Resume
Resume
INVENTORY
1.1 Pengertian Inventory
Inventory atau persediaan barang merupakan asset yang sangat penting, baik
dalam jumlah maupun peranannya dalam kegiatan dari banyak perusahaan-perusahaan.
Penilaian atas inventory ini, misalnya akan mempunyai akibat langsung terhadap
penentuan income dan penyajian arus data. Evaluasi atas prosedur-prosedur yang ada
dan yang diusulkan, harus mempertimbangkan sifat-sifat dasar dari inventory dalam
hubungannya dengan kegiatan perusahaan dan tujuan-tujuan serta konsep-konsep dasar
akuntansi. Salah satu tujuan dari teori akuntansi adalah memberikan pedoman unmtuk
mengevaluasi prosedur-prosedur yang dapat memberikan pengukuran yang lebih baik
mengenai inventory dan informasi yangb lebih baik tentang arus kas perusahaan
dikemudiaan hari.
1.2 Sifat-sifat Inventory
Inventory terdiri dari barang-barang dagangan yang dimaksudkan untuk
diperjualbelikan, serta bahan baku dan bahan pembantu yang dipakai dalam proses
produksi dari barang yang akan dijual. Supplies yang dipakai untuk kegiatan
nonproduksi, surat berharga yang akan dijual kembali tetapi penjualannya hanyalah
bersifat insidentil sebagai kegiatan perusahaan, dan aktiva tetap (baik yang masih
dipakai maupun yang tidak dipakai lagi), tidak termasuk inventory. Pada umumnya,
present value dari barang dagangan lebih mungkin ditaksir dari arus kas yang
diharapkan dikemudian hari, dibandingkan dengan kasus prepaid expanse.
1.3 Tujuan Pengukuran Inventory
Tujuan pengukuran inventory adalah upaya untuk me-match costs terhadap
revenue yang berkaitan (dengan costs tersebut) sehingga net income dapat dihitung.
Hubungan antara inventory dengan proses pengukuran income adalah serupa dengan
ciri-ciri umum pada prepaid expanse dan aktiva tewtap, yakni diperlukannya penilaian
atas costs of goods sold berdasarkan penetapan harga (yang bisa implisit atau eksplisit)
dan asumsi mengenai arus biaya (costs flow assumption, seperti FIFO, LIFO, dan
seterusnya).
1.4 Penentuan Kwantitas Inventory
Di dalam menghitung inventory, kita harus menghitung baik jumlah kwantitas
fisik maupun penentuan harga dari setiap barang. Perhitungan kwantitas sama
pentingnya dengan penentuan nilai-nilai satuan. Metode yang paling umum untuk
menghitung jumlah kwantitas adalah :
a. Penggunaan stock opname
b. Penggunaan perpetual record
c. Gabungan antara stock opname secara berkala dan metode perpetual, dan
d. Metode penilaian berdasarkan hubungan agregatif.
Perhitungan barang pada awal dan akhir periode (stock opname) merupakan
persyaratan yang penting dalam suatu audit apabila akuntan publik harus memberikan
unqualified opinion. Contoh dari metode agregatif adalah gross profit method dan retail
inventory method. Oleh karena itu, apabila harga jual atau nilai konversi (conversion
values) lainnya sangat tidak pasti, pengukuran berdasarkan cost atau nilai masukan
(input values) lainnya akan memungkiankan interpretasi yang lebih baik mengenai
penilaian inventory dan juga akan memberikan informasi yang lebih baik untuk
memprediksi kebutuhan kas dikemudian hari untuk memperoleh inventory.
1.5 Output Values
Inventory bisa timbul pada berbagai tingkat dalam proses kegiatan perusahaan.
Dalam beberapa hal, inventory timbul pada awal proses, yakni sebagai bahan mentah
atau sebagai bahan setengah jadi yang masih memerlukan kegiatan ekonomis
(pengolahan) yang cukup banyak, sebelum inventory ini diserahkan kepada langganan.
1.6 Discounted Money Receipts
Ada dua fakta yang harus diketahui sebelum inventory dapat dinilai dengan
mendiskontokan arus kas dikemudian hari. Pertama, jumlah uang yang akan diterima
dari penjualan barang dikemudian hari haruslah bersifat pasti atau dapat ditentukan
dengan suatu tingkat kepastian yang layak. Kedua, timing dari penerimaan kas yang
diharapkan haruslah dapat ditetapkan atau sudah cukup pasti.
1.7 Current Selling Prices
Apabila pemerintah mengendalikan pasar dari suatu komoditi secara efektif
dengan penetapan harga-harga secara tetap (fixed price) makapenyimpangan terhadap
kaidah realisasi dapat dilakukan dalam penilaian komoditi tersebut yakni dengan
penilaian berdasarkan harga jualnya. Dalam hal ini ada dua ciri yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Adanya suatu pasar yang terkendali dengan harga-harga tetap yang diterapkan
kepada semua kwantitas dari komoditi yang ada di pasar tersebut.
b. Tidak ada biaya penjualan yang material.
1.8 Net Realizable Values
Salah satu segi yang penting mengenai penentuan income adalah metching
yang tepat antara revenue dengan cost atau input values. Oleh karena itu apabila output
2
biasanya disebut groos profit atau gross margin. Current cost sering dapat ditaksir
dengan menggunakan net realizable values dan mengurangi normal gross margin dari
net realizable values tersebut. Meskipun metode lower-of-cost-or-market atau cost of
market, whichever is lower (comwil) mempunyai ciri-ciri khusus, dalam pembahasan
ini comwil diklasifikasikan sebagai metode penilaian masukan karena istilah market
yang dipergunakan disini pada dasarnya merupakan konsep masukan.
1.10 Historical Cost
Keabsahan penggunaan historical costs terletak pada asumsi bahwa ia
merupakan input value dari sumber-sumber yang diperoleh pada saat pembelian atau
saat penggunaan dalam proses produksi. Historical costs diukur dengan pembayaran
yang dilakukan di masa yang lalu atau yang harus dilakukan di masa yang akan datang
untuk memperoleh barang-barang atau jasa-jasa. Historical costs umumnya diartikan
sebagai pembayaran yang harus dilakukan untuk memperoleh atau memproduksi suatu
barang, termasuk di dalamnya semua jasa yang diperlukan untuk mendapatkan barang
dagangan dalam kondisi siap untuk dijual.
Menurut model tradisional mengenai historical cost biaya produksi seharusnya
meliputi daerah cost untuk material dan labor dan biaya tidak langsung yang normal
yang dapat dialokasikan ke produk atas dasar hubungannya yang logis dengan produksi.
Konsep cost yang serupa dapat diterapkan kepada perolehan barang-barang yang dijual
secara
eceran.
Biaya-biaya
normal
untuk
pengangkutan
penyimpanan
dan
Replacement
cost
merupakan
jumlah
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan modal fisik perusahaan, dan jumlah yang harus diperoleh kembali
atau recovered sebelum income dihitung. Apabila Replacement cost dihitung
dengan me-restate historical cost atas dasar indeks harga khusus maka adjustment
2.
3.
4.
1. Penilaian inventory ini tidak dimulai dengan meng-aproksimasi utility values bagi
perusahaan.
2. Inventory yang diperoleh pada waktu yang berbeda-beda dan inventory dari
perusahaan yang berbeda-beda tidak dinyatakan dalam cara pengukuran yang dapat
dibandingkan.
3. Karena nilai inventori merupakan residual valuation, maka jumlah ini tidak
merupakan penilaian masukan atau input valuation maupun penilaian keluaran atau
output valuation dan oleh karena itu tidak dapat dibandingkan dengan pos-pos lain
dalam neraca.
4. Dalam perhitungan net income metode ini tidak memungkinkan pencantuman
semua gain/loss.
1.16 Hubungan Biaya antara Inventory dengan Cost of Sales
Meskipun ada kesulitan-kesulitan teoritis dalam penggunaan historical cost,
konsep biaya ini telah dipergunakan secara luas dalam pengukuran cost of sales untuk
menetapkan net income. Oleh karena itu maka penting sekali bagi kita untuk menilai
secara hati-hati dan kritis beberapa metode yang dipergunakan untuk mengalokasikan
product cost kepada jumlah barang yang masih ada dalam persediaan dan jumlah barang
yang telah dijual serta perhatikan bahwa semua metode alokasi didasarkan kepada
asumsi-asumsi tertentu yang bisa merupakan asumsi yang sah tetapi juga bisa
merupakan asumsi yang tidak sah.
1.17 Tujuan Cost Association
Tujuan tujuan utama dalam melakukan identifikasi biaya terhadap inventory
adalah untuk melakukan matching antara cost dan revenue dan mengkaitkan biaya atau
cost Association terhadap inventory untuk tujuan penilaian neraca. Apabila cost ini
berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka tujuan ini tidak tepat lagi karena tujuan ini
tidak menetapkan secara khusus cost yang mana yang harus dikaitkan dengan barang
yang dijual dan cost yang mana yang harus dikaitkan dengan barang yang masih dalam
persediaan.
1.17.1 Tujuan ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Tujuan lain adalah untuk mengidentifikasikan gain/loss dari perubahanperubahan harga dan mengukur secara terpisah income yang berasal dari
pembelian dan penjualan.
1.18
1.19
1. Harga tunggal. Harga tunggal ini diasumsikan mewakili unit cost dari semua barang
yang ditangani dalam periode tertentu. Average cost tidaklah mencerminkan antara
current cost dengan current revenue. Average cost juga tidak mencerminkan
penilaian neraca atas dasar current cost. Apabila angka rata-rata ini bukan
merupakan angka rata-rata tertimbang maka harga rata-rata akan membawa hasil
yang sangat tidak konsisten dan tidak tepat tergantung kecepatan perubahan harga
dan timming perolehan barang tersebut. Rata-rata tertimbang atau weighted average
biasanya dianggap lebih mewakili harga, dibandingkan dengan penggunaan rata-rata
tidak tertimbang, sedangkan angka rata-rata tertimbang yang bergerak atau moving
weighted average lebih tepat lagi apabila perpetual Inventory record dapat diadakan.
1.20
FIFO
Kaidah FIFO terutama didasarkan atas asumsi bahwa FIFO merupakan
aproksimasi yang baik terhadap spesific identification untuk kebanyakan barang dalam
kebanyakan jenis usaha. Biasanya dianggap merupakan pengelolaan inventory yang
baik apabila penjualan atau pemakaian dilakukan terhadap unit yang paling lama atau
yang paling pertama masuk dan apabila persediaan barang dipertahankan dalam unit
yang paling baru atau yang paling akhir dibeli. Tujuan kedua dari FIFO adalah
penggabungan semua unsur laba pada saat penjualan. Sebagaimana halnya dengan
spesific identification gain/loss yang timbul dari perubahan perubahan harga, dianggap
tidak dapat dipisahkan dari income yang merupakan hasil dari keputusan manajerial
dalam kegiatan perusahaan yang normal. Tujuan yang ketiga dari FIFO adalah untuk
menyajikan inventory akhir di dalam neraca berdasarkan cost yang paling akhir, cost
yang paling akhir ini dianggap merupakan aproksimasi terhadap replacement cost.
Tujuan untuk melakukan matching antara current cost dengan current revenue laporan
secara terpisah antara gain/loss yang disebabkan oleh perubahan harga, biasanya tidak
dapat dipenuhi dengan prosedur FIFO.
1.21
LIFO
Metode persediaan atau normal stock methods yang diuraikan di atas
mempunyai tujuan untuk melakukan matching antara current cost dan current revenue
dan menghilangkan dan menghilangkan pelaporan holding gain/loss atas persediaan
barang. Dengan keadaan-keadaan tertentu, LIFO diasumsikan mencerminkan specific
identification of goods atau arus barang-barang secara fisik. Misalnya untuk bahan baku
yang tidak cepat rusak seperti batubara dan biji besi, barang-barang ini dapat disimpan
10
5. Apabila inventory perlu diturunkan dibawah kuantitas normal maka matching antara
cost yang terakhir dengan current revenue memberikan hasil yang sama sekali tidak
masuk akal. Income dalam suatu tahun bisa terdiri dari akumulasi gain dan loss
sejak awal penerapan LIFO, sehingga timbullah distorsi dalam pelaporan income.
6. Kekhawatiran untuk mengurangi kuantitas Inventory dengan dasar LIFO karena
akan mengakibatkan laba kena pajak, telah mengakibatkan kebijaksanaan pembelian
yang tidak rasional khususnya pada akhir tahun buku.
7. Kebaikan itu adalah karena ia memungkinkan perataan laba (smoothing of income).
Sebenarnya smoothing of income hanya terjadi apabila harga harga naik dan turun.
8. Meskipun LIFO tidak mencerminkan arus barang secara fisik tetapi pendukungpendukung LIFO mengklaim bahwa tujuan LIFO adalah menyajikan arus biaya.
9. Pengkajian-pengkajian empiris menunjukkan bahwa FIFO lebih unggul dari LIFO
sebagai metode pelaporan kepada pemegang common stop.
1.22
1.23
dihitung dengan mengurangkan cost of sales yang ditaksir dari cost untuk barangbarang yang tersedia untuk dijual. Gross profit method biasanya Tidak Dianggap
sebagai cara yang dapat diterima untuk pelaporan keuangan karena apabila tidak ada
stock opname penilaian inventory yang bersifat residual merupakan suatu kelemahan
sebagaimana halnya dengan kelemahan dari metode perpetual yang diuraikan dalam bab
sebelumnya serta prosentase laba kotor dihitung sebagai rata-rata untuk tahun-tahun
sebelumnya.
Suatu pengkajian yang baru-baru ini dilakukan menyimpulkan bahwa
perubahan dari suatu metode ke metode LIFO menghasilkan, paling tidak dalam jangka
pendek, suatu penurunan dalam harga saham-saham. Pengkajian yang lain terlihat
bahwa orang-orang pribadi dapat dipengaruhi secara negatif dengan menunjukkan
angka laba yang paling rendah yang disebabkan karena perubahan ke metode LIFO,
sekalipun kepada orang-orang ini telah ditunjukkan dampak positif dari perubahan ini
terhadap arus kas masuk. Pengkajian-pengkajian ini menyimpulkan adanya pasar yang
tidak efisien meskipun dalam jangka pendek.
BAB II
PLANT dan EQUIPMENT
Istilah plant dan equipment sering dipergunakan sebagai pengganti istilah fixed aset
atau aktiva tetap. Istilah lain yang sering dipergunakan adalah property plant and equipment.
Istilah plant dan equipment ini sering dipergunakan untuk perusahaan pabrikasi yang memang
mempunyai plan, sedangkan untuk perusahaan jasa dipergunakan istilah lain seperti bank
menggunakan istilah premises dan equipment sedangkan untuk kantor akuntan yang
mempunyai gedung sendiri menggunakan istilah property and equipment.
1.24
13
3. Nilai aset ini berasal dari kemampuan untuk memaksakan tersingkirnya pihak lain
untuk memperoleh hak penggunaan atas aset tersebut secara sah dan bukannya
dengan pemaksaan berdasarkan kontrak.
4. Aset ini bersifat non monetary. Manfaat aset ini timbul dari penggunaannya atau
penjualan jasa-jasa yang dihasilkannya dan bukan dari pengkonversian aset ini ke
dalam sejumlah uang tertentu.
5. Umumnya jasa jasa yang diberikan aset ini meliputi periode yang baik dari satu
tahun atau satu daur usaha.
Masing-masing aktiva tetap mempunyai ciri ciri dasar dan tujuan pelaporan
keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini didasarkan kepada kesamaan sifat mereka
dalam proses akuntansi aktiva tetap diadakan karena memiliki kegunaan untuk masamasa mendatang. Oleh karena itu sepanjang umur aktiva tersebut ada pembebanan
sebagai biaya seperti dalam hal prepaid expense.
1.25
Dasar-dasar Penilaian
Kecuali untuk kasus-kasus tertentu di mana aktiva tetap di lease berdasarkan
kontrak jangka panjang (yang dipergunakan sebagai alat pembelanjaan), aktiva tetap
tidak dapat diukur berdasarkan present values (yang berarti pendiskontoan) expected
receipt. Hal ini disebabkan karena revenue perusahaan berasal dari bermacam-macam
barang dan jasa. Akan tetapi setelah present value dihitung kita tidak dapat membagi
bagi present value ini kepada aktiva tetap yang ada. Keberatan utama terhadap
penerapan output valuation dalam non-current asset adalah karena sangat sedikit nilai
tambah yang terjadi dengan membeli atau menahan asset tersebut.
Apabila aktiva tetap tidak mempunyai manfaat lagi bagi perusahaan dalam
usaha sehari-harinya atau apabila aktiva tetap tersebut akan dijual di pasar barang bekas
maka harga jualnya merupakan dasar penilaian yang paling tepat. Akan tetapi apabila
dalam pasar barang bekas terdapat banyak pembeli dan penjual maka harga yang
tercatat di pasar ini bisa mencerminkan expectation pasar mengenai discounted input
value dari sisa manfaat aktiva tetap tersebut. Berdasarkan konsep current cash
equivalent yang dikemukakan oleh Chambers, barang-barang yang mempunyai umur
panjang (durable items) yang mempunyai pasar barang bekas yang aktif seharusnya
dinilai dengan harga-harga yang bisa diperoleh apabila barang tersebut dijual dengan
cara yang teratur. Untuk barang-barang yang tidak dapat dijual lagi disarankan agar
barang-barang tersebut langsung dihapuskan pada saat perolehan yakni seperti
penghapusan biaya pengembangan karena barang tersebut tidak mempunyai current
cash equivalent.
1.26
Nilai-nilai Masukan
Literatur teori akuntansi yang tradisional menunjukkan kesepakatan yang
penuh mengenai penggunaan harga perolehan sebagai dasar penilaian aktiva tetap.
Konsep-konsep input valuation lainnya telah disarankan dan ditetapkan dari waktu ke
waktu untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memperoleh pengukuran biaya
penyusutan tahun berjalan yang lebih berarti atau untuk penilaian yang lebih bermakna
dalam neraca.
14
1.27
1.28
Appraisal Value
Appraisal adalah metode penafsiran current atau current values dengan
prosedur yang sistematik . Apabila appraisal dilakukan untuk menilai aktiva tetap dari
suatu going-concern, maka ia seharusnya merupakan taksiran dari current replacement
atau reproduction cost dikurangi penyusutan sampai saat itu oleh karena itu apabila
tujuan ini dinyatakan dengan jelas maka appraisal akan menghasilkan input value dari
aset itu bagi perusahaan. Keuntungannya adalah karena anggapan bahwa nilai ini diukur
secara objektif sebab pengukuran dilakukan oleh pihak yang tidak memihak.
1.29
1.30
1.31
16
DAFTAR PUSTAKA
Bases of valuation of plant and equipment
Beidelman, Carl R. Valuation of Used Capital Assets. Studies in Accounting Research
No. 7. AAA, 1973.
McKeown, James C. Comparative Application of Market and Cost Based Accounting
Models. Journal of Accounting Research, Spring 1973, particularly, pp. 65-78.
NAA Committee on Management Accounting Practices. Fixed Asset Accounting: The
Capitalization of Costs. CPA Journal, March 1973, pp. 193-207.
Snavely, Howard J. Current Cost for Long-Lived Assets: A Critical View, Accounting
Review, april 1969, pp. 344-53.
Nonmonetary exchanges
Capettini, Robert, and Thomas E. King. Exchange of Nonmonetary Assets: Some Changes.
Accounting Review, January 1976, pp. 142-47
Interest on construction
17
Anthony, Robert N. Accounting for the Costs of Interest, Lexington, Mass.: Lexington Books,
1975.
Bierman, Harold, Jr., and Thomas R. Dyckman, Accounting for interest Dusring
Construction. Accounting and Bussiness Research, Autumn 1979, pp. 267-72.
Frazer, Robert E., and Richard C. Ransom. Is Interest During Construction Funny Money?.
Public Utilities Fortnightly, December 21, 1972, pp. 20-27.
Long-term leases
Abdel-khalik, A. Rashad; Robert B. Thompson; and Robert E. Taylor. The Impact of
Reporting Leases off the Balance Sheet on Bond Risk Premiums: Two Exploratory
Studies. Economic Consequences of Financial Accounting Standards. FASB, 1978,
pp. 103-55.
Bowman, Robert G. The Debt Equivalence of Leases: An Empirical Investigation.
Accounting Review, April 1980, pp. 237-53.
Coughlan, John W. Regulation, Rents and Residuals. Journal of Accountancy. February
1980, pp. 58-66.
DeFliese, Philip L. Accounting for Leases: A Broader Perspective:. Financial Executive, July
1974, pp. 14-23.
Elam, Rick. Effect of Lease Data on Predictive Ability of Financial Ratios. Accounting
Review, January 1975, pp. 25-43.
Financial Accounting Standards Board. Accounting for Leases, Statement No.13. AICPA
Professional Standards, Section 405. See also Statements Nos. 17 and 23 (Sections
4054 and 4056)
Finnerty, Joseph F.; Rick N. Fitzsimmons; and Thomas W. Oliver. Lease Capitalization and
Systematic Risk. Accounting Review, October 1980, pp. 631-39.
Hawkins, David, and Mary M. Wehle. Accounting for Leases. New York: Financial
Executives Research Foundation, 1973.
Myers, John H. Reporting of Leases in Financial Statements. Accounting Research Study
No. 4. AICPA, 1962, pp. 63-67.
Ro, Byung T. The Disclosure of Capitalized Lease Information and Stock Prices. Journal of
Accounting Research, Autumn 1978, pp. 315-40.
Wyatt, Arthur R. Leases Should Be Capitalized. CPA Journal, September 1974, pp. 35-38.
Leveraged leases
18
19