Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

HIPOSPADIA

Disusun Oleh :
Handra Juanda

FK UPN Veteran Jakarta

Meity

FK UPH
Pembimbing :

Dr. Asrofi S. Surachman, SpBP

DEPARTEMEN BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
JAKARTA
2011

I.

Pendahuluan
Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani Heliodorus dan Antilius, pertama-tama

yang melakukan penanggulangan untuk hipospadia. Dilakukan amputasi dari bagian penis
distal dari meatus. Selanjutnya cara ini diikuti oleh Galen dan Paulus dari Agentia pada
tahun 200 dan tahun 400. Duplay memulai era modern pada bidang ini pada tahun 1874
dengan memperkenalkan secara detail rekonstruksi uretra. Sekarang, lebih dari 200 teknik
telah dibuat dan sebagian besar merupakan multi-stage reconstruction; yang terdiri dari
first emergency stage untuk mengoreksi stenotic meatus jika diperlukan dan second stage
untuk menghilangkan chordee dan recurvatum, kemudian pada third stage yaitu
urehtroplasty. Beberapa masalah yang berhubungan dengan teknik multi-stage yaitu;
membutuhkan operasi yang multiple; sering terjadi meatus tidak mencapai ujung glands
penis; sering terjadi striktur atau fistel uretra; dan dari segi estetika dianggap kurang baik.
Pada tahun 1960, Hinderer memperkenalkan teknik one-stage repair untuk mengurangi
komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini dianggap sebagai rekonstruksi uretra
yang ideal dari segi anatomi dan fungsionalnya, dari segi estetik dianggap lebih baik,
komplikasi minimal, dan mengurangi social cost.3
II.

Definisi
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan

spadon yang berarti keratan yang panjang.1 Hipospadia adalah kelainan kongenital
dimana muara uretra eksterna (MUE) terletak di ventral penis dan lebih ke proximal dari
tempat normalnya (ujung gland penis).4 Kelainan ini seringkali disertai adanya fibrosis
pada bagian distal MUE yang menyebabkan bengkoknya penis (chordae).
III.

Etologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui

penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh antara lain :3
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon

Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur


organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormon androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap
saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada
gen yang mengkode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut
tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi
IV.

Epidemiologi
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi

baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat
ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika
lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada
skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan
dengan chordae, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis
melengkung ke bawah pada saat ereksi. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak
disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembentukan uretra.
Rangkaian pembedahan harus diupayakan telah selesai dilakukan sebelum anak mulai
sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur
18 bulan.2
V.

Patofisiologi dan Manifestasi Klinis3

1. Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero.


2. Hipospadia dimana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skrotum.

3. Hipospadia adalah lubang uretra bermuara pada lubang frenum, sedang lubang
frenumnya tidak terbentuk, tempat normalnya meatus urinarius ditandai pada glans
penis sebagai celah buntu.

Gambar 1. Bentuk hipospadia akibat kelainan genetik2

Gejala Klinis2
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada lebih ke proximal dan berada
di ventral.
2. Penis melengkung ke bawah.
3. Penis tampak seperti berkerudung karena preputium dibagian ventral tidak ada,
berkumpul dibagian dorsal.
4. Jika berkemih, anak harus duduk.
VI.

Diagnosis
Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi. Kadang-kadang

hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak


teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada pemeriksaan
setelah bayi lahir.3 Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat mengeluhkan
kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordae dapat menyebabkan batang penis
melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan seksual. Hipospadia tipe
perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi duduk, dan
hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas. Beberapa pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ

seks internal terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi
ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter.
Diagnosis bisa juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia
terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak
disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian
pembedahan diupayakan telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat
ini, diupayakan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin
akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti,
mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.4
VII.

Kelainan Penyerta4
1. Mikropenis
2. Undescendus testis
3. Kelainan ginjal
4. Kelainan ureter / uretra
5. Kelainan buli-buli
6. Gender
7. Scrotum bifida

VIII. Klasifikasi
1. Subglanduler
2. Penile shaft
3. Penoscrotal

4. Scrotal
5. Perineal

Gambar 7. Klasifikasi Hipospadia4

IX.

Penatalaksanaan
Penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini bertujuan untuk

merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang normal atau
diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak
yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak
diharapkan belum sadar bahwa ia begitu spesial, dan berbeda dengan teman-temannya
yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri
sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok aga urin tidak mbleber ke
mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini
berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium
penis untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita
hipospadia.5

Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :6


1. Release Chordae dan Tunneling
Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini
dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang
merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis bengkok. Langkah selanjutnya
adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk
menutup sulcus uretra dan dibuat lubang di gland penis sehingga MUE berada di
ujung penis.
2. Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans
penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang
nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya
melalui tahap pertama.

Gambar 8. Perbandingan sebelum dan sesudah operasi2

X.

Komplikasi Pasca Operasi6

1. Fistula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini digunakan sebagai
parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur operasi satu tahap saat
ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10% .
2. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi,
juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah
dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
3. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi
dari anastomosis.

4. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna,
dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang
berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang
atau pembentukan batu saat pubertas.

XI.

PENUTUP
Hipospadia adalah kelainan kongenital dimana MUE terletak di ventral penis dan

lebih ke proximal dari tempat normalnya (ujung gland penis). Hipospadia merupakan
kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Kebanyakan lubang
uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang
terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan
kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali
berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang
menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi. Gejalanya adalah :
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada lebih ke proximal.
2. Penis melengkung ke bawah.
3. Penis tampak seperti berkerudung karena preputium dibagian ventral tidak ada,
berkumpul dibagian dorsol.
4. Jika berkemih, anak harus duduk.

Diagnosis bisa juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia


terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak
disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian
pembedahan diupayakan telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat
ini, diupayakan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin

akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti,
mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

Referensi
1. Sastrasupena H., Hipospadia, Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara,
Jakarta, 1995: 428-435
2. http://medicastore.com/ uniceffcorporation.html. Dikutip tanggal 10 Maret 2010
3. Purnomo B.B., Uretra dan Hipospadia, Dalam Dasar-dasar Urologi, Malang, 2000 :
6,137-138
4. Kuliah Hipospadia, Sub SMF Bedah Plastik Departemen Bedah RSPAD GATOT
SOEBROTO, 2011.
5. Suriadi . Rita, Yuliani . 2001 . Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta : CV. Sagung
Seto
6. http://lakshminawasasi.blogspot.com/2005/12/hipospadia.html. Dikutip tanggal 10
Maret 2010

Anda mungkin juga menyukai