Anda di halaman 1dari 11

________________________________________________________________________

MAKALAH PROBLEM BASED LEARNING


PENGARUH EMOSI
PADA AKTIVITI SARAF OTONOM
NAMA

NURAMALINA BINTI REMAN

NIM

102013501

KELOMPOK

C8

________________________________________________________________________

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
e-mail: nuramalinareman.2013fk501@civitas.ukrida.ac.id
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan seharian, manusia akan berhadapan dengan pelbagai situasi
samada menyenangkan atau menyebalkan. Setiap manusia dicipta dengan keistimewaan
untuk memiliki perasaan seperti marah, sedih atau senang bagi menanggapi situasi ini.
Perasaan ini merupakan suatu bentuk emosi. Menurut Chaplin dalam Dictionary of
Psychology, emosi merupakan keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. 1 Emosi ini

berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan motivasi untuk mendorong manusia


untuk menghadapi hidup dengan lebih cekal. Emosi dan motivasi dapat dibentuk karena
ada mekanisme khususdalam otak mnausia. Tiga
bagian otak manusia yang berperan
Pasien
perempuan,
penting dalam emosi dan motivasi adalah korteks
serebri, sistem limbik dan hipotalamus.

Makalah ini akan membahaskan dengan

55tahun,
berdebar-debar
lebih lanjut mengenai
sejak seminggu

proses pembentukan

emosi, yang mencakupi organ terkait, mekanisme kerja neurotransmitter dan cara tubuh
memberi respon sesuai emosi.

Proses
Pembentukan
emosi

PEMBAHASAN
1.

Sistem Saraf
Otonom
Skenario 1: Seorang perempuan umur 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan
Latar belakang
masalah
Organ
Terkait

Neurotransmitte
r

berdebar sejak seminggu yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa ia baru saja
kehilangan suaminya yang meninggal tiba-tiba, Mekanisme
diduga karena serangan jantung.
Makroskopik
Mikroskopik
Kerja
Pada pemeriksaan fisik dokter tidak menemukan kelainan apa-apa, jantung dan
paru-paru dalam keadaan baik
2.

Rumusan masalah
Seorang perempuan berusia 55 tahun dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang
lalu

3.

Hipotesis
Pasien berdebar dikarenakan respon tubuh pada emosi yang dialaminya.

4.

Analisis masalah

Emosi merupakan suatu ekpresi perasaan diri terhadap sesuatu kejadian yang sedih,
marah atau senang. Menurut hillman dan Drever, emosi adalah bentuk yang kompleks
dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas dari sudut
mental.1 Emosi berkaitan erat dengan motivasi yang mendorong menuju bentuk nyata
dari suatu tingkah laku. Pembentukan emosi ini dipengaruhi oleh tiga struktur otak yaitu
korteks serebri, sistem limbik dan hipotalamus.
4.1 Organ Terkait
Umumnya, korteks serebri dan sistem limbik pada otak memiliki peran masingmasing dalam membentuk emosi. Daerah-daerah pada sistem limbik berperan menerima
stimulus. Hipotalamus membentuk respon yang sesuai untuk menyertai keadaan
emosional tertentu.1,2 Korteks serebri pula bertanggungjawab memotivasikan diri untuk
melaksanakn respon. Secara anatominya, setiap bahgian ini memiliki ciri khusus, yang
akan dibahas secara mikroskopik dan makroskopik.
4.1.1

Struktur makroskopik

Korteks serebri merupakan lapisan paling luar pada otak besar yaitu cereberum.
Bahagian ini berwarna kelabu kerana mengandungi berbagai macam sel neuron sehingga
disebut substantia nigra. Bagian di bawahnya (subkortikal) terdiri dari lanjutan sel neuron
berupa axon dan dendrit sehingga kumpulannnya tampak berwarna lebih putih dan
disebut substatia alba. Selain itu terdapat juga ganglia basalis. Area terbesar dari korteks
terdiri atas lekukan (sulcus) dan tonjolan (girus) yang memberikan impak permukaan luas

pada lapisan korteks untuk menempati sel-sel neuron.2

Foto 1.

Struktur
Makroskopik

Korteks

Serebri dan

Sistem

Limbik2

Korteks

serebri juga di

bahagi

kepada

beberapa

area

dengan

tulang

tengkorak

yang

sesuai

melindunginya dan bahgian broadman yang berperan pada fungsi sellularnya. Area
tersebut adalah:2,3
1.

Lobus frontalis : terletak di depan serebrum dan sulkus sentralis, dibawah tulang
frontal, bahgian belakangnya dibatasi sulkus sentralis. Meliputi area Broadman
nomor 4 (area motorik primer), nomor 6 (area premotorik), nomor 8 (gerakan mata
dan perubahan iklim) dan nomor 9,10,11, 12 (asosiasi frontalis).

2.

Lobus parietalis: terletak dibelakang sulkus sentralis, dibawah tulang parietal.

Meliputi area Broadman nomor 1,2,3 (area sensorik primer) dan nomor 5,7 (area
somatosens)
3.

Lobus oksipitalis: terletak dibagian belakang serebro, dibawah tulang oksipital.


Meliputi area Broadman nomor 17 (korteks visual primer) dan area 18,19 (area
sosiasi visual)

4.

Lobus temporalis: terletak dibawah lateral fissure serebralis, dibawah tulang


temporal. Meliputi area Broadman area nomor 41 (korteks auditori primer), nomor
42 (area asosiasi auditorik) dan nomor 38,40,20,21,22 (area asosiasi)

Foto 2. Area Broadman2

Sistem

limbik

merupakan

bagian

otak yang berkaitan


dengan emosi dan
instink. Dalam struktur hirarki otak sistem limbik berada di tengah, antara diensefalon
dengan cerebrum. Sistem limbik terdiri atas girus singuli dan girus parahipokampus pada
bahgian korteks serta meliputi amigdala, traktus olfaktorius dan septum pada lapisan
subkorteks.2

4.1.2 Struktur Mikroskopik2


Korteks serebri yang membentuk lapisan luar serebrum mempunyai ketebalan
1.5mm hingga 4mm, membentuk bangunan sulkus dan girus. Korteks ini disusun
oleh 6 lapisan yang terdiri atas sel-sel dengan pelbagai bentuk, yaitu :

1. Lamina molekularis (pleksiformis) : sel penyusunnya kecil dan relatip


sedikit, sedangkan unsur serabut lebih membentuk anyaman (pleksus)
2. Lamina granularis externa : ukuran sel saraf kecil dan banyak
3. Lamina piramidalis externa : jumlah sel jarang, berbentuk piramid kecil
4. Lamina granularis interna : sel saraf kecil banyak
5. Lamina piramidalis interna : sel saraf berbentuk piramid lebih besar. Di
daerah korteks yang disebut area motorika sel saraf khusus berbentuk
piramid besar, dikenal sebagai sel Betz.
6. Lamina multiformis : Sel saraf berbentuk aneka ragam. Disela antara
neuronum terisi oleh neuroglia.
4.2 Neurotransmitter
Neurotransmitter merupakan senyawa kimia yang berperan sebagai agen
penyambung antar neuron atau sinaps. Pada hujung axon, neurotransmitter akan
dilepaskan ke ruang sinaps dan terikat pada reseptor khusus pada selaput sel penerima
dan mengubah daya tembusnya ke arah depolarisasi. Jika depolarisasi menjadi cukup
besar untuk dapat melampaui titik rangsang, maka sel itu membakar aksi potensial
melalui axonnya untuk mempengaruhi neuron lain. Proses ini terjadi pada sinaps
eksitatori, tetapi ada juga sinaps inhibitori yang bekerja bersamaan tetapi dengan cara
berlawanan.3,4

Foto 3. Mekanisme Kerja Neurotransmitter5

Neurotransmitter dapat dibahagikan kepada beberapa jenis, yaitu:3


1.

Asetilkolin: Disekresi oleh neuron-neuron di sebagian besar otak dan

ganglia basalis, neuron- motorik yang menginervasi otot skelet, neuron preganglion
sistem saraf otonom, neuron postganglion saraf parasimpatik dan sebagian saraf
simpatik. Umumnya, asetilkholin mempunyai efek eksitasi, namun dapat juga
berefek inhibisi pada beberapa ujung saraf parasimpatik perifer.
2.

Norepinefrin (NE): Disekresi oleh sebagian besar neuron yang ada di batang

otak dan hipotalamus, neuron postgangglion sistem saraf simpatis. Biasanya


meyebabkan efek eksitasi misalnya ketika adanya rangsangan simpatetis ( gejala
fight or flight). Namun, bisa juga terjadi inhibisi pada daerah lain.
3. Dopamin: Disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra.
Biasanya menimbulkan kesan inhibisi.

4. Serotonin: Disekresikan oleh nucleus yang berasal dari batang otak dan
berproyeksi di sebagian besar area otak
5. GABA (asam gamma-aminobutirat): Disekresikan oleh ujung saraf dalam
medulla spinalis, serebelum, ganglia basalis, dan korteks. Bahan ini dianggap
menyebabkan efek inhibisi

4.3 Sistem

saraf

Tubuh

manusia

Otonom
dipersarafi

oleh

dua jenis sistem saraf

yaitu sistem saraf

somatik dan otonom.

Sistem

meliputi semua unsur

dan jaringan saraf

yang dapat dirasai dan

dikawal.

Manakala,

otonom,

sistem

somatik

atau

sistem saraf tak sadar,

yang

secara otomatis dalam

kondisi terkontrol

tanpa

secara

pengendalian

berperan
sadar.

Susunan saraf otonom terbagi atas dua bagian yaitu saraf simpatik dan saraf para simpatik
yang bekerja secara antagonis terhadap organ yang sama.

Foto 4. Jalur Saraf Otonom2


Saraf parasimpatetik juga dikenali sebagai sistem 'rehat dan cerna" karena sistem
berperan ketika dalam keadaan rehat bagi meminimalkan penggunan energi tubuh.4 Pada
keadaan-keadaan yang tidak mengancam, tubuh dapat memusatkan diri pada aktivitas
rumah tangga umum nya sendiri, misalnya pencernaann dan pengosongan kandung
kemih. Sistem parasimpatis mendorong fungsi-fungsi tubuh seperti ini, sementara
memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh sistem simpatis. Sebagai
contoh, tatkala seseorang dalam keadaan tenang, aktivitas jantung tidak perlu berdenyut
dengan cepat dan kuat.
Saraf simpatetik memiliki jalur saraf yang hampir sama dengan saraf parasimpatetik
dengan hasil kerja yang bertentangan. Saraf ini berperan mempersiapkan tubuh untuk
menghasilkan flight or flight response dalam menghadapi situasi penuh darurat.4
Misalnya, jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, saluran
pernafasan terbuka lebar, glukogen dan simpanan lemak dipecah, dan pembuluh darah
yang mendarahi otot-otot rangka berdilatasi. Semua respon ini ditujukan untuk
meningkatkan aliran darah yang kaya oksigen dan nutrisi otot-otot rangka sebagai
persedian kepada tubuh untuk melawan atau melarikan diri dari situasi yang mengancam.
5.

Sasaran pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami serta mengenalpasti struktur organ yang terkait dalam
proses emosi yaitu jantung. Mahasiswa juga memahami fungsi dan mekanisme kerja
neurotransmitter. Selain itu, mahasiswa dapat menghubungkan perjalanan saraf
otonom sehinggalah terjadinya respon dari emosi yang dialami.

6.

Pembahasan masalah
Dalam kasus ini, pasien mengalami debaran dikarenakan berlaku gangguan pada

emosinya akibat kematian suaminya. Pembentukan emosi melibatkan bermula


pengumpulan stimulus oleh organ sensoris misalnya mata yang menerima impuls visual
pada gambar suaminya. Stimulus ini akan dikirimkan ke daerah asosiasi dari korteks
serebri yaitu area lobus oksipitalis melalui sinaps-sinaps saraf aferen(sensorik). Dari
korteks serebri, stimulus yang diterima akan diteruskan ke sistem limbik untuk
membentuk emosi buat pertama kalinya. Ketika ini, proses kognisi berlaku apabila minda
pasien mula menyadari adanya perasaan emosi.
Seterusnya, impuls ini akan diproses oleh sistem limbik melalui memori jangka
pendek dan memori jangka panjang. Pada saat ini, pasien akan mulai mengingat kembali
memori bersama suaminya dan mulai timbul emosi sedih. Proses ini disebut afeksi.
Emosi yang timbul ini seterusnya akan diekspresikan menjadi suatu dorongan untuk
melakukan sesuatu atau konasi. Peran ini diambil oleh hipotalamus bagi mengeluarkan
respon yang sesuai dengan informasi dan emosi yang ada. Respon ini bisa respon
somatik, otonom, endokrin dan imun. Namun, dalam kasus ini respon yang terhasil
merupakan respon otonom kerana melibatkan organ visceral yaitu jantung yang sentiasa
dikawal oleh sistem involuntar pada tubuh.
Jantung pasien berdebar akibat respon yang dikawal oleh hipotalamus melalui sistem
saraf otonom, jalur simpatis. Jalur simpatis ini memberikan efek eksitasi yaitu
mempercepat denyut jantung. Ujung axon pada saraf simpatis melepaskan norepinefrin
bagi menurunkan permeabilitas ion kalium sehingga menjadikan sel kurang negatif dan
terjadinya depolarisasi dan penyebaran potensial aksi sepanjang jalur saraf ke otot
jantung sehingga jantung berdetak lebih cepat.
7.

Kesimpulan

Pasien mengalami debaran sebagai respon kepada emosi sedih yang dialami setelah
kematian suaminya. Hipotesis diterima
DAFTAR PUSTAKA

1.

Euis

H.,

Nur

F.

R.

Psikologi

Faal.

Diunduh

20

April

2014:

April

2014:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197710132005012EUIS_HERYATI/DIKTAT_KULIAHx.pdf
2.

Bailey,

R.

(2010).

Anatomy

of

The

Brain.

Diunduh

20

http://www.biology.about.com/library/organs/brain
3.

Elaine N. M. Human Anatomy and Physiology. San Francisco: Pearson Benjamin

Cummings; 2004
4.

Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran ECG; 2012


5.

Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2009

Anda mungkin juga menyukai