Anda di halaman 1dari 19

BAB I

INVENTORY
1.1 Pengertian Inventory
Inventory atau persediaan barang merupakan asset yang sangat penting, baik
dalam jumlah maupun peranannya dalam kegiatan dari banyak perusahaan-perusahaan.
Penilaian atas inventory ini, misalnya akan mempunyai akibat langsung terhadap
penentuan income dan penyajian arus data. Evaluasi atas prosedur-prosedur yang ada
dan yang diusulkan, harus mempertimbangkan sifat-sifat dasar dari inventory dalam
hubungannya dengan kegiatan perusahaan dan tujuan-tujuan serta konsep-konsep dasar
akuntansi. Salah satu tujuan dari teori akuntansi adalah memberikan pedoman unmtuk
mengevaluasi prosedur-prosedur yang dapat memberikan pengukuran yang lebih baik
mengenai inventory dan informasi yangb lebih baik tentang arus kas perusahaan
dikemudiaan hari.
1.2 Sifat-sifat Inventory
Inventory terdiri dari barang-barang dagangan yang dimaksudkan untuk
diperjualbelikan, serta bahan baku dan bahan pembantu yang dipakai dalam proses
produksi dari barang yang akan dijual. Supplies yang dipakai untuk kegiatan
nonproduksi, surat berharga yang akan dijual kembali tetapi penjualannya hanyalah
bersifat insidentil sebagai kegiatan perusahaan, dan aktiva tetap (baik yang masih
dipakai maupun yang tidak dipakai lagi), tidak termasuk inventory. Pada umumnya,
present value dari barang dagangan lebih mungkin ditaksir dari arus kas yang
diharapkan dikemudian hari, dibandingkan dengan kasus prepaid expanse.
1.3 Tujuan Pengukuran Inventory
Tujuan pengukuran inventory adalah upaya untuk me-match costs terhadap
revenue yang berkaitan (dengan costs tersebut) sehingga net income dapat dihitung.
Hubungan antara inventory dengan proses pengukuran income adalah serupa dengan
ciri-ciri umum pada prepaid expanse dan aktiva tewtap, yakni diperlukannya penilaian
atas costs of goods sold berdasarkan penetapan harga (yang bisa implisit atau eksplisit)
dan asumsi mengenai arus biaya (costs flow assumption, seperti FIFO, LIFO, dan
seterusnya).
1.4 Penentuan Kwantitas Inventory
Di dalam menghitung inventory, kita harus menghitung baik jumlah kwantitas
fisik maupun penentuan harga dari setiap barang. Perhitungan kwantitas sama

pentingnya dengan penentuan nilai-nilai satuan. Metode yang paling umum untuk
menghitung jumlah kwantitas adalah :
a. Penggunaan stock opname
b. Penggunaan perpetual record
c. Gabungan antara stock opname secara berkala dan metode perpetual, dan
d. Metode penilaian berdasarkan hubungan agregatif.
Perhitungan barang pada awal dan akhir periode (stock opname) merupakan
persyaratan yang penting dalam suatu audit apabila akuntan publik harus memberikan
unqualified opinion. Contoh dari metode agregatif adalah gross profit method dan retail
inventory method. Oleh karena itu, apabila harga jual atau nilai konversi (conversion
values) lainnya sangat tidak pasti, pengukuran berdasarkan cost atau nilai masukan
(input values) lainnya akan memungkiankan interpretasi yang lebih baik mengenai
penilaian inventory dan juga akan memberikan informasi yang lebih baik untuk
memprediksi kebutuhan kas dikemudian hari untuk memperoleh inventory.
1.5 Output Values
Inventory bisa timbul pada berbagai tingkat dalam proses kegiatan perusahaan.
Dalam beberapa hal, inventory timbul pada awal proses, yakni sebagai bahan mentah
atau sebagai bahan setengah jadi yang masih memerlukan kegiatan ekonomis
(pengolahan) yang cukup banyak, sebelum inventory ini diserahkan kepada langganan.
1.6 Discounted Money Receipts
Ada dua fakta yang harus diketahui sebelum inventory dapat dinilai dengan
mendiskontokan arus kas dikemudian hari. Pertama, jumlah uang yang akan diterima
dari penjualan barang dikemudian hari haruslah bersifat pasti atau dapat ditentukan
dengan suatu tingkat kepastian yang layak. Kedua, timing dari penerimaan kas yang
diharapkan haruslah dapat ditetapkan atau sudah cukup pasti.
1.7 Current Selling Prices
Apabila pemerintah mengendalikan pasar dari suatu komoditi secara efektif
dengan penetapan harga-harga secara tetap (fixed price) makapenyimpangan terhadap
kaidah realisasi dapat dilakukan dalam penilaian komoditi tersebut yakni dengan
penilaian berdasarkan harga jualnya. Dalam hal ini ada dua ciri yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Adanya suatu pasar yang terkendali dengan harga-harga tetap yang diterapkan
kepada semua kwantitas dari komoditi yang ada di pasar tersebut.
b. Tidak ada biaya penjualan yang material.
1.8 Net Realizable Values
Salah satu segi yang penting mengenai penentuan income adalah metching
yang tepat antara revenue dengan cost atau input values. Oleh karena itu apabila output
2

values yang dipergunakan dalam pengukuran inventory, maka biaya-biaya tambahan


untuk menyelesaikan produksi barang tersebut, untuk penjualan, dan untuk penagihan
harus ditaksir dan dilaporkan dalam periode dimana revenue dilaporkan.
Sprouse dan Moonizt menyatakan bahwa ......... Inventory yang siaop untuk
dijual dengan harga yang telah diketahui dan dengan biaya-biaya untuk menjualnya
yang relatif kecil, atau dengan biaya-biaya yang dapat ditaksir secara langsung, harus
diukur dengan net realizable values. Dalam Accounting Research Study No. 3, Sprouse
dan Moonizt menyatakan dua keadaan yang merupakan syarat mutlak, yakni:
a. Inventory harus langsung dapat dijual dengan harga yang diketahui, dan
b. Biaya tambahan harus diketahui dan dapat ditaksir secara langsung.
Kondisi-kondisi ini adalah konsisten dengan tujuan pengakuan revenue yakni
apabila telah menjadi hak (earned) sebagai hasil dari kegiatan perusahaan dan apabila
telah dapat diukur secara objektif. Kondisi- kondisi yang disyaratkan oleh bulletin No.
43 yakni untuk menyatakan inventory di atas cost adalah sebagai berikut:
a. Adanya kemungkinan pemasaran secara langsung dengan harga-harga yang diquote
b. Adanya unit-unit yang saling dapat dipertukarkan (interchangeability of unis)
c. Pengurangan dari biaya-biaya tambahan yang diperlukan untuk menjual barang
tersebut.
d. Adanya kesukaran atau ketidak mampuan untuk mengukur cost secara tepat.
Kondisi mengenai penyimpangan terhadap penggunaan cost harus dapat
dibuktikan dengan ketidak mampuan untuk mengukur cost sebenarnya berasal dari
penerapan yang kaku untuk menggunakan dasar cost dalam bulletin No. 43.
Sebagaimana disebutkan oleh Sprouse dan Moonitz, ketidakmampuan untuk
menghitung cost bukanlah merupakan dasar yang logis bagi penggunaan net realizable
value. Apabila net realizable value dapat diukur secara objektif, ia harus dipergunakan
tanpa mengindahkan apakah cost dapat atau tidak dapat dihitung.
Salah satu dari kesulitan utama penerapan konsep net relizable value adalah
kesulitan yang lazimnya dihadapi dalam menaksir biaya-biaya tambahan untuk
menyelesaikan, menjual, menyerahkan suatu produk. Maka sebagai gantinya, suatu
gross margin yang normal biasanya dikurangkan dari harga jual untuk memastikan
bahwa semua biaya tambahan yang mungkin terjadi telah diperhitungkan. Tetapi ini
dapat mendekati nilai masukan apabila tambahan biaya yang diharapkan tidaklah besar.
1.9 Input Values
Pengukuran inventory dengan input values merupakan pengukuran resources
yang dipakai untuk memperoleh inventory dalam kondisi dan lokasi seperti sekarang.
Dalam struktur akuntansi yang tradisional, selisih atau input values dan output values
3

biasanya disebut groos profit atau gross margin. Current cost sering dapat ditaksir
dengan menggunakan net realizable values dan mengurangi normal gross margin dari
net realizable values tersebut. Meskipun metode lower-of-cost-or-market atau cost of
market, whichever is lower (comwil) mempunyai ciri-ciri khusus, dalam pembahasan
ini comwil diklasifikasikan sebagai metode penilaian masukan karena istilah market
yang dipergunakan disini pada dasarnya merupakan konsep masukan.
1.10 Historical Cost
Keabsahan penggunaan historical costs terletak pada asumsi bahwa ia
merupakan input value dari sumber-sumber yang diperoleh pada saat pembelian atau
saat penggunaan dalam proses produksi. Historical costs diukur dengan pembayaran
yang dilakukan di masa yang lalu atau yang harus dilakukan di masa yang akan datang
untuk memperoleh barang-barang atau jasa-jasa. Historical costs umumnya diartikan
sebagai pembayaran yang harus dilakukan untuk memperoleh atau memproduksi suatu
barang, termasuk di dalamnya semua jasa yang diperlukan untuk mendapatkan barang
dagangan dalam kondisi siap untuk dijual.
Menurut model tradisional mengenai historical cost biaya produksi seharusnya
meliputi daerah cost untuk material dan labor dan biaya tidak langsung yang normal
yang dapat dialokasikan ke produk atas dasar hubungannya yang logis dengan produksi.
Konsep cost yang serupa dapat diterapkan kepada perolehan barang-barang yang dijual
secara

eceran.

Biaya-biaya

normal

untuk

pengangkutan

penyimpanan

dan

penanganannya harus dimasukkan sebagai bagian dari total inventoriable cost.


Keuntungan keuntungan penggunaan historical cost untuk penilaian inventory
adalah sebagai berikut:
1. Untuk inventory berupa bahan baku dan barang dagangan yang baru saja dibeli
nilai tambah yang diberikan oleh perusahaan masih sangat sedikit sehingga cost
merupakan ukuran dari kuantitas sumber-sumber yang tersedia.
2. Dalam hal harga jual sangat tidak pasti atau apabila biaya-biaya tambahan tidak
dapat diramalkan dengan ketelitian yang cukup dari suatu output values. Cost
dalam hal ini merupakan alternatif yang layak daripada net realizable values.
3. Cost didasarkan atas transaksi penukaran di masa yang lalu dan karena itu dianggap
dapat diperiksa atau verifiable dan tidak dipengaruhi oleh menejemen ataupun
akuntan.
4. Karena cost diukur dengan nilai pada saat perolehan maka ini merupakan bukti
bahwa perusahaan bersedia membayar jumlah tersebut pada saat itu, dan dengan
asumsi manajemen yang baik, keinginan atau maksud untuk membayarkan jumlah
tersebut merupakan bukti bahwa manajemen berpendirian bahwa nilai itu tepat.
4

5. Penilaian berdasarkan cost memungkinkan pertanggunganjawab mengenai kas dan


sumber-sumber lain dipergunakan dalam memperoleh barang barang dan
pertanggungan jawab atas inventory.
Historical cost juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1. Meskipun cost mungkin merupakan nilai dari barang tersebut untuk perusahaan
pada saat diperolehnya, nilai ini cepat menjadi usang apabila terjadi perubahanperubahan harga masukan atau input price dan juga karena adanya nilai tambah
yang timbul dari kegiatan perusahaan.
2. Apabila ada dua atau lebih barang yang diperoleh dari waktu-waktu yang berbeda,
cost tidak dapat dibandingkan karena pembelian barang barang ini dilakukan
dengan nilai uang yang berbeda. Oleh karena itu penjumlahan nilai-nilai pembelian
ini tidak mempunyai makna sama sekali .
3. Banyak perhitungan cost memerlukan alokasi dari biaya gabungan atau joint cost
dan metode alokasi yang terbaik pun tidak tepat menunjukkan hubungan sebab
akibat .
4. karena cost bersifat historis sedangkan revenue bersifat current maka matching
antara cost dengan revenue tidak memberikan ukuran mengenai kegiatan usaha
untuk periode berjalan yang berarti .

1.11 Current Replacement Cost


Di dalam literatur akuntansi biasanya dikemukakan empat tujuan utama
penggunaan Replacement cost
1.

Replacement cost sering-sering dianjurkan untuk memecahkan masalah perubahan


harga.

Replacement

cost

merupakan

jumlah

yang

diperlukan

untuk

mempertahankan modal fisik perusahaan, dan jumlah yang harus diperoleh kembali
atau recovered sebelum income dihitung. Apabila Replacement cost dihitung
dengan me-restate historical cost atas dasar indeks harga khusus maka adjustment
2.

ini dilakukan untuk daya beli khusus.


Replacement cost dianjurkan oleh beberapa orang terutama untuk memungkinkan
pemisahan antara gross margin yang biasa ke dalam holding gain/loss dari transaksi
perdagangan. Oleh karena itu tujuan utama adalah untuk memungkinkan matching

3.

antara current cost dengan current revenue.


Replacement cost dianjurkan sebagai pengganti net realizable value dalam hal
dimana revenue, jangka waktu sebelum penjualan tercapai dan biaya tambahan
tidak dapat ditaksir dengan tingkat ketepatan yang layak.
5

4.

Replacement cost dianjurkan sebagai suatu cara untuk memungkinkan peramalan


arus kas di kemudian hari .
Keuntungan-keuntungan dalam menggunakan current Replacement cost adalah
sebagai berikut
1. CRC mengatasi kelemahan historical cost yang mudah menjadi usang
2. Karena semua item dalam kelompok Inventory dinilai dengan current conditions
maka penjumlahan semua item ini menghasilkan jumlah yang mempunyai makna.
3. Matching antara current cost dengan current revenue memungkinkan pemberian
ukuran yang lebih baik mengenai current operating profit dan juga memungkinkan
suatu disclosure yang terpisah mengenai holding gain/loss.
4. Apabila harga-harga diperoleh dari current aquisition exchange quotation maka cost
ini verifiable dan relatif bebas dari pertimbangan-pertimbangan yang subjektif.
5. Penerapan current values meniadakan kebutuhan akan asumsi apapun mengenai arus
barang atau arus biaya, baik yang sebenarnya maupun yang arbitrer. Oleh karena itu
tidak perlu ada penerapan FIFO, LIFO, atau metode rata-rata tertimbang.
6. CRC menghindari inkonsistensi yang ada dalam kaidah comwil.
1.12 Net Realizable Values Kurang Normal Backup
Apabila Replacement cost tidak tersedia, hal ini data ditaksir dengan
mengurangi gross profit Margin yang normal dari net realizable value ( estimated
selling price dikurangi biaya-biaya tambahan yang diharapkan). Sebelum prosedur ini
dapat menghasilkan suatu pendekatan yang baik mengenai current cost, harus ada
hubungan langsung antara cost dan harga jual. Apabila kedua ini tidak bergerak
bersamaan, hasil perhitungan tadi tidak akan merupakan aproksimasi terhadap current
cost. Net realizable values kurang normal mark up juga disarankan sebagai ukuran net
values dari inventory bagi perusahaan apabila nilai ini dibawah historical cost dan
current cost asumsi yang dipakai adalah bahwa suatu lost harus dicatat pada periode
berjalan dan profit yang normal seharusnya dimungkinkan pada saat barang-barang
dijual.
1.13 Comwil
Para akuntan umumnya mendefinisikan market sebagai utility value dari
barang tersebut. Sanders, hatfield dan moore misalnya mendefinisikan market sebagai
cost untuk reproduksi atau cost untuk Replacement, kecuali harga-harga realisasi lebih
rendah, dalam hal ini harga-harga realisasi yang lebih rendah lah yang akan dipakai.

AICPA buletin Nomor 43 memperluas konsep utility dengan menyatakan


bahwa dalam akuntansi untuk Inventory, suatu loss seharusnya diakui apabila utility
atau manfaat dari barang-barang tersebut menjadi berkurang karena kerusakan, usang,
adanya perubahan dalam tingkat harga, atau sebab-sebab lainnya.
1.14 Standart Cost
Current standard mencerminkan biaya produksi di bawah kondisi harga dan
teknologi yang sekarang dan dengan suatu standar efisiensi yang diinginkan. Current
standard cost, karenanya menyerupai Replacement cost, dengan perkecualian bahwa
biaya-biaya karena inefisiensi dan kapasitas yang menganggur tidak diperhitungkan.
1.15 Penilaian Persediaan Normal ( Normal Stock Valuation )
Biasanya metode persediaan dasar atau base stock dan metode LIFO atau last
in first out diklasifikasikan sebagai metode persediaan normal atau normal stock
valuation. Ciri-ciri utama dari metode-metode ini adalah bahwa penilaian inventory
merupakan jumlah yang arbitrer atau sisa dari biaya-biaya yang sebelumnya
dikeluarkan. Tujuan utama dari metode persediaan normal adalah untuk melakukan
matching antara current cost dengan current revenues dan untuk mengeluarkan paper
profit atau loss yang timbul karena perubahan harga-harga inventory. Dalam metode
persediaan dasar atau base stock metode yang aslinya, persediaan dasar harus
dikurangkan atau write down sampai suatu jumlah yang terendah dari replacement cost
yang diperkirakan akan terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu maka penilaian
inventory ini dilakukan dengan menetapkan suatu jumlah secara arbitrer pada tingkat
yang rendah atau ditentukan berdasarkan cost pada saat metode tersebut dimulai.
Cara pemikiran ini berhubungan dengan dua tujuan lain yakni
1. Berdasarkan Replacement Theory, income dianggap akan timbul hanya apabila
revenue dari penjualan melebihi replacement cost dari barang yang dijual. Barang
barang baru atau pengganti dianggap mempunyai nilai yang sama dengan nilai
barang-barang yang digantikan.
2. Yang dianggap sebagai income yang relevan adalah disposable income atau income
yang dapat dipergunakan yang timbul dari kelebihan revenue diatas replacement
cost.
Sebagai konsep dasar untuk penilaian inventory, metode persediaan normal
mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
7

1. Penilaian inventory ini tidak dimulai dengan meng-aproksimasi utility values bagi
perusahaan.
2. Inventory yang diperoleh pada waktu yang berbeda-beda dan inventory dari
perusahaan yang berbeda-beda tidak dinyatakan dalam cara pengukuran yang dapat
dibandingkan.
3. Karena nilai inventori merupakan residual valuation, maka jumlah ini tidak
merupakan penilaian masukan atau input valuation maupun penilaian keluaran atau
output valuation dan oleh karena itu tidak dapat dibandingkan dengan pos-pos lain
dalam neraca.
4. Dalam perhitungan net income metode ini tidak memungkinkan pencantuman
semua gain/loss.
1.16 Hubungan Biaya antara Inventory dengan Cost of Sales
Meskipun ada kesulitan-kesulitan teoritis dalam penggunaan historical cost,
konsep biaya ini telah dipergunakan secara luas dalam pengukuran cost of sales untuk
menetapkan net income. Oleh karena itu maka penting sekali bagi kita untuk menilai
secara hati-hati dan kritis beberapa metode yang dipergunakan untuk mengalokasikan
product cost kepada jumlah barang yang masih ada dalam persediaan dan jumlah barang
yang telah dijual serta perhatikan bahwa semua metode alokasi didasarkan kepada
asumsi-asumsi tertentu yang bisa merupakan asumsi yang sah tetapi juga bisa
merupakan asumsi yang tidak sah.
1.17 Tujuan Cost Association
Tujuan tujuan utama dalam melakukan identifikasi biaya terhadap inventory
adalah untuk melakukan matching antara cost dan revenue dan mengkaitkan biaya atau
cost Association terhadap inventory untuk tujuan penilaian neraca. Apabila cost ini
berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka tujuan ini tidak tepat lagi karena tujuan ini
tidak menetapkan secara khusus cost yang mana yang harus dikaitkan dengan barang
yang dijual dan cost yang mana yang harus dikaitkan dengan barang yang masih dalam
persediaan.
1.17.1 Tujuan ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.

Cost harus diidentifikasikan sedekat mungkin dengan setiap unit barang.


Hal ini memungkinkan matching dengan spesific cost untuk setiap unit
dengan revenue dan juga identifikasi dari spesific cost untuk setiap barang
yang masih ada dalam persediaan.
8

2.

Kegiatan perusahaan dapat dipandang sebagai kelompok transaksi yang


berkesinambungan dan bukan sebagai kelompok Venture yang terpisahpisah. Oleh karena itu tekanan diberikan kepada hal-hal yang tidak
berhubungan dengan arus barang secara fisik.

3.

Tujuan yang ketiga memberi tekanan kepada kebutuhan akan penilaian


yang current atau current valuation terhadap inventory yang diasumsikan
akan memungkinkan interpretasi ekonomi yang lebih baik.

4.

Tujuan lain adalah untuk mengidentifikasikan gain/loss dari perubahanperubahan harga dan mengukur secara terpisah income yang berasal dari
pembelian dan penjualan.

1.18

Spesific Identification of Cost


Tujuan pertama yakni matching antara spesific cost dengan spesific revenue
dicapai secara tepat apabila dipergunakan metode identifikasi biaya khusus atau spesific
cost. Setiap unit barang diberikan satu kartu yang mencantumkan biayanya pada saat
perolehannya, ini kemudian dibandingkan dengan harga jualnya pada saat ditransfer
kepada pelanggan. Sepintas lalu metode ini memang kelihatannya ideal akan tetapi
apabila kita meninjau metode ini lebih jauh maka metode ini sebenarnya kurang daya
tariknya. Argumen lain yang menentang spesifik identification ini ialah karena prosedur
ini memungkinkan manipulasi laba perusahaan. Apabila unit-unit yang homogen
mempunyai biaya yang berbeda-beda maka manager yang bersangkutan dapat
meningkatkan laba perusahaan dengan memilih unit dengan cost yang rendah atau
sebaliknya, ia dapat juga menurunkan laba dengan memilih unit dengan cost yang
tinggi. Meskipun ada banyak kesulitan dalam menerapkan spesific identification of costt
ini, metode ini berguna sebagai sasaran untuk memungkinkan matching yang baik
apabila alternatif lain dari historical cost tidak dapat diterima sebagai ukuran mengenai
input values.

1.19

Averages Cost Methods


Penggunaan angka rata-rata memungkinkan setiap harga beli mempengaruhi
penilaian inventory maupun cost of goods sold. Asumsi yang dipergunakan adalah
bahwa kegiatan pembelian dan penjualan akan menghasilkan aggregation of cost atau
pengelompokan atau penggabungan biaya-biaya dan pembagiannya kepada barang yang
dijual dan barang-barang yang masih dalam persediaan dilakukan atas dasar:
9

1. Harga tunggal. Harga tunggal ini diasumsikan mewakili unit cost dari semua barang
yang ditangani dalam periode tertentu. Average cost tidaklah mencerminkan antara
current cost dengan current revenue. Average cost juga tidak mencerminkan
penilaian neraca atas dasar current cost. Apabila angka rata-rata ini bukan
merupakan angka rata-rata tertimbang maka harga rata-rata akan membawa hasil
yang sangat tidak konsisten dan tidak tepat tergantung kecepatan perubahan harga
dan timming perolehan barang tersebut. Rata-rata tertimbang atau weighted average
biasanya dianggap lebih mewakili harga, dibandingkan dengan penggunaan rata-rata
tidak tertimbang, sedangkan angka rata-rata tertimbang yang bergerak atau moving
weighted average lebih tepat lagi apabila perpetual Inventory record dapat diadakan.
1.20

FIFO
Kaidah FIFO terutama didasarkan atas asumsi bahwa FIFO merupakan
aproksimasi yang baik terhadap spesific identification untuk kebanyakan barang dalam
kebanyakan jenis usaha. Biasanya dianggap merupakan pengelolaan inventory yang
baik apabila penjualan atau pemakaian dilakukan terhadap unit yang paling lama atau
yang paling pertama masuk dan apabila persediaan barang dipertahankan dalam unit
yang paling baru atau yang paling akhir dibeli. Tujuan kedua dari FIFO adalah
penggabungan semua unsur laba pada saat penjualan. Sebagaimana halnya dengan
spesific identification gain/loss yang timbul dari perubahan perubahan harga, dianggap
tidak dapat dipisahkan dari income yang merupakan hasil dari keputusan manajerial
dalam kegiatan perusahaan yang normal. Tujuan yang ketiga dari FIFO adalah untuk
menyajikan inventory akhir di dalam neraca berdasarkan cost yang paling akhir, cost
yang paling akhir ini dianggap merupakan aproksimasi terhadap replacement cost.
Tujuan untuk melakukan matching antara current cost dengan current revenue laporan
secara terpisah antara gain/loss yang disebabkan oleh perubahan harga, biasanya tidak
dapat dipenuhi dengan prosedur FIFO.

1.21

LIFO
Metode persediaan atau normal stock methods yang diuraikan di atas
mempunyai tujuan untuk melakukan matching antara current cost dan current revenue
dan menghilangkan dan menghilangkan pelaporan holding gain/loss atas persediaan
barang. Dengan keadaan-keadaan tertentu, LIFO diasumsikan mencerminkan specific
identification of goods atau arus barang-barang secara fisik. Misalnya untuk bahan baku
yang tidak cepat rusak seperti batubara dan biji besi, barang-barang ini dapat disimpan
10

sedemikian rupa sehingga perolehan-perolehan yang baru ditempatkan di tempat yang


paling atas dan transfer untuk produksi atau penggunaan dilakukan dari tumpukan yang
paling atas, dan dengan demikian memberikan suatu dasar yang bersifat semi permanen
atau semi permanen base yang hanya akan dipergunakan dalam kondisi darurat.
Pendukung-pendukung LIFO mengklaim bahwa metode ini berguna oleh
karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Matching antara current cost dan current revenue dimungkinkan dalam metode ini.
2. Apabila harga-harga meningkat, penilaian inventory dilakukan secara konservatif.
3. Perubahan-perubahan harga dalam daur kegiatan perusahaan tidak menyebabkan
pelaporan unrealized gain/loss yang berasal dari penyimpanan inventory semula dan
kenaikan dalam jumlah Inventory.
4. LIFO memungkinkan smoothing of income sampai daur kegiatan usaha apabila
harga-harga naik dan turun.
5. Income hanya dilaporkan apabila income ini tersedia untuk pembayaran dividen
atau tujuan-tujuan lain. Holding gain bukanlah merupakan income yang dapat
dibagikan atau disposable income.
6. Barangkali alasan yang mendorong penggunaan LIFO di Amerika Serikat adalah
karena metode ini diperkenankan untuk tujuan perpajakan.
Sedangkan argumen-argumen utama untuk menentang LIFO adalah sebagai
berikut:
1. Keberatan untuk menggunakan LIFO adalah bahwa penilaian inventory untuk
tujuan neraca secara terus-menerus akan menjadi usang, karena mencerminkan
harga-harga untuk masa yang lalu sama sekali tidak memberikan arti dalam konteks
keadaan sekarang dan karena penilaian inventory tergantung kepada tingkat-tingkat
harga dalam tahun di mana LIFO dianut, perbandingan antara perusahaan atau
sekalipun dalam industri yang sama adalah tidak benar sekalipun semua perusahaan
menggunakan LIFO.
2. Sebagai metode untuk pemecahan tingkat harga LIFO, sebenarnya mengandung
kekeliruan dan tidak lengkap.
3. Sehubungan dengan kritik dalam butir 2 di atas, LIFO juga dikritik karena ia
menunda pengakuan holding gain/loss padahal tingkat harga khusus berubah dengan
prosentase yang berbeda dari perubahan tingkat harga umum.
4. LIFO sering-sering juga ditolak karena prosedur ini bertentangan dengan arus fisik
barang yang biasanya.
11

5. Apabila inventory perlu diturunkan dibawah kuantitas normal maka matching antara
cost yang terakhir dengan current revenue memberikan hasil yang sama sekali tidak
masuk akal. Income dalam suatu tahun bisa terdiri dari akumulasi gain dan loss
sejak awal penerapan LIFO, sehingga timbullah distorsi dalam pelaporan income.
6. Kekhawatiran untuk mengurangi kuantitas Inventory dengan dasar LIFO karena
akan mengakibatkan laba kena pajak, telah mengakibatkan kebijaksanaan pembelian
yang tidak rasional khususnya pada akhir tahun buku.
7. Kebaikan itu adalah karena ia memungkinkan perataan laba (smoothing of income).
Sebenarnya smoothing of income hanya terjadi apabila harga harga naik dan turun.
8. Meskipun LIFO tidak mencerminkan arus barang secara fisik tetapi pendukungpendukung LIFO mengklaim bahwa tujuan LIFO adalah menyajikan arus biaya.
9. Pengkajian-pengkajian empiris menunjukkan bahwa FIFO lebih unggul dari LIFO
sebagai metode pelaporan kepada pemegang common stop.
1.22

Retail Inventory Methods


Dalam retail inventory method dalam kurung metode persediaan eceran,
kuantitas persediaan ini kemudian diberi harga dengan menggunakan harga eceran yang
berlaku sekarang. Inventory juga merupakan nilai sisa (residual) sebagaimana halnya
dengan inventory yang diperoleh dengan menggunakan metode perpetual. Kesulitan
utama yang dihadapi metode persediaan inventory dan net income dilaporkan
ketinggian atau overstate. Akan tetapi apabila stok opname dilakukan, maka losses yang
diakibatkan oleh pencurian dan sebab-sebab lain dapat ditaksir dan dicatat secara
terpisah untuk tujuan-tujuan akuntansi dan pengendalian. Setelah inventory dihitung
atau ditaksir dengan menggunakan harga-harga eceran, maka inventory ini kemudian
diubah ke dalam penilaian masukan yakni dengan mengalikan inventory yang dinilai
dengan harga eceran ini dengan ratio rata-rata dari cost dibandingkan dengan harga
eceran untuk periode berjalan.

1.23

Gross Profit Methods


Metode laba kotor atau gross profit method berbeda dari retail method dalam
dua perhitungan utamanya yakni yang pertama cost of sales ratio dihitung dengan
menggunakan rata-rata ratio of cost of sales to sales untuk beberapa tahun sebelumnya.
Sedangkan dalam retail method, cost retail persentage merupakan ratio dari barangbarang yang tersedia untuk dijual dalam tahun berjalan dibandingkan dengan barangbarang yang sama yang dinyatakan dengan harga jual eceran. Yang kedua inventory
12

dihitung dengan mengurangkan cost of sales yang ditaksir dari cost untuk barangbarang yang tersedia untuk dijual. Gross profit method biasanya Tidak Dianggap
sebagai cara yang dapat diterima untuk pelaporan keuangan karena apabila tidak ada
stock opname penilaian inventory yang bersifat residual merupakan suatu kelemahan
sebagaimana halnya dengan kelemahan dari metode perpetual yang diuraikan dalam bab
sebelumnya serta prosentase laba kotor dihitung sebagai rata-rata untuk tahun-tahun
sebelumnya.
Suatu pengkajian yang baru-baru ini dilakukan menyimpulkan bahwa
perubahan dari suatu metode ke metode LIFO menghasilkan, paling tidak dalam jangka
pendek, suatu penurunan dalam harga saham-saham. Pengkajian yang lain terlihat
bahwa orang-orang pribadi dapat dipengaruhi secara negatif dengan menunjukkan
angka laba yang paling rendah yang disebabkan karena perubahan ke metode LIFO,
sekalipun kepada orang-orang ini telah ditunjukkan dampak positif dari perubahan ini
terhadap arus kas masuk. Pengkajian-pengkajian ini menyimpulkan adanya pasar yang
tidak efisien meskipun dalam jangka pendek.

BAB II
PLANT dan EQUIPMENT
Istilah plant dan equipment sering dipergunakan sebagai pengganti istilah fixed aset
atau aktiva tetap. Istilah lain yang sering dipergunakan adalah property plant and equipment.
Istilah plant dan equipment ini sering dipergunakan untuk perusahaan pabrikasi yang memang
mempunyai plan, sedangkan untuk perusahaan jasa dipergunakan istilah lain seperti bank
menggunakan istilah premises dan equipment sedangkan untuk kantor akuntan yang
mempunyai gedung sendiri menggunakan istilah property and equipment.
1.24

Sifat Aktiva Tetap


Ciri-ciri tambahan pada aktiva tetap yaitu sebagai berikut:
1. Assets ini merupakan barang barang fisik yang diadakan oleh perusahaan untuk
melaksanakan atau membantu produksi barang-barang lain atau pemberian jasa pada
perusahaan atau pelanggannya dalam usaha bisnis yang normal.
2. Aset ini mempunyai umur yang terbatas, dan pada akhir hidup, mereka harus
dibuang atau diganti umur ini tergantung dari keausan dan pemeliharaan atau
perawatan aktiva itu.

13

3. Nilai aset ini berasal dari kemampuan untuk memaksakan tersingkirnya pihak lain
untuk memperoleh hak penggunaan atas aset tersebut secara sah dan bukannya
dengan pemaksaan berdasarkan kontrak.
4. Aset ini bersifat non monetary. Manfaat aset ini timbul dari penggunaannya atau
penjualan jasa-jasa yang dihasilkannya dan bukan dari pengkonversian aset ini ke
dalam sejumlah uang tertentu.
5. Umumnya jasa jasa yang diberikan aset ini meliputi periode yang baik dari satu
tahun atau satu daur usaha.
Masing-masing aktiva tetap mempunyai ciri ciri dasar dan tujuan pelaporan
keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini didasarkan kepada kesamaan sifat mereka
dalam proses akuntansi aktiva tetap diadakan karena memiliki kegunaan untuk masamasa mendatang. Oleh karena itu sepanjang umur aktiva tersebut ada pembebanan
sebagai biaya seperti dalam hal prepaid expense.
1.25

Dasar-dasar Penilaian
Kecuali untuk kasus-kasus tertentu di mana aktiva tetap di lease berdasarkan
kontrak jangka panjang (yang dipergunakan sebagai alat pembelanjaan), aktiva tetap
tidak dapat diukur berdasarkan present values (yang berarti pendiskontoan) expected
receipt. Hal ini disebabkan karena revenue perusahaan berasal dari bermacam-macam
barang dan jasa. Akan tetapi setelah present value dihitung kita tidak dapat membagi
bagi present value ini kepada aktiva tetap yang ada. Keberatan utama terhadap
penerapan output valuation dalam non-current asset adalah karena sangat sedikit nilai
tambah yang terjadi dengan membeli atau menahan asset tersebut.
Apabila aktiva tetap tidak mempunyai manfaat lagi bagi perusahaan dalam
usaha sehari-harinya atau apabila aktiva tetap tersebut akan dijual di pasar barang bekas
maka harga jualnya merupakan dasar penilaian yang paling tepat. Akan tetapi apabila
dalam pasar barang bekas terdapat banyak pembeli dan penjual maka harga yang
tercatat di pasar ini bisa mencerminkan expectation pasar mengenai discounted input
value dari sisa manfaat aktiva tetap tersebut. Berdasarkan konsep current cash
equivalent yang dikemukakan oleh Chambers, barang-barang yang mempunyai umur
panjang (durable items) yang mempunyai pasar barang bekas yang aktif seharusnya
dinilai dengan harga-harga yang bisa diperoleh apabila barang tersebut dijual dengan
cara yang teratur. Untuk barang-barang yang tidak dapat dijual lagi disarankan agar
barang-barang tersebut langsung dihapuskan pada saat perolehan yakni seperti
penghapusan biaya pengembangan karena barang tersebut tidak mempunyai current
cash equivalent.

1.26

Nilai-nilai Masukan
Literatur teori akuntansi yang tradisional menunjukkan kesepakatan yang
penuh mengenai penggunaan harga perolehan sebagai dasar penilaian aktiva tetap.
Konsep-konsep input valuation lainnya telah disarankan dan ditetapkan dari waktu ke
waktu untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memperoleh pengukuran biaya
penyusutan tahun berjalan yang lebih berarti atau untuk penilaian yang lebih bermakna
dalam neraca.
14

1.27

Current Input Values


Sering-sering current input valuation disarankan sebagai cara untuk
memperoleh pengukuran capital resources yang lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan historical cost, khususnya apabila perbedaan antara keduanya disebabkan
oleh perubahan harga yang relatif permanen. Sifat arbitrer dalam perhitungan
penyusutan ini tetap ada, apakah penilaian aktiva hanya menggunakan historical cost
atau current cost. Oleh karena itu maka current cost dikurangi akumulasi penyusutan
tidaklah mesti memberikan interpretasi ekonomis yang lebih baik daripada historical
cost.

1.28

Appraisal Value
Appraisal adalah metode penafsiran current atau current values dengan
prosedur yang sistematik . Apabila appraisal dilakukan untuk menilai aktiva tetap dari
suatu going-concern, maka ia seharusnya merupakan taksiran dari current replacement
atau reproduction cost dikurangi penyusutan sampai saat itu oleh karena itu apabila
tujuan ini dinyatakan dengan jelas maka appraisal akan menghasilkan input value dari
aset itu bagi perusahaan. Keuntungannya adalah karena anggapan bahwa nilai ini diukur
secara objektif sebab pengukuran dilakukan oleh pihak yang tidak memihak.

1.29

Bunga dalam Masa Pembangunan


Aktiva yang dibangun atau dibuat sendiri oleh perusahaan sering membawa
masalah mengenai apakah bunga atas dana yang dipakai selama masa pembangunan
harus dikapitalisasi atau tidak. Ada empat saran yang diberikan mengenai masalah ini:
1. Jangan kapitalisasi bunga atas dana yang dipakai.
2. Kapitalisasi bunga yang sebenarnya dibayarkan untuk dana yang dipinjam kalau
dana tersebut memang untuk tujuan khusus dalam kurung pembuatan aktiva tetap 3
kapitalisasi bunga atas semua dana yang dipinjam akan tetapi jangan melampaui
jumlah bunga yang dibayarkan oleh perusahaan.
3. Kapitalisasi bunga atas semua dana yang dipergunakan tanpa memandang apakah
dana tersebut berasal dari pinjaman atau modal sendiri.

1.30

Biaya Overhead untuk Pembuatan Aktiva


Apabila aktiva tetap dibuat sendiri oleh perusahaan yang akan menggunakan
aktiva itu maka pengumpulan biaya-biayanya agak berbeda dengan penetapan biaya
untuk produk yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja dan bahan baku biasanya dapat
dibebankan langsung terhadap aktiva tetap yang dibuat . kesulitan timbul dalam hal
alokasi biaya overhead kepada aktiva yang dibuat dan kepada biaya produksi barang
dagangan.
15

1.31

Capital Expenditure dan Revenue Expenditure


Apabila suatu aktiva tetap telah dipasang dan siap dipakai maka semua biaya
seharusnya dikapitalisasi. Semua biaya untuk perawatan dan pemeliharaan dan biaya
penggantian suku cadang yang lazimnya dilakukan harus dibebankan kepada kegiatan
perusahaan dalam umur aktiva tetap tersebut. Oleh karena itu biaya yang harus
dibebankan selama umur aktiva tetap yang bersangkutan terdiri dari biaya untuk
memperoleh aktiva tersebut dan semua biaya lain yang dikeluarkan selama aktiva itu
dipergunakan. Ada beberapa jenis pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh
manfaat yang lebih besar di kemudian hari dan bukannya sekedar mempertahankan
jumlah jasa yang dapat diberikan. Karena kesulitan yang sangat besar untuk
menentukan prosedur alokasi yang mempunyai makna ekonomis maka prosedur untuk
mengkapitalisasi biaya dan mengalokasikannya ke periode yang akan datang seringsering sangat meragukan ditinjau dari segi semantik atau dari segi relevansinya bagi
pemakai. Suatu alternatif lain adalah untuk mengklasifikasikan dan melaporkan capital
expenditure sesuai dengan perilaku berulang atau tidak berulang dan mengukur sisa
umur dan current market price nya dalam pasar yang memperjualbelikan aktiva tetap.

1.32 Disclosure Untuk Lease


Sering-sering dikemukakan bahwa kapitalisasi dari lease (khususnya operating
lease) oleh lessee akan mengakibatkan informasi yang menyesatkan karena kewajiban
lease berbeda dari utang-utang lainnya dan karena itu pelaporannya akan menganggu
ratio-ratio keuangan, dengan sendirinya maka manfaat untuk melakukan pembelanjaan
di luar neraca (off balance sheet financing) menjadi hilang. Sebenarnya argumen
tersebut dapat dibantah karena justru dengan tidak dicantumkannya kewajiban lease,
maka timbul informasi yang menyesatkan. FASB menyatakan bahwa pembayaranpembayaran sewa lease yang minimum, haruslah di-disclose dalam catatan mengenai
ikhtisar keuangan, dalam bentuk jumlah total dan untuk pembayaran lima tahun
berikutnya.

16

DAFTAR PUSTAKA
Bases of valuation of plant and equipment
Beidelman, Carl R. Valuation of Used Capital Assets. Studies in Accounting Research
No. 7. AAA, 1973.
McKeown, James C. Comparative Application of Market and Cost Based Accounting
Models. Journal of Accounting Research, Spring 1973, particularly, pp. 65-78.
NAA Committee on Management Accounting Practices. Fixed Asset Accounting: The
Capitalization of Costs. CPA Journal, March 1973, pp. 193-207.
Snavely, Howard J. Current Cost for Long-Lived Assets: A Critical View, Accounting
Review, april 1969, pp. 344-53.
Nonmonetary exchanges
Capettini, Robert, and Thomas E. King. Exchange of Nonmonetary Assets: Some Changes.
Accounting Review, January 1976, pp. 142-47
Interest on construction
17

Anthony, Robert N. Accounting for the Costs of Interest, Lexington, Mass.: Lexington Books,
1975.
Bierman, Harold, Jr., and Thomas R. Dyckman, Accounting for interest Dusring
Construction. Accounting and Bussiness Research, Autumn 1979, pp. 267-72.
Frazer, Robert E., and Richard C. Ransom. Is Interest During Construction Funny Money?.
Public Utilities Fortnightly, December 21, 1972, pp. 20-27.
Long-term leases
Abdel-khalik, A. Rashad; Robert B. Thompson; and Robert E. Taylor. The Impact of
Reporting Leases off the Balance Sheet on Bond Risk Premiums: Two Exploratory
Studies. Economic Consequences of Financial Accounting Standards. FASB, 1978,
pp. 103-55.
Bowman, Robert G. The Debt Equivalence of Leases: An Empirical Investigation.
Accounting Review, April 1980, pp. 237-53.
Coughlan, John W. Regulation, Rents and Residuals. Journal of Accountancy. February
1980, pp. 58-66.
DeFliese, Philip L. Accounting for Leases: A Broader Perspective:. Financial Executive, July
1974, pp. 14-23.
Elam, Rick. Effect of Lease Data on Predictive Ability of Financial Ratios. Accounting
Review, January 1975, pp. 25-43.
Financial Accounting Standards Board. Accounting for Leases, Statement No.13. AICPA
Professional Standards, Section 405. See also Statements Nos. 17 and 23 (Sections
4054 and 4056)
Finnerty, Joseph F.; Rick N. Fitzsimmons; and Thomas W. Oliver. Lease Capitalization and
Systematic Risk. Accounting Review, October 1980, pp. 631-39.
Hawkins, David, and Mary M. Wehle. Accounting for Leases. New York: Financial
Executives Research Foundation, 1973.
Myers, John H. Reporting of Leases in Financial Statements. Accounting Research Study
No. 4. AICPA, 1962, pp. 63-67.
Ro, Byung T. The Disclosure of Capitalized Lease Information and Stock Prices. Journal of
Accounting Research, Autumn 1978, pp. 315-40.
Wyatt, Arthur R. Leases Should Be Capitalized. CPA Journal, September 1974, pp. 35-38.
Leveraged leases
18

Anton, Hector R. Leveraged Leases A Marriage of Economics, Taxation and Accounting.


In D. R. Scott Memorial Lectures in Accountancy, vol. 6. Edited by Alfred R. Roberts.
Columbia: University of Missouri, 1974, pp. 81-113.
Bullock, Clayton L. Accounting Conventions dan Economic Reality. CPA Journal, July
1974, pp. 19-24.
Shanno, David F., and Roman L. Weil. The Separate Phases Method of Accounting for
Leveraged Leases: Properties of the Allocating Rate and an Algorithm for Finding it.
Journal of Accounting Research, Autumn 1976, pp. 348-56.

19

Anda mungkin juga menyukai