu berflagel banyak pada semua sisi tubuh.
c. Berdasarkan pewarnaan Gram (Gram strain).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni grampositif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel
mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini pada
tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau
sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut
ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram
tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding
sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan
asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari

11

genus Nocardia. Bakteri bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki
sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga
menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat
warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode
pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

Zat warna utama (violet kristal)


Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk

mengintensifkan warna utama.


Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang

digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.


Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai
kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga
alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat

warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan
mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu
pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah
muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding

12

sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan


penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan
pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif
memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (2550nm) sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3
nm).
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk
membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat
dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau

multilayer.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),

peptidoglikan terdapat didalam.


Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat

kering, tidak mengandung asam tekoat.


Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya

kristal violet.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
Peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Endotoksin
Micrococcus, Staphylococcus, Leuconostoc, Pediococcus dan
Aerococcus.
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.

13

Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%),


peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama

merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.


Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu

kristal.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
Tidak peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Contoh Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella, Enterobacter,
Vibrio, Aeromonas, Photobacterium, Chromabacterium,

Flavobacterium.
Pewarnaan gram positif:

d. Berdasarkan kebutuhan oksigen


1) Bakteri aerob.
Bakteri aerob,bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk
mendapatkan energi,misalnya: Nitrosomonas,Nitrobacter,Nitrosococcus.
2) Bakteri anaerob.
Bakteri anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas untuk
mendapatkan energi, misalnya Micrococcus denitrificans.
2.3 Cara Hidup Bakteri
Bakteri pada umumnya bersifat hetotrof. Hidupnya sebagai safprofit
atau sebagai parasit. Namum, demikian, ada pula beberapa jenis yang mampu
mengadakan asimilasi, jadi bersifat autotrof. Berdasar asalny energy yang
digunakan dalam asimilasi, bakteri yang bersifat autotrof itu dibedakan dalam
2 golongan yaitu :
a. Yang bersifat Kemoautotrof, bila energy untuk asimilasinya (kemosintesis)
diperileh dari reaksi-reaksi Kimia, misalnya dari proses-proses oksidasi
14

senyawa tertentu. Bakteri nitrit dengan mengoksidasi NH3, bakteri nitrat


dengan mengoksidasi HNO2, Bakteri belerang dengan mengoksidasikan
berbagai senyawa belerang.
b. Yang bersifat Fotoautotrof, bila energy untuk asimilasi (fotosintesis)
diperoleh dari cahaya matahari. Seperti pada tumbuhan hijau, bakteri yang
dapat mengadakan fotosintesis adalah bakteri-bakteri yang memepunyai
zat warna, dari golongan Thiothodaceae (bakteri belerang berzat warna).
Bakteri yang hidup sebagai saprofit menggunakan sisa-sisa tumbuhan
atau hewan substrat dan sumber kebutuhan hidupnya. Oleh kegiatan fisiologi
bakteri yang menempatinya, substrat itu akan mengalami proses penguraian
yang biasanya disertai dengan timbulnya energy. Proses itu dinamakan
pembusukan bila terjadinya menimbulkan zat-zat yang berbau tidak sedap
(busuk), dan dinamakan fermentasi bila merupakan suatu pernafasan
intrataolekular. Dengan demikian bakteri-bakteri saprofit melalui proses
penguraian menjadi pembersih sisa-sisa makhluk hidup.
Dari segi kebutuhannya akan oksigen bakteri dapat dibedakan dalam
dua golongan yaitu bakteri aerob, bila untuk hidupnya memerlukan oksigen
bebas, dan anaerob, bila dapat hidup tanpa oksigen bebas. Bakteri anaerob
masih dapat dibedakan lagi dalam yang aerob secara obligat, artinya untuk
kebutuhan terhadap oksigen bebas tidak mutlak, artinya tidak dapat hidup pula
tanpa adanya oksigen bebas, bakteri itu dikatakan bersifat anaerob fakultatif.
Dalam hubungan dengan cara hidupnya sebagai parasit, kita
membedakan parasit obligat, bila bakteri itu hanya dapat hidup sebagai parasit
saja, dan parasit fakultatif, bila bakteri dapat hidup baik mengenai bakteri
pathogen, yaitu bakteri yang hidup sebagai parasit dan menimbulkan penyakit
bagi inangnya, baik yang berupa tumbuhan maupun hewandan manusia.
Kurva Pertumbuhan Bakteri.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan jumlah atau
volume serta ukuran sel. Pada organisme prokariot seperti bakteri,
pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan ukuran sel dan juga
15

sebagai pertambahan jumlah sel. Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti


suatu pola pertumbuhan tertentu berupa kurva pertumbuhan sigmoid (Gambar
4-1) Perubahan kemiringan pada kurva tersebut menunjukkan transisi dari
satu fase perkembangan ke fase lainnya. Nilai logaritmik jumlah sel biasanya
lebih sering dipetakan daripada nilai aritmatik. Logaritma dengan dasar 2
sering digunakan, karena setiap unit pada ordinat menampilkan suatu
kelipatan-dua dari populasi. Kurva pertumbuhan bakteri dapat dipisahkan
menjadi empat fase utama : fase lag (fase lamban atau lag phase), fase
pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan cepat atau log phase), fase
stationer (fase statis atau stationary phase) dan fase penurunan populasi
(decline). Fase-fase tersebut mencerminkan keadaan bakteri dalam kultur pada
waktu tertentu. Di antara setiap fase terdapat suatu periode peralihan dimana
waktu dapat berlalu sebelum semua sel memasuki fase yang baru.

Gambar 4.1. Kurva Pertumbuhan Bakteri menunjukkan empat fase


pertumbuhan: a= fase lag; b=fase eksponensial; c=fase stasioner dan d=fase
kematian populasi (sumber: Brock & Madigan,1991)
FASE LAG. Setelah inokulasi, terjadi peningkatan ukuran sel, mulai pada
waktu sel tidak atau sedikit mengalami pembelahan. Fase ini, ditandai dengan
peningkatan komponen makromolekul, aktivitas metabolik, dan kerentanan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Fase lag merupakan suatu periode
penyesuaian yang sangat penting untuk penambahan metabolit pada kelompok
sel, menuju tingkat yang setaraf dengan sintesis sel maksimum.

16

FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL. Pada fase


eksponensial atau logaritmik, sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang
seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor yang
sama dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relatif metabolit tetap
konstan. Selama periode ini pertumbuhan seimbang, kecepatan peningkatan
dapat diekspresikan dengan fungsi eksponensial alami. Sel membelah dengan
kecepatan konstan yang ditentukan oleh sifat intrinsik bakteri dan kondisi
lingkungan. Dalam hal ini terdapat keragaman kecepatan pertumban berbagai
mikroorganisme. Waktu lipat dua untuk E. coli dalam kultur kaldu pada suhu
37oC, sekitar 20 menit, sedangkan waktu lipat dua minimal sel mamalia
sekitar 10 jam pada temperatur yang sama.
FASE STASIONER. Pada saat digunakan kondisi biakan rutin, akumulasi
produk limbah, kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak
diketahui akan mendesak dan mengganggu biakan, mengakibatkan penurunan
kecepatan pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang hidup tetap konstan
untuk periode yang berbeda, bergantung pada bakteri, tetapi akhirnya menuju
periode penurunan populasi. Dalam beberapa kasus, sel yang terdapat dalam
suatu biakan yang populasi selnya tidak tumbuh dapat memanjang,
membengkak secara abnormal, atau mengalami penyimpangan, suatu
manifestasi pertumbuhan yang tidak seimbang.
FASE PENURUNAN POPULASI ATAU FASE KEMATIAN. Pada saat
medium kehabisan nutrien maka populasi bakteri akan menurun jumlahnya,
Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak daripada sel yang hidup.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN BAKTERI
Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel.
Hal tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur,
organel, dan komponen protoplasma seluler dengan adanya nutrien dalam

17

lingkungan sekelilingnya. Dalam pertumbuhan bakteri, semua substansi esensial


harus tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan protoplasma, dengan sumber
energi, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Sebagai suatu kelompok, bakteri
merupakan organisme yang sangat pintar. Mereka memperlihatkan kemampuan
yang sangat besar dalam menggunakan bahan makanan yang tersebar, menyusun
bahan anorganik menjadi senyawa organik yang sangat kompleks. Beberapa
spesies juga belajar tumbuh pada berbagai relung ekologik dengan temperatur,
keasaman, dan tekanan oksigen yang ekstrim. Kemampuan bakteri untuk bertahan
di bawah keadaan sekitar yang demikian merupakan perlindungan dari
adaptabilitas tinggi dan refleks kapasitasnya dalam keberhasilan merespon suatu
stimulus yang dianggap asing atau tidak pernah ditemui sebelumnya.
1. Faktor Nutrisi
Karbon. Dua pola dasar kebutuhan nutrisi bakteri dan cermin kemampuan
metabolisme yang dimilikinya disajikan dalam Tabel 4-2. Bakteri Autotrofik
(litotrof), untuk pertumbuhannya hanya membutuhkan air, garam anorganik dan
karbon dioksida. Kelompok ini mensintesis karbon dioksida menjadi sebagian
besar metabolit organik esensial. Bakteri heterotrofik (organotrof) membutuhkan
karbon organik untuk pertumbuhannya. Dalam praktek laboratorium, glukosa
secara luas digunakan sebagai sumber karbon organik, tetapi berbagai senyawa
lain juga dapat digunakan secara khusus atau sumber karbon tertentu oleh bakteri
yang berbeda. Di antara bakteri yang pintar, Pseudomonas menggunakan lebih
dari 100 senyawa organik yang berbeda sebagai satu-satunya sumber karbon dan
energi.
Tabel. Klasifikasi Bakteri Berdasarkan Sumber Karbon dan Energi (Sumber :
Brock dan Madigan, 1991).

18

Faktor Pertumbuhan. Sejumlah bakteri heterorofik tidak dapat tumbuh tanpa


suplai satu atau lebih faktor pertumbuhan. Senyawa tersebut biasanya
ditambahkan dalam medium kultur dalam bentuk ekstrak ragi atau darah,
termasuk vitamin B-kompleks, asam amino, purin, dan pirimidin. Vitamin Bkompleks berperan sebagai katalitik dalam sel juga komponen koenzim atau
sebagai grup prostetik enzim. Organisme yang mampu mensintesis faktor
pertumbuhan biasanya tidak memerlukan senyawa
tersebut dari luar.
Ion anorganik. Sejumlah kecil ion anorganik dibutuhkan oleh semua bakteri.
Selain nitrogen, sulfur dan fosfor yang terdapat sebagai unsur dalam senyawa
biologik , kalium, magnesium dan kalsium pada bakteri fungsinya berhubungan
dengan polimer anionik tertentu. Magnesium berfungsi menstabilkan ribosom,
membran sel, asam nukleat, dan dibutuhkan untuk aktivitas sejumlah enzim. Kalium
juga dibutuhkan untuk aktivitas sejumlah enzim, dan konsentrasi kalium dalam sel
bakteri Gram-positif dipengaruhi oleh kandungan asam teikoat pada dinding sel.
Sebagian besar bakteri membutuhkan besi, magnesium, seng, kupri, dan kobalt, dan
untuk bakteri lain kebutuhan molibdenum dan selenium dianggap esensial.
Kebutuhan unsur tersebut untuk bakteri lain lebih sulit untuk diperkirakan, karena
kadang-kadang diperlukan atau kehadirannya dianggap sebagai unsur kontaminan

19

dalam medium. Unsur dalam jumlah yang sedikit (trace element) berperan penting
dalam
inetraksi inang-parasit. Pada inang hewan, kekuatan protein pengikat-besi dalam
cairan tubuh berfungsi untuk menahan besi terhadap serangan mikroorganisme yang
masuk. Keberhasilan mikroorganisme memasuki inang, akan dapat meningkatkan
kemampuannya untuk mengambil besi, dan dengan giat mengekstrak besi dari
berbagai lingkungannya. Sejumlah senyawa besi (siderophore) sudah dikenal pada
beberapa spesies bakteri. Kehadirannya sangat penting untuk pengambilan besi, dan
signifikan secara evolusiner untuk keberhasilan kompetisi dengan inangnya dalam
hal nutrisi esensial yang jumlahnya terbatas.
Oksigen. Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan kebutuhan
oksigen tersebut, bakteri dapat dipisahkan menjadi lima kelompok:
1. Anaerob obligat yang tumbuh hanya dalam keadaan tekanan oksigen yang
sangat rendah dan oksigen bersifat toksik.
2. Anaerob aerotoleran yang tidak terbunuh dengan paparan oksigen.
3. Anaerob fakultatif, dapat tumbuh dalam keadaan aerob dan anaerob.
4. Aerob obligat, membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
5. Bakteri mikroaerofilik yang tumbuh baik pada tekanan oksigen rendah,
tekanan oksigen
tinggi dapat menghambat pertumbuhan.
Pada anaerob toleran dan obligat, metabolismenya bersifat fermentatif kuat.
Pada anaerob fakultatif, cara metabolisme respirasi dilakukan jika tersedia oksigen,
tetapi tidak terjadi fermentasi. Pada saat bakteri tumbuh dalam keadaan terdapat
udara, terjadi sejumlah reaksi enzimatik dan mengakibatkan produksi hidrogen
peroksida dan radikal superoksida. Pada bakteri aerob, aerotoleran, dan anaerob
fakultatif, enzim dismutase superoksida mencegah akumulasi ion superoksida, tetapi
pada anaerob obligat enzim tersebut tidak terdapat:
Superoksida
20

dismutase
2O2 - + 2H+ O2 + H2O2
Pada bakteri anaerob fakultatif dan aerobik, hidrogen peroksida yang dibentuk dalam
reaksi dismutase secara cepat dirusak oleh katalase. Meskipun
bakteri aerotoleran, seperti bakteri asam laktat tidak memiliki katalase, peroksidase
yang dimilikinya dapat merusak H2O2 , menyebabkan bakteri dapat tumbuh pada
keadaan tersedianya oksigen.
Target yang mungkin dirusak oleh H2O2 dan O2 termasuk protein membran
luar spesifik, komponen aktif redoks pada membran sitoplasma, dan enzim pada
daerah periplasma. Pada Treponema pallidum, sensitivitas oksigen menjadi relatif
terhadap kerusakan DNA yang disebabkan H2O2.
Karbon dioksida. Bakteri pengguna CO2 sebagai sumber karbon seluler
utama, ialah bakteri kemolitotrof dan fotolitotrof . Selain itu, kemoorganotrof juga
membutuhkan suplai CO2 yang memadai untuk fiksasi CO2 heterotrofik dan untuk
sintesis asam lemak. Karbon dioksida secara normal dihasilkan selama katabolisme
senyawa organik, oleh karena itu tidak dianggap sebagai faktor pembatas. Beberapa
bakteri, seperti Neisseria dan Brucella, memiliki satu atau banyak enzim yang
berafinitas rendah terhadap CO2 dan membutuhkan CO2 pada konsentrasi yang lebih
tinggi (10%) dibanding CO2 yang terdapat di atmosfir (0,03%). Keadaan ini harus
dipertimbangkan untuk kepentingan isolasi dan biakan bakteri tersebut.
2. Faktor Fisik
Potensial Reduksi-Oksidasi. Potensial Reduksi-Oksidasi (Eh) pada medium
kultur merupakan faktor kritis dalam penentu pertumbuhan suatu inokulum yang ada
pada saat dipindahkan ke media yang baru. Pada sebagian besar media yang kontak
dengan udara,
Eh sekitar + 0,2 sampai + 0,4 Volt pada pH 7. Anaerob obligat tidak dapat tumbuh
pada keadaan demikian, Eh yang dibutuhkan paling sedikit 0,2 Volt. Keadaan
kultur anaerobik dapat dibuat dengan mengeluarkan oksigen, menggunakan sistem

21

kultur anaerobik atau dengan penambahan senyawa yang mengandung-sulfidril,


seperti kalsium tioglikolat (merkaptoasetat). Selama pertumbuhannya bakteri aerobik
dan anaerobik mengalami penurunan Eh lingkungan, hal ini dapat diamati dan
penting dalam infeksi bernanah yang disebabkan oleh campuran bakteri aerobik
dan anaerobik yang mampu menyebabkan infeksi yang dimulai oleh bakteri aerobik.
Temperatur. Setiap bakteri memiliki temperatur optimal dimana mereka dapat
tumbuh sangat cepat dan memiliki rentang temperatur dimana mereka dapat
tumbuh. Pembelahan sel sangat sensitif terhadap efek kerusakan yang disebabkan
temperatur; betuk yang besar dan aneh dapat diamati pada pertumbuhan kultur pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur yang mendukung tingkat pertumbuhan
yang sangat cepat.
Berdasarkan rentang temperatur dimana dapat terjadi pertumbuhan, bakteri
dikelompokkan menjadi tiga:
1. Psikrofilik, -5oC sampai 30oC, optimum pada 10-20oC;
2. Mesofilik, 10-45oC, optimum pada 20-40oC;
3. Termofilik, 25-80oC, optimum pada 50-60oC.
Temperatur optimal biasanya mencerminkan lingkungan normal
mikroorganisme. Jadi, bakteri patogen pada manusia biasanya tumbuh baik pada
temperatur 37oC.
Konsentrasi Ion Hidrogen. pH medium biakan juga mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan, untuk pertumbuhan bakteri juga terdapat rentang pH dan pH
optimal. Pada bakteri patogen pH optimalnya 7,2 7,6. Meskipun medium pada
awalnya dikondisikan dengan pH yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tetapi, secara
bertahap besarnya pertumbuhan akan dibatasi oleh produk metabolit yang dihasilkan
mikroorganisme tersebut.
Bakteri memiliki mekanisme yang sangat efektif untuk memelihara kontrol
regulasi pH sitoplasmanya (pHi). Pada sejumlah bakteri, pH berbeda dengan 0,1 unit
per perubahan pH pada pH eksternal. Hal ini disebabkan kontrol aktivitas sistem
transpr ion yang mempermudah masuknya proton. Bermacam-macam sistem yang
22

mencerminkan luas rentang nilai pHi diperlihatkan oleh berbagai bakteri. Asidofil
memiliki nilai rentang pHi 6,5 7,0; neutrofil memiliki nilai rentang pHi 7,5 8,0,
dan alkalofil memiliki nilai rentang pHi 8,4 9,0. Mikroorganisme fermentatif
memperlihatkan rentang nilai pHi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mikroorganisme yang menggunakan jalur respirasi. Pada mikroorganisme
fermentatif , produksi produk fermentatif yang bersifat asam dan akumulasinya
mengakibatkan gangguan keseimbangan pH dan pembatasan pertumbuhan. Sejumlah
mikroorganisme meningkatkan mekanisme kompensasi untuk mencegah efek toksik
dari akumulasi produk yang bersifat asam dan berkonsentrasi tinggi tersebut. Contoh
mekanisme tersebut, dengan menginduksi jalur metabolik baru untuk tujuan
produksi
produk netral butanol dari butirat oleh Clostridium acetobutylicum dan butanediol
dari asetat oleh Klebsiella aerogenes.
Kondisi Osmotik. Konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik di dalam sel
bakteri, umumnya lebih tinggi dari konsentrasi di luar sel. Sebagian besar bakteri,
kecuali pada Mycoplasma dan bakteri yang mengalami kerusakan dinging selnya,
tidak toleran terhadap perubahan osmotik dan akan mengembangkan sistem transpor
kompleks dan alat pengatur sensor-osmotik untuk memelihara keadaan osmotik
konstat dalam sel.
Membrane-derived Oligosaccharide (MDO), suatu unsur sel yang terdapat
pada E. coli. Pada E. coli dan bakteri Gram-negatif lain, terdapat dua bagian cairan
yang berbeda, sitoplasma yang terdapat pada membran dalam, dan daerah periplasma
yang terdapat di antara membran luar dan membran dalam. Pada saar bakteri ini
tumbuh pada medium dengan osmolaritas rendah maka membran sitoplasma yang
sdikit kaku akan mengembang paling tidak dapat mencegah perubahan osmolaritas
daerah periplasma, sama dengan pada sitoplasma.Pada sel yang tumbuh dalam
medium dengan osmolaritas rendah, MDO merupakan sumber utama anion
terfiksasi pada daerah periplasma dan berperan memelihara tekanan osmotik tinggi
dan potensial membran Donnan pada bagian periplasma. Struktur oligosakarida ini
23

sangat layak untuk peran pengaturan tersebut. Oligosakarida ini memiliki BM antara
2200-2600 dan bersifat impermeabel terhadap membran luar, suatu komponen
penting untuk fungsi spesifiknya. Oligosakarida ini terdiri dari 8-10 unit glukosa.
Pertumbuhan sel pada medium dengan osmolaritas rendah mensintesis MDO pada
kecepatan maksimum, kecepatan sintesis nampaknya diatur secara genetik untuk
merespon perubahan osmolaritas medium.

2.4 Cara Perkembangbiakan Bakteri


Bakteri berkembang biak dengan cara rekombinasi genetik dan
membelah diri.
a. Rekombinasi genetik adalah pemindahan secara langsung bahan genetik
(DNA) di antara dua sel bakteri melalui proses berikut:

Transformasi adalah perpindahan materi genetik berupa DNA dari sel


bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain.

24

1. Transduksi adalah pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri lain


dengan perantaraan virus.

Gambar Transduksi
2. Konjugasi adalah bergabungnya dua bakteri (+ dan ) dengan
membentuk jembatan untuk pemindahan materi genetik.

Gambar Kojugasi

25

b. Pembelahan diri secara biner (langsung).


Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama dengan sifat sel
induknya.

Gambar Pembelahan diri secara biner (langsung)


Bakteri umumnya berkembang-biak secara vegetative atau aseksual
dengan membelah diri. Setelah selesai pembelahan, sel-sel anakan dapat tetap
bergandengan satu sama lain, dan dengan demikian terbentuklah koloni
bakteri. Koloni mempunyai bentuk yang berbeda-beda, dan bentuk koloni itu
dapat dijadikan salah satu tanda pengenal jenis bakteri yang bersangkutan.
Ada koloni yang terdiri dari sepasang sel seperti terdapat pada marga
Diplococous, ada yang berbentuk kubus terdiri dari delapan sel (pada marga
Sarcina), ada yang berbentuk rantai (pada Streptococus), ada yang seperti
setandan buah anggur (pada Staphylococus).
Bakteri berkembangbiak dengan cepat. Dalam keadaan yang serba
mengungtungkan (keadaan optimal), beberapa jenis bakteri dapat membelah
setiap 20 menit, sehingga dalam waktu sehari saja, suatu sel bakteri dapat
berkembang menjadi berjuta-juta sel. Karena dalam praktek banyak hal yang
menghambat kehidupan bakteri, bahkan banyak pula faktor-faktor yang
menyebabkan kematiannya, perkembangan bakteri tidak pernah mencapai
keadaan seperti tersebut diatas.

26

Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan


reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembaban, dan cahaya.
1. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3
golongan:
a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara
0 30C, dengan suhu optimum 15C.
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15
55C, dengan suhu optimum 25 40C.
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi
antara 40 75C, dengan suhu optimum 25 40C. Pada tahun
1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam
sumber air panas bersuhu 93 94C.
2. Kelembaban
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, kirakira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan
metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
3. Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya
cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar
ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian.
Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar
sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi,
kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang
aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat
27

mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang
disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang
sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri
aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh
menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri
atau pada salah satu ujungnya.
2.5 Peranan Bakteri Dalam Kehidupan Manusia
2.5.1 Bakteri Menguntungkan
1. Bakteri pengurai
Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati,
serta sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan
protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas
amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh
karena itu keberadaan bakteri ini sangat berperan dalam mineralisasi
di alam dan dengan cara ini bakteri membersihkan dunia dari
sampah-sampah organik.
2. Bakteri nitrifikasi
Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu
menyusun senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara
aerob di dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:
a. Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini
dinamakan nitritasi.
b. Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat.
Prosesnya dinamakan nitratasi.
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena
menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi
sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air minum, nitrat

28

yang berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan


ganggang di permukaan air menjadi berlimpah.

3. Bakteri nitrogen
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen
bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang
dapat diserap oleh tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat
nitrogen di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai
ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas
maupun simbiosis. Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu
Azotobacter

chroococcum,

Clostridium

pasteurianum,

dan

Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis


dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum,
yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan
sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera.
Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat
dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat
nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka
tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat
nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa
nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup.
Dengan

demikian

terjadi

penambahan

nitrogen

yang

dapat

menambah kesuburan tanah.


4. Bakteri usus
Bakteri Entamoeba coli hidup di kolon (usus besar) manusia,
berfungsi

membantu

membusukkan

sisa

pencernaan

juga

menghasilkan vitamin B12, dan vitamin K yang penting dalam proses


29

pembekuan darah. Dalam organ pencernaan berbagai hewan ternak


dan kuda, bakteri anaerobik membantu mencernakan selusosa rumput
menjadi zat yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding
usus.
5. Bakteri fermentasi
Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang
berperan:
No

Nama produk atau makanan

Bahan baku

Bakteri yang berperan

Yoghurt

Susu

Lactobacillus

.
1.

Bulgaricus,
Streptococcus
thermophilus
2.

Mentega

Susu

Streptococcus lactis

3.

Terasi

Ikan

Lactobacillus sp.

4.

Asinan buah-buahan

Buah-buahan

Lactobacillus sp.

5.

Sosis

Daging

Pediococcus
cerevisiae

6.

Kefin

Susu

Lactobacillus
bulgaricus dan
Srteptococcus lactis

6. Bakteri penghasil antibiotik


Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme
dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain.
Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik adalah:
a. Bacillus brevis, menghasilkan terotrisin
b. Bacillus subtilis, menghasilkan basitrasin

30

c. Bacillus polymyxa, menghasilkan polimixi


2.5.2 Bakteri Merugikan
1. Bakteri perusak makanan
Beberapa spesies pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka
mengubah makanan dan mengeluarkan hasil metabolisme yang
berupa toksin (racun). Racun tersebut berbahaya bagi kesehatan
manusia. Contohnya: Clostridium botulinum, menghasilkan racun
botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan. Pseudomonas
cocovenenans, menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe
bongkrek.

Leuconostoc

mesenteroides,

penyebab

pelendiran

makanan.
2. Bakteri denitrifikasi
Jika oksigen dalam tanah kurang maka akan berlangsung
denitrifikasi, yaitu nitrat direduksi sehingga terbentuk nitrit dan
akhirnya menjadi amoniak yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Contoh bakteri yang menyebabkan denitrifikasi adalah
Micrococcus denitrificans dan Pseudomonas denitrificans.
3. Bakteri patogen
Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan.
1) Bakteri penyebab penyakit pada manusia:
a. Salmonella typhosa menyebabkan penyakit Tifus
b. Shigella dysenteriae menyebabkan penyakit Disentri basiler
c. Vibrio comma menyebabkan penyakit Kolera
d. Haemophilus influenza menyebabkan penyakit Influensa
e. Diplococcus pneumonia Pneumonia menyebabkan penyakit
(radang paru-paru)

31

f. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan penyakit TBC


paru-paru
g. Clostridium tetani menyebabkan penyakit Tetanus
h. Neiseria meningitis menyebabkan penyakit Meningitis
(radang selaput otak)
i. Neiseria gonorrhoeae menyebabkan penyakit Gonorrhaeae
(kencing nanah)
j. Treponema pallidum menyebabkan penyakit Sifilis atau Lues
atau raja singa
k. Mycobacterium leprae menyebabkan penyakit Lepra (kusta)
l. Treponema pertenue menyebabkan penyakit Puru atau patek.
2) Bakteri penyebab penyakit pada hewan:
a. Brucella abortus menyebabkan penyakit Brucellosis pada
sapi
b. Streptococcus agalactia menyebabkan penyakit Mastitis
pada sapi (radang payudara)
c. Bacillus anthracis menyebabkan penyakit Antraks
d. Actinomyces bovis menyebabkan penyakit Bengkak rahang
pada sapi
e. Cytophaga columnaris menyebabkan penyakit Penyakit pada
ikan.
3) Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:
a. Xanthomonas oryzae menyebabkan penyakit Menyerang
pucuk batang padi
b. Xanthomonas campestris menyebabkan penyakit Menyerang
tanaman kubis
c. Pseudomonas solanacaerum menyebabkan Penyakit layu
pada famili terung-terungan

32

d. Erwinia amylovora menyebabkan Penyakit bonyok pada


buah-buahan.

2.6 Klasifikasi Bakteri


Klasifikasi ilmiah menunjuk ke bagaimana ahli biologi
mengelompokkan dan mengkategorikan spesies dari organisme yang punah
maupun yang hidup. Klasifikasi modern berakar pada sistem Carolus
Linnaeus, yang mengelompokkan spesies menurut sifat fisik yang dimiliki
bersama. Pengelompokan ini sudah direvisi sejak Linnaeus untuk menjaga
konsistensi dengan asas sifat umum yang diturunkan dari Darwin.
Untuk mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan
tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup.
Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan
makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu.
Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah untuk
mengenali,
membandingkan,
dan
mempelajari
makhluk
hidup.
Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada
makhluk hidup.
Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan
ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat
tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan
dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah :
Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi
pohon, perdu, dan semak.
Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan
dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit),

33

tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup
di lingkungan lembab (higrofit).
Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi
tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan
sebagainya
Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan
menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan
(herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).
Cara pengelompokan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang
sesuai yang disebabkan karena dalam pengelompokan makhluk hidup dengan
cara
demikian
dibuat
berdasarkan
keinginan
orang
yang
mengelompokkannya.
Adapun contoh pengklasifikasian
(Bakteri)dapat dilihat sebagai berikut :

dalam

Divisi

Schizophyta

1. Kingdom : Monera
Divisio

: Schizophyta

Class

: Schizomycetes

Ordo

: Eubacteriales

Familia

: Eubacteriaceae

Genus

: Rhizobium

Spesies

: Rhizobium legumicosarum

2. Kingdom : Monera
Divisio

: Schizophyta

Class

: Schizomycetes

Ordo

: Pseudomonadales

Familia

: Methanomonadaceae

Genus

: Methanomonas

Spesies

: Methanomonas methanica
34

3. Kingdom : Monera
Divisio

: Schizophyta

Class

: Schizomycetes

Ordo

: Chlamydobacteriales

Familia

: Cretinochaceae

Genus

: Crenothrix

Spesies

: Crenothrix polyspora

4. Kingdom : Monera
Divisio

: Schizophyta

Class

: Schizomycetes

Ordo

: Actinomycerales

Familia

: Streptomycetaceae

Genus

: Streptomyces

Spesies

: Streptomyces rimosus

5. Kingdom : Monera
Divisio

: Schizophyta

Class

: Schizomycetes

Ordo

: Myxobacteriales

Familia

: Cytophagaceae

Genus

: Cytophaga

Spesies

: Cytophaga rubra

6. Kingdom : Monera
Divisio

: Schizophyta

Class

: Schizomycetes

Ordo

: Beggiatuales

Familia

: Beggiatoaceae
35

Genus

: Thiotrix

Spesies

: Thitrix nivea

2.7 Penanggulangan terhadap bakteri yang merugikan


Bakteri yang dapat merugikan manusia antara lain bakteri yang dapat
merusak makanan dan bakteri yang menimbulkan penyakit. Untuk
menanggulangi bakteri perusak makanan dapat dilakukan antara lain dengan
pengawetan dan pengolahan makanan. Sedangkan untuk menanggulangi
bakteri yang menimbulkan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan, serta imunisasi.

a. Pengawetan dan pengolahan makanan


Pengawetan dan pengolahan makanan adalah usaha membuat kondisi
makanan tidak mudah dirusak oleh mikroorganisme, misalnya bakteri.
Makanan yang diawetkan dan diolah menjadikan makanan tersebut bukan
merupakan tempat hidup yang optimum bagi bakteri.
Pengawetan maknaan antara lain dilakukan dengan cara pemanisan,
pengeringan, pengasapan, pengasaman, dan pendinginan.
Pengolahan makanan yang dilakukan dengan cara pemanasan dapat
membunuh sebagian besar mikroorganisme penyebab penyakit yang
terdapat pada makanan dan minuman.
b. Kebersihan dan Kesehatan Diri serta Lingkungan
Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme timbul karena cara
hidup yang kurang menjaga kebersihan. Hal tersebut menyebabkan
diperlukannya upaya untuk menjaga kebersihan dan kesehatan agar
terhindar dari berbagai macam penyakit. Upaya yang dilakukan antara lain
sebagai berikut :
Menjaga kebersihan lingkungan
Menjaga kebersihan badan dengan mandi dan mencuci tangan sebelum

36

makan
Melakukan olahraga secara teratur
Makan makanan bergizi dan cukup istirahat
c. Imunisasi
Imunisasi adalah upaya untuk memperoleh kekebalan terhadap
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya bakteri. Imunisasi
merangsang kekebalanseseorang dengan memberikan mikroorganisme
patogen yang telah dilemahkan. Imunisasi disebut juga vaksinasi atau
pemberian vaksin. Contoh vaksin untuk pencegahan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri sebagai berikut :
Vaksin kolera untuk mencegah penyakit kolera.
Vaksin tifus untuk mencegah penyakit tifus
Vaksin BCG untuk mencegah penyakit TBC
Vaksin DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus) untuk mencegah difteri,
pertusis/batuk, dan tetanus.

37

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Bakteri merupakan organisme mikroskopis rata-rata berdiameter 1,25
mikrometer (m). (mikrometer = 1/1000000 meter). Bakteri yang terkecil
adalah Dialister pneumosintes dengan panjang tubuh 0,15 0,30 m,
sedangkan bakteri terbesar adalah Spirillum voluntans, panjang tubuh 13 15
m. Berdasarkan bentuknya dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu kokus,
basil dan spiril.
2. Bakteri pada umumnya bersifat hetotrof. Hidupnya sebagai safprofit atau
sebagai parasit. Namum, demikian, ada pula beberapa jenis yang mampu
mengadakan asimilasi, jadi bersifat autotrof. Berdasar asalny energy yang
digunakan dalam asimilasi, bakteri yang bersifat autotrof itu dibedakan dalam
2 golongan yaitu kemoautotrof dan autotror.
3. Bakteri berkembang biak dengan cara rekombinasi genetik dan membelah
diri.
4. Terdapat bakteri yang mengungtungkan bagi kehidupan dan terdapat pula
bakteri yang merugikan bagi kehidupan manusia. Contoh bakteri yang
mengungtungkan kehidupan manusia adalah Bacillus brevis, menghasilkan
terotrisin dalam bidang kesehatan utamanya dalam menciptakan antobodi.
Dan contoh bakteri yang merugikan adalah Salmonella typhosa menyebabkan
penyakit Tifus.

38

3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah Schizophyta mengharapkan saran
dan kritik dari reaka-rekan mahasiswa dan Ibu Dosen Mata Kuliah Botani
tumbuhan Rendah pada khususnya dan seluruh pembaca makalah ini demi
penyempurnaan makalah kami ini.

39

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Bakteri. http:/id.wikipedia.bakteri/sains.
Gembong, Tjirosoepomo. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Jogja. UGM Press

40

Anda mungkin juga menyukai